Anda di halaman 1dari 4

PRINSIP DAN STARATEGI PENINGKATAN KREDIBILITAS

BADAN AKREDITASI NASIONAL – SEKOLAH/MADRASAH


Dr. Zulrahmat, M. Pd.

A. PENDAHULUAN

Ketersediaan satuan pendidikan berkualitas di era global perlu diwujudkan dalam


menciptakan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang dibutuhkan dalam rangka
membangun Indonesia. Untuk dapat menyelenggarakan pendidikan yang bermutu, maka
setiap satuan pendidikan harus memenuhi atau melampaui standar yang dilakukan melalui
kegiatan akreditasi terhadap kelayakan yang telah ditetapkan. Akreditasi dilakukan sebagai
bentuk tanggungjawab pemerintah untuk terus melakukan perbaikan kualitas pendidikan.

Akreditasi sekolah/madrasah adalah proses penilaian secara komprehensif terhadap


kelayakan satuan atau program pendidikan, yang hasilnya diwujudkan dalam bentuk
pengakuan dan peringkat kelayakan yang dikeluarkan oleh suatu lembaga yang mandiri dan
professional yang mengacu pada Standar Nasional Pendidikan.

Hasil kajian analisis tentang akreditasi sekolah/madrasah yang dilakukan oleh


Kemendibud tahun 2011, menyebutkan 4 (empat) permasalahan dalam pelaksaan akreditasi
sekolah/madrasah, yakni: (1) anggaran dana pelaksanaan diakreditasi setiap tahun bergantung
pada kuota dan dana APBN yang sudah ditetapkan; (2) banyaknya sekolah/madrasah yang
tersebar di berbagai daerah di Indonesia, sehingga proses akreditasi belum sepenuhnya
menjangkau seluruh sekolah/madrasah yang ada di Indonesia; (3) kurangnya persiapan
pelaksanaan akreditasi; dan (4) kurang objektifnya penilaian oleh asesor saat melakukan
visitasi akreditasi, sehingga BAN S/M harus melakukan akreditasi ulang dan mengakibatkan
pemborosan waktu, tenaga dan sumber daya.

Menurut Toni Toharudin (2021), Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah


mencatat, dari 275.872 sekolah dan madrasah yang ada di Indonesia, 260.509 (94,43%) yang
sudah terakreditasi, dan 15.363 (5,56%) sekolah/madrasah belum melakukan akreditasi atau
tidak terakreditasi. Meskipun persentase ketercapaian sekolah/madrasah terakreditasi telah
mencapai 94,43% namun jumlah 15.363 sekolah/madrasah yang belum terakreditasi adalah

1
angka yang cukup besar. Menjadi tantangan tersendiri bagi Badan Akreditasi Nasional
Sekolah/Madrasah untuk menjawab tantangan tersebut.

Salah satu yang banyak dipersoalkan oleh pihak sekolah dan madrasah maupun
kalangan akademisi dan pemerhati pendidikan adalah persoalan kredibilitas pelaksanaan
akreditasi dalam hal ini BAN-S/M Provinsi. Menarik untuk dikaji lebih dalam sejauh mana
kredibilitas BAN-S/M Provinsi dalam melaksanakan tanggungjawab besar mereka.

B. PERMASALAHAN

1. Bagaimana prinsip kredibilitas ideal yang harus ada pada BAN-S/M Provinsi?
2. Bagaimana Strategi Peningkatan Kredibilitas BAN-S/M Provinsi?

C. PEMBAHASAN MASALAH

1. Prinsip Kredibilitas BAN-S/M Provinsi

Kredibilitas secara pemikiran universal ialah sebuah kualitas, kapabilitas, serta


kekuatan untuk memunculkan sebuah keyakinan. Menurut (Metzger dan Flanagin, 2013),
Istilah kredibilitas ini biasanya digunakan dengan kesaksian seseorang atau masyarakat
tentang suatu hasil penilaian. Dalam konteks Akreditasi Sekolah dan Madrasah, koneksi
umum dari istilah kredibilitas adalah berkaitan dengan kesaksian dari seseorang atau suatu
lembaga/satuan pendidikan terhadap kinerja BAN-S/M yang dianggap memiliki kualitas,
kapabilitas, atau kekuatan untuk menimbulkan kepercayaan terhadap hasil penilaian yang
dilakukan.

Menurut Ho (2016), Kredibilitas sebuah institusi bersifat endogen, dan keberadaannya


dalam jangka panjang ditentukan oleh fungsi institusi dan fungsi yang diharapkan dari
masyarakat. Diterimanya sebuah lembaga tergantung pada kredibilitasnya, bukan pada
kelengkapan bentuk lembaga tersebut. Selanjutnya menurut Ho, kredibilitas kelembagaan
harus dianalisis dari berbagai dimensi ruang dan waktu. Hasil dari pengukuran kredibilitas
adalah kunci untuk menentukan apakah tingkat kredibilitas yang ditetapkan telah layak.

Berdasarkan istilah dalam pragraf sebelumnya, maka kredibilitas lembaga BAN-S/M


Provinsi selayaknya memiliki dua komponen utama yaitu kepercayaan dan keahlian, yang
keduanya memiliki komponen objektif dan subjektif. Kepercayaan lebih didasarkan pada
faktor subjektif, tetapi dapat mencakup pengukuran objektif seperti keandalan yang
ditetapkan. Sedangkan Keahlian dapat dirasakan secara subjektif, tetapi juga mencakup

2
karakteristik yang relatif objektif seperti misalnya, prinsip kredensial yakni sejauhmana
orang-orang yang bertugas memiliki kemampuan melakukan suatu penilaian.

