TINJAUAN PUSTAKA
tumbuh dari upaya untuk mengatasi masalah tertentu dan mencapai hasil tertentu
Kamus Besar Bahasa Indonesia, kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas
yang menjadi pedoman dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan,
kelompok sektor swasta, serta individu. Kebijakan berbeda dengan peraturan dan
hukum. Jika hukum dapat memaksakan atau melarang suatu perilaku (misalnya
hanya menjadi pedoman tindakan yang paling mungkin memperoleh hasil yang
diinginkan. Kebijakan atau kajian kebijakan dapat pula merujuk pada proses
9
10
serangkaian ide atau rencana apa yang harus dilakukan dalam situasi tertentu
yang telah disetujui secara resmi oleh sekelompok orang, organisasi bisnis,
atau ide yang menjadi pedoman bagi pemerintahan, organisasi dan kelompok
sektor swasta, serta individu yang bersifat mengikat untuk mencapai suatu
tujuan.
bahkan di antara para peneliti yang focus pada konsep ini tidak ada definisi
tunggal yang bisa disepakati atau diterima, namun kebijakan adalah apa yang
pejabat publik atau pemerintahan dengan ekstensi warga negara yang mereka
didefinisikan sebagai tindakan atau tidak bertindak yang relatif stabil dan
bertujuan, diikuti oleh aktor atau serangkaian aktor dalam menangani masalah
dipandang sebagai apa pun yang pemerintah pilih untuk lakukan atau tidak
lakukan.
(Green Mind Community, 2009: 310). Makna yang termuat dalam terminologi
Dewasa ini istilah kebijakan lebih sering dan secara luas dipergunakan dalam
jika kebijakan itu acapkali diberikan makna sebagai tindakan politik (Green
yang ditetapkan oleh seorang aktor dalam mengatasi suatu masalah atau
pada apa yang sebenarnya dilakukan dan bukan pada apa yang diusulkan atau
dimaksudkan. Selain itu, konsep ini juga membedakan kebijakan dari keputusan
kompleks di mana hasil akhirnya adalah produk kompromi dan akomodasi dari
teknis dan politik untuk mengartikulasikan dan menyamakan tujuan dan sarana
dapat dipahami: (1) sebagai label untuk sebuah bidang kegiatan (mis. kebijakan
kesehatan); (2) ekspresi niat (mis. 'kami akan meningkatkan layanan kesehatan');
(3) proposal spesifik (mis. manifesto atau pernyataan); (4) keputusan pemerintah
dan otorisasi resmi keputusan (mis. undang-undang); (5) sebuah program, atau
paket legislasi, kepegawaian dan pendanaan; (6) hasil, atau apa yang seharusnya
dicapai (kesehatan yang lebih baik); dan (7) suatu proses, bukan peristiwa, atau
atau ide yang menjadi pedoman bagi pemerintahan, organisasi dan kelompok
sektor swasta, serta individu yang bersifat mengikat untuk dilakukan atau tidak
13
dilakukan, kebijakan adalah hasil dari pilihan otoritatif hasil interaksi terstruktur
to do or not to do”, maksud dari pernyataan ini adalah bahwa apapun kegiatan
Kebijakan publik menurut Dye ini dapat dimaknai bahwa kebijakan harus
mendifinisikan sebagai institusi, norma, atau aturan apa pun yang ditegakkan
peraturan, perintah eksekutif, dan sebagainya. Ini semua adalah cara membuat
atau memberi tanda alasan untuk bertindak atau tidak bertindak dengan cara
tertentu.
Kedua pendapat baik Dye dan Chean fokus pada kebijakan public
Istilah kebijakan publik menurut Cochran et al. (2012: 2), public policy
refers to a set of actions by the government that includes, but is not limited to,
seorang aktor dalam mengatasi suatu masalah atau persoalan. Konsep kebijakan
ini dianggap tepat karena memusatkan perhatian pada apa yang sebenarnya
dilakukan dan bukan pada apa yang diusulkan atau dimaksudkan. Selain itu,
konsep ini juga membedakan kebijakan dari keputusan yang merupakan pilihan
yang dikemukakan oleh para ahli yang menaruh minat pada bidang kebijakan
publik dapat dibagi kedalam dua wilayah kategori. Pertama, pendapat ahli yang
Santoso, berangkat dari para ahli yang memberikan perhatian khusus kepada
pelaksanaan kebijakan. Para ahli yang masuk dalam kategori ini terbagi ke
dalam dua kubu, yakni mereka yang memandang kebijakan publik sebagai
Para ahli yang termasuk kedalam kubu yang pertama, melihat kebijakan
kebijakan dan penilaian kebijakan. Dengan kata lain, menurut kubu ini kebijakan
dan evaluasi kebijakan. Ini berarti bahwa kebijakan publik adalah serangkaian
Sedangkan kubu kedua lebih melihat kabijakan publik terdiri dari rangkaian
keputusan dan tindakan. Oleh karena itu proposisi yang menyatakan bahwa
kebijakan yang lain, seperti misalnya kebijakan yang dikeluarkan oleh pihak
swasta.
