Oleh SUWITO2
1
Bahan diskusi dalam rangka Sabbatical Leave Dalam Negeri Kementerian Agama RI di IAIN Purwokerto,
Selasa 5 November 2019
2
Profesor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Peserta Sabbatical Leave Dalam Negeri Kemenag tahun 2019.
1
Instrumen versi IAPT 3.0 tersebut sangat berbeda dengan instrumen versi IAPT
sebelumnya yang dikenal dengan instrument 7 standar. Instrumen versi IAPT 3.0 yang
dikenal dengan instrumen 9 kriteria ini memiliki ciri utama sebagaai berikut: 1) berorientasi
pada output dan outcome dan 2) berbasis Laporan Evaluasi Diri. 3) Adanya Rekaman Kinerja
Institusi (RKI) yang khusus mempertimbangkan kekhasan perguruan tinggi, dan 4) hasil
akreditasi dinyatakan dalam bentuk status dan peringkat, yaitu status terakreditasi atau tidak
terakrditasi dan peringkat terakreditasi Baik, Baik Sekali, dan Unggul. Instrumen versi IAPT
3.0 ini mulai 1 Oktober 2018 aktif diberlakukan. Untuk mensosialisakan kebijakan ini BAN-
PT telah melakukan banyak cara dan di antaranya adalah pelatihan asesor baik oleh BAN-PT
sendiri atau melalui kerjasama dengan berbagai pihak.
Ada kebijakan yang perlu diperhatikan dalam instrumen versi IAPT 3.0 ini yaitu
antara lain tentang persyaratan untuk memperoleh status akreditasi peringkat Unggul. Sesuai
ketentuan yang ada pada Pedoman Penilaian IAPT 3.0 (Lampiran Peraturan Badan Akreditasi
Nasional Perguruan Tinggi Nomor 3 Tahun 2019 tentang Instrumen Akreditasi Perguruan
Tinggi) pada Bab II Penilaian Akreditasi yang dapat diringkaskan sebagai berikut.
Penilaian akreditasi ditujukan pada komitmen yang ditunjukkan penyelenggara
perguruan tinggi, serta kapasitas dan keefektifan proses pendidikan di perguruan tinggi. Hal
ini dirinci ke dalam 9 kriteria akreditasi. Setiap butir dalam usulan akreditasi pergururan
tinggi dinilai secara kuantitatif dengan rentang Skor 0 sampai dengan 4. Skor 0 adalah skor
terendah yang akan meningkat dengan semakin baiknya mutu dari butir yang dinilai, dengan
maksimum Skor 4. Nilai akreditasi dihitung secara kumulatif dengan memperhatikan bobot
tiap butir penilaian. Dijelaskan bahwa bobot untuk butir penilaian dapat berbeda antara
instrumen akreditasi perguruan tinggi akademik maupun perguruan tinggi vokasi.
Dalam ketentuan baru tersebut penetapan status akreditasi dan peringkat terakreditasi
ditentukan oleh 1) Nilai Akreditasi, 2) Pemenuhan Syarat Perlu Terakreditasi, dan 3) Syarat
Perlu Peringkat. Jika selama ini nilai 361 atau lebih dipastikan memperoleh peringkat A
untuk IAPT versi 7 standar, maka pada ketentuan versi IAPT 3.0 ini nilai 361 atau lebih
belum tentu memperoleh peringkat terakreditasi Unggul. Untuk memperoleh peringkat
akreditasi Unggul diperlukan pemenuhan terhadap syarat, yaitu yang disebut dengan “Syarat
Perlu Terakreditasi” dan “Syarat Perlu Peringkat Unggul”. Bukan hanya untuk peringkat
Unggul, pada nilai 301 atau lebih belum tentu dapat ditetapkan sebagai peringkat Baik Sekali
jika tidak memenuhi kedua syarat dimaksud, yaitu “Syarat Perlu Terakreditasi” dan “Syarat
Perlu Peringkat Baik Sekali”.
