Anda di halaman 1dari 78

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam salah satu bentuk keuniversalan Islam adalah pengaturan
mengenai masalah perkawinan untuk dijalinnya hubungan mengenai pria dan
wanita, sehingga berakhirlah kerisauan hati pria dan wanita menjadi
ketentraman. Perkawinan bukanlah hidup bergaul semata, tetapi juga untuk
menyatukan diri dalam segala bidang, hingga terpadu dua badan menjadi satu
jiwa dan akan terpelihara kehormatannya di masyarakat1.
Sehingga dalam memahami maksud atau pemahaman perkawinan
tersebut maka diharapkan suami istri dapat menjadi keluarga yang diidamkan
khususnya bagi pemeluk agama Islam, yaitu dengan keluarga yang sakinah.
Keluarga merupakan bagian yang sangat di utamakan dari kepentingan lainnya,
Karena di dalam keluarga kita dapat menemukan kebahagiaan dan
kesejahteraan, khususnya dimasyarakat indonesia membentuk keluarga sebagai
upaya untuk memperoleh kebahagiaan dan kesejahteraan dalam kehidupan,
mengingat keluarga merupakan konsep yang bersifat multidinamis. Salah satu
ilmuan yang mengkaji tentang keluarga adalah George Murdock. Dalam
bukunya sosial structure, Murdock menguraikan bahwa keluarga merupakan
kelompok sosial yang memiliki karakteristik tinggal bersama, terdapat
kerjasama ekonomi dan terjadi proses reproduksi.2
Sesuai dengan firman Allah SWT dalam QS Ar Rum ayat 21.

ۚ ً‫ق نَ ُكى ِّي ٍْ أََفُ ِس ُك ْى أَ ْص َٰ َو ًجب نِّخَ ْس ُكُُ ٓى ۟ا إِنَ ٍْهَب َو َج َع َم بَ ٍَُْ ُكى َّي َى َّدةً َو َسحْ ًَت‬
َ َ‫َو ِي ٍْ َءا ٌََٰخِ ِٓۦه أَ ٌْ َخه‬

َ ِ‫إِ ٌَّ فِى َٰ َرن‬


ٍ ٌََٰ ‫ك َل َءا‬
ٌَ‫ج نِّقَىْ ٍو ٌَخَفَ َّكشُو‬

1
H.S.A. Al-Hamdani, Risalah Nikah, terj. Agus Salim, (Jakarta: Pustaka Amani, 1989), cet 3, h 15.
2
George Peter Murdock, Social Structure, 1994. Dikutip
https://archive.org/details/socialstructurem00murd/page/n5 diakses pada tanggal 15 September
2019

1
Artinya :
“dan di antara tanda-tanda kekuasaannya iyalah, dia menciptakan
untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tentram kepadanya, dan di jadikannya di antaramu rasa kasih
dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”.

Arti mengenai dari ayat di atas menunjukan bahwa kebahagiaan keluarga


adalah sebuah kesejahteraan hidup pada umumnya. Seseorang yang membina
keluarga memerlukan hubungan kerjasama antara anggota keluarga dalam
menghadapi situasi dan kondisi, akan tetapi tidak semua orang dapat membina
keluarga dengan baik. Terkadang dalam suatu keluarga mengalami konflik
yang timbul dari berbagai macam alasan, seperti ketidak cocokan pasangan
suami istri, masalah ekonomi dan perselingkuhan.
Kemudian juga para ulama tafsir memberikan penjelasan mengenai
makna “litaskunu” adalah bertujuan untuk membentuk keluarga yang damai,
saling mencintai dan tentram berbahagia,3 dengan kata lain keluarga sakinah,
yangberdampak pada terbentuknya pondasi keluarga yang kuat, dan tidak
gampang terjadi perceraian.Kata “sakinah” sendiri adalah berasal dari bahasa
Arab, yang berarti: tenang, terhormat, aman, penukasih sayang, mantap dan
memperoleh pembelaan”.4
Sehingga dapat diartikan bahwa agama mempunyai kedudukan dan
peranan yang sangat penting dan strategis, utamanya sebagai landasan spiritual,
moral dan etika dalam hidup dan kehidupan umat manusia. Agama sebagai
system nilai seharusnya dipahami, dihayati dan diamalkan oleh seluruh
pemeluknya dalam tatanan kehidupan setiap individu, keluarga dan masyarakat
serta menjiwai kehidupan berbangsa dan bernegara. Penyuluh agama Islam
sebagai pelaksana kegiatan penyiaran agama mempunyai peranan yang sangat

3
Ibnu Katsier, Tafsir Ibnu Katsier, terj. Salim Bahreisy dan Said Bahriesy, (Surabaya: Bina Ilmu,
1996), Jilid 3, h. 77.
4
A.W. Munawwir, Al Munawwir: Kamus Arab Indonesia, tashih Ali Ma’shum dan Zainal Abidin
Munawwir, (SurabayA: Pustaka Progressif, 2002), Cet. 25, h. 646.

2
strategis. Karena berbicara masalah dakwah atau kepenyuluhan agama berarti
berbicara masalah ummat dengan semua problematikanya. Sebab banyak kasus
dan dari banyak fakta dakwah, kita melihat tanda-tanda betapa kemaslahatan
ummat (jamaah) tidak merupakan sesuatu yang obyektif atau dengan kata lain
belum mampu diwujudkan oleh pelaksana dakwah (penyuluh).
Hal ini merupakan salah satu problematika dakwah dari sisi pelaksana
dakwah (da’i, muballigh, Penyuluh), dimana sebagian aktivitas dakwah belum
mampu menterjemahkan persoalan yang dihadapi umat secara rinci, untuk
kemudian dicarikan jalan keluarnya dalam konteks dakwah Islam. Ungkapan
ini tidak memperkecil peran para pelaksana dakwah, Sebab, betapapun
rendahnya kualitas keilmuan dan kemampuan penyampaian seorang da’i,
muballigh, ataupun penyuluh agama, umumnya umat Islam (obyek dakwah)
menyadari bahwa ia (da’i, muballigh atau penyuluh agama Islam) tetap
merupakan figur sentral dari gerakan dakwah. da’i/penyuluh Agama Islam
merupakan ungsur yang dominan dalam pelaksanaan dakwah/kepenyuluah
agama, bahkan lebih dari itu ia merupakan pemegang kunci yang terpenting
terhadap sukses atau tidaknya pelaksanaan dakwah/penyuluhan agama. Untuk
menjabarkan tugas itu, maka Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 1
Tahun 2001 telah menggariskan fungsi penyuluh Agama meliputi empat
masalah pokok, yaitu :
1. Memperlancar pelaksanaan pembangunan di bidang keagamaan.
2. Membina dan mengkoordinasikan pelaksanaan tugas serta administrasi
kementerian.
3. Melaksanakan penelitian dan pengembangan terapan pendidikan dan
pelatihan tertentu dalam rangka mendukung kebijakan di bidang
keagamaan.
4. Melaksanakan pengawasan fungsional.5

5
Lihat, Nurmilati, http://kalsel. Kemenag.go.id/ file/file/penamas/wcgy1361307008.pdf (diakses 5
September 2019)

3
Dalam usaha mengimplementasikan fungsi di atas, maka penyuluhan
agama Islam merupakan salah satu bentuk satuan kegiatan yang memiliki nilai
strategis, khususnya dalam menjalankan fungsi memperlancar pelaksanaan
pembangunan di bidang keagamaan. Kemudian, untuk menjalankan
penyuluhan ini, pemerintah telah melakukan reposisi kedudukan dan fungsi
penyuluh, berdasarkan Keputusan Presiden No. 87 Tahun 1999, yaitu yang
menempatkan penyuluh Dalam Kepres itu disebutkan bahwa:
Rumpun Keagamaan adalah rumpun jabatan fungsional Pegawai Negeri
Sipil yang tugasnya berkaitan dengan penelitian, peningkatan atau
pengembangan konsep, teori, dan metode operasional serta pelaksanaan
kegiatan teknis yang berhubungan dengan pembinaan rohani dan moral
masyarakat sesuai dengan agama yang dianutnya.6
Kepres ini kemudian dijabarkan dalam Keputusan Bersama Meteri
Agama dan Kepala Badan Kepegawaian Negara no: 574 tahun 1999 dan no:
178 Tahun 1999 tentang petunjuk pelaksanaan jabatan fungsional Penyuluh
Agama dan Angka Kreditnya. Jadi, berdasarkan Kepres No: 87/1999 ini,
berarti bahwa Penyuluh Agama Islam secara de-jure memiliki kedudukan yang
sama dengan jabatan fungsional lainnya, seperti; peneliti, dosen/guru,
widyaiswara, dokter, pengawas sekolah, akuntan, pustakawan, penyuluh KB,
penyuluh pertanian dan sebagainya.7
Namun demikian, tidak dipungkiri bahwa secara de facto, Penyuluh
Agama Islam yang menjadi pelaksana teknis program penyuluhan di
masyarakat. Sejauh ini penyuluh agama masih dihadapkan pada sejumlah
problem, sejumlah problem dalam program dalam lingkungan masyarakat
dimana penyuluh agama sebagai salah seorang motivator dalam setiap acara
keagamaan dewasa ini tidak menunjukan peran yang diharapkan, hal tersebut
dapat dilihat pada berbagai kasus yang ada seperti perceraian sebab kegagalan
membina rumah tangga bukan saja membahayakan rumah tangga itu sendiri,
tetapi juga sangat berpengaruh kepada kehidupan masyarakat, di suatu

6
Ibid.
7
Depag, Sekretariat Jenderal Biro Kepegawaian, (Jakarta: Depag, 1999), h. 87

4
masyarakat yang banyak terjadinya perceraian merupakan ukuran kondisi dari
masyarakat tersebut.8 Penggunaan hak cerai dengan sewenang-wenang dengan
dalih bahwa perceraian itu hak suami harus segera dihilangkan. Pemikiran
yang keliru ini harus segera diperbaiki dan dihilangkan dalam masyarakat. Hak
cerai tidak dipegang oleh suami saja, tetapi istri pun dapat menggugat suami
untuk meminta cerai apabila ada hal-hal yang menurut keyakinannya rumah
tangga yang dibina itu tidak mungkin diteruskan. Untuk itu sangat dibutuhkan
penyuluh agama dalam memberikan pembinaan.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti di Kecamatan Plered
Kabupaten Cirebon banyak keluarga yang telah melakukan perceraian.
Melihat kondisi keluarga yang sedang mengalami masalah maka diperlukan
pihak ketiga untuk memberikan nasehat dan pembinaan dari tokoh ageama,
tokoh masyarakat, bahkan penyuluh dari pemerintah agar persoalan perceraian
dapat dihindari. Berdasar pada latar belakang tersebut, maka penulis terdorong
untuk melakukan penelitian tentang peranan Penyuluh agama Islam dalam
mengatasi peceraian khususnya di Kec. Plered Kab. Cirebon.

B. Batasan Masalah
Untuk menghindari meluasnya permasalahan dalam penelitian di
karenakan keterbatasan waktu dan tenaga, maka peneliti membatasi masalah
yang erat kaitannya dengan judul penelitian, yaitu sebagai berikut:
1. Tipe soal yang akan di gunakan dalam penelitian ini adalah soal pemecahan
masalah yang berbentuk uraian (soal cerita).
2. Subjek dalam penelitian ini adalah penyuluh agama di KUA wilayah
kecamatan Plered kabupaten Cirebon.
3. Ruang lingkup atau pokok bahasan penelitian ini.

8
Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, Cetakan I, (Jakarta: Kencana,
2006), h. 8.

5
C. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan di atas, dapat di
identifikasikan masalah-masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana aktivitas penyuluh agama Islam di Kecamatan Plered Kabupaten


Cirebon ?
2. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi terjadinya perceraian di Kec.
Plered Kab. Cirebon?
3. Bagaimana peranan penyuluh agama dalam mengatasi perceraian di Kec.
Plered Kab. Cirebon ?

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan di atas, dapat di
identifikasikan masalah-masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana aktivitas penyuluh agama Islam di Kecamatan Plered Kabupaten
Cirebon ?
2. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi terjadinya perceraian di Kec.
Plered Kab. Cirebon?
3. Bagaimana peranan penyuluh agama dalam menanggulangi perceraian di
Kec. Plered Kab. Cirebon ?

E. Tujuan Penelitian
Dengan di adakannya penelitian yang di lakukan oleh penulis bertujuan
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui aktivitas penyuluh agama Islam di Kecamatan Plered
Kabupaten Cirebon
2. Untuk mengetahui Faktor-fakto yang mempengaruhi terjadinya perceraian
di Kec. Plered Kab. Cirebon
3. Untuk mengetahui peranan penyuluh agama dalam menanggulangi
perceraian di Kec. Plered Kab. Cirebon

6
F. Manfaat Penelitian
Dengan diadakannya penelitian ini penulis berharap dapat memberikan
beberapa manfaat antara lain:
1. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
dalam meningkatkan kualitas penyuluh dalam mengatasi perceraian.
2. Sebagai wawasan ilmu pengetahuan khususnya bagi penulis dan umumnya
bagi pembaca.
3. Selain itu, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi
Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah khususnya pada jurusan Bimbingan
Konseling Islam.

G. Penelitian Relevan
Penelitian tentang mengatasi perceraian telah banyak dilakukan, berikut
ini beberapa penelitian yang mempunyai relevansi dengan judul penelitian
penulis antara lain:
Pertama, Skripsi berjudul: “Strategi Dakwah Penyuluh Agama Islam
Dalam Mengatasi Perceraian Dini di Kecamatan Cakung Jakarta Timur ”
oleh Bobby Rahman pada tahun 2010, Mahasiswa Jurusan Manajemen
Dakwah, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Persamaan penelitian ini dengan penulis
lakukan yaitu sama-sama meneliti tentang mengatasi perceraian, namun
berbeda dalam pemilihan subjek penelitian. Subjek pada penelitian ini yaitu
jika penelitian ini lebih fokus kepada Strategi Penyuluh Agama Islam dalam
mengatasi perceraian dini, maka penulis lebih terfokus pada peran Penyuluh
Agama Islam di Kecamatan Plered Kabupaten Cirebon dalam mengatasi
perceraian yang cakupannya lebih luas.

7
Kedua, Skripsi berjudul “Peran Penyuluh agama Islam Dalam
Mengatasi Perceraian Beda Agama di Desa Lamooso Kecamatan Angata
Kabupaten Konawe Selatan” oleh Gasmin pada tahun 2013, Mahasiswa
Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Fakultas Ushuluddin Adab dan
Dakwah, di IAIN Kendari. Persamaan penelitian ini dengan penulis ialah sama-
sama meneliti tentang perceraian. Tetapi penelitian ini kajiannya tidak luas
lebih cenderung fokus meneliti faktor-faktor evektivitas dalam dorongan
perceraian, yang disalurkan dalam sebuah program radio swasta yang ada di
kabupaten tersebut. Sedangkan penulis meneliti tentang Peran Penyuluh
Agama Islam dengan penelitian setingkat kecamatan. Namun, penulis tidak
hanya fokus kepada evektivitas-evektivitas, tugas pokok dan fungsi penyuluh
agama saja tetapi juga faktor yang mempengaruhi terjadinya perceraian serta
peranan penyuluh agama Islam dalam mengatasi perceraian.
Ketiga, Skripsi berjudul: “Faktor-Faktor Pendorong Cerai Gugat di
Pengadilan Agama Yogyakarta” oleh Silva Rizki Amalia pada tahun 2015,
UIN Sunan Kalijaga. Persamaan penelitian ini dengan penulis ialah
memmbahas mengenai tentang perceraian, namun dalam penelitian ini tidak
mencantumkan peran penyuluh agama Islam hanya membagai faktor
pendorong terjadinya perceraian. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan
penulis ialah penulis lebih menitikberatkan peran Penyuluh Agama Islam
dalam perceraian.
Keempat, Tesis berjudul: “Strategi Komunikasi Penyuluh Agama
Islam Dalam Upaya Pencegahan Perceraian Di Kabupaten Tangerang”
oleh Trisnayanti pada tahun 2017, Mahasiswa Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah. Persamaan penelitian ini dengan penulis ialah sama-sama
berlatar belakang KUA dan berkaitan dengan perceraian, sedangkan
perbedaannya ialah yang digunakan penelitian ini strategi komunikasi
penyuluh agama Islamnya, sedangkan penelitian yang penulis lakukan lebih
mendeskripsikan tentang peran Penyuluh Agama Islam dalam mengatasi
percerian di Kecamatan Plered Kabupaten Cirebon.