diformulasikan oleh apa yang dikatakan oleh David Easton sebagai penguasa
dalam suatu sistem politik, yaitu para sesepuh tertinggi pada suku-suku,
dalam masalah sehari-hari dalam suatu sistem politik, diakui oleh sebagian besar
dalam waktu yang panjang oleh sebagian terbesar anggota sistem politik selama
mereka bertindak dalam batas-batas peran yang diharapkan (Winarno, 2012: 22-
23).
kebijakan publik menurut ilmuwan politik David Easton adalah "otoritas" dalam
politik, diakui oleh sebagian besar anggota sebagai orang yang memiliki
tanggung jawab" dan mampu mengambil tindakan yang dapat diterima oleh
sebagian besar anggota selama mereka bertindak dalam batas-batas aturan yang
sejumlah besar orang. Ada beberapa implikasi dari konsep kebijakan publik
yakni bahwa kebijakan public sebagai tindakan yang relatif stabil dan bertujuan
yang diikuti oleh pemerintah dalam menangani beberapa masalah atau masalah
dan didefinisikan dalam hal tujuan atau tujuan yang sama (Cochran et al., 2012:
1-2). Demikian halnya dengan Indiahono (2017: 18) yang menyatakan bahwa
17
atas Cochran dan Indiahono memiliki kesamaan yakni bahwa kebijakan public
atau pola perilaku yang diterima secara luas dan dapat dilihat oleh publik, seperti
kejahatan. Namun, kebijakan publik pada akhirnya berakar pada hukum dan
1. Ide tindakan yang disengaja termasuk keputusan yang dibuat untuk tidak
2. Persyaratan bahwa tindakan resmi dapat disetujui oleh hukum atau kebiasaan
berbagai definisi yang dikemukakan oleh para ahli yang menaruh minat pada
Pandangan kedua menurut Amir Santoso, berangkat dari para ahli yang
masuk dalamkategori ini terbagi kedalam dua kubu, yakni mereka yang
kebijakan publik sebagai memiliki akibat-akibat yang bisa diramalkan. Para ahli
yang termasuk ke dalam kubu yang pertama, melihat kebijakan publik dalam
penilaian kebijakan. Dengan kata lain, menurut kubu ini kebijakan publik secara
kebijakan. Ini berarti bahwa kebijakan publik adalah serangkaian instruksi dari
tujuan dan cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut. Sedangkan kubu kedua
lebih melihat kabijakan publik terdiri dari rangkaian keputusan dan tindakan.
Oleh karena itu proposisi yang menyatakan bahwa kebijakan publik merupakan
diformulasikan oleh apa yang dikatakan oleh David Easton sebagai penguasa
dalam suatu sistem politik, yaitu para sesepuh tertinggi pada suku-suku,
dalam masalah sehari-hari dalam suatu sistem politik, diakui oleh sebagian besar
dalam waktu yang panjang oleh sebagian terbesar anggota sistem politik selama
mereka bertindak dalam batas-batas peran yang diharapkan (Winarno, 2012: 22-
23).
sejauh mungkin diupayakan berada dalam garis kebijakan yang berorientasi pada
karena melibatkan banyak proses maupun variabel yang harus dikaji. Oleh
karena itu, beberapa ahli politik yang menaruh minat untuk mengkaji kebijakan
tahap. Tujuan pembagian seperti ini adalah untuk memudahkan kita didalam
tahapan kebijakan ini dengan urutan yang berbeda misalnya, tahap penilaian
kebijakan seperti yang tercantum dibawah ini bukan merupakan tahap akhir dari
proses kebijakan publik, sebab masih ada satu tahap lagi, yakni tahap perubahan
proses inilah memiliki ruang untuk memaknai apa yang disebut sebagai
mendapatkan alokasi sumber daya publik yang lebih daripada isu lain. Dalam
agenda setting juga sangat penting untuk menentukan suatu isu publik yang
akan diangkat dalam suatu agenda pemerintah. Issue kebijakan (policy issues)
tersebut berasal dari berbagai alternatif atau pilihan kebijakan yang ada. Sama
memecahkan masalah.
