Anda di halaman 1dari 15

RMB

 Analisis Aktivitas, Perilaku Biaya, dan Estimasi Biaya


(Activity Analysis, Cost Behavior, and Cost Estimation)
 Analisis Biaya-Volume-Laba (Cost-Volume-Profit Analysis)
 Penyerapan dan Penetapan Biaya Variabel (Absorption and
Variable Costing)

Dosen Pengampu :
Dr. Mukhzarudfa, S.E., M.Si.

Di Susun Oleh :
Ario Satria (C1C019008)
Devi Febriana (C1C019128)

KELAS R-010
AKUNTANSI MANAJEMEN LANJUTAN
PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JAMBI
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Akuntansi manajemen dipandang sebagai suatu tipe akuntansi yang merupakan suatu
proses untuk mengolah informasi keuangan untuk memenuhi keperluan para manajer dalam
perencanaan dan pengendalian aktivitas organisasi. Informasi akuntansi manajemen sendiri
diperlukan oleh manajemen untuk menjalankan dua fungsi pokok manajemen yaitu
perencanaan dan pengendalian aktivitas perusahaan. Selain itu, informasi akuntansi
manajemen dapat membantu manajemen mengidentifikasi isu-isu penting, memecahkan
masalah dan mengevaluasi performa.
Dalam menjalankan kegiatan suatu perusahaan masa kini dan menghadapi era
globalisasi, perusahaan dituntut effisien dan ekonomis serta dapat mengantisipasi
perkembangan yang terjadi dimasa yang akan datang. Hal ini penting karena dalam
persaingan global hanya perusahaan yang menjalankan kegiatan/beroperasi secara effisien,
ekonomis dan produktif yang mampu memenangkan persaingan. Salah satu unsur yang
penting dalam memenangkan persaingan adalah kemampuan untuk menurunkan biaya tanpa
mengorbankan mutu. Maka tidak berlebihan apabila dikatakan para manager perlu
memahami dengan benar masalah yang berkaitan dengan pembiayaan terutama mengenali
perilaku biaya dengan pengklasifikasian biaya.
Salah satu cara membuat klasifikasi biaya adalah berdasarkan perilaku biaya. Perilaku
biaya merupakan bagaimana biaya akan bereaksi atau berubah dengan adanya perubahan
tingkat aktivitas bisnis. Pemahaman terhadap perilaku biaya adalah kunci beberapa
pembuatan keputusan organisasi. Manajer yang mengetahui perilaku biaya akan mampu
memprediksi dengan lebih baik apakah yang akan terjadi pada biaya dalam berbagai kondisi.
Usaha pembuatan keputusan tanpa memiliki pemahaman terhadap biaya dan bagaimana biaya
ini berubah dengan adanya perubahan tingkat aktivitas akan mengakibatkan turunnya tingkat
laba. Untuk menghindari masalah tersebut manajer harus mampu memprediksi secara akurat
kondisi biaya dalam berbagai tingkat aktivitas.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Analisis Aktivitas, Perilaku Biaya, dan Estimasi Biaya
2.1.1 Analisis Aktivitas
Analisis aktivitas adalah proses mengidentifikasikan, menjelaskan, dan mengevaluasi
aktivitas organisasi. Analisis aktivitas menghasilkan outcome:
1. aktivitas apa yang dilakukan,
2. bagaimana aktivitas dilakukan,
3. waktu dan sumber daya yang diperlukan untuk melakukan aktivitas, dan
4. penilaian terhadap aktivitas bernilai tambah tidak bernilai tambah
 Aktivitas disebut bernilai tambah value added activities jika memenuhi tiga kondisi:
1. aktivitas menghasilkan perubahan,
2. aktivitas sebelumnya tidak menghasilkan perubahan tersebut
3. aktivitas ini memungkinkan dilaksanakannya aktivitas lainnya.
Contoh: pemotongan kayu, perakitan, dan pengecatan pada usaha furniture.
 Aktivitas disebut tidak bernilai tambah non value added activities, yaitu semua aktivitas
selain dari aktivitas yang penting untuk dilakukan dan diperlukan untuk menjaga
kelangsungan bisnis. Contoh: penjadwalan, pemindahan, waktu tunggu, pemeriksaan,
dan penyimpanan.
Biaya bernilai tambah = SQ x SP Biaya tidak bernilai tambah = AQ – SQ SP SQ :
tingkat output bernilai tambah dari suatu aktivitas SP : harga standar tiap unit dari ukuran
output aktivitas AQ : kuantitas aktual penggunaan sumber daya fleksibel atau kapasitas
aktivitas praktis yang diperoleh untuk sumber daya terikat.
 Pengurangan biaya dapat dilakukan melalui empat cara:
a) Eliminasi aktivitas activity elimination, yaitu menghilangkan aktivitas yang tidak
bernilai tambah.
b) Pemilihan aktivitas activity selection, yaitu memilih aktivitas dari desain paling
efektif yang mampu mengurangi biaya.
c) Pengurangan aktivitas activity reduction, yaitu meningkatkan efisiensi dari aktivitas
yang diperlukan.
d) Pembagian aktivitas activity sharing, yaitu meningkatkan efisiensi dari aktivitas
yang diperlukan dengan menggunakan skala ekonomis, menghindari munculnya
aktivitas baru.