8
Kelima, Jurnal Bimbingan Konseling Islam Vol 6 No. 2 Desember 2015
dari Novaili dengan judul ”Metode Dakwah Penyuluh Agama Islam Dalam
Pencegahan Gugat Cerai Istri di Kantor Urusan Agama (KUA)” dalam
jurnal ini membahas tentang kecenderungan perceraian yang dilakukan istri
melalui gugat cerai dengan berbagai faktor dan pendorongnya, diantara
masalahnya ketidakharmonisan, ekonomi, pengkhianatan dan lain-lain. Dari
latar belakang tersebut dapat ditarik persamaan dalam jurnal ini dengan
penelitian penulis ialah sama-sama membicarakan tentang perceraian.
Sedangkan perbedaannya ialah jurnal ini hanya menekankan pada aspek
pencegahan perceraian. Sedangkan penelitian penulis menekankan pada
perceraian anmun juga peran serta penyuluh agama Islam di KUA lebih di
dominankan.

H. Kerangka Teori
1. Penyuluh Agama
Penyuluh Agama adalah pegawai di jajaran Kementrian Agama RI
yang di beri tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh
pejabat yang berwenang untuk melakukan bimbingan keagamaan dan
pembangunan melalui bahasa Agama.9
Berikut juga pengertian Penyuluh Islam menurut Imam Magid yaitu
Konseling Islam adalah Konseling yang di orientasikan untuk memecahkan
masalah pernikahan dan keluarga, kesehatan mental dan kesadaran
beragama.

9
Dudung Abdullah Rahman dan Firman Nugraha, menjadi Penyuluh Agama
Profesional,(Bandung:Lekas, 2017), h.8

9
Proses bantuan yang di berikan kepada individu (baik secara
perorangan maupun kelompok) agar memperoleh pencerahan diri dalam
memahami dan mengamalkan nilai-nilai Agama (Akidah, Ibadah dan
Akhlak mulia) melalui uswah hasanah (contoh teladan yang baik),
pembiasaan atau pelatihan dialog dan pemberian informasi yang
berlangsung sejak usia dini sampai usia tua, dalam upaya mencapai
kebahagiaan dunia dan akhirat10.
Dari pandangan para ahli di atas maka dapat di simpulkan
bahwaPenyuluh Agama adalah seseorang yang memiliki keahlian dalam
bidang keagamaan yang bertugas untuk memberikan pemahaman dan
bimbingan melalui norma-norma keagamaan
2. Perceraian
Menurut Subekti, Perceraian ialah penghapusan perkawinan dengan
Keputusan hakim, atau tuntutan salah satu pihak dalam perkawinan itu.11
Berikut juga menurut R,Soetojo Prawiroharmidjojo dan Aziz
Saefudin, percerian berlainan dengan peutusan perkawinan sesudah
perpisahan meja dan tempat tidur yang di dalamnya tidak terdapat
perselisihan bahkan ada kehendak baik dari suami maupun istri untuk
pemutusan perkawinan.12
Dari pandangan para ahli di atas maka dapat di simpulkan bahwa
perceraian adalah pemutusan atau penghapusan pernikahan antara suami dan
istri ataas keputusan hakim. Perkawinan juga dapat di sebut pengambilan
keputusan untuk pengakhiran rumah tangga(perkawinan) karena di dasari
adanya perselisihan antara suami istri agar mencapai solusi perselisihan
yang terakhir.

10
Imam Magid, konseling islam, (Surabaya, 1988), h.33
11
Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, (Jakarta:Intermasa, 1985), h.23
12
R,Soetojo Prawiroharmidjojo dan Aziz Saefudin, Hukum Orang dan Keluarga,
(Bandung:Alumni, 1986), h.109

10
I. Metodologi Penelitian
1. Metodologi Penelitian
Metodologi adalah ilmu tentang kerangka kerja untuk melaksanakan
penelitian yang bersistem; sekumpulan peraturan, kegiatan dan prosedur
yang digunakan oleh peneliti suatu disiplin ilmu. Penelitian sebagai upaya
untuk memperoleh kebenaran, harus didasari oleh proses berfikir ilmiah
yang dituangkan dalam metode ilmiah. Melihat dari pengertiannya,
metodologi penelitian dapat dirumuskan suatu proses atau prosedur yang
sistematik berdasarkan prinsip dan teknik ilmiah yang dipakai oleh disiplin
ilmu untuk mencapai suatu tujuan.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang di gunakan penulis adalah penelitian kualitatif,
Penelitian kualitatif yaitu penelitian yang tidak menggunakan perhitungan,
atau di istilahkan dengan penlitin ilmiyah yang menekankan pada karakter
alamiah sumber data.13

J. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab, dengan sistem penulisan
sebagai berikut:
Bab I merupakan pendahuluan yang menguraikan latar belakang
permasalahan dari penelitian yang terkait dengan masalah peran kantor urusan
agama dalam upaya mengatasi pencegahan perceraian dini di wilayah
kabupaten Cirebon diokuskan lokasinya pada KUA kecamatan Plered
kabupaten Cirebon kemudian difokuskanlah permasalahan yang dimuat dan
disusun berdasarkan tujuan penelitian.

13
Lexy J.Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Cet. 21: Bandung: Rosda Karya, 2005), h. 2

11
Bab II landasan teori, merupakan teori-teori umum tentang peran dan
fugsi kantor urusan agama dalam pernikahan dan upaya pencegahan percerain,
dan sebagai bahan utama untuk menganalisis data yang diperoleh, terdiri atas:
pengertian KUA, fungsi dan tugasnya, kewenangan KUA dalam pelayanan
pencacatan nikah di Indonesia, pengertian nikah dan dasar hukumnya, prosedur
pencacatan nikah di Indonesia, perceraian, hukumnya, dan macam-macamnya
dan permasalahannya, upaya KUA dalam mencegah perceraian dan dasar
hukumnya.
Bab III merupakan gambaran umum KUA Kecamatan Plered Kabupaten
Cirebon, di dalamnya terdiri atas: sejarah KUA Kecamatan Plered, gambaran
umum KUA Kecamatan Plered, visi, misi, program kerja, agama, kepercayaan,
dan struktur KUA Kecamatan Plered.
Bab IV merupakan hasil lapangan dari penelitian penulis, didalamnya
memaparkan hal-hal yang berakitan dengan faktor-faktor sebab akibat
terjadinya perceraian.
Bab V merupakan penutup dari penelitian ini, terdiri atas: kesimpulan
dan saran-saran.

12
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengetian Penyuluh Agama


Secara bahasa “penyuluh” merupakan arti dari kata bahasa Inggris
“counseling” yang sering diterjemahkan dengan “menganjurkan atau
menasehatkan”14 Dilingkungan Kementerian Agama, ada namanya Penyuluh
Agama pada Kantor Urusan Agama Kecamatan. Kata penyuluh disini,
mengandung arti:
Penerangan, maksudnya, “penyuluh agama memiliki tugas dan kewajiban
menerangkan segala sesuatu yang berkaitan dengan agama, hukum halal
haram, cara, syarat dan rukun dari suatu pelaksanaan ritual tertentu,
pernikahan, zakat, keluarga sakinah, kemasjidan dan lain sebagainya.15
Adapun yang dimaksud dengan penyuluh agama sebagaimana tercantum
dalam Keputusan Menteri Agama RI Nomor 791 tahun 1985, adalah :
Pembimbing umat beragama dalam rangka pembinaan mental, moral dan
ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Penyuluh Agama Islam, yaitu
pembimbing umat Islam dalam rangka pembinaan mental, moral dan
ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT, serta menjabarkan
segala aspek pembangunan melalui pintu dan bahasa agama.16
Sedangkan penyuluh agama yang berasal dari PNS (sebagaimana yang
diatur dalam keputusan Menkowasbangpan NO. 54/KP/MK.WASPAN
/9/1999), adalah : “Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas dan tanggung
jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat berwenang untuk
melaksanakan bimbingan atau penyuluh agama dan pembangunan kepada
masyarakat melalui bahasa agama.”17

14
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2008), h. 357
15
Darwan, Pengantar Bimbingan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 15
16
Depag, Buku Panduan Pelaksanaan Tugas Penyuluhan Agama, (Jakarta: 2003) h. 37
17
Depag, Himpunan Peraturan Tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Agama dan Angka
Kreditnya, (Jakarta; Depag, 2000), h. 89

13
Dengan demikian, penyuluh agama Islam adalah Pegawai Negeri Sipil
yang di beri tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh dalam
Kantor Urusan Agama wilayah kecamatan pada bidang penyuluhan,
bimbingan, dan pembangunan melalui bahasa agama. dalam pelaksanaannya,
tugas membimbing umat Islam untuk mencapai kehidupan yang bermutu dan
sejahtera lahir bathin. Pada hakekatnya ialah terwujudnya kehidupan
masyarakat yang sejahtera dan memiliki pemahaman mengenai agamanya
secara memadai melalui pengamalannya serta wawasan multi kultural untuk
mewujudkan tatanan kehidupan yang harmonis. Di samping itu juga penyuluh
Agama adalah pembimbing umat beragama dalam rangka pembinaan mental,
moral dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Serta menjabarkan segala
aspek pembangunan melalui bahasa agama dengan pelaksanaannya secara
kelompok maupun individu.
Istilah Penyuluh Agama Islam telah memberikan makna yang strategis.
Artinya penyuluh Agama Islam mempunyai peran penting dalam
pemberdayaan masyarakat dan pemberdayaan dirinya masing-masing sebagai
insan pegawai pemerintah guna mewujudkan masyarakat yang sejahtera dan
harmonis. Penyuluh Agama Islam sebagai pembimbing masyarakat Islam,
memiliki tugas/kewajiban yang cukup berat, luas dan permasalahan yang
kompleks. Di samping itu seorang Penyuluh Agama harus mampu bertindak
selaku motivator, fasilitator, dan sekaligus katalisator dakwah Islam. Dengan
demikian pelaksanaan Penyuluh Agama menjadikan masyarakat merasa
terbimbing dalam rangka membangun mental, moral dan nilai ketakwaan umat
untuk membentuk masyarakat yang sejahtera dn harmonis.

14
B. Dasar, Tujuan, dan Peranan Penyuluh Agama Islam
1. Dasar Penyuluhan Agama
Agama merupakan salah satu bentuk kegiatan dari dakwah yang
Penyuluhan berarti menjadi suatu kewajiban bagi umat islam untuk
menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar. Hal ini
merujuk kepada ayat-ayat Al-Quran yang mendaji dasar pelaksanaan
Dakwah/Penyuluhan Agama, di antaranya yaitu:
a. Landasan Filosofos
Al-qur’an merupakan dasar yang pertama dalam pelaksanaan
Penyuluhan Agama yang di jelaskan pada ayat-ayat di bawah ini, di
antaranya yaitu:
Q.S Surat Ali Imran ayat 104:

ِ ‫َو ْنخَ ُك ٍْ ِي ُْ ُك ْى أُ َّيتٌ ٌَ ْذ ُعىٌَ إِنَى ْان َخٍ ِْش َوٌَأْ ُيشُوٌَ بِ ْبن ًَ ْعش‬
ۚ ‫ُوف َوٌَ ُْهَىْ ٌَ َع ٍِ ْان ًُ ُْ َك ِش‬

ٌَ‫َوأُو َٰنَئِكَ هُ ُى ْان ًُ ْفهِحُى‬

Artinya:
Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang
menyerkepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan
mencegah dari yang mungkar, merekalah orang-orang yang
beruntung.18
Selanjutnya Al-Qur’an surat Al-Imran ayat 110:

ِ ‫بط حَأْ ُيشُوٌَ بِ ْبن ًَ ْعش‬


َّ ِ‫ُوف َوحَ ُْهَىْ ٌَ َع ٍِ ْان ًُ ُْ َك ِش َوحُ ْؤ ِيُُىٌَ ب‬
ِ‫بَلل‬ ْ ‫ُك ُْخُ ْى َخ ٍْ َش أُ َّي ٍت أُ ْخ ِش َج‬
ِ َُّ‫ج نِه‬

ٌ‫ة نَ َكبٌَ َخ ٍْ ًشا نَهُ ْى ِي ُْهُ ُى ْان ًُ ْؤ ِيُُىٌَ َوأَ ْكثَ ُشهُ ُى ْانفَب ِسقُى‬
ِ ‫َونَىْ آ َيٍَ أَ ْه ُم ْان ِكخَب‬

18
Al-Qur’an dan Terjemahan

15
Artinya:
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar,
dan beriman kepada Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah
itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman,
dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.19
Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 125”

ۚ ٍُ‫ٍم َسبِّكَ بِ ْٱن ِح ْك ًَ ِت َو ْٱن ًَىْ ِعظَ ِت ْٱن َح َسَُ ِت ۖ َو َٰ َج ِذ ْنهُى بِٱنَّخِى ِه َى أَحْ َس‬
ِ ِ‫ع إِنَ َٰى َسب‬
ُ ‫ٱ ْد‬

ٌٍَ‫ض َّم عٍَ َسبٍِهِِۦه ۖ َوهُ َى أَ ْعهَ ُى بِ ْٱن ًُ ْهخَ ِذ‬


َ ًٍَ ِ‫ك هُ َى أَ ْعهَ ُى ب‬
َ َّ‫إِ ٌَّ َسب‬

Artinya:
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845]
dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.27.
b. Landasan Hukum
Melaksanakan dan mengembangkan kegiatan bimbingan,
Penyuluhan Agama dan pembangunan melalui bahasa agama, sebagai
upaya pemerintah dalam mensejahterakan masyarakat yang di dasari
dalam peraturan sebagai berikut :
1. Keputusan Menteri Nomor 791 Tahun 1985 tentang Honorariumj bagi
Penyuluh Agama.
2. Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Agama dan Kepala Badan
Kepegawaian Mnegara Nomor 574 Tahun 1999 dan Nomor 178
Tahun 1999 tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Agama dan Angka
Kreditnya.
3. Keputusan Menteri Negara Koordinator Bidang Pengawasan
Pembangunan dan Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:

19
Ibid

16
54/KEP/MK.WASPAN/9/1999 tentang Jabatan Fungsiopnal Penyuluh
Agama dan Angka Kreditnya.20
Kegiatan Penyuluhan Agama merupkan pelaksanaan amar makruf
nahi mungkar, yaitu mengajak segala perbuatan yang dapat mendekatkan
diri kepada Allah dan nahi mungkar yaitu melarang segala perbuatan yang
dapat menjauhkan diri dari Allah, hal itu pun menjadi kewajiban bagi setiap
muslim dan muslimat, agar masyarakat (muslim) mengerjakan semua
perintah dan larangan yang di berikan Allah SWT.
Sedangkan Penyuluh Agama Islam yang berasal dari PNS merupakan
seorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang oleh Pemerintah
untuk melaksanakan bimbingan keagamaan, penyuluhan pembangunan
melalui bahasa agama kepada kelompok sasaran (masyarakat) yang menjadi
bagian dari pelaksana dakwah yang ditugasi oleh Kementerian Agama.

2. Tujuan Penyuluhan
Penyuluhan agama merupakan satu rangkaian kegiatan atau proses
dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Bagi proses penyuluhan agama
tujuan merupakan salah satu factor yang penting dan sentral, yang member
arah atau pedoman bagi langkah aktivitas penyuluah. Tujuan penyuluhan
juga dapat digunakan sebagai dasar bagi penentuan sasaran dan strategi atau
kebijaksanaan penyuluhan, langkah-langkah oprasional, mengandung
luasnya skup aktivitas, serta ikut menentukan dan berpengaruh terhadap
penggunaan methode dan media yang digunakan. Sedang tujuan penyuluhan
agama pada umumnya adalah :
a. Tujuan hakiki ialah menyeru kepada Allah swt (meningkatkan keimanan
dan ketaqwaan).
b. Tujuan umum, ialah kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
c. Tujuan khusus, ialah mengisi segi kehidupan dan memberi bimbingan
bagi seluruh masyarakat menurut keadaan dan persoalannya, sehingga
Islam berintegrasi dengan seluru kehidupan manusia.

20
Depag, , opcit. 61

17
d. Tujuan urgen, ialah menyelesaikan dan memecahkan persoalan-persoalan
yang ada dalam masyarakat, yakni masalah-masalah yang menghalangi
terwujudnya masyarakat yang sejahtera lahir dan batin.
e. Tujuan incidental, ialah menyelesaikan dan memecahkan persoalan-
persoalan yang terjadi sewaktu-waktu dalam masyarakat, terutama
mengenai penyakit dan kepincangan dalam masyarakat, misalnya
penyuapan, pemerasan dan lain-lain21.
Dari uraian di atas dapat di jelaskan bahwa tuhuan Penyuluhan Agama
pada umumnya adalah menyeru kepada Allah SWT untuk meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan dengan begitu kebahagiaan dunia dan akhirat
dapat di peroleh dalam kehidupan masyarakat, Di samping itu penyuluh
harus bisa menyampaikan dengan cara yang menyejukan dan menenangkan.
Sedangkan tujuan khususnya ialah memberi bimbingan, penyuluhan
dan pembangunan kesejahteraan sosial bagi seluruh kehidupan manusia,
memberikan pencerahan bagi masyarakat dalam menghadapi berbagai
dinamika kehidupan yang dapat mendatangkan kebahagiaan dan
kesejahteraan. Denagn demikian dari penjelasan di atas masih belum dapat
dipergunakan untuk mengukur keberhasilan kegiatan penyuluhan secara
oprasional, sebab masih sangat umum. Karenanya perlu dirumuskan tujuan
penyuluhan oprasional kegiatan penyuluhan, yang antara lain :
a. Sikap yang anti pati berubah menjadi simpati.
b. Sikap yang ragu berubah menjadi yakin.
c. Sikap yang mulai yakin berubah menjadi lebih yakin.
d. Tingkah laku yang malas dan acuh tak acuh berubah menjadi rajin dan
antusias baik dalam pelaksanaan ibadah, maupun dalam kegiatan
mu’amalah lainnya.
e. Dari rasa keterpaksaan berubah menjadi kesadaran dan keinsyafan
pribadi serta timbul rasa memiliki.
f. Tingkah laku yang sudah rajin teratur meningkat secara kwalitatif (dari
kwantita ke kwalita).