Namun warga negara harus percaya bahwa tindakan pemerintah yang sah.
Dukungan untuk rezim cenderung berdifusi - cadangan dari sikap baik dan
mendukung pemerintah.
secara terencana dapat saja berbeda di lapangan. Hal ini disebabkan berbagai
dilakukan pada tahap akhir saja, melainkan dilakukan dalam seluruh proses
dampak kebijakan.
23
dilihat dari apakah tujuan kebijakan itu tercapai atau tidak sebaliknya dikatakan
tidak berhasil kalau tujuan kebijakan tidak tercapai. Kegagalan sebuah kebijakan
tugas“... to establish a link that allows the goals of public policies to be realized
muncul suatu keluaran yaitu hasil segera (effect) dan dampak akhir (impact).
Hasil segera adalah pengaruh atau akibat jangka pendek yang dihasilkan oleh
berbagai aspek dan disiplin ilmu yang terkait serta pertimbangan mengenai
kesenjangan atau perbedaan antara apa yang telah dirumuskan dengan apa
segera diperbaiki. Kesenjangan yang lebih besar dari batas toleransi harus
lain adalah kemauan suatu organisasi atau aktor untuk melaksanakan keputusan
tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan dalam dokumen formal kebijakan
dapat dicapai (Wahab, 1997: 61). Menurut Hogwood dan Gunn, dalam
implementation
atau mereka telah bekerja secara tidak efisien, bekerja setengah hati, atau
kebijakan tersebut tidak berhasil dalam mewujudkan dampak atau hasil akhir
sendiri yang jelek (bad policy), atau kebijakan tersebut memang bernasib jelek
(bad luck).
Meter
adalah model yang paling klasik yang diperkenalkan oleh Donald Van Meter dan
kebijakan berjalan secara liniear dari kebijakan publik, implementor, dan kinerja
dan koordinasi dengan instansi lain. Untuk itu, diperlukan koordinasi dan
opini publik yang ada di lingkungan; dan apakah elite politik mendukung
a. Karakteristik masalah
diimplementasikan.
relatif berbeda-beda.
b. Karakteristik kebijakan
Ini berarti semakin jelas dan rinci isi sebuah kebijakan akan lebih
yang memiliki dasar teoritis memiliki sifat lebih mantap karena sudah
modifikasi
c. Lingkungan kebijakan
insentif, seperti kenaikan harga BBM atau kenaikan pajak akan kurang
badan legislatif.
tujuan yang telah tertuang dalam kebijakan adalah variabel yang paling
memadai.
dan politis tertentu bisa saja tidak berhasil mencapai tujuan yang diinginkan
karena alasan terlalu banyak berharap dalam waktu yang terlalu pendek,
Masalah lain yang biasa terjadi ialah apabila dana khusus untuk membiayai
Salah satu hal yang perlu pula ditegaskan disini, bahwa dana/uang itu
proyek.
proyek yang tidak terpakai habis pada setiap akhir tahun anggaran seringkali
takut dana itu menjadi hangus, tidak jarang pula terbeli atau dilakukan hal-
artinya disatu pihak harus dijamin tidak terdapat kendala-kendala pada semua
sumber-sumber yang diperlukan, dan dilain pihak, pada setiap tahapan proses
dapat disediakan.
buruk. Penyebab dari kemauan ini, kalau mau dicari, tidak lain karena
kebijakannya itu telah disadari oleh tingkat pemahaman yang tidak memadai
penghubungnya.
akibatnya tergantung pada mata rantai yang amat panjang maka ia akan
banyak hubungan dalam mata rantai, semakin besar pula resiko bahwa
35
misi yang diembannya, tidak perlu tergantung pada badan-badan lain, atau
organisasi ini haruslah pada tingkat yang minimal, baik artian jumlah
diantara sejumlah besar aktor/ pelaku yang terlibat, maka peluang bagi
kesepakatan terhadap, tujuann atau sasaran yang akan dicapai, dan yang
dimonitor.