2. Strategi Peningkatan Kredibillitas BAN-S/M Provinsi

Merujuk dari berbagai permasalahan yang ada serta kondisi realita kinerja BAN S/M
saat ini serta mengacu pada prinsip peningkatan kredibilitas BAN-S/M, maka perlu
direncanakan langkah strategis sebagai berikut:

a. Review dan pengembangan perangkat akreditasi berkjelanjutan, perlu dilakukan review


dan pengembangan perangkat akreditasi sekolah/madrasah secara berkelanjutan. Ada
empat elemen akreditasi yang perlu dilakuykan review dan pengembangan, yaitu: (1)
instrumen akreditasi, (2) petunjuk teknis pengisian instrumen akreditasi, (3) instrumen
pengumpulan data dan informasi pendukung akreditasi, (4) teknik penskoran dan
pemeringkatan hasil akreditasi, dan (5) Pengembangan sistem penilaian akreditasi online
(SisPenA) yang mudah digunakan, interaktif, bagi pihak sekolah/madrasah dan dapat
meningkatkan kinerja, kualitas layanan, serta kualitas data yang dihasilkannya.
Review dan pengembangan berkelajutan ini disesuaikan dengan mengacu pada peraturan
dan perundangan yang berlaku.
b. Peningkatan mutu dan profesionalisme asesor, dapat dimulai dengan (1) sistem
rekruitmen asesor dengan kualifikasi dan pengalaman berkecimpung di dunia pendidikan
yang makin diperketat, (2) pelatihan dan upgrading asesor dengan mekanisme
pembelajaran yang komprehensif, memiliki kriteria standar kompetensi dan pemahaman
terhadap instrument akreditas yang sama, dan (3) evaluasi terhadap kinerja asesor
berdasarkan masukan dari pengguna (sekolah dan masyarakat).
c. Pembinaan pra-akreditasi serta tindak lanjut pasca-akreditasi. BAN-S/M Provinsi perlu
melakukan pembinaan tindaklanjut kepada satuan pendidikan yang telah di akreditasi.
Perlu ada nota kesepahaman antara pihak BAN-S/M Provinsi dengan Pemerintah Daerah
dan Kementerian Agama untuk melakukan pembinaan melalui system penjaminan mutu
internal. Bentuk kegiatan tindak lanjut misalnya dengan melakukan control terhadap
satuan pendidikan yang telah di akreditasi, dengan membuat laporan kemajuan tahunan
dengan kriteria tertentu yang fungsinya untuk mengontrol standar yang telah di tetapkan
oleh BAN S/M Provinsi. Kegiatan tindak lanjut, tidak hanya bagi satuan pendidikan yang
terakreditasi baik, namun lebih diperuntukkan bagi satuan pendidikan yang tidak
terakreditasi.

3
D. KESIMPULAN

Akreditasi sekolah/madrasah adalah proses penilaian secara komprehensif untuk dapat


menyelenggarakan pendidikan yang bermutu. Setiap satuan pendidikan harus memenuhi atau
melampaui standar yang dilakukan melalui kegiatan akreditasi terhadap kelayakan yang telah
ditetapkan. Akreditasi dilakukan sebagai bentuk tanggungjawab pemerintah untuk terus
melakukan perbaikan kualitas pendidikan. Persoalan kredibilitas pelaksanaan akreditasi
menjadi sorotan sekaligus menjadi tantangan tersendiri bagi Badan Akreditasi Nasional
Sekolah/Madrasah untuk menjawab tantangan.

Kredibilitas lembaga BAN-S/M Provinsi selayaknya memiliki dua komponen utama


yaitu kepercayaan dan keahlian. Kepercayaan lebih didasarkan pada faktor subjektif, tetapi
dapat mencakup pengukuran objektif seperti keandalan yang ditetapkan. Sedangkan keahlian
dapat dirasakan secara subjektif, tetapi juga mencakup karakteristik yang relatif objektif
seperti misalnya, prinsip kredensial yakni sejauhmana orang-orang yang bertugas memiliki
kemampuan melakukan suatu penilaian.

Strategi peningkatan kredibilitas Ban-S/M Provinsi dapat dilakukan dengan strategi:


(a) review dan pengembangan perangkat akreditasi berkjelanjutan, (b) peningkatan mutu dan
profesionalisme asesor, dan (3) pembinaan pra-akreditasi serta tindak lanjut pasca-akreditasi.

E. DAFTAR PUSTAKA

Kemendiknas RI, (2011), Kajian Analisis Sistem Akreditasi Sekolah/Madrasah dalam


Rangka Reformasi Birokrasi Internal.
Metzger, Miriam J. dan Flanagin, Andrew J., (2013), Credibility and trust of information in
online environments: The use of cognitive heuristics.
https://www.researchgate.net/publication/259515170_Credibility_and_trust_of_informa
tion_in_online_environments_The_use_of_cognitive_heuristics
Peter Ho (2016), Empty institutions, non-credibility and pastoralism: China’s grazing ban,
mining and ethnicity, The Journal of Peasant Studies, 43:6, 1145-1176,
https://doi.org/10.1080/03066150.2016.1239617
https://www.ayobandung.com/umum/pr-791372888/sudah-2021-10141-sekolah-di-indonesia-
belum-terakreditasi

Anda mungkin juga menyukai