21
Fauzie Nurdin. Islam dan Perubahan Sosial, (Semarang :Realitas Press, 2005), hal.45

18
g. Memelihara sikap dan tingkah laku yang sudah dihasilkan sebelumnya
agar tidak mundur kembali (memelihara continueitas).
h. Sikap dari semula menerima penyuluahn berubah secara kwalitatif
menjadi pemberi penyuluhan.
i. Dari pemberi penyuluhan meningkat menjadi penanggung jawab
penyuluhan dan kelangsungan penyuluahan.22
Hasil dari penjelasan di atas tadi dapat disimpulkan bahwa tujuan
penyuluhan ialah menyeru manusia agar beriman dan bertaqwa kepada
Allah swt dan secara oprasional adanya perubahan dari yang negative atau
pasif menjadi positif atau aktif, sehingga manusia mempunyai kesadaran
yang tinggi untuk melaksanakan ajaran-ajaran Islam, sehingga terwujudnya
masyarakat yang memiliki kualitas pemahaman Agama melalui budaya dan
memiliki suatu kepribadian yang mampu menyelesaikan masaalah-masalah
yang di hadapi secara bijak, keluarga yang harmonis dan masyarakat yang
aman dan damai lahir batin, pada hakekatnya mendapatkan kebahagiaan di
dunia dan di akhirat.

3. Peranan Penyuluh Agama Islam


Tugas penyuluh tidak semata-mata melaksanakan Penyuluhan Agama
dalam arti sempit berupa pengajian saja, akan tetapi begitu luas peran
Penyuluh Agama, dengan posisinya menjadikan Penyuluh sebagai garda
terdepan jajaran Kementrian Agama, sebagai pembimbing umat beragama
dalam rangka pembinaan mental, moral dan bertaqwa kepada Tuhan yang
Maha Esa serta segala aspek pembangunan melalui pintu dan bahasa
Agama. Posisi Penyuluh Agama Islam ini sangat strategis baik untuk
menyampaikan misi keagamaan maupun misi pembangunan.

22
Depag,Panduan Tugas Operasional Penyuluhan Agama Islam, (Jakarta: Depag, 2004), hal:95

19
Penyuluh agama Islam juga sebagai tokoh panutan, tempat bertanya
dan tempat mengadu bagi masyarakatnya untuk memecahkan dan
menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi oleh umat Islam. Apalagi
seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang
menunjukan begitu kompleks persoalan-peroalan yang ada d dalam
masyarakat, hal ini menjadikan Penyuluh Agama di tuntut mampu
memberikan pencerahan atau bimbingan melalui berbagai aspeki, maka
Penyuluh Agama memiliki tantangan yg tidak mudah.
Menurut Nurdin peranan penting dari penyuluh agama adalah “(1)
Penyuluh agama sebagai figur juga berperan sebagai pemimpin masyarakat
(2) Penyuluh agama juga sebagai agent of change (3) sebagai ujung tombak
Kementerian Agama”23 Dari penjelasan di atas maka dapat diuraikan sebagai
berikut:
a. Penyuluh Agama Sebagai Figure
Juga Berperan Sebagai Pemimpin Masyarakat. Seorang Penyuluh
Agama merupakan salah satu tokoh masayrakat yang mempunyai tugas
membimbing masyarakat menuju masyarakat yang lebih baik, karenanya
Penyuluh Agama harus memiliki keteladanan yang baik sehingga dapat
menjadi contoh bagi masyarakat.
b. Penyuluh Agama Juga Sebagai Agent Of Change
Penyuluh Agama di sini juga sebagai seseorang atau sekelompok
orang yang mendapat kepercayaan masyarakat untuk memimpin lembaga
kemasyarakatan yang bertujuan untuk membuat perubahan dalam tatanan
masyarakat yang lebih baik. di segala bidang kearah kemajuan,
perubahan dari yang negative atau pasif menjadi positif atau aktif.
Karena ia menjadi motivator utama pembangunan. Peranan ini sangat
penting karena pembangunan di Indonesia tidak semata membangun
manusia dari segi lahiriah dan jasmaniahnya saja, melainkan membangun
segi rohaniah, mental spiritualnya dilaksanakan secara bersama-sama.

23
Fauzie Nurdin. Opcit, h. 75

20
c. Sebagai Ujung Tombak Kementerian Agama
Penyuluh Agama merupakan ujung tombak kemenag karena,
Penyuluh Agama berperan sebagi teladan, panutan, sekaligus rujukan dan
tempat bertanya masyarakat tentang hal ihwal keagamaan.
C. Fungsi Penyuluh Agama Islam
Tugas pokok penyuluh agama Islam adalah melakukan dan
mengembangkan kegiatan bimbingan atau penyuluhan agama dan
pembangunan melalui bahasa agama, fungsi konsultatif, advoka. Sedangkan
“fungsi dari penyuluh agama menyangkut fungsi informatif dan edukatiftif.”24
1. Fungsi Informatif dan Edukatif
Penyuluh Agama Islam memposisikan dirinya sebagai da’I yang
berkewajiban mendakwahkan Islam, menyampaikan penerangan agama dan
mendidik masyarakat sebaik-baiknya sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan
Sunnah Nabi.
2. Fungsi Konsultatif
Penyuluh agama Islam menyediakan dirinya untuk turut memikirkan
dan memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat, baik
persoalan-persoalan pribadi, keluarga atau persoalan masyarakat secara
umum. Penyuluh agama harus bersedia membuka mata dan telinga terhadap
persoalan yang dihadapi oleh umat. Penyuluh agama menjadi tempat
bertanya dan tempat mengadu bagi masyarakat untuk memecahkan dan
menyelesaikan masalah dengan nasehatnya. Maka dalam hal ini penyuluh
agama berperan sebagai psikolog, teman curhat dan teman untuk berbagi.

24
Depag, Opcit .h.152

21
3. Fungsi Advokatif
Penyuluh Agama Islam memiliki tanggung jawab moral dan sosial
untuk melakukan kegiatan pembelaan terhadap umat/masyarakat binaannya
terhadap berbagai ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan yang
merugikan akidah, mengganggu ibadah dan merusak akhlak. Fungsi
advokatif penyuluh agama selama ini memang belum mampu seluruhnya
dapat diperankan oleh penyuluh agama, dimana banyak kasus yang terjadi
di kalangan umat Islam sering tidak dapat kita bela.
Misalnya dalam kasuistik yang berhubungan dengan politik, keadilan
sosial (penggusuran), bahkan sampai upaya pemurtadan yang berhubungan
dengan perkawinan, Sehingga persoalan yang dihadapi tidak dapat
diselesaikan dengan baik. Bahkan sering seorang penyuluh agama tidak
berdaya melihat umat Islam mendapat perlakuan yang tidak adil dari
golongan lain.
Karena sasaran penyuluan agama Islam adalah kelompok-kelompok
masyarakat Islam yang terdiri dari berbagai latar belakang sosio cultural,
maka pemetaan kelompok sasaran Penyulu Agama Islam penting dilakukan
untuk memudahkan dalam memilih metode pendekatan dan menentukan
materi bimbingan atau penyuluhan yang relevan dan benar-benar
dibutuhkan oleh kelompok sasaran.
D. Metode Pembinaan Penyuluh Agama
Metode Penyuluhan Agama dapat di golongkan menjadi tiga, yaitu
Metode pembinaan dengan lisan, Metode Tanya Jawab dan Metode pembinaan
dengan tangan (bil yaad).
1. Metode pembinaan dengan lisan
Metode bil lisan adalah suatu cara kerja yang mengikuti sifat dan
potensi lisan dalam mengutarakan suatu cita-cita, pandangan dan pendapat
tentang suatu hal (Islam).

22
Metode bil lisan atau yang sering disebut metode ceramah adalah
menyampaiakan bahan secara lisan oleh tenaga penyuluh. Sedangkan peran
audien sebagai penerima pesan, mendengar, memperhatikan dan mencatat
informasi yang disampaikan penyuluh agama Islam.
Secara oprasional cara kerja ini sering dibantu dengan tehnik
mau’idhah dan mujadalah (kepenasihatan dan sharing/tukar fikiran atau
tanya jawab, yang pola kerjanya secara umum ada dua pilihan prioritas:
a. Menjelaskan Kekeliruan cara melaksanakan dan menata kehidupan
menurut ajaran Islam (Al-Qur’an dan Al-Hadits) dan akibat-akibat
kemasyarakatan (baik aspek akidah, syari’ah, ahklak) .
Pola ini seringa disebut dengan amar makruf, yakni mencegah diri
dari melakukan perbuatan jelek, untuk menghindari dari kerusakan dan
kehancuran yang membahayakan hidup bermasyarakat.
b. Memberikan alternative jalan keluar dengan menata ajaran dan kerangka
berfikir yang jelas dan bersifat operasional. Pola ini disebut nahi
mungkar, yakni menekankan pada proses penyadaran individual dan
masyarakat untuk meninggalkan jalan atau cara hidup yang salah, untuk
menuju ke cara dan jalan hidup yang benar. Metode ceramah sebagai
salah satu pengembangan dari fungsi informative dan educative
penyuluh agama Islam.25
2. Metode Tanya Jawab
Metode Tanya jawab dalam pelaksanaan penyuluhan merupakan salah
satu metode penyampaian dengan cara mendorong sasaran penyuluhan
untuk menyatakan pendapat atau masalah yang dirasa belum dimengerti,
dan penyuluh agama sebagai penjawabnya. Metode ini sebagai feed back
atau umpan balik antara jamaah dan penyuluh agama, berguna untuk
mengurangi kesalahfahaman pendengar, menjelaskan perbedaan pendapat
dan menerangkan hal-hal yang belum dimengerti.

25
Asmuni, Syukri, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya : Al-Ikhlas, 1987). h. 64

23
Semakin banyak yang bertanya semakin hidup suasana, ini berarti
ceramahnya atau masalah yang dibicarakan memdapat perhatian dari
audien, sehingga audien tertarik untuk banyak mengetahui. Metode ini juga
dapat dipergunakan sebagai bahan evaluasi dan introspeksi bagi penyuluh
agama sampai dimana daya serap jamaah dan untuk mengetahui sejauhmana
hasil ceramahnya. Dalam pelaksanaan, pertanyaan biasanya datang dari
jamaah, maka jawaban atas pertanyaan tersebut ditujukan kepada seluruh
jamaah.
Jadi Tanya jawab yang dapat dinilai efektif sebagai metode
penyuluhan adalah :
a. Dapat menjawab dengan baik dan jelas.
b. Dapat menyelesaikan atau menjawab masalah.
c. Apabila pertanyaan menghendaki jawaban yang bersifat tuntunan praktis,
dapat dilaksanakan.26
Hal ini menjadikan metode tanya jawab sebagai metode konsultasi
bagi jaamaah terhadap Penyuluh Agama tentang suatu masalah yang di
hadapi, dengan harapan penyuluh dapat memberikan solusi dan alternative
pemecahan. Konsultasi bisa dilaksanakan pada saat diadakan pembinaan
bersama-sama dengan jamaah yang lain (bersifat kelompok), dan bisa
dilakukan secara sendiri-sendiri (perindividu). Dalam pelaksanaan
konsultasi ini penyuluh agama harus mau mendengar, mencatat dan
mengidentifikasi masalah yang di konsultasikan untuk kemudian dicarikan
jalan keluarnya. Maka penyuluh agama harus menyediakan blangko untuk
konsultasi, baik kelompok ataupun perseorang.

26
. Asmuni, Syukri, Ibid, h.61

24
3. Metode pembinaan dengan tangan (bil yaad)
Metode bil yaad adalah suatu cara kerja yang mengupayakan
terwujudnya ajaran Islam dalam kehidupan pribadi dan sosial dengan
mengikuti cara dan prosedur kerja potensi manusia yang berupa pikiran,
hati, lisan dan tangan/fisik yang nampak dalam keutuhan kegiatan
operasional.
Adapun cara kerja bil yaad ini secara oprasional sering disebut dengan
cara penyantunan, yakni tindakan praktis yang tujuannya membimbing,
membina dan membela kaum dhuafa dibidang ekonomi, baik pribadi
ataupun kelompok. Tehnik oprasionalnya dapat dilakukan, antara lain:
a. Pemberian beberapa ketrampilan/skill agar dapat mengelola sumber daya
alam pemberian Allah.
b. Penyediaan modal, sebagai sarana awal untuk memulai usaha.
c. Pewadahan al-mustadh’afin dalam organisasi sosial ekonomi, misalnya
pendirian koperasi dll.27
Metode ini merupakan metode dakwah dengan cara yang arif dan dan
bijaksana, yaitu melakukan pendekatan sedemikian rupa sehingga pihak objek
dakwah mampu melaksanakan dakwah atas kemauannya sendiiri, tidak merasa
ada paksaan, tekanan maupun konflik. Sehingga orang lain dapat mengikuti
apa yang di serukan oleh Penyuluh Agama.
E. Pengertian Perceraian
Perceraian dalam istilah hukum Islam disebut dengan “At-Talak” yang
secara bahasa (etimologi) bermakna “meninggalkan atau memisahkan,”28 ada
juga yang memberikan makna “lepas dari ikatannya,”29 secara umum talak
diartikan “sebagai perceraian dalam Hukum Islam antara suami dan istri atas
kehendak suami.”30 Dalam Bahasa Indonesia, kata “Perceraian” berasal dari
kata dasar “cerai” yang memiliki arti pisah, kemudian mendapat awalan “per”

27
Syukri, Asmuni, Ibid, 69
28
Atabik Ali dan A. Zuhdi Muhdor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, (Yogyakarta: Multi
Karya Grafika 2003), h. 1237.
29
Ahmad Warson Munawir, Kamus Al-Munawir, (Surabaya :Pustaka Progesif, 1997), h. 861
30
.Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta :PT.Ihtiar Baru Van Hoeve, 1996), h. 1776

25
dan akhiran “an”, yang berfungsi sebagai pembentuk kata benda abstrak,
sehingga menjadi “Perceraian”, yang berarti proses putusnya hubungan suami
istri.31
Ada beberapa pendapat Imam Madzhab yang mengartikan perceraian, di
antaranya yaitu:
a. Imam Syafi’I berpendapat bahwa talak ialah melepaskan akad nikah dengan
lafadz talak atau yang semakna dengan itu.
b. Imam Hanafi dan Imam Hambali berpendapat bahwa talak sebagai suatu
pelepasan ikatan perkawinan secara langsung atau untuk masa yang akan
datang dengan lafal khusus.
c. Imam Maliki berpendapat bahwa talak sebagai suatu sifat hukum khusus
yang menyebabkan gugurnya kehalalan hubungan suami istri.32
Perceraian bisa juga diartikan sebagai suatu cara yang sah untuk
mengakhiri suatu perkawinan.33 Dalam Kompilasi Hukum Islam pengertian
talak terdapat dalam Pasal 117 yang menyatakan : “Talak adalah ikrar suami di
hadapan sidang Pengadilan Agama yang menjadi salah satu sebab terjadinya
perceraian”.
Berdasarkan penjelasan dan menurut para ahli di atas dapat di simpulkan
bahwa perceraian merupakan terputusnya suatu ikatan pasangan suami istri
melalui “talak” dengan keputusan pengadilan dan memiliki suatu alasan yang
jelas bahwa di antara suami istri tidak akan dapat hidup rukun lagi sebagai
suami istri.

31
Anton.A.Moeliono, et.al, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1996), h.163
32
Aziz Dahlan, Op.cit., h. 1777
33
Rahman, Penjelasan Lengkap Hukum-hukum Allah, Alih Bahasa Zainudin dan Rusdi
Sualaiman, (Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada, 2002), h. 221.