untuk merinci dan menyusun dalam urutan-urutan yang tepat seluruh tugas
dan koordinasi yang sempurna diantara berbagai unsur atau badan yang
terlibat dalam program. Hood (1976) dalam hubungan ini menyatakan bahwa
seperti halnya satuan tentara yang besar yang hanya memiliki satuan
sempurna.
mungkin oleh sistem pengendalian yang handal. Dengan kata lain, persyaratan
lain (baik yang berasal dari kalangan dalam badan atau organisasi sendiri
maupun yang berasal dari luar) yang kesepakatan dan kerjasamanya amat
urutan aturan, satu untuk setiap periode waktu, yang menentukan keputusan
kebijakan yang bergantung pada keadaan pada periode tersebut. Setiap aturan
komitmen, maka contohnya adalah waktu yang konsisten. Namun, jika insentif
untuk menjaga komitmen jauh lebih kecil daripada insentif untuk membuat
komitmen, maka kita katakan bahwa contohnya adalah tidak konsisten atau ada
mereka mengetahui apa yang menjadi maksud, tujuan dari kebijakan. Dimensi
mana dua hal tidak sesuai dan bertentangan. Sementara itu, menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia adalah tindakan yang tidak taat asas; suka berubah-ubah
diikuti dengan benar dan efisien oleh masyarakat tanpa menciptakan konflik
39
tidak berjalan sesuai dengan yang diharapan, dengan kata lain ada perilaku yang
Dengan kata lain bahwa konsisten dari sudut pandang kebijakan adalah suatu
dalam menetapkan kebijakan pajak. Hal ini berarti bahwa pengambil kebijakan
dipengaruhi oleh dua variabel yang fundamental, yakni isi kebijakan (content of
kelompok sasaran atau target groups termuat dalam isi kebijakan publik; (2)
jenis manfaat yang diterima oleh target group; (3) sejauh mana perubahan yang
diinginkan oleh kebijakan; (4) apakah letak sebuah program sudah tepat; (5)
hal-hal: (1) seberapa besar kekuatan, kepentingan, dan strategi yang dimiliki
oleh para aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan; (2) karakteristik
institusi dan rezim yang sedang berkuasa; (3) tingkat kepatuhan dan
implementasi, dana pada akhirnya kebijakan tidak berjalan sesuai dengan yang
diharapkan.
ditandai dengan: (1) apabila tujuan kebijakan tidak dapat dipenuhi; (2) jika
orang-orang tetap bertindak dengan cara yang tidak diinginkan oleh pembuiat
kebijakan; (3) jika subjek kebijakan tidak memakai cara yang ditentukan oleh
pembuat kebijakan; dan (4) jika subjek kebijakan berhenti mengerjakan apa
yang ditentukan.
sebuah proses pengumpulan sumber daya alam, manusia maupun biaya dan
cara berkomunikasi, dan salah satu alat komunikasi. Perintah yang diberikan
dalam pelaksanaan komunikasi harus konsisten dan jelas (untuk diterapkan atau
pengulangan (repitisi) tingkahlaku dari mereka yang membuat dan dari mereka
Kodrat manusia, bila merujuk pada filsafat politik John Locke, dikatakan
memiliki state of nature yang positif. Ini artinya, manusia dapat menerima
Dalam arti kata lain, memang manusia (secara kodrati) secara moral
menyadari bahwa perundangan dan hukum harus mereka patuhi sebagai suatu
hal yang benar dan baik. Dalam hal ini, faktor penentu keefektifan palaksanaan
pemerintah yang legitimate. Ini merupakan kata kunci penting bagi terwujudnya
bentuk kebijakan.