2
Dalam ketentuan tersebut, ditetapkan bahwa Syarat Perlu Terakreditasi diberlakukan
pada butir-butir penilaian yang menentukan status akreditasi. Ada 4 butir penilaian yang
menjadi Syarat Perlu Terakreditasi yaitu: 1) Skor butir penilaian Kecukupan Dosen
Perguruan Tinggi (Rasio jumlah dosen tetap yang memenuhi persyaratan dosen terhadap
jumlah program studi) harus memiliki nilai minimal 2,0. 2) Skor butir penilaian Dosen Tidak
Tetap (Persentase jumlah dosen tidak tetap terhadap jumlah seluruh dosen) harus memiliki
nilai minimal 2,0. 3) Skor butir penilaian Sistem Penjaminan Mutu (Ketersediaan dokumen
formal SPMI, Ketersediaan bukti yang sahih terkait praktik baik pengembangan budaya mutu
di perguruan tinggi) harus memiliki nilai minimal 2,0, dan 4) Skor butir penilaian Penjaminan
Mutu (Efektivitas pelaksanaan sistem penjaminan mutu) harus memiliki nilai minimal 2,0.
Apabila satu atau lebih butir penilaian tidak terpenuhi, maka perguruan tinggi tidak
terakreditasi.
Dalam peraturan tersebut juga dinyatakan bahwa Syarat Perlu Peringkat diberlakukan
pada beberapa butir penilaian yang menunjukkan keunggulan perguruan tinggi pada
peringkat Unggul dan Baik Sekali.
Ada 4 syarat yang harus dipenuhi sebagai Syarat Perlu Peringkat Unggul yaitu: 1)
Skor butir penilaian Sistem Penjaminan Mutu (Ketersediaan dokumen formal SPMI,
Ketersediaan bukti yang sahih terkait praktik baik pengembangan budaya mutu di perguruan
tinggi) harus mendapatkan nilai minimal 3,0. 2) Skor butir penilaian Akreditasi Program
Studi (Perolehan status terakreditasi program studi oleh BAN-PT atau Lembaga Akreditasi
Mandiri) harus mendapatkan nilai minimal 3,25. 3) Skor butir penilaian Penjaminan Mutu
(Efektivitas pelaksanaan sistem penjaminan mutu) harus mendapatkan nilai minimal 3,0. 4)
Skor butir penilaian Publikasi Ilmiah di Jurnal (Jumlah publikasi di jurnal dalam 3 tahun
terakhir) harus mendapatkan nilai minimal 3,25. Apabila satu atau lebih butir penilaian tidak
terpenuhi, maka peringkat terakreditasi perguruan tinggi akan ditetapkan menjadi Baik
Sekali.
Persyaratan untuk mendapatkan Peringkat Baik Sekali ada 4, yaitu: 1) Skor butir
penilaian Sistem Penjaminan Mutu (Ketersediaan dokumen formal SPMI, Ketersediaan bukti
yang sahih terkait praktik baik pengembangan budaya mutu di perguruan tinggi) harus
memiliki nilai minimal 2,5. 2) Skor butir penilaian Akreditasi Program Studi (Perolehan
status terakreditasi program studi oleh BAN-PT atau Lembaga Akreditasi Mandiri) harus
memiliki nilai minimal 2,5. 3. Skor butir penilaian Penjaminan Mutu (Efektivitas
pelaksanaan sistem penjaminan mutu) harus memiliki nilai minimal 2,5. 4. Skor butir
penilaian Publikasi Ilmiah di Jurnal (Jumlah publikasi di jurnal dalam 3 tahun terakhir) harus
3
memiliki nilai minimal 2,5. Apabila satu atau lebih butir penilaian tidak terpenuhi, maka
peringkat terakreditasi perguruan tinggi akan ditetapkan menjadi Baik.
BAN-PT menjelaskan bahwa masa berlaku akreditasi perguruan tinggi untuk semua
peringkat akreditasi adalah 5 tahun. Perguruan tinggi yang tidak terakreditasi atau yang ingin
mengajukan reakreditasi dapat menyampaikan usulan untuk diakreditasi kembali setelah
melakukan perbaikan-perbaikan berarti paling cepat satu tahun terhitung mulai tanggal
diterbitkannya surat keputusan penetapan status terakreditasi/tidak terakreditasi.
Semoga informasi ini dapat dijadikan bahan bagi perguruan tinggi untuk menetapkan
kebijakan yang lebih sesuai dengan perkembangan standar akreditasi sehingga perguruan
tinggi lebih mampu berkompetisi di tingkat global.