26
F. Alasan-Alasan dan Dasar Hukum Perceraian
1. Alasan-alasan
Alasan-alasan untuk pengajuan perceraian di Pengadilan Agama sudah di
jelaskan dalam Pasal 39 ayat (2) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974
juncto Pasal 19 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 juncto Pasal
116 Kompilasi Hukum Islam. Alasan-alasan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemajak, penjudi,
dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan.
b. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-
turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal di
luar kemampuannya.
c. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau
hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung.
d. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang
membahayakan pihak lain.
e. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak
dapat menjalankan kewajiban sebagai suami atau istri.
f. Antara suami dan istri terus-menerus terjadi perselisihan dan
pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun dalam rumah
tangga.
g. Suami melanggar taklik talaknya.
h. Peralihan agama (murtad) yang menyebabkan ketidak rukunan dalam
rumah tangga.34
Alasan-alasan tersebut juga merupakan alasan-alasan yang serint di
gunakan pada umumnya masyarakat untuk mengajukan permohonan
perceraian, akan tetapi pada hakekatnya seseorang yang mengajukan
permohonan perceraian sudahlah pasti orang tersebut sudah tidak
menemukan lagi adanya ketenteraman dan keharmonisan serta kebahagiaan
dalam rumah tangganya, sehingga tujuan perkawinan yaitu untuk

34
Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Kompilasi Hukum Islam

27
membentuk rumah tangga yang bahagia, sakinah, mawadah, warohmah
tidak dapat terwujud lagi. Dengan demikian perceraian tersebut sebagai
langkah akhir dalam mengambil keputusan guna mengakhiri perselisihan
dalam ikatan perkawinan yang sudah tidak bisa lg untuk hidup rukun dalam
ikatan keluarga.
2. Dasar Hukum Perceraian
a. Hukum Islam
Dasar hukum perceraian dapat ditemui dalam Al Qur'an maupun
dalam Hadist. Dasar hukum perceraian dalam Al Qur'an terdapat dalam
Surat Al Baqarah ayat 231:

‫ض َشا ًسا‬ِ ٍَُّ ‫ُوف َوالَ حُ ًْ ِس ُكىه‬ ٍ ‫ُوف أَوْ َس ِّشحُىه ٍَُّ بِ ًَ ْعش‬ ٍ ‫َوإِ َرا طَهَّ ْقخُ ُى انَُّ َسبء فَبَهَ ْغٍَ أَ َجهَه ٍَُّ فَأ َ ْي ِس ُكىه ٍَُّ ِب ًَ ْعش‬
‫ّللاِ َعهَ ٍْ ُك ْى َو َيب أََ َض َل‬ ْ ‫ّللاِ ه ُُض ًوا َو ْار ُكش‬
ّ َ‫ُوا َِ ْع ًَج‬ ّ ‫ث‬ ِ ‫ك فَقَ ْذ ظَهَ َى ََ ْف َسهُ َوالَ حَخَّ ِخ ُز َو ْا آٌَب‬ ْ ‫نَّخَ ْعخَذ‬
َ ِ‫ُوا َو َيٍ ٌَ ْف َعمْ َرن‬
ّ ٌَّ َ‫ىا أ‬
ْ ‫ّللاَ بِ ُك ِّم ش‬
﴾١٣٢﴿ ‫ًَ ٍء َعهٍِ ٌى‬ ْ ًُ َ‫ّللاَ َوا ْعه‬
ّ ‫ىا‬ْ ُ‫ة َو ْان ِح ْك ًَ ِت ٌَ ِعظُ ُكى بِ ِه َواحَّق‬
ِ ‫َعهَ ٍْ ُك ْى ِّيٍَ ْان ِكخَب‬

Artinya:
Apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu mereka mendekati akhir
iddahnya, Maka rujukilah mereka dengan cara yang ma'ruf, atau
ceraikanlah mereka dengan cara yang ma'ruf (pula). janganlah kamu
rujuki mereka untuk memberi kemudharatan, Karena dengan demikian
kamu menganiaya mereka. barangsiapa berbuat demikian, Maka sungguh
ia Telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. janganlah kamu jadikan
hukum-hukum Allah permainan, dan ingatlah nikmat Allah padamu, dan
apa yang Telah diturunkan Allah kepadamu yaitu Al Kitab dan Al hikmah
(As Sunnah). Allah memberi pengajaran kepadamu dengan apa yang
diturunkan-Nya itu. dan bertakwalah kepada Allah serta Ketahuilah
bahwasanya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.35

35
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta :1990)

28
Dalam ayat 232 masih dalam surat yang sama, yaitu dalam Surah
Al Baqarah disebutkan pula mengenai perceraian, yang artinya :

ِ ‫اضىْ ا بَ ٍَُْهُ ْى بِ ْبن ًَ ْعش‬


َ‫ُوف َرنِك‬ َ ‫ضهُىه ٍَُّ أَ ٌْ ٌَ ُْ ِكحْ ٍَ أَ ْص َوا َجه ٍَُّ إِ َرا حَ َش‬
ُ ‫َوإِ َرا طَهَّ ْقخُ ُى انُِّ َسب َء فَبَهَ ْغٍَ أَ َجهَه ٍَُّ فَال حَ ْع‬
ٌَ‫ّللاُ ٌَ ْعهَ ُى َوأَ َْخُ ْى ال حَ ْعهَ ًُى‬ ْ َ‫اَخ ِش َرنِ ُك ْى أَ ْص َكى نَ ُك ْى َوأ‬
َّ ‫طهَ ُش َو‬ ِ ‫بَلل َو ْانٍَىْ ِو‬
ِ َّ ِ‫ٌُى َععُ بِ ِه َي ٍْ َكبٌَ ِي ُْ ُك ْى ٌ ُْؤ ِيٍُ ب‬
١٣١(

Artinya:
Apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu habis masa iddahnya, Maka
janganlah kamu (para wali) menghalangi mereka kawin lagi dengan bakal
suaminya, apabila Telah terdapat kerelaan di antara mereka dengan cara
yang ma'ruf. Itulah yang dinasehatkan kepada orang-orang yang beriman
di antara kamu kepada Allah dan hari kemudian. itu lebih baik bagimu
dan lebih suci. Allah mengetahui, sedang kamu tidak Mengetahui36

Asbabul nuzul ayat ini adalah mengenai kejadian yang dialami oleh
sahabat Nabi yang bernama Ma’qil. Pada suatu ketika saudara
perempuan Ma’qil bercerai dari suaminya, setelah habis masa iddahnya
mereka ingin rujuk kembali, Ma’qil melarang saudara perempuannya
tersebut, maka turunlah ayat tersebut.
Dasar hukum perceraian juga dapat ditemui dalam Surat At Talak
ayat 1 yaitu :

ٍْ ‫ّللاَ َسبَّ ُك ْى ال حُ ْخ ِشجُىه ٍَُّ ِي‬َّ ‫ٌَب أٌَُّهَب انَُّبِ ًُّ إِ َرا طَهَّ ْقخُ ُى انُِّ َسب َء فَطَهِّقُىه ٍَُّ نِ ِع َّذحِ ِه ٍَّ َوأَحْ صُىا ْان ِع َّذةَ َواحَّقُىا‬
َّ ‫بٍُُىحِ ِه ٍَّ َوال ٌَ ْخشُجْ ٍَ إِال أَ ٌْ ٌَأْحٍٍَِ ِبفَب ِح َش ٍت ُيبٍََُِّ ٍت َوحِ ْهكَ ُحذُو ُد‬
َّ ‫ّللاِ َو َي ٍْ ٌَخَ َع َّذ ُحذُو َد‬
‫ّللاِ فَقَ ْذ ظَهَ َى ََ ْف َسهُ ال‬
)٢( ‫ك أَ ْيشً ا‬ َ ِ‫د بَ ْع َذ َرن‬ ُ ‫ّللاَ ٌُحْ ِذ‬ َّ ‫حَ ْذ ِسي نَ َع َّم‬

36
Departemen Agama, ibid.

29
Artinya:
Hai nabi, apabila kamu menceraikan Isteri-isterimu Maka hendaklah
kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya
(yang wajar) dan hitunglah waktu iddah itu serta bertakwalah kepada
Allah Tuhanmu. janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka
dan janganlah mereka (diizinkan) ke luar kecuali mereka mengerjakan
perbuatan keji yang terang. Itulah hukum-hukum Allah, Maka
Sesungguhnya dia Telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. kamu
tidak mengetahui barangkali Allah mengadakan sesudah itu sesuatu hal
yang baru.37

Para ahli fiqih berbeda pendapat mengenai hukum perceraian ini.


Pendapat yang paling benar di antara semua itu, yaitu yang mengatakan
“terlarang”, kecuali karena alasan yang benar. Hal ini diungkapkan
golongan Hanafi dan Hambali. Sedangkan golongan Hambali menjelaskan
mengenai hukum-hukum talak, sebagaimana berikut ini :
1. Thalaq Wajib, yaitu thalaq yang dijatuhkan oleh pihak hakam
(penengah) karena perpecahan antara suami istri yang sudah berat, dan
menurut hukum ini merupakan jalan satu-satunya.
2. Thalaq Haram, yaitu thalaq tanpa alasan. Diharamkan menimbulkan
madharat antara suami dan istri, dan tidak adanya kemaslahatan yang
mau dicapai dengan perbuatan thalaqnya itu.
3. Thalaq Sunnah, yaitu dikarenakan istri mengabaikan kewajibannya
kepada Allah seperti shalat dan sebagainya, padahal suami tidak mampu
memaksanya agar istri menjalankan kewajibannya tersebut, atau istri
buang rasa malunya.38
b. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974
Dasar hukum perceraian terdapat dalam Pasal 38 Undang-undang
Nomor 1 Tahun 1974, yang menjelaskan bahwa perkawinan dapat putus
karena kematian, perceraian, dan atas putusan Pengadilan. Selanjutnya
dalam Pasal 39 menjelaskan sebagai berikut :

37
Departemen Agama, ibid.
38
Supadi, Tingkat Kesadaran Hukum Perceraian Bagi Istri, http://www.wikispaces.com

30
1. Perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang Pengadilan
setelahPengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil
mendamaikan kedua belah pihak.
2. Untuk melaksanakan perceraian, harus ada cukup alasan, bahwa
antara suami istri itu tidak akan dapat hidup rukun sebagai suami istri.
3. Tata cara perceraian di depan sidang Pengadilan diatur dalam
peraturan perundang-undangan itu sendiri39.
G. Bentuk-bentuk Perceraian
Bentuk-bentuk perceraian juga di jelaskan dalam Undang-undang Nomor
3 Tahun 2006 Tentang Pengadilan Agama, yaitu “Cerai Talak” dan “Cerai
Gugat”.
1. Cerai Talak
Cerai talak adalah salah satu bentuk perceraian yang dibenarkan
dalam Hukum Islam sebagai cara untuk memutuskan ikatan perkawinan,
seorang suami berkedudukan sebagai pemohon sebagaimana yang diatur
dalam Pasal 66 ayat (1) juncto Pasal 67 huruf a Undang-undang Nomor 7
Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama, yang menjelaskan ketentuan sebagai
berikut :
“Seorang suami yang beragama Islam yang akan menceraikan istrinya
mengajukan permohonan kepada Pengadilan untuk mengadakan sidang
guna menyaksikan ikrar talak”. Meskipun kebolehan menjatuhkan ikrar
talak adalah mutlak hak urusan pribadi suami, namun boleh atau tidaknya
suami menjatuhkan talaknya kepada istri tergantung penilaian dan
pertimbangan Pengadilan, setelah Pengadilan mendengar sendiri dan
mempertimbangkan pendapat dan bantahan istri, sehingga dalam hal ini istri
bukan obyek yang pasif lagi dalam cerai talak.40

39
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam
40
Yahya Harahap, Kedudukan Kewenangan Dan Acara Peradilan Agama Undang-undang Nomor
7 Tahun 1989, Edisi Kedua,( Jakarta : Sinar Grafika, 2005), h. 216.

31
2. Cerai Gugat
Cerai gugat adalah salah satu bentuk perceraian yang di benarkan
dalam Hukum Islam sebagai cara untuk memeutuskan ikatan perkawinan,
dalam hal ini justru belakikannya dari cerai talak. Di mana seorang istri
mengajukan permohonan sedangkan suami berkedudukan sebagai tergugat.
Hal ini sebagaimana yang diatur dalam Pasal 73 ayat (1) Undang-undang
Nomor 7 Tahun 1989 yang berbunyi :
Gugatan perceraian diajukan oleh istri atau (kuasanya kepada
Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman penggugat,
kecuali apabila penggugat dengan sengaja meninggalkan tempat kediaman
bersama tergugat”. Bentuk perceraian cerai gugat ini lebih lanjut diatur
dalam Bab IV Bagian Kedua, Paragraf 3 Undang-undang Nomor 7 Tahun
1989, karena itu Pasal 73 ayat (1) telah menetapkan secara permanen bahwa
dalam perkara cerai gugat yang bertindak dan berkedudukan sebagai
penggugat adalah istri.41
Dari penjelasan di atas maka dapat di tarik kesimpulanya bahwa, dari
pihak istri maupun dari pihak suami mempunyai jalur dan prosedur tertentu
dalam upaya menuntut perceraian, pihak suami melalui upaya cerai talak
dan pihak istri melalui upaya cerai gugat. Dalam hal ini ketentuan-ketentuan
di atas memberikaan hak kepada kedua belah pihak dalam mengajukan
permohonan gugatan perceraian.

41
Ibid, h. 119

32
K. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Perceraian
Dalam kehidupan rumah tangga tidaklah selalu merasa dapat
memperoleh kebahagiaan tetapi pada kenyataannya banyak orang yang
memilih untuk mengakhiri kehidupan rumah tangganya, hal ini di karenakan
adanya faktor-faktor yang menjadikan kehidupan rumah tangga tidak harmonis
lagi. Kesetiaan dan kepercayaan merupakan hal terpenting dalam membangun
rumah tangga yang harmonis dan bila kesetiaan dan kepercayaan itu hilang
maka di sini menjadi faktor terjadinya perceraian, di samping itu faktor yang
sering terjadinya perceraian adalah sebagai berikut:
1. Kesetiaan dan Kepercayaan : Dalam hal ini yang sering kali menjadi
pasangan rumah tanggabercerai, dalam hal ini baik pria ataupun wanita
sering kalimengabaikan peranan kesetiaan dan kepercayaan yang diberikan
pada tiappasangan, hingga timbul sebuah perselingkuhan.
2. Seks : Didalam melakukan hubungan seks dengan pasangan kerap kali
pasangan mengalami tidak puas dalam bersetubuh dengan pasangannya,
sehingga menimbulkan kejenuhan tiap melakukan hal tersebut, dan tentunya
anda harus mensiasati bagaimana pasangan anda mendapatkan kepuasan
setiap melakukan hubungan seks.
3. Ekonomi : Tingkat kebutuhan ekonomi di jaman sekarang ini memaksa
keduapasangan harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan ekonomi
keluarga,sehingga seringkali perbedaan dalam pendapatan atau gaji
membuat tiappasangan berselisih, terlebih apabila sang suami yang tidak
memilikipekerjaan.
4. Pernikahan Tidak Dilandasi rasa Cinta : Untuk kasus yang satu ini biasanya
terjadi karna faktor tuntutan orang tua yang mengharuskan anaknya
menikah dengan pasangan yang sudah ditentukan, sehingga setelah
menjalani bahtera rumah tangga sering kali pasangan tersebut tidak
mengalami kecocokan.42

42
www.infospesial.net.htm 2010

33
Sedangkan secara umum dijelaskan pula faktor- faktor yang
mempengaruhi terjadinya perceraian adalah sebagai berikut :
1. Perkawinan pada usia muda.
2. Perkawinan yang belum siap mental dan ekonomi.
3. Pasangan suami istri berpendidikan rendah atau drop out
4. Karena pengaruh dari pihak ketiga dari lingkungan keluarga maupun dari
luar.
5. Karena pengaruh politik, faham atau keyakinan yang berbeda
6. Pasangan suami istri yang kurang kufu' atau sepadan.
7. Karena kesibukan masing-masing berkarir dan kurang dapat mengatur
waktunya untuk keluarga.43
Di samping itu perceraian terjadi karena adanya perselisihan di antara
kedua belah pihak di antara suami dan istri yang tidak terselesaikan bahkan
tidak sedikit yang berujung Kekerasan Berumah Tangga (KDRT), maka di
ungkapkan juga bahwa bahwa faktor-faktor perceraian (KDRT) dalam
perkawinan adalah sebagai berikut:
1. Kekerasan fisik; Kekerasan fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa
sakit, jatuh sakit, atau luka berat.
2. Kekerasan psikis; Kekerasan psikis adalah perbuatan yang mengakibatkan
ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk
bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat pada
seseorang.
3. Kekerasan seksual; Kekerasan seksual, meliputi :1) Pemaksaan hubungan
seksual yang dilakukan terhadap orang yang menetap dalam lingkup rumah
tangga tersebut; 2) Pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang
dalam lingkup rumah tangganya dengan orang lain untuk tujuan komersial
dan/atau tujuan tertentu.