pilihan rasional), banyak dijumpai individu atau kelompok warga yang mau
rasional, serta memang dirasa perlu. Namun di sisi lain, terdapat individu atau
kelompok yang juga tidak suka membayar pajak, apalagi dalam kondisi
perekonomian yang tengah melemah; tetapi jika individu atau kelompok tersebut
perbaikan perekonomian bangsa, maka individu atau kelompok tadi akan secara
sadar untuk membayar pajak. Tetapi hal itu tidak mudah. Hal itu terkait dengan
efektif adalah sanksi hukum. Orang akan melaksanakan dan menjalankan suatu
dampak sanksi hukum yang dijabarkan oleh konten suatu kebijakan seperti
denda, kurungan, dan sanksi lainnya. Oleh karena itu, salah satu strategi yang
arahan kebijakan, maka sanksi hukum dihadirkan pada setiap kebijakan yang
suatu aturan perundangan karena ia tidak suka dikatakan sebagai orang yang
melanggar aturan hukum sehingga dengan terpaksa mereka melakukan apa yang
tanah. Ada beberapa warga yang menolak karena mekanisme ganti-rugi yang
dibuat oleh pemerintah dinilai merugikan mereka. Tapi di sisi lain, ada juga
tersebut. Mengapa ada perbedaan seperti ini? Boleh jadi sebagian warga yang
lahan. Dan bahkan, dengan dibukanya jalan pintas tersebut mereka akan
terangkut dan terjual. Maka dari itu, dengan sangat jelas sebagian warga ini
dengan sistem nilai yang ada di suatu daerah. Sebagai contoh, pada awal tahun
yang sangat besar dari warga masyarakat dan apabila tetap dilaksanakan. Selain
kebijakan SDSB, pada tahun 2014 pemerintah pun ditentang oleh masyarakat
tersebut.
kebijakan dalam suatu organisasi tertentu atau tidak. Jika subjek kebijakan
bergabung dalam suatu organisasi yang tengah membela suatu kebijakan, maka
apabila tujuan organisasi yang dimasuki oleh subjek kebijakan tersebut bertolak
belakang dengan ide dan gagasan organisasinya, maka apa pun kebijakan yang
Tidak semua subjek kebijakan patuh atas aturan dan kebijakan yang
ditetapkan oleh pemerintah. Ini karena ada sebagian besar masyarakat yang
patuh pada suatu kebijakan tertentu, tetapi tidak pada kebijakan lain. Misalnya,
seorang pedagang kaki lima akan sangat patuh pada aturan lalu lintas jalan raya
(ketika ia mengendarai motor); tetapi di sisi lain, ia justru tidak patuh pada
ketidakpatuhan inilah yang dimaksud dengan kepatuhan selektif; dan kondisi ini
juga yang sangat menentukan efektif atau tidak efektifnya implementasi suatu
kebijakan.
8. Waktu
46
berubah menjadi kebijakan yang wajar dan dapat diterima oleh masyarakat.
mulai dari mahasiswa, ibu rumahtangga, supir angkutan, dan lainnya. Namun
dengan berjalannya waktu, kebijakan yang tidak popular tersebut dapat diterima
9. Sosialisasi
Sosialisasi merupakan salah satu cara untuk mendistribusikan pelbagai hal yang
sosialisasi yang cukup baik, maka tujuan kebijakan bisa jadi tidak tercapai.
suatu kebijakan dianggap baik dalam segi konten tapi lemah dalam segi
pelaksanaan. Realita ini sangat mungkin terjadi karena koordinasi antar lembaga
atau antar organisasi yang seharusnya menjalankan dan atau mengawasi justru
47
dilakukan bukan tidak mungkin suatu masalah publik dapat diselesaikan dengan
segera.
a. Isi kebijakan
terlalu umum atau sama sekali tidak ada. Kedua, karena kurangnya
tenaga manusia.
b. Informasi
c. Dukungan
tersebut.
d. Pembagian Potensi
pelaku yang terlibat dalam implementasi. Dalam hal ini berkaitan dengan
kurang jelas.
dimana mereka mempunyai gagasan atau pemikiran yang tidak sesuai atau
mungkin saling bertentangan satu sama lain, yang dapat menjadi sumber
144-145).
Dengan kata lain, tindakan atau perbuatan manusia sebagai anggota masyarakat
harus sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pemerintah atau negara. Sehingga
memadai. Adapun unsur-unsur yang harus dipenuhi agar suatu kebijakan dapat
kebijakan dengan hukum yang tidak tertulis atau kebiasaan yang berlaku
dalam masyarakat.
petugas hukum (secara formal) yang mencakup hakim, jaksa, polisi, dan
apabila terjadi yang sebaliknya, maka akan terjadi gangguan- gangguan atau
Indonesia, adalah padanan dari kata belasting (Belanda) yang berarti pajak, yaitu
pengertian terhadap pajak sebagai: iuran yang wajib dibayar oleh rakyat sebagai
sumbangan kepada negara (provinsi, kota praja, dan sebagainya), ada banyak
macamnya menurut apa yang dipakai dasar pemungutan iuran itu, seperti-tanah
mengenai pajak sebagai berikut: “Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat
pemerintahan.