2.1.2 Pengertian Perilaku Biaya


Perilaku biaya adalah cara biaya berubah dalam hubungannya dengan perubahan
penggunaan aktivitas. Perilaku biaya dapat dibedaan sebagai biaya tetap dan biaya variabel.
1. Biaya tetap (fixed cost)
Biaya tetap adalah suatu biaya yang konstan dalam total tanpa mempertimbangakan
perubahan-perubahan tingkat aktivitas dalam suatu relevant range tertentu. Bila suatu biaya
tetap dinyatakan menurut biaya per unit, maka biaya tersebut akan beruabah secara terbalik
dengan tingkat aktivitas. Biaya tetap selanjutnya dapat dikelompokkan sebagai committed
fixed cost dan discretionary fixed cost.
a. Committed fixed cost
Committed fixed cost meliputi biaya-biaya tetap yang berhubungan dengan investasi
dalam fasilitas, peralatan, dan struktur dasar organisasai sebuah perusahaan. Biayar- biaya ini
sulit ditelusuri hubungannya dengan volume output, seperti unit produksi.
b. Discretionary fixed cost
Discretionary fixed cost atau dikenal juga sebagai managed fixed cost meliputi biaya-
biaya tetap yang timbul dari keputusan-keputusan tahunan manajeman untuk membelanjai
bidang-bidang biaya tetap tertentu seperti iklan, dan penelitian.
2. Biaya variabel (variabel cost)
Biaya variabel (variabel cost) yaitu biaya yang secara total berubah secara professional
dengan perubahab dalam tingkat aktivitas. Suatu biaya variabel, konstan per unut. Biaya
variabel selanjutnya dapat dikelompokkan sebagai engineered variable cost dan discretionary
variable.
a. Engineered variable cost
Engineered variable cost atau true variable cost yaitu biaya yang memiliki spesifikasi
hubungan fisik yang eksplisit dengan pelaksanaan suatu aktivitas. Biaya ini timbul dalam
rangka aktivitas operasi normal perusahaan. Contoh konkrit untuk biaya ini adalah biaya
bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung yang berubah volumenya karna proses
perekayasaan produk.
b. Discretionary variable cost
Discretionary variable cost atau step variable cost yaitu semacam biaya discretionary
yang memiliki pola grafis variabilitas, tetapi bukan karena alas an yang sama seperti bahan
langung atau tenaga kerja langsung. Pertamabahan biaya ini mungkin lebih berhubungan
dengan otoritas manajemen dalam membelanjainya.
3. Mixed Cost
Mixed cost atau semivariable cost yaitu biaya yang di dalamnya terdiri dari elemen-
elemen biaya tetap dan biaya variabel. Biaya ini pada umumnya terdapat dalam komponen
biaya tidak langsung. Karakteristik perilakunya tidak konstan seperti dua kelompok biaya
yang diuraikan di atas. Dalam keadaan tertentu jumlah biaya semivariabel akan menjadi lebih
tinggi dalam satu tingkat aktivitas, akan tetapi dalam keadaan lain bisa terjadi biayanya akan
lebih rendah pada tingkat aktivitas yang sama. Untuk itu diperlukan cara tersendiri untuk
mengidentifikasi perilakunya.
2.1.3 Estimasi Biaya
A. Pengertian Estimasi Biaya
Pentingnya manajemen untuk memahami bagaimana hubungan antara biaya dengan
faktor-faktor yang memicu perubahan biaya (cost driver). Estimasi biaya membantu
manajemen untuk memprediksi berapa besarnya biaya pada level aktivitas yang direncanakan
termasuk menyusun perencanaan kegiatan dan menyusun anggaran. Estimasi biaya adalah
proses menaksir hubungan antara biaya-biaya dan pengarah biaya yang menyebabkannya.
Beberapa biaya-biaya secara langsung dihubungkan dengan suatu aktivitas dan dapat
diperkirakan didasarkan pada aktivitas itu. Biaya-Biaya lain secara tidak langsung
dihubungkan dengan suatu aktivitas dan tidakmudah untuk diramalkan sebab tidak langsung.
Ini adalah satu tantangan bagi para Manajer Keuangan disetiap UKM harus mengerti tentang
penaksiran biaya-biaya. Tantangan lainnya ada sebab pembelanjaan dan biaya-biaya tidak
selalu terjadi pada waktu yang sama. Tujuan