43
Yahya Harahap, Opcit, h 46.

34
4. Penelantaran rumah tangga. Penelantaran rumah tangga ada perbuatan di
mana seseorang tidak memberikan kehidupan, perawatan, atau pemeliharaan
kepada orang di lingkup keluarganya. Penelantaran dimaksud juga berlaku
bagi setiap orang yang mengakibatkan ketergantungan ekonomi dengan cara
membatasi dan/atau melarang untuk bekerja yang layak di dalam atau di
luar rumah sehingga korban berada di bawah kendali orang tersebut.44
Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa diantara Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi terjadinya perceraian. Mereka tidak melihat berapa usia
mereka menikah, sudahkah mereka siap mental menghadapi cobaan dalam
rumah tangga, yang kesemuanya itu tidak terpikirkan Iebih dahulu bahkan
mereka mengira setelah melakukan pernikahan akan senang, tidak tahunya
banyak tugas-tugas yang harus dilaksanakan untuk rumah tangganya, sehingga
mereka tidak mampu melaksanakan tugas-tugas itu, akhirnya mereka cerai.
Karena itu, supaya pernikahan terjamin kelestariannya maka sebelum memilih
pasangan sebaiknya mengedepankan "pertimbangan" pengetahuan,
penghayatan, dan pengamalan agama ketimbang faktor lain.

44
Risma, http://infor sepesialnet faktor peyebab perceraian.com (online) akses 14-01-2020

35
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

1. Metodologi Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode analisis deskriptif
dengan pendekatan kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah penelitian
yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh
subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dll. Secara
holistik, dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada
suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode
alamiah.45
Metode deskriptif kualitatif merupakan langkah-langkah yang
melakukan representasi objek tentang semua informasi. Dengan kata lain
metode ini tidak terbatas pada pengumpulan data, tetapi juga meliputi
analisis dan interpretasi tentang arti dari data tersebut.46
Melalui metode penelitian di atas penulis melakukan observasi,
wawancara, dan dokumentasi untuk memperoleh data yang terkait dengan
penelitian skripsi ini. Data yang diperoleh tersebut penulis analisis secara
deskriptif sehingga mengetahui lebih dalam, mengakar, menyeluruh dan
lebih jelas tentang peran Penyuluh Agama Islam dalam Mengatasi
Perceraian di Kecamatan Plered Kabupaten Cirebon.
2. Jenis penelitian
Bogdan dan Taylor mendefinisikan penelitian kualitatif yaitu sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriftif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang di amati.47

45
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, cet ke-18(Bandung: Prosda Karya, 2007),
h.6
46
Soejono dan Abdurrahman, Metode Penelitian Suatu Pemikiran dan Penerapan (Jakarta: Rineka
Cipta, 2005), h.24
47
ibid, h. 4

36
Sedangkan penelitian kualitatif menurut Sukmadinata yaitu suatu
penelitian yang di tunjukan untuk mendeskripsikan dan menganalisa
fenomena, peristiwa, aktivitas, sosial, sikap, kepercayaan, perepsi dan
pemikiran orang secara individu maupun kelompok.48
Berdasarka pada pandangan di atas, maka penelitian kualitatif yang di
gunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan kualitatif, di mana
penelitin yang di lakukan bersifat deskriptif yaitu penelitian yang di lakukan
untuk mengetahui atau menggambarkan kenyataan dari kejadian yang di
teliti atau penelitian yang di lakukan terhadap variabel mandiri atau tunggal,
yaitu tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel
lain. Selain itu, penelitian deskriptif juga terbatas pada usaha
mengungkapkan suatu masalah, keadaan atau peristiwa sebagaimana
adanya, sehingga bersifat sekedar untuk mengungkapkan fakta dan
memberikan gambaran secara obyektif tentang keadaan sebenarnya dari
obyek yang diteliti.

3. Lokasi Dan Waktu Penelitian


Lokasi penelitian ini di lakukan di Kantor Urusan Agama (KUA) Desa
Weru Kecamatan Plered Kabupaten Cirebon. Lokasi penelitian ini di pilih
oleh penulis karena berdasarkan pengamatan awal lokasi tersebut
merupakan salah satu wilayah yang memiliki tingkat perceraian yang tinggi.
Di samping itu waktu penelitian di lakukan pada bulan Januari 2020.

4. Subjek Penelitian
Subjek penelitian merupakan saasaran penelitian, subjek penelitian
dapat berupa benda, hal atau orang. Peneliti menggunakan sampling
purposif, yaitu menentukan kelompok peserta yang menjadi informan sesuai
kriteria terpilih yang relevan dengan masalah penelitian tertentu.49

48
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007), h. 60
49
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial
Lainnya. (Jakarta, Kencana:2012). h.107

37
Dengan demikian penelitian ini menjadikan Penyuluh Agama sebagai
subjek penelitian alasanyan karena Penyuluh Agama merupakan profesi
yang mensyaratkan memiliki keahlian dalam bidang Agama. Dengan
menjadikan Penyuluh Agama sebagai subjek penelitian bertujuan untuk
melihat peran apa yang di lakukan Penyuluh Agama dalam upaya
mengurangi perceraian di Keamatan Plered.

5. Data Dan Sumber Data


Sumber data yang di gunakan penelitian ini dari semua komponen
kepegawaian Kantor Uruasan Agama (KUA) Weru Kecamatan Plered
Kabupaten Cirebon meliputi Kepala Kantor, Staf, Penyuluh Agama dan
Peserta Penyuluhan. Adapun data yang di perlukan dalam penelitian ini
menggunakan data primer dan data sekunder.
Sumber Data Menurut Lexy J. Moleong, sumber data utama dalam
penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data
tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Sumber data dalam penelitian ini
adalah:50
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari
sumbernya dan di olah oleh peneliti dan lembaga bersangkutan untuk
dimanfaatkan, data primer dapat berupa sebuah pendapat subjek baik
secara individual maupun kelompok. Ada dua cara dalam memperoleh
data primer melalui observasi dan wawancara.
Oleh karenanya data primer merupakan para informan inti
kepenyuluhan Kantor Urusan Agama (KUA) Weru Kecamatan Plered
Kabupaten Cirebon. Yaitu Kepala Kantor, Staf, Penyuluh Agama dan
Peserta Penyuluhan.

50
Lexy J. Moleong, Opcit, h. 8

38
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung
atau melalui media perantara yang dihasilkan oleh pihak lain seperti
penelitian terdahulu yang berupa buku-buku, skripsi, jurnal, artikel
maupun majalah yang berkaitan dengan penelitian ini. Sehingga
diperoleh data yang bisa digunakan dalam penelitian ini.
6. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan oleh
penulis dalam memperoleh data-data yang dibutuhkan, yaitu melalui
beberapateknik pengumpulan data sebagai berikut :
a. Observasi
Observasi merupakan metode pengumpulan data melalui
pengamatan yang cermat dan teliti secara langsung terhafap gejala-gejala
yang di selidiki.51
Observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan
pengamatannya melalui hasilo kerja panca indra mata serta di bantu
dengan panca indera lainnya. sesungguhnya yang di maksud dengan
nmetode observasi adalah pengumpulan data yang di gunakan untuk
menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan.52
Dengan demikian observasi merupakan cara untuk memperoleh
data melalui kegiatan pengamatan langsung terhadap objek penelitian
untuk memperoleh keterangan atau data yang relevan dengan objek
penelitian. Selanjutnya, peneliti memahami dan menganalisis berbagai
gejala yang berkaitan dengan objek penelitian, yaitu aktivitas serta peran
Penyuluh dalam masyarakat, gejal-gejala yang memicu terjadinya
perceraian dalam rumah tangga.
Menurut sutrisno hadi observasi yaitu pengamatan dan pencatatan
sistematis fenomena fenomena yang diselidiki.53

51
Nasution, Metode Researce(Penelitian Ilmiah), (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h.106
52
Bungin Burhan, Opcit, h.181
53
Sutrisna Hadi, Metodologi Reaserch (Yogyakarta: Andi Offset 1989) Cet ke-19, hlm 139

39
Sedangkan menurut Burhan Bungin observasi adalah kemampuan
seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil pengamatan
panca indera mata serta dibantu dengan panca indera lainnya. di dalam
pembahasan ini kata observasi dan pengamatan digunakan secara
bergantian, seseorang yang sedang melakukan pengamatan tidak
selamanya menggunakan panca indera matanya saja, tetapi selalu
menghasilkan apa yang dilihatnya dan apa yang dihasilkan panca indera
yang lainnya, seperti apa yang dia dengar, apa yang dia cicipi dan apa
yang dia cium dari penciumannya, bahkan merasakan dari apa yang ia
rasakan dari sentuhan-sentuhan kulitnya.54 Dalam hal ini peneliti
melakukanpengamatan langsung ke lapangan untuk melihat langsung
peran Penyuluh Agama Islam dalam mengatasi perceraian di Kecamatan
Plered Kabupaten Cirebon. Melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan
oelh Penyuluh Agama Islam selama penelitian yang penulis lakukan.
b. Wawancara
Wawancara dapat di definisikan sebagai interaksi bahasa yang
berlangsung antara dua orang atau lebih dalam situasi saling berhadapan.
Yaitu yang melakukan wawancara meminta informan atau ungkapan
kepada orang yang di teliti yang berada di sekitar pendapat dan
keyakinannya penelitian ini menggunakan wawancara mendalam, yang
prosesnya memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara
tanya jawab dengan atau tanpa pedoman wawancara.55
Wawancara adalah cara pengumpulan data dengan jalan tanya
jawab sepihak yang di kerjakan secara sistematis dan berlandaskan pada
tujuan penelitian56.

54
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial
Lainnya (Jakarta: Kencana Perdana Media Group 2013) hlm 142-143
55
Bungin Burhan, Opcit, h.111
56
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, jilid 1,(Penelitian Ilmiah), (Yogyakarta: Andi Offset,
1997), h.47

40
Menurut Burhan Bungin wawancara adalah suatu metode yang
dipergunakan untuk mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan
keterangan atau informasi secara lisan dari seseorang sasaran peneliti
(responden), atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang
tersebut (face to face), Jadi data tersebut diperoleh langsung dari
responden melalui suatu pertemuan atau percakapan.
Dari pandangan para ahli di atas dapat di simpulkan bahwa
wawancara yaitu suatu cara untuk mendapatkan dan mengumpulkan data
melalui tanya jawab dan dialog atau diskusi dengan informan, yaitu
Penyuluh Agama Islam, tokoh Agama, tokoh pemuda, pihak yang
melakukan perceraian, dan beberapa tokoh masyarakat yang dianggap
mengetahui banyak tentang kondisi objektif dari masalah yang dibahas
dalam penelitian ini.
Wawancara sebagai pembantu utama dari metode observasi.
Gejala-gejala sosial yang tidak dapat terlihat atau diperoleh melalui
observasi dapat digali dari wawancara. Dalam penelitian ini untuk
memperoleh data-data yang relevan, maka peneliti melakukan
wawancara atau interview kepada warga yang berada di wilayah Plered
dan warga yang pernah berurusan langsung dengan KUA kecamatan
Plered.
c. Dokumentasi
Menurut Burhan Bungin dalam bukunya yang berjudul penelitian
kualitatif, menjelaskan bahwadokumen adalah salah satu metode
pengumpulan data yang perannya amat penting. Sebagian besar data
berbentuk surat-surat, catatan harian dan laporan. Kumpulan data
dokumen dalam arti luas termasuk monumen, foto, tape, mikrofilm,
disc,dan sebagainya.57

57
Bungin Burhan, Opcit, h.124-125

41
Dokumentasi adalah metode pengumpulan data melalui sumber-
sumber dokumen catatan yang mengandung petunjuk-petunjuk tertentu.58
yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan mengkaji
dokumen-dokumen baik berupa buku referensi maupun peraturan atau
pasal yang berhubungan dengan penelitian ini guna melengkapi data-data
yang berhubungan dengan penelitian ini, serta cara pengumpulan data
dan telaah pustaka, dimana dokumen-dokumen yang dianggap
menunjang dan relevan dengan permasalahan yang akan diteliti baik
berupa buku-buku, literatur, laporan gugatan perceraian dll, sehingga
dapat diperoleh data guna memberikan informasi berkenaan dengan
penelitian yang akan dilakukan.
Studi dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan
mempelajari catatan-catatan mengenai data pribadi responden atau data
lembaga tempat penelitian.59
Peneliti menyelidiki arsip atau dokumen yang ada di Kantor
Urusan Agama (KUA) kecamatan Plered kabupaten Cirebon. Seperti
profil lembaga, arsip pengelola dan pengurus lembaga, dan lain
sebagainya yang dapat menunjang kelengkapan data penelitian. Peneliti
juga mendapatkan dokumentasi berupa kondisi fisik lembaga, sarana
prasarana yang ada, serta kegiatan yang berlangsung.Peneliti
menggunakan handphone sebagai alat dokumentasi.

6. Instrumen Penelitian
Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan
fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan
pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data,
dan membuat kesimpulan atas temuannya. Dalam penelitian kualitatif
instrumen utamanya adalah peneliti sendiri.

58
Komarudin, Kamus Tesis, (Bandung,Angkasa: 1873), h. 33
59
Burhan Bungin, Opcit, h. 144

42
Namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka
kemungkinan akan dikembangkan instrumen penelitian sederhana yang
diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang
telah ditemukan melalui observasi dan wawancara. Peneliti akan terjun ke
lapangan sendiri, baik pada grand tour question, tahap focused selection,
melakukan pengumpulan data, analisis, dan membuat kesimpulan.
Instrumen dalam penelitian kualitatif dapat berupa test, pedoman 15
wawancara, pedoman observasi, dan kuesioner. (Sugiyono, 2017: 222- 224).
Adapun instrumen observasi dan wawancara sebagai berikut.

Tabel I
Pedoman Observasi
No Indikator Aspek yang di observasi
1. Kondisi, keadaan dan aktivitas kegiatan
Penyuluhan di KUA Kecamatan Plered
Kabupaten Cirebon.
2. Profil Lembaga KUA Kecamatan
PleredKabupaten Cirebon.
1 Observasi lapangan 3. Materi yang digunakan dalam kegiatan
kepenyuluhan di KUA Kecamatan Plered
Kabupaten Cirebon.
4. Metode yang digunakan dalam
melaksanakan kegiatann kepenyuluhan
KUA Kecamatan Plered Kabupaten
Cirebon.

Sumber Data: Kantor Urusan Agama 14 April 2021

43
Tabel II
Instrumen Wawancara
Pertanyaan wawancara 1. Materi apa saja yang disampaikan pada
kepada penyuluh agama dan kegiatan penyuluh agama dalam
perangkat KUA lainya di menanggulangi perceraian?
Kecamatan Plered terkait 2. Metode apa yang digunakan ketika
tentang peran penyuluh kegiatan kegiatan penyuluh agama dalam
agama dalam menanggulangi perceraian?
menanggulangi perceraian 3. Apakah kegiatan penyuluhan yang telah
di KUA Kecamatan Plered dilakukan dapat menanggulangi perceraian di
Kabupaten Cirebon. KUA Kecamatan Plered Kabupaten Cirebon
?
4. Apa kendala dalam kegiatan
kepenyuluhan ini?
5. Bagaimana cara mengatasi kendala-
kendala tersebut?
Pertanyaan wawancara
kepada peserta penyuluhan
keluarga, tekait tentang
peran penyuluh agama
dalam menanggulangi
perceraian di KUA
Kecamatan plered
Kabupaten Cirebon.