Menurut Ayza (2018: 27) ciri- ciri yang melekat dalam pengertian pajak
yaitu: (1) kontribusi masyarakat kepada negara yang bersifat memaksa, (2) harus
sewenang-wenang, (3) dengan tidak mendapat imbalan secara langsung, dan (4)
pajak itu harus digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya ke-
perpajakan.
52
kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau
adalah iuran wajib yang dilakukan oleh daerah kepada orang pribadi atau
daerah.
memperoleh penerimaan pajak melalui tiga sumber: bagi hasil pajak yang
dikenakan dan dipungut oleh pemerintah pusat; tambahan pajak yang dipungut
oleh pemerintah daerah di atas pajak yang dipungut dan dikumpulkan oleh
pemerintah pusat; pajak yang dikumpulkan dan ditahan oleh pemerintah daerah
sendiri. Untuk sumber yang ketiga, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah
dapat ditetapkan berdasarkan peraturan dari pemerintah pusat. Namun, ada juga
perundangan daerah.
Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah akan lebih mudah dilihat
manfaat dan penggunaannya oleh para pembayar pajak. Hal ini menyebabkan
daerah maka semakin dekat antara pemungut dengan pembayar pajak yang
tersebut, pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah memiliki masalah yaitu
kegunaan pokok, manfaat pokok dari pajak itu sendiri. Pendapat lain dari fungsi
pajak itu adalah ‘apa hakikatnya atau untuk apakah pajak itu dipungut.’ Beliau
mengemukakan pada umumnya dikenal dua macam fungsi pajak yaitu: (1) fungsi
1. Fungsi budgeter merupakan fungsi utama pajak, dalam fungsi mana pajak
digunakan sebagai alat untuk memasukkan dana secara optimal ke kas negara
utama karena fungsi inilah yang secara historis pertama kali timbul.
yang tidak dilaporkan oleh wajib pajak kepada instansi perpajakan; (3)
selain ketiga hal tersebut di atas, pemasukkan uang ke kas Negara; dan (4)
undangan perpajakan.
2. Fungsi regulerend berarti fungsi mengatur atau disebut juga sebagai fungsi
dari modal asing, maka terhadap hal tertentu diberikan keringanan perpajakan
atau pembebasan pajak (tax holiday). Contoh lain sehubungan dengan fungsi
regulerend ini adalah: (1) untuk meningkatkan ekspor dikenakan PPN dengan
tarif 0 persen; (2) mengurangi hal yang bersifat konsumtif yang bersifat
Masuk yang lebih rendah; dan (4) melindungi produksi dalam negeri ekspor
Penggunaan uang pajak meliputi mulai dari belanja pegawai sampai dengan
dengan menggunakan uang yang berasal dari pajak. Uang pajak juga digunakan
untuk pembiayaan dalam rangka memberikan rasa aman bagi seluruh lapisan
semuanya dibiayai dengan uang yang berasal dari pajak.dengan demikian jelas
bahwa peranan penerimaan pajak bagi suatu negara menjadi sangat dominan
lebih rendah. Oleh karena itu tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam
akhirnya kesenjangan ekonomi dan sosial yang ada dalam masyarakat dapat
Reklame adalah benda, alat, perbuatan, atau media yang bentuk dan
barang, jasa, orang, atau badan, yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan,
Tarif pajak ini ditetapkan sebesar 25% dari nilai sewa reklame.
meliputi :
57
terbuat dari papan kayu, termasuk seng atau bahan lain yang sejenis,
dipasang atau digantung atau dibuat pada bangunan, tembok, dinding, pagar,
pohon, tiang, dan sebagainya baik yang bersinar maupun yang disinari.
atau iklan bersinar dengan gambar dan atau tulisan berwarna yang dapat
termasuk kertas, plastik, karet, atau bahan lainnya yang sejenis dengan itu.
pada suatu benda dengan ketentuan luasnya tidak lebih dari 200 cm2 per
lembar.