Sumber Data: Kantor Urusan Agama 14 April 2021

44
Tabel III
Pedoman Dokumentasi
No Dimensi Indikator
a. Profil KUA Kecamatan Plered
Kabupaten Cirebon.
1 Arsip Tulis b. Arsip visi dan misi
c. Arsip sarana dan pasarana
d. Arsip data pegawai
e. Arsip data peserta penyuluhan
keluarga
a. Kegiatan Wawancara
2 Foto b. Proses Kegaiatan Bimbingan Pranikah

Sumber Data: Kantor Urusan Agama 14 April 2021

7. Teknis Analisis Data


Analisis data adalah pencarian data atau pola-pola, Analisis data
adalah hubungann sistematik dari sesuatu untuk menetapkan bagian-
bagiannya, hubungan antar kajian, dan hubungannya terhadap
keseluruhannya.
Analisis data merupakan suatu cara yang di pergunakan untuk
menganalisa data, mempelajari, serta menganalisis data-data tertentu
sehingga dapat di ambil suatu kesimpulan yang kongkrit tentang persoalan
yang di teliti dan sedang di bahas.60

60
Lexy J.Moleong, Opcit. h.40

45
Dalam menganalisa data penulis menggunakan deskriptif kualitatif
yaitu pengolahan data dan melaporkan apa yang telah di peroleh selama
penelitian dengan cermat dan teliti serta memberikan interpretasi terhadap
data itu kedalam suatu kebulatan yang utuh dengan menggunakan kata-kata,
sehingga dapat menggambarkan objek penelitian saat melakukan penelitian
ini.61
Analisis data dalam penelitian kualitatif adalah proses pengumpulan
dan menyusun data secara sistematis yang bersifat deskriptif dari hasil
wawancara, observasi, dan dokumentas. Data yang terkumpul di analisis
secara induktif dan berlangsung selama pengumpulan data, dan di lakukan
secara terus menerus. Analisis data yang di lakukan meliputi reduksi data,
display data, dan menarik kesimpulan.62
Untuk menganalisa data yang telah diperoleh, peneliti menggunakan
model Bugan Bungin yaitu data reduction (reduksi data), data display
(penyajian data), dan conclusion drawing/verivication.
b. Data Reduction (Reduksi Data)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan
membuang yang tidak perlu. Pada reduksi data ini peneliti lakukan
setelah mendapatkan data hasil wawancara dan data berupa dokumentasi
yang terkait dengan fokus penelitian. Kemudian dilakukan
pengelompokan data atau pengklasifikasian data sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai yaitu memperoleh data tentang teknik bimbingan
konseng dalam penyesuaian diri siswa tunadaksa.
Apabila data yang diperoleh kurang lengkap atau tidak sesuai maka
peneliti akan melakukan pencarian data kembali dengan melakukan
observasi kembali, wawancara ulang ataupun studi dokumentasi.63

61
Sugyono, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2007), h.244
62
Suharsaputra, Metodologi Penelitian Kualitatif (2012), h. 216
63
Burhan Bungin, Ibid, h. 144-146

46
c. Display Data (Penyajian Data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplay data atau menyajikan data.Dalam penelitian kualitatif,
penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,
hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Pada penelitian ini,
hasil reduksi data mengenai proses bimbingan dalam penyesuaian diri
siswa tunadaksa dan wali kelas dalam proses pendampingan, kendala
pelaksanaan proses bimbingan kemudian disajikan, diolah dan dianalisis
berdasarkan teori yang dipilih dalam bentuk deskriptif.64
Menurut Miles and Huberman yang paling sering di gunakan untuk
menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang
bersifat naratif. Dengan mendisplay data maka akan memudahkan untuk
memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan
apa yang telah di fahami.65
d. Penarikan Kesimpulan/Verification (Kesimpulan)
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Burgan
Bungin adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Pada penelitian ini,
setelah tahap penyajian data selesai maka akan dilakukan penarikan
kesimpulan dari data yang diperoleh di lapangan setelah dianalisis
dengan teori.66
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang di harapkan adalah
temuan berupa deskriptif atau gambaran suatu objek yang sebelumnya
masih gelap menjadi jelas. Kesimpulan awal yang di kemukakan masih
bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak di temukan bukti-bukti
yang valid dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan
mengumpulkan data, maka kesimpulan yang di temukan merupakan
kesimpulan yang kredibel.67

64
Burhan Bungin, Ibid, h. 144-146
65
Sugyono, Opcit, h.341
66
Burhan Bungin, Ibid, h. 144-146
67
Sugyono, Opcit, h.345

47
Setelah analisis di lakukan maka penulis dapat menyimpulkan hasil
penelitian yang menjawab rumusan masalah yang telah di tetapkan oleh
penulis, data pengolahan dan penganalisaan data ini kemudian di beri
interpretasi terhadap masalah yang pada akhirnya di gunakan penulis
sebagai dasar untuk menarik kesimpulan.

48
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Sejarah Di Dirikan KUA Kecamatan Plered Kabupaten Cirebon
KUA Kecamatan Plered terletak di jalan Nyi Gede Cangkring No. 202
Plered kabupaten dengan luas lokasi dan luas bangunan Dalam sejarahnya
KUA Kecamatan Plered berdiri melalui tahapan-tahapan yaitu kerisidenan,
kenaiban, dan kemasjidan. Lalu pada tahun 2007 terjadi pemekaran dari
Kecamatan Weru menjadi Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Plered
yang di kala itu bersetatus ngontrak di Desa Kali Wulu selama dua tahun. Pada
tahun 2009 mulai di bangun Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan
Plereddan sudah berdiri hinga sampai sekarang70
B. Gambaran Umum KUA Kecamatan Plered Kabupaten Cirebon
Kantor urusan agama merupakan unit kerja terdepan Kantor Kementrian
Agama yang melaksanakan sebagaian tugas pemerintah dalam bidang
keagamaan, sebagai ujung tombak pelaksanaan program Kantor Kementrian
Agama di bidang Urusan Agama Islam, KUA berhadapan langsung dengan
masyarakat dalam melaksanakan kegiatan pelayanan keagamaan..
Kecamatan Plered kabupaten Cirebon memiliki sepuluh wilayah di
antaranya ialah71:
1. Panembahan
2. Tegalsari
3. Kaliwulu
4. Cangkring
5. Pangkalan
6. Trusmi kulon
7. Trusmi wetan
8. Gamel
9. Sarabu
10. Wotogali

70
Kantor Urusan Agama Tahun 2020
71
Ibid

49
C. Visi Dan Misi
1. Visi
Terwujudnya masyarakat kecamatan plered yang agamis, taat ibadah
dah sakinah serta maju dan cerdas dengan di dukung oleh aparatur yang
bersih dan berwibawa.72
2. Misia
a. Peningkatan kualitas pelayanan nikah dan rujuk
b. Memperkokoh ketahanan keluarga sakinah
c. Peningkatan kualitas pelayanan wakaf dan ibadah sosial
d. Peningkatan kualitas bimbingan manasik haji menuju kemandirian
jamaah
e. Peningkatan kualitas penyuluhan dan pelayanan keagamaan peningkatan
tata kelola pemerintah yang akuntabel73

D. Program Kerja

Adapun program kerja KUA Kecamatan Plered adalah74:


1. Meningkatkan pelayanan nikah dan rujuk
2. Meningkatkan ketertiban kearsipan
3. Penyuluhan keagamaan tentang harta warisan
4. Peningkatan pelaksanaan bimbingan munasik haji
5. Penyajian data melalui papan statistic
6. Peningkatan hubungan dengan instansi lainnya.

E. Agama Dan Kepercayaan


Keadaan agama dan kepercayaan penduduk asli kecamatan Plered
mayorits beragama Islam namun namun ada beberapa masyarakat yang datang
dari luar dan menetap di kecamatan Plered karena tuntutan profesinya.
Keadaan dan Jumlah tempat ibadah di kecamatan Plered dapat di lihat pada
tabel di bawah ini.

72
Ibid
73
Ibid
74
Ibid

50
1. Keadaan jumblah penduduk
wilayah Kecamatan Plered meliputi 10 Desa dengan jumblah
penduduk 55.183 jiwa orang. Adapun agama yang di peluk adalah75 :
4. Agama Islam : 55.143orang
5. Agama Kristen Prostestan : 35 orang
6. Agama Kristen Khatolik :- orang
7. Agama Hindu :- orang
8. Agama Budha :5 orang

2. Sarana Pribadatan

Untuk memenuhi hajat masyarakat beragama, di wilayah Kecamatan


Plered memiliki sarana tempat ibadah yang meliputi76 :

1. Masjid : 15 buah
2. Langgar : 129 buah
3. Musholla : 8 buah
4. Gereja : - buah
5. Pura / Wihana : - buah

75
Ibid
76
Ibid

51
Tabel IV
Penduduk Dan Pemeluk Agama
a. Jumblah Agama
b. N
Desa Penduduk Islam Protn Katlk Hndu Bdha
o

1 Kaliwulu 8.155 8.143 12 0 0 0

2 Panembaha 5.287 5.277 5 0 0 5


n

3 Trusmi 3.083 3.072 0 0 0 0


Wetah

4 Trusmi 3.552 3.542 0 0 0 0


Kulon

5 Wotogali 5.583 5.573 0 0 0 0

6 Gamel 4.680 4.670 0 0 0 0

7 Sarabu 4.808 4.798 0 0 0 0

8 Tegal Sari 8.891 8.873 18 0 0 0

9 Cangkring 5.365 5.355 0 0 0 0

10 Pangkalan 5.765 5.753 0 0 0 0

Jumblah 55.183 55.14 35 0 0 5


3

Sumber data: Kantor Urusan Agama tahun: 4 februari 2020.

52
Tabel V
Tempat Ibadah Umat Beragama

Agama Islam Pura/

Desa Masjid Langgar Musholla Gereja Vihar


a
No

1 Kaliwulu 2 20 2 0 0

2 Panembahan 1 19 0 0 0

3 Trusmi Wetan 1 7 0 0 0

4 Trusmi Kulon 2 5 0 0 0

5 Wotgali 1 9 0 0 0

6 Gamel 1 7 0 0 0

7 Sarabu 1 7 0 0 0

8 Tegal Sari 3 31 5 0 0

9 Cangkring 1 13 0 0 0

10 Pangkalan 2 11 1 0 0

Jumblah 15 129 8 0 0

Sumber data: Kantor Urusan Agama tahun: 14 April 2021.

53
F. Strukutur Pegawai KUA Kecamatan Plered Kabupaten Cirebon

KEPALA

ARIS MAULANA, Lc.


198706072011011008

PENYULUH
H.MUHAEMIN,Sag.MPd
197507272006041032

PENGHULU
ALI
WAHYUDIN,SAg.MAh
1977606720220321043

KETU AN DAN RT AN PENGADMINISTRASIAN


EVI RAHMAWAT, S.Ip SYTARA, S.Sy
19760217199802001 197209122007011025

PENGADMINISRASIAN PENGADMINISTRASIAN
AHMAD ROSYADI, S.Sos TONI
197507082009011001 197304032014111002

Sumber data: Kantor Urusan Agama tahun: 4 februaru 2020

54
G.Aktifitas penyuluh agama Islam di KUA Kecamatan Plered Kabupaten
Cirebon
Aktifitas Penyuluhan bertujuan dalam mencapai perubahan perilaku
individu, keluarga, dan masyarakat dalam memelihara lingkungan yang
disiplin. Penyuluhan Agama berperan penting karena saat ini terjadi perubahan
gaya hidup di masyarakat, penyuluh Agama adalah pembimbing yang
memberikan pencerahan keagamaan pada masyaraka.
Berkaitan dengan hal ini, aktifitas Penyuluh Agama yang dilakukan guna
menanggulangi percerian di jelaskan juga dalam bukunya darwan:
Penerangan, maksudnya, “penyuluh agama memiliki tugas dan kewajiban
menerangkan segala sesuatu yang berkaitan dengan agama, hukum halal
haram, cara, syarat dan rukun dari suatu pelaksanaan ritual tertentu,
pernikahan, zakat, keluarga sakinah, kemasjidan dan lain sebagainya 68
Tugas penyuluh agama itu sendiri bukan sekedar melakukan pembinaan
akhlak pada masyarakat semata, tetapi juga melakukan penyuluhan
pembangunan yakni memberikan program pemerintah melalui bahasa agama
dalam upaya pemberdayaan kehidupan agar maju dan mandiri, maka dari itu
jika dilihat lebih dalam lagi tugas penyuluh Agama sangat berat, tugas yang
tidak di batasi oleh ruang dan waktu. Tugas yang berat ini hendaklah penyuluh
Agama membekali diri dengan pengetahuan yang memadai serta latar belakang
penyuluh yang jelas agar mampu mengatasi permasalahan di masyarakat.
Dalam hal ini, penulis menemukan hasil dari wawancara yang telah
dilakukan tentang aktivitas penyuluh agama islam di Kantor Urusan Agama
Kecamatan Plered Kabupaten Cirebon, sebagai berikut69:
1. Menyusun dan menyiapkan program penyuluhan
Penyuluh Agama Islam hamper selalu menyiapkan beberapa hal yang akan
dilakukan sebagai agenda riil yang tentunya wajib dilaksanakan, sebagai
contoh penempatan kondisi dan waktu

68
Darwan, Pengantar Bimbingan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 15
69
Wawancara Dengan Bapak Muhaimin, 06 Februari 2020

55
2. Melaksanakan penyuluhan
Dengan urutan agenda yang telah ditetapkan sebelumnya, penuyuluh agama
akan melaksanakan penyuluhan yang telah di tuju.
3. Melaksanakan pembinaan kepada pasanganyang bermasalah.
Pada aktivitas ini, sebelum dilaksanakan nya pembinaan dan penyuluhan
terkait, penyuluh telah mendapatkan izin dan menerapkan kode etik
konseling.
4. Melaporkan pelaksanaan penyuluhan
Sebagai suatu runtutan aktivitas konseling, laporan akan dilakukan dari
penyuluh agama kepada atasan, dalam hal ini, kepala bidang penyuluhan.
5. Mengevaluasi/memonitor hasil pelaksanaan penyuluhan
Sebagai orang yang melakukan penyuluhan, sudah sepatutnya penyuluh
melakukan evaluasi terkait.
6. Penyuluh agama melaksanakan pengajian rutin atau ta’lim di
jam’iyahmasyarakat sekitar.
Sebagai solusi yang dianggap baik oleh penyuluh guna memberikan
standard keilmuan yang dianggap cukup maka diadakan kegiatan berikut.
7. Penyuluh agama sering kali menyampaikan materi yang dibawakan nya
tentang keluarga yang sakinah mawaddah warahmah.
Seperti yang utaraka sebelumnya, penyuluh akan memberikan materi yang
berkaitan dengan nikah.
8. Penyuluh agama melakukan kursus pra-pernikahan dan pasca pernikahan
Kegiatan ini menjadi salah satu kegiatan lanjutan dari ta’lim dan kegiatan
penyuluhan sebelumnya. Kegiatan ini sebagai pembelajaran praktik dan
penyuluhan sebagai teorinya.

56
Di samping itu hasil penelitian yang dilakukan di Kecamatan Plered bahwa
kegiatan preventif yang dilakukan penyuluh agama yaitu melakukan
Penyuluhan Agama, Penyuluhan di Majlis Ta‟lim. Selanjutnya bersifat Kuratif
adalah kunjungan keluarga (Pendekatan personal), kordinasi dengan tokoh
agama, orang tua dan masyarakat. dan kegiatan yang bersifat Development
adalah rekreasi remaja dan hadroh remaja.
Maka dengan demikian bahwa penyuluh Agama aktif dan turun dalam
menangani persoalan-persoalan di masyarakat, akan tetapi hanya terdapat satu
penyuluh Agama yang dalam setiap kegiatanya khusus dalam menanggulangi
perceraian, hal itu di karenakan melihat kasus perceraian terus meningkat dan
akhirnya membuat kegiatan-kegiatan keagamaan yang di harapkan mampu
untuk menanggulangi perceraian..

57
Tabel VI
Jadwal kegiatan

No Waktu Kegiatan Petugas

1 Jumat 07:00- Menyiapkan program


08:00 penyuluhan.

2 Senin dan Melaksanakan penyuluhan.


Kamis 08:00-
10:00

3 Selasa -Kamis Melaksanakan pembinaan


08:00- 11:00 kepada pasangan yang
bermasalah

4 Selasa 01:00- Melaporkan pelaksanaan H.Muhaimin,Sag.MPd


02:00 penyuluhan

5 Selasa 01:00- Mengevaluasi


02:00

6 Senin dan Melaksanakan pengajian


jumat 08:00- rutin
04:00

7 Selasa-Kamis Melaksanakan kegiatan


01:00-04:00 kursus pranikah dan
pscanikah

Sumber data: wawancara dengan bapak Muhaimin Penyuluh Agama KUA Plered.

58
H. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perceraian di Kec. Plered
Kab. Cirebon

Perkawinan antara bapak sururi dengan ibu ijah telah berlngsung selama 3
tahun, dan telah di karuniai anak bernama sandi ramadhan (laki-laki) berusia 2
bapak sururi dan ibu ijah sehingga dari ibu ijah merasa tidak nyaman dengan
hal itu thun dan sekarang anat tersebut dalam asuhan ibunya, awalnya rumah
tangga mereka harmonis dan bahagia, namun sejak 8 mei 2021 seudah tidak
hrmo nis lagi karena sering terjadi perselisihan dan pertengkarang yang di
sebabakan karena.

a. pihak suami tidak bisa memenuhi tuntutan nafkah dari pihak istri yang di
sebabkan penghasilan suami tidak terlalu besar dan pihak istri slalu
menuntut nafkah di luar kemampuan suami.

b. orang tua dari pihak suami selalu ikut campur dalam urusan rumah tangga
sehingga di antara mereka merasa tidak nyaman dengan hal itu

dengan danya kejadian tersebut bapak sururi dan ibu ijah awalnya masih tetap
bersabar dan sudah di lakukan musyawarah antara suami dan istri dan beserta
keluarga, namun upaya tersebut tidak berhasil kareana rumah tangga mereka
sudah tidak ada kebahagiaan dn keharmonisan lagi maka mereka memutuskan
untuk bercerai karena mereka merasa sudah tidak sanggup lagi untuk
melakukan rumah tangga bersama-sama.70

Perkawinan antara bapak wahid dengan ibu murni awalnya berlangsung


harmonis dan bahagia dan sudah berlangsung selama 4 tahun dan belum di
karuniai anak, pada bulan januari 2021 sudah tidak harmonis lagi karena sering
terjadi perselisihan yang di sebabkan oleh
a. bapak wahid sering cemburu dan marah tanpa alasan yang jelas bahkan
sampai berperilaku kasar terhadap ibu murni, ketika bapak wahid marah
sampai mendorong ibu murni sehingga menyebabkan ibu murni marah,
takut dan merasa tidak nyaman menjalani rumah tengga bersama-sama lagi.

70
Wawancara dengan bapak sururi dan ibu ijah

59
b. setelah kejadian itu bapak wahid dan ibu murni bersikap cuek dan tidak mau
memberikan nafkahnya kepada ibu murni di karenakan pada saat itu
masing-masing sudah memiliki pekerjaan danpenghasilan sendiri sehingga
cenderung lebih mementingkan diri sendiri71

perkawinan antara bapak sukron dengan ibu lia sampai saat ini telah
berjalan selama 3 tahun 11 bulan dan telah di karuniai anak yang bernama
rakhmat nur pauji umur 2 tahun, pada awalnya rumah tangga beliau harmonis
dan bahagia, namun sejak bulan mei 2019 sudah tidak harmonis lagi karena
sering terjadi perselisihan dan pertengkaran yang di sebabkan karena
a. ibu lia sering mengeluh dan merasa kekurangan terhadap nafkah yang bapak
sukron berikan, adapun kesanggupan bapak sukron untuk nahkah sebesar
2.000.000 an perbulan, padahal bapak sukron telah berusaha untuk terbuka
dan menasehati ibu lia, namun ibu lia selalu tidak menghargai dan menerima
hasil bekerja bapak sukron
b. ibu lia memiliki laki-laki idaman lain namun tidak di ketahui identitasnya
yang berasal dari indramayu. Hal tersebut telah di ketahui bapak sukron dari
media sosial akun milik ibu lia yang berisi foto-foto yang tidak wajar.72
Padaumumnya perceraian terjadi karena adanya faktor-faktor tertentu
yang mendorong terjadinya perselisihan antara suami istri hingga mengahiri
ikatan perkawinan yang bermaksud agar memperoleh solusi dari perselisihan
tersebut, merujuk dari hasil penelitian di atas sehingga dapat kita ketahui
bahwa dalam penelitian ini terdapat faktor-faktor terjadinya perceraian di
Kecamatan Plered antara lain:

71
Waancara dengan bapak wahid dan ibu murni
72
Wawancara dengan bapak sukron

60
1. Ekonomi
Berdasarkan kasus-kasus tersebut yang di temukan peneliti di atas
bahwa dengan adanya kejdian tersebut sudah di lakukan upaya musyawarah
dan meditasi namun upaya itu tidak berhasil, dengan keadaan rumah tannga
tersebut bisa di katakan darinpihak laki-laki dan perempuan sudah tidak ada
harapan untuk melanjutkan rumah tangga, sehingga tujuan perkawinan
untuk membentuk rumah tangga yang sakinah, mawadah warohmah tidak
dapat terwujud, dan apabila tetap di pertahankan hanya akan menimbulkan
kemudharatan yang berkepanjangan. Maka untuk mendapat solusi dari
perselisihan tersebut dari pihak pria dan wanita memilih unuk melakukan
perceraian.
Modal dasar seseorang berumah tangga adalah tersedianya sumber
penghasilan yang jelas untuk memenuhi kebutuhan secara finansial.
Kelangsungan hidup keluarga antara lain ditentukan oleh kelancaran
ekonomi, sebaliknya kekacauan dalam rumah tangga dipicu oleh ekonomi
yang kurang lancar dan Keuangan yang tidak mencukupi kebutuhan
keluarga, akan memciu munculnya sebuah perceraian.
Pasangan yang tidak dapat mengendalikan uang yang dipergunakan
untuk kelangsungan keluarga, akan merasa sulit untuk menyesuaiakan
masalah ekonomi73.

Alasan perceraian karena faktor ekonomi di Desa plered memiliki


jawaban terbanyak dari 3 pasang pelaku perceraian faktor ekonomi menjadi
salah satu penyebabnya. Mayoritas responden bekerja sebagai buruh dan
tani, pengasilan yang diperoleh hanya cukup untuk makan setiap harinya,
mendapatkan nafkah sehari untuk makan hari itu juga. Bahkan ada
responden yang hanya bekerja srabutan dan penghasilannya tidak menentu
terkadang mendapatkan nafkah tapi terkadang juga tidak.

73
Wawancara Dengan Bapak Ali Wahyudin Penghulu di Kantor Urusan Agama Kecamatan Plered
Kabupaten Cirebon, tanggal 26 Maret 2020.

61
Agama mewajibkan suami memberi nafkah kepada istrinya, oleh
karena itu adanya ikatan perkawinan yang sah seorang istri menjadi terikat
semata-mata kepada suaminya, dan tertahan sebagai miliknya. Tugas
seorang istri dalam rumah tangga yaitu memelihara dan mendidik anak-
anaknya, sebaliknya bagi suami ia berkewajiban memenuhi kebutuhannya,
dan memberi uang belanja kepadanya, selama ikatan perkawinan masih
berjalan
Apabila seorang suami yang harusnya memberi nafkah kepada
keluarga tetapi tidak menjalankan sesuai apa yang menjadi kewajibannya
membuat seorang istri harus mengganti peran menjadi pencari nafkah dalam
keluargan. Karena tidak mempunyai kesadaran
bersama maka timbul perselisihan dan percecokan terus menerus yang
tidak dapat terhindarkan. Hal tersebut dapat menunjukan bahwa tujuan
hidup berumah tangga yang tentram dan damai sudah tidak sejalan lagi.
Maka mereka akan menganggap bahwa sudah tidak akan lagi bisa hidup
bersama, untuk itulah mereka memilih jalan perceraian untuk mengakhiri
perkawinan.
Menurut pepenulis seharusnya antara suami istri itu harus
mengedepankan kebutuhan bersama dan harus menghilangkan ego masing-
masing. Apabila terdapat masalah dalam rumah tangga harusnya dapat
diselesaikan terlebih dahulu oleh anggota keluarga tersebut, karena setiap
masalah pasti ada jalan keluarnya. Selain rasa kasih sayang yang harus
dimiliki tiap anggota keluarga, ekonomi sebagai pemenuh kebutuhan
keluarga juga harus tetap terpenuhi. Antara suami istri harusnya ada kerja
sama untuk mewujudkan suatu rumah tangga yang bahagia dan tentram.
Tugas suami mencari nafkah dan tugas istri mengurus segala kebutuhan
rumah tangga. Besar kecilnya nafkah yang diperoleh suami, istri harus
menerima dan mensyukurinya, hal tersebut agar tidak timbul lagi
perselisihan karena ekonomi yang dapat berujung kepada perceraian.

62
2. Adanya Orang ketiga
Yang dimaksud dengan adanya orang ketida dalam hal ini adalah
perselingkuhan, Banyak faktor yang menyebabkan pasangan suami istri
memiliki wanita idaman dan pria idaman lain dari rumah tangganya, antara
lain disebabkan karena faktor ekonomi dan krisis akhlak. Kurangnya
pemahaman agama tentang hak dan kewajiban suami istri, membuat mereka
tidak faham akan tujuan dari suatu perkawinan itu sendiri. Mereka hanya
memandang bahwa tujuan perkawinan semata-mata untuk memenuhi
kebutuhan biologis tanpa memperhatikan pada tujuan yang bersifat ibadah.
Kehidupan rumah tangga sudah menjadi komitmen sejak awal
pernikahan. Lebihnya itu akan muncul perasaan bosan terhadap istrinya.
Perselingkuhan itu terjadi karena adanya rasa bosan kepada istrinya dan
menjalin hubungan kepada mantan pacar juga membandingkan sifat istrinya
dengan mantan pacarnya74.
Hal ini merupakan amanah yang harus dijunjung tinggi dan
dipertahankan sampai akhir hayat, akan tetapi komitmen itu hanya berlaku
diawal pernikahan. Perselingkuhan menyebabkan perasaan kecewa, marah,
sakit hati, menghilangkan kepercayaan, dan depresi. Pelaku perselingkuhan
menimbulkan sanksi moral dari lingkungan. Kondisi demikian akhirnya
mendorong terjadinya rumah tangga tidak harmonis sehingga dorongan
untuk bercerai semakin membesar. Oleh karena itu pasangan tidak
memikirkan kembali pada prinsip awal pernikahan janji suci dan sacral.

74
Ibid

63
Menurut pendapat penulis dari analisis tersebut, memang
perselingkuhan bukan merupakan hal yang tabu lagi, dan dapat terjadi di
manapun. Tetapi alangkah baiknya mereka sadar perselingkuhan bukan
sebagai jalan keluar dari ketegangan dalam rumah tangga, tetapi akan
membuat masalah baru. Ingin hati melepaskan kasih sayang kepada orang
lain tetapi disisi lain ada yang merasa dirugikan dan tersiksa. Alangkah
baiknya segala masalah yang terjadi di dalam rumah tangga diselesaikan
dari hati ke hati, apa permasalahan yang terjadi hingga seperti ini. Kita buka
hati kita untuk membenahi kekurangan dan kelebihan antara suami istri,
hingga tercipta hasil yang kita harapkan yaitu hidup rukun dan tercipta kasih
sayang sesuai dengan tujuan perkawinan itu sendiri.
3. Komunikasi
Memang ironis di zaman sekarang yang sudah banyak alat komunikasi
yang canggih, masih banyak orang yang kurang saling berkomunikasi
dengan pasangan sendiri, dan lebih sering berkomunikasi dengan teman-
teman kantor dan rekan kerja.
Perselisihan dalam rumah tangga terjadi karena kurangnya waktu
untuk bersama dan untuk berkomunikasi dalam rumah tangga itu sendiri.
Padahal sebagaimana diketahui rata-rata dalam sebuah pasangan sama-
sama bekerja sehingga waktu berkumpul untuk bertukar pendapat dan saling
berbagi pengalaman antara pasangan tidak terjalin baik, komunikasi di
antara anggota keluarga tidak ditemukan lagi75.
Rata-rata yang berselisih paham dalam keluarganya ketika datang
untuk meminta nasehat dan yang menjadi keluhan utamanya adalah
kurangnya komunikasi diantara mereka. Jadi menurutnya hal yang paling
oenting dan utama yang dijadikan bebteng perthanan dalam sebuah rumah
tangga adalah komunikasi. Ketika komunikasi lancar maka segala urusan
dalam rumah tangga akan mudak terselesaikan.

75
Bapak Muhaemin Penyuluh Agama Kantor Urusan Agama Kecamatan Plered Kabupaten
Cirebon, tanggal 26 Maret 2020.

64
4. Cemburu
Tuduhan yang belum pasti dapat menyebabkan kecemburuan.
Cemburu merupakan krisis moral yang berakibat terjadi perselisihan terus
menerus, sehingga tidak ada harapan untuk hidup rukun lagi. Hal ini dapat
menyebabkan sakit hati, karena dapat berupa selingkuh. Selingkuh dapat
diketahui karena tahu sendiri atau karena adanya laporan dari orang lain
yang tahu atau karena yang dicemburui jarang pulang ke rumah.76
Cemburu yang berlebihan dan tidak adanya saling menyadari satu
sama lain dapat menyebabkan perselisihan yang terus menerus, sehingga
rumah tangga berantakan dan dapat berakhir di Pengadilan dengan
perceraian. Padahal rumah tangga itu harus ada ketentraman baru rumah
tangga itu disebut harmonis.
5. Meninggalkan kewajiban
Meninggalkan kewajiban oleh suami/ isteri yang berupa nafkah baik
lahir maupun batin77
Secara idealnya, memang suami yang bertanggung jawab untuk
memenuhi kebutuhan rumah tangganya dan menjadi tulang punggung yang
menyokong perekonomian keluarga. Namun terkadang suami tidak mampu
berbuat banyak. Belum lagi sikap suami yang merasa masa bodoh atau tidak
mau mengerti kebutuhan rumah tangganya dan melimpahkan begitu saja
setiap urusan rumah tangganya kepada sang istri. Suami menutup mata dan
tidak mau perduli terhadap kesulitan istri. Istripun dengan susah payah
menggantikan peran suami menjadi tulang punggung keluarga untuk
memenuhi kebutuhan keluarga dan mengurus segala kepentingan keluarga
termasuk anak-anaknya.

76
Wawancara dengan bapak wahid, tanggal 04 Februari 2020
77
Wawancara dengan Ibu Sutiri, tagal 04 Februari 2020

65
6. Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT)
Pada awalnya rumah tangga berlangsung rukun dan harmonis, namun
sejak menikah 3 tahun terakhir sampai sekarang rumah tangga telah retak,
masalahnya sikap suaminya kasar, dan menyakiti badan jasmani atau
ditendang hanya masalah sudah menutup pintu dan suami pergi dan pulang
sampai malam yang menyenbabkan pertengkaran78
Perkawinan merupakan sebuah institusi yang telah ditentukan oleh
AllahSWT yang menimbulkan kehalalan bagi seseoranguntuk melakukan
hubungansuami istri, sehingga seseorang dapat meneruskan keturunannya
danmelangsungkan kehidupannya, dengan kata lain perkawinan merupakan
langkahawal bagi laki-laki maupun wanita untuk membentuk sebuah
keluarga.
Terwujudnya rumah tangga yang bahagia, kekal, sakinah, mawadah,
dan warahmah adalah tujuan yang sebenarnya dari perkawinan. Hal inilah
yang menjadikan perkawinan sebagai sebuah perjanjian sakral yang harus
dijaga dan dipertahankan. Namun dalam kenyataannya tidak semua
perkawinan dapat mewujudkan tujuan dari perkawinan itu sendiri, bahkan
seringkali perkawinan harus putus di tengah jalan. Hal ini bisa disebabkan
karena banyak faktor, antara lain ialah karena adanya kekerasan yang
dilakukan oleh salah satu pihak (suami/istri) dalam sebuah perkawinan.
Perilaku tempramental (kasar) dalam rumah tangga atau sering disebut
juga dengan kekerasan dalam rumah tangga sering ditemui di dalam
sebuah perkawinan, dan tidak jarang pada akhirnya menjadi sebab
terjadinya perceraian. Tindakan kekerasan dalam rumah tangga ini biasanya
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah faktor ekonomi,
lingkungan, psikologi, dan lain sebagainy.

78
Wawancara dengan ibu murni, tanggal 04 Februari 2020

66
kekerasan yang dilakukan oleh suami dapat berdampak pada istri
maupun anaknya yang dapat menimbulkan ketraumaan, stres ataupun
ketakutan. Perkembangan jiwa anak yang di besarkan dalam rumah tangga
yang tidak harmonis mengakibatkan anak tersebut cenderung bersifat
keras dan pemarah, karena dia tidak lagi merasa tentram dan tidak
diperhatikan oleh orang tuanya. Sedangkan dampak terhadap seorang
istri dapat memberikan rasa trauma yang berkepanjangan dan susah
lagi untuk membina rumah tangga.
Apabila dalam rumah tangga rasa aman dan perlindungan sudah
tidak didapat lagi maka seorang istri dapat mengajukan perceraian.
Oleh karena itu, dalam suatu perkawinan yang dijalani dengan adanya
kekerasan dalam rumah tangga, terkadang perceraian harus terjadi
untuk menghindari kekerasan dalam rumah tangga tersebut.
Dari faktor-faktor tersebut faktor ekonomi dan perselisihan menjadi
faktor dominan penyebab perceraian. Keadaan ekonomi yang tergolong
dalam menengah ke bawah dapat disebabkan karena rendahnya tingkat
pendidikan, yang menjadikan mereka hanya berprofesi sebagai petani dan
buruh. Berdasarkan hasil penelitian responden yang bercerai rata-rata hanya
berpendidikan tingkat SD sampai SMA/SMK. Hal tersebut menyebabkan
kurangnya pemahaman tentang tujuan perkawinan tersebut, yaitu
membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa. Sehingga sekilas dapat dikatakan bahwa tingkat
pendidikan terkait denga tingakat perceraian. Logikanya adalah orang yang
berpendidikan mampu mengendalikan diri, karena lebih berpenghitungan,
sehingga kepribadiannya relatif lebih mantap dan lebih mampu menciptakan
keadaan rumah tangga yang lebih baik. Ekonomi yang kurang menyebabkan
perselisihan yang terus menerus terjadi dan tidak lagi dapat terhindarkan.
Dengan latar belakang ekonomi menengah ke bawah maka keluarga tersebut
mengalami goncangan atau kesulitan ekonomi.

67
Ekonomi merupaka sebuah penyanggah rumah tangga, dengan latar
belakang ekonomi yang kurang membuat rumah tangga menjadi goyah,
sehingga perceraipun tidak dapat lagi terhindarkan.