yang diucapkan atau dengan suara yang ditimbulkan dari atau oleh peralatan
lain.
menggunakan klise berupa kaca atau film, ataupun bahan yang sejenisnya,
sebagai alat untuk diproyeksikan dan atau dipancarkan pada layar atau benda
Selain itu objek pajak reklame yang dikecualikan atau yang bukan objek
3. Nama pengenal usaha atau profesi yang dipasang melekat pada bangunan
daerah; dan
atau melakukan pemesanan reklame sedangkan dan wajib pajaknya adalah orang
langsung oleh orang pribadi atau badan yang memanfaatkan reklame untuk
kepentingan sendiri, wajib pajak reklame adalah orang pribadi atau badan
(perusahaan jasa periklanan), maka pihak ketiga tersebut menjadi wajib pajak
reklame.
pajak reklame di Indonesia saat ini berdasar pada hukum yang jelas dan kuat
sehingga harus dipatuhi oleh masyarakat dan pihak yang terkait. Dasar
Daerah.
Daerah.
Nomor 3 Tahun 2014 yang merupakan revisi dari Peraturan Daerah Nomor
Pajak Daerah yang urnumnya dan Pajak Reklame pada khususnya juga akan
penyusunan penelitian ini. Kegunaan untuk memgetahui hasil yang telah dilakukan
sebagai evaluator, tetapi peran mereka sebagai tim evaluator belum berjalan
dengan baik seperti yang ditunjukkan oleh kurangnya sikap tegas dalam
ditunjukkan oleh sejumlah besar papan iklan dan iklan yang dipasang di jalan-
61
jalan yang idealnya bebas dari iklan steril. Hal ini mengindikasikan adanya sikap
tidak tegas para penilai kebijakan disiratkan oleh sejumlah besar iklan ilegal yang
dalam konsep baru, yaitu bahwa dengan integrasi, semua pihak yang
Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah: (Studi Pada Badan Pengelola Pajak dan
bahwa persentasi antara target dan realisasi penerimaan pajak reklame terhadap
Pajak dan Retribusi Daerah Kota Kendari dalam pengelolaan pajak reklame.
tidak melakukan pembayaran secara rutin, masih adanya beberapa papan reklame
daerah sangat kecil, namun dengan adanya hambatan tersebut maka seharusnya
menjadi tantangan Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah Kota Kendari
untuk terus mencari solusi yang tepat dan efektif agar Pendapatan Daerah dari
pada bidang perpajakan. Persamaan lainnya adalah dari sisi metodologi yakni
Kandeccing dengan penelitian ini adalah jika Kandeccing meneliti dari sisi
Kendari.
hingga 2017, dinyatakan sangat kurang dalam berkontribusi terhadap PAD, dapat
dilihat dari kriteria bahwa kontribusi yang dilakukan berada pada posisi di bawah
10%. Kendala yang dihadapi dalam pemungutan pajak reklame di kota Mataram
adalah wajib pajak yang tidak mengurus pemasangan baliho (baliho tanpa izin),
banyak wajib pajak membayar pembayaran pajak reklame, terkait dengan izin
baliho yang sudah kadaluwarsa, jumlah wajib pajak lebih memilih daerah yang
63
kurang potensial (lokasi kurang strategis) dalam pemasangan baliho. Upaya yang
Kota Mataram adalah pajak reklame yang menunda pembayaran akan dikenakan
denda 2% per bulan dari jumlah pajak yang belum dibayar atau terhutang,
memberikan sanksi sosial kepada tunggakan pajak papan reklame seperti menulis
pesan di iklan Ini belum memiliki pajak "atau" Iklan ini belum memiliki izin dan
diharapkan untuk membuka akses ke 1 (satu) pintu dalam menangani izin dan
membayar pajak iklan, yang selama ini dalam menangani izin wajib pajak
Kota Mataram, saat membayar pajak, wajib pajak harus pergi ke kantor BKD.
Hal-hal seperti ini membuat masyarakat pada umumnya atau pembayar pajak
administrasi.
bidang perpajakan. Persamaan lainnya adalah dari sisi metodologi yakni dengan
dari objek penelitian secara umum. Penelitian Kurniati mengkaji efektifitas dan
Pendapatan Kota Medan. Temuan penting penelitian ini adalah faktor yang
kurangnya kesadaran dari wajib pajak akan kewajibannya dalam membayar pajak
Medan. Selain itu Dinas Pendapatan Daerah kota Medan juga masih kurang
ketepatan waktu pembayaran pajak dari wajib pajak agar terhindar dari denda
pajak.
dari focus penelitian, yakni pada bidang perpajakan. Persamaan lainnya adalah
tingkat kemampuan keuangan daerah tersebut. Hal ini dapat dimengerti karena tanpa
terlaksana sebagaimana yang diharapkan. Salah satu Dinas yang diharapkan mampu
65
menopang tujuan pembangunan daerah Kota Kendari dari sisi pengelolaan kebijakan
pajak reklame memiliki potensi yang cukup baik dalam menopang pendapatan asli
daerah. Hal ini ditindaklanjuti dengan peraturan daerah yang mengatur pajak reklame
dengan Peraturan Walikota Nomor 28 Tahun 2015 Tentang Perhitungan Nilai Sewa
pendapatan asli daerah kota Kendari dikarenakan setiap tahunnya semakin banyak
merupakan ibu kota provinsi Sulawesi tenggara. Untuk itu proses penetapan
melibatkan banyak proses maupun variabel yang harus dikaji. Oleh karena itu,
beberapa ahli politik yang menaruh minat untuk mengkaji kebijakan publik membagi
pembagian seperti ini adalah untuk memudahkan kita mengkaji kebijakan publik.
urutan yang berbeda misalnya, tahap penilaian kebijakan seperti yang tercantum
dibawah ini bukan merupakan tahap akhir dari proses kebijakan publik, sebab masih
ada satu tahap lagi, yakni tahap perubahan kebijakan dan terminasi atau penghentian
kebijakan.
66
(Winarno, 2012 : 35)., adalah sebagai berikut: (1) Penyusunan agenda (Agenda
Setting), adalah sebuah fase dan proses yang sangat strategis dalam realitas kebijakan
yang akan dijadikan prioritas untuk dibahas; (2) Formulasi Kebijakan (Policy
Formulating), Masalah yang sudah masuk dalam agenda kebijakan kemudian dibahas
dicari pemecahan masalah yang terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari
berbagai alternatif atau pilihan kebijakan yang ada. Sama halnya dengan perjuangan
suatu masalah untuk masuk dalam agenda kebijakan, dalam tahap perumusan
kedaulatan rakyat, warga negara akan mengikuti arahan pemerintah. Legitimasi dapat
dikelola melalui manipulasi simbol-simbol tertentu. Di mana melalui proses ini orang
belajar untuk mendukung pemerintah. Pada tahap inilah alternatif pemecahan yang
telah disepakati tersebut kemudian dilaksanakan. Pada tahap ini, suatu kebijakan
secara terencana dapat saja berbeda di lapangan. Hal ini disebabkan berbagai faktor
Target dan realisasi penerimaan pajak reklame tahun 2018 dan 2019 di Kota
pajak reklame pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Kendari menyatakan bahwa ada
beberapa faktor yang mempengaruhi tidak tercapainya target penerimaan pajak pada
tahun 2018 dan 2019, diantaranya adalah masih lemah dan kurangnya pengawasan
pelaku yang terlibat yaitu Wajib Pajak dan Dinas Pendapatan Daerah Kota Kendari.
Salah satu yang terpenting dalam penerapan kebijakan pajak adalah persoalan
Pendapatan Daerah maupun konsistensi dari wajib pajak itu sendiri. Persoalan
konsistensi misalnya bisa terjadi dari aturan yang berubah-ubah, tidak adanya batas
waktu pelunasan yang jelas yang diakibatkan oleh adanya “persuasive” dari petugas
pajak, serta wajib pajak yang tidak memiliki konsistensi waktu dalam pembayaran
pajak secara berkala. Semua ini akan menyebabkan distorsi/gangguan bagi perolehan
penerimaan pajak.
Penelitian yang dilakukan oleh Lacso dan Rossi (2019) menemukan bahwa
menetapkan kebijakan pajak. Hal ini berarti bahwa pengambil kebijakan harus
memiliki komitmen yang tegas dalam menetapkan suatu kebijakan. Menurut Grindle
variabel yang fundamental, yakni isi kebijakan (content of policy) dan lingkungan