I. Peran Penyuluh Agama dalam Mengurangi Percerain di KUA Kecamatan


Plered
Tugasnya sebagai Penyuluh Agama yaitu memberikan bimbingan kepada
masyarakat tentang keagamaan untuk membentuk mental dan moral di KUA
Kecamatan Plered Kabupaten Cirebon, supaya lebih bertakwa pada Agama,
memberikan pembinaan keluarga sakinah seperti kursus calon pengantin,
memberikan pendidikan pra nikah.
Dalam hal ini Penyuluh Agama Di Kantor Urusan Agama Kecamatan
Plered memiliki peranan sebagai berikut:79
1. Penyuluh Agama sebagai da’i
Penyuluhan Agama dilakukan dengan tujuan demi terwujudnya
masyarakat yang religius dan taat beragama serta harus mampu
melaksanakan tugasnya dengan baik dimasyarakat, mampu meningkatkan
kinerja, membimbing dan membina untuk meningkatkan ilmu
pengetahuan khususnya ilmu agama.
2. Penyuluh Agama sebagai fasilitator
Peran penyuluh agama menyediakan fasilitas seperti diberikannya
berbagai pilihan-pilihan terkait keputusan.
3. Penyuluh Agama sebagai motivator
Kondisi pasangan rumah tangga yang mengajukan penceraian tentunya
mengalami gejala-gejala psikis yang tidak nyaman seperti stres, panik, dan
beberapa gejala semacam lainnya. Maka dari itu peran penyuluh sangat
dibutuhkan untuk membimbing agar mengurangi gejala-gejala tersebut.
4. Penyuluh Agama sebagai informatif

79
Wawancara Bapak Aris Maulana Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan Plered Kabupaten
Cirebon, tanggal 26 Maret 2020.

68
Penyuluh Agama setidaknya memiliki peran sebagai pemberi
informasi kepada masyarakat, penyuluh juga memiliki waktu untuk selalu
berkonsultasi tentang keagamaan dimasyarakat..
Ada beberapa metode yang digunakan Penyuh Agama sebagai
informatif dalam melakukan pembinaan untuk mengantisipasi tingkat
perceraian di Kecamatan Plered Kabupaten Cirebon80, yaitu :
a. Metode informatif, yang bersifat memberikan penerangan atau
informasi. Dengan melakukan metode ini kepada keluarga/masyarakat
yang sedang mengalami masalah untuk memberikan penuluhan,
nasehat-nasehat, dan solusi agar mampu menyelesaikan masalah yang
merka hadapi.
b. Metode sugesti dan persuasif, yaitu cara mempengaruhi klien agar
bersedia mengikuti nasehat yang diberikan.
c. Metode edukatif, yaitu cara pemberian nasehat yang bersifat
mendidik.
d. Metode diskusi, yaitu mengarah pada pemecahan masalah dengan
menjelaskan problem yang dihadapi klien
Peranan Penyuluh Agama dalam menanggulangi terjadinya perceraian
hanya bersifat membantu dan membimbing menyelesaikan masalah yang
dihadapi oleh pasangan suami istri yang berselisih78.
Agar lebih difungsikan peran Penyuluh Agama dalam mengurangi
perceraian diperlukan metode yang dapat merubah suatu kepentingan kepada
keluarga yang bersifat merugikan antara keduanya menjadi lebih
memperhatikan kondisi rumah tangganya.
Penyuluh Agama yang ada di Kecamatan Plered Kabupaten Cirebon
mempunyai beberapa cara dalam memecahkan permasalahn yang dihadapi oleh
pasangan suami istri, di antaranya yaitu berupa diskusi atau wawancara yang
dilakukan oleh Penyuluh Agama denga pihak yang berselisih.

80
Wawancara Bapak Muhaemin Penyuluh Agama Kantor Urusan Agama Kecamatan Plered
Kabupaten Cirebon, tanggal 26 Maret 2020.
78
Bapak Muhaemin Penyuluh Agama Kantor Urusan Agama Kecamatan Plered Kabupaten
Cirebon, tanggal 26 Maret 2020.

69
Di samping itu Penyuluh Agama memiliki fungsi sebagai berikut :
memberikan bimbingan pernikahan dengan menyelenggarakan bimbingan
pranikah dan pasca nikah. Pernikahan dalam Agama Islam adalah sunnah
Rasulullah saw.,maka ketentuan tentang pernikahan diatur dalam Undang-
Undang. Tujuan pernikahan tentunya ingin membangun rumah tangga yang
sakinah, mawaddah warahmah. Agar apa yang diharapkan suami istri atau
calon pengantin dapat dicapai, maka perlu adanya pengarahan dan pembekalan
sebelum mereka melangsungkan pernikahan. di lembaga inilah masyarakat
dapat berkonsultasi tentang masalah yang berkaitan dengan pernikahan atau
pasca nikah melalui kursus calon pengantin.

Beberapa uraian di atas maka menurut penulis bahwa Penyuluh Agama


merupakan profesi yang bergerak di bidang keagamaan dan berada di naungan
Kantor Urusan Agama yang bertujuan meminimalisir terjadinya perselisihan
dalam sebuah rumah tangga, khususnya perselisihan antara pasangan suami
istri yang mengakibatkan terjadinya perceraian, keberadaan Penyuluh Agama
di Kantor Urusan Agama Kecamatan Plered Kabupaten Cirebon sebagai
lembaga keagamaan yang mempunyai peran sangat penting. Penyuluh Agama
juga berperan aktif dalam pembinaan masyarakat melalui dari khusus pada
calon pengantin sampai pada pembinaan pasangan suami istri yang bermasalah.

Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dapat dijelaskan


bahwatugas dan fungsi Penyuluh Agama di KUA Kecamatan Plered adalah
memberikan dakwah agama agar masyarakat lebih bertaqwa kepada Tuhan
yang Maha Esa dan melakukan pembinaan pada calon pengantin, yaitu
pendidikan pra nikah dan pengembangan keluarga sakinah. Namun hal
tersebut jika dikaitkan dengan fungsi dan tugas Penyuluh Agama Islam
secara umum, hal ini belum sesuai, karena pengembangan keluarga
sakinah tidak terlaksana secara menyeluruh, bahkan masih banyak
masyarakat Kecamatan Plered yang belum mengetahui apa itu fungsi dan
peran Penyuluh Agama Islam.

70
Faktor-faktor penyebab terjadinya perceraian dalam rumah tangga di
Kecamatan Plered umumnya adalah faktor ekonomi dan faktor orang ketiga.
Hal ini juga disebabkan karena kurangnya pengetahuan tentang rumah
tangga dan agama pada masyarakat itu sendiri. Sehingga angka perceraian
di Kecamatan Plered. Mengenai peran Penyuluh Agama Islam dalam
meminimalisir terjadinya perceraian di Kecamatan Plered itu sendiri
dengan melakukan pendidikan pra nikah, Kursus calon Pengantin bagi
yang akan menikah. Namun untuk pasangan yang sudah berumah tangga,
Penyuluh Agama sendiri tidak secara langsung memberikan bimbingan
seputar rumah tangga,melainkan Penyuluh Agama Diminta untuk
memberikan bimbingan terhadap pasangan yang berumah tangga.

Faktor-faktor yang mendukung peran Penyuluh Agama Islam dalam


meminimalisir terjadinya perceraian di Kecamatan Plered adalah karena
masyarakat banyak yang mengundang Penyuluh Agama untuk mengisi acara-
acara seperti pengajian Desa, syukuran, pernikahan, khitanan, dan walimatul
hajj. Dalam penyampaian nasehatnya pada acara tersebut Penyuluh Agama
menyisipkan materi seputar rumah tangga. Hal ini bertujuan agar masyarakat
selain mendapatkan ilmu tentang keagamaan, masyarakat juga mendapatkan
ilmu dalam menjalankan rumah tangga.Adapun faktor-faktor penghambat
peran Penyuluh Agama Islam Dalam meminimalisir terjadinya perceraian di
Kecamatan Plered adalah kurangnya pemahaman masyarakat tentang fungsi
dan peran Penyuluh Agama Islam sehingga sangat sedikit masyarakat yang
akan melakukan perceraian terlebih dahulu datang kepada Penyuluh Agama
untuk berkonsultasi dan meminta bimbingan untuk menyelesaikan
permasalahan rumah tangganya. Selain itu juga, kurangnya kerja sama
dengan aparat Desa untuk melakukan sosialisasi tentang tugas dan peran
Penyuluh Agama kepada masyarakat. Karena sejauh ini belum ada
sosialisasi secara langsung kepada masyarakat tentang fungsi dan peran
Penyuluh Agama itu sendiri.

71
72
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah penulis menguraikan dalam pembahasan tersebut di atas
mengenai Peran Penyuluh Agama Dalam Menanggulangi Perceraian Di Kantor
Urusan Agama (KUA) Kecamatan Plered Kabupaten Cirebon, maka dapat di
ambil beberapa kesimpulan di antaranya yaitu :
1. Adapun aktivitas penyuluhan agama di Kantor Urusan Agama (KUA)
Kecamatan Plered Kabupaten Cirebon yaitu menyusun dan menyiapkan
program penyuluhan, melaksanakan penyuluhan, melaksanakan pembinaan
kepada pasanganyang bermasalah, melaporkan pelaksanaan penyuluhan,
mengevaluasi/memonitor hasil pelaksanaan penyuluhan, penyuluh agama
melaksanakan pengajian rutin atau ta’lim di jam’iyah masyarakat sekitar
biasanya penyuluh agama sering kali menyampaikan materi yang
dibawakan nya tentang keluarga yang sakinah mawaddah warahmah dan
penyuluh agama melakukan kursus pra-pernikahan dan pasca pernikahan.
2. Faktor yang menyebabkan terjadinya perceraian di Kecamatan Plered
Kabupaten Cirebon antara lain faktor ekonomi, adanya orang ketiga,
masalah komunikasi, cemburuan, menikah di usia dini, meninggalkan
kewajiban, dan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
3. Peran Penyuluh Agama
Penyuluh Agama sebagai da’i, Penyuluhan Agama dilakukan dengan
tujuan demi terwujudnya masyarakat yang religius dan taat beragama serta
harus mampu melaksanakan tugasnya dengan baik dimasyarakat, mampu
meningkatkan kinerja, membimbing dan membina untuk meningkatkan
ilmu pengetahuan khususnya ilmu agama.
Penyuluh Agama sebagai fasilitator, Peran penyuluh agama
menyediakan fasilitas seperti diberikannya berbagai pilihan-pilihan terkait
keputusan.

73
Penyuluh Agama sebagai motivator, Kondisi pasangan rumah tangga
yang mengajukan penceraian tentunya mengalami gejala-gejala psikis yang
tidak nyaman seperti stres, panik, dan beberapa gejala semacam lainnya.
Maka dari itu peran penyuluh sangat dibutuhkan untuk membimbing agar
mengurangi gejala-gejala tersebut.
Penyuluh Agama sebagai informatif, Penyuluh Agama setidaknya
memiliki peran sebagai pemberi informasi kepada masyarakat, penyuluh
juga memiliki waktu untuk selalu berkonsultasi tentang keagamaan
dimasyarakat, Peran Penyuluh Agama dalam menanggulangi terjadinya
perceraian hanya bersifat membantu dan membimbing menyelesaikan
masalah yang dihadapi oleh pasangan suami istri yang berselisih. Adapun
metode yang sering digunakan penyuluh agama di Kantor Urusan Agama
(KUA) Kecamatan Plered Kabupaten Cirebon yaitu: Petama, metode
Informatif yaitu metode yang bersifat memberikan penerangan atau
informasi. Kedua, metode Sugesti dan Persuasif yaitu metode dengan cara
mempengaruhi klien agar bersedia mengikuti nasehat yang diberikan.
Ketiga, metode edukatif yaitu metode cara memberikan nasehat yang
bersifat mendidik. Kelima, metode diskusi yaitu metode mengarah pada
pemecahan masalah dengan menjelaskan problem yang dihadapi klien
B. Saran
dengan tidak mengurangi rasa hormat penulis terhadap Penyuluhan Agama
di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Plered Kabupaten Cirebon, dari
hasil penelitian yang di lakukan penulis dalam rangka perbaikan layanan
Penyuluhan Agama di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Plered
Kabupaten Cirebon, maka penulis menguraikan hal-hal sebagai berikut :
1. Bagi Lembaga
Hendaknya lebih memperkuat dan memberdayakan Penyuluh Agama dari
tingkat Pusat sampai tingakat Daerah/Kelurahan, mengembangkan fungsi
dan peran Penyuluh Agama sehingga jaringan pengamanan sosial untuk
memberikan dukungan terhadap keluarga yang bermasalah.

74
2. Bagi Masyarakat
Hendaknya mempertimbangkan dan berfikir secara matang sebelum
mengambil keputusan untuk bercerai dan memanfaatkan lembaga Penyuluh
Agama sebaik-baiknya sebelum ke Pengadilan Agama karena Penyuluh
Agama memiliki tujuan untuk membangun kualitas sosial dalam pernikahan
dan mewujudkan keluarga (rumah tangga) bahagia, sejahtera dan kekal
menurut ajaran islam.

75
DAFTAR PUSTAKA

A. Sumber Buku
Atabik Ali dan A. Zuhdi Muhdor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia,
(Yogyakarta: Multi Karya Grafika 2003).
Ahmad Warson Munawir, Kamus Al-Munawir, (Surabaya :Pustaka Progesif,
1997).
Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta :PT.Ihtiar Baru Van Hoeve,
1996).
Anton.A.Moeliono, et.al, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai
Pustaka, 1996).
A.W. Munawwir, Al Munawwir: Kamus Arab Indonesia, tashih Ali Ma’shum
dan Zainal Abidin Munawwir, (SurabayA: Pustaka Progressif, 2002), Cet. 25.
Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, Cetakan I,
(Jakarta: Kencana, 2006).
Bungin Burhan, Penelitian Kualitatif, Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik,
dan Ilmu Sosial Lainnya. (Jakarta, Kencana:2012).
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta :1990).
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2008).
Darwan, Pengantar Bimbingan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010).
Depag, Buku Panduan Pelaksanaan Tugas Penyuluhan Agama, (Jakarta: 2003)
Depag, Himpunan Peraturan Tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Agama
dan Angka Kreditnya, (Jakarta; Depag, 2000).
Depag, Sekretariat Jenderal Biro Kepegawaian, (Jakarta: Depag, 1999).
Depag,Panduan Tugas Operasional Penyuluhan Agama Islam, (Jakarta:
Depag, 2004).
Dudung Abdullah Rahman dan Firman Nugraha, menjadi Penyuluh Agama
Profesional,(Bandung:Lekas, 2017).
Fauzie Nurdin. Islam dan Perubahan Sosial, (Semarang :Realitas Press, 2005).
George Peter Murdock, Social Structure,(new york: the mac millan company
1994).

76
H.S.A. Al-Hamdani, Risalah Nikah, terj. Agus Salim, (Jakarta: Pustaka Amani,
1989), cet 3.
Ibnu Katsier, Tafsir Ibnu Katsier, terj. Salim Bahreisy dan Said Bahriesy,
(Surabaya: Bina Ilmu, 1996), Jilid 3.
Imam Magid, konseling islam, (Surabaya, 1988).
Komarudin, Kamus Tesis, (Bandung,Angkasa: 1873).
Kantor Urusan Agama Tahun 2020.
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, cet ke-18(Bandung: Prosda
Karya, 2007).
Soejono dan Abdurrahman, Metode Penelitian Suatu Pemikiran dan
Penerapan (Jakarta: Rineka Cipta, 2005).
Lexy J.Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Cet. 21: Bandung: Rosda
Karya, 2005).
Luthfatul Barorah, Faktor-Faktor Penyebab Perceraian di Kec. Rarowatu
Ira Kusuma Wardani Studi Tentang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Perceraian di Kec. Marre Kabupaten Bone Makassar (Skripsi) UIN Alaudin
Makassar Tahun 2010.
M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya (Jakarta: Kencana Perdana Media Group
2013).
Nasution, Metode Researce(Penelitian Ilmiah), (Jakarta: Bumi Aksara, 1996).
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2007).
Rahman, Penjelasan Lengkap Hukum-hukum Allah, Alih Bahasa Zainudin dan
Rusdi Sualaiman, (Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada, 2002).
R,Soetojo Prawiroharmidjojo dan Aziz Saefudin, Hukum Orang dan Keluarga,
(Bandung:Alumni, 1986).
Sutrisna Hadi, Metodologi Reaserch (Yogyakarta: Andi Offset 1989) Cet ke-
19.

77
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, jilid 1,(Penelitian Ilmiah), (Yogyakarta:
Andi Offset, 1997).
Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, (Jakarta:Intermasa, 1985).
Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2007).
Suharsaputra, Metodologi Penelitian Kualitatif (2012).
Syukri, Asmuni, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya : Al-Ikhlas,
1987).
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam.
Yahya Harahap, Kedudukan Kewenangan Dan Acara Peradilan Agama
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989, Edisi Kedua,( Jakarta : Sinar Grafika,
2005).
B. Sumber jurnal
Lihat, Nurmilati, http://kalsel. Kemenag.go.id/
file/file/penamas/wcgy1361307008.pdf (diakses 5 September 2019).
https://archive.org/details/socialstructurem00murd/page/n5 (diakses pada
tanggal 15 September 2019).
Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Kompilasi Hukum Islam (diakses 5
September 2019).
Risma, http://infor sepesialnet faktor peyebab perceraian.com (akses 14-01-
2020).
Supadi, Tingkat Kesadaran Hukum Perceraian Bagi Istri,
http://www.wikispaces.com (diakses 5 September 2019).
www.infospesial.net.htm 2010 (akses 14-01-2020).

78

Anda mungkin juga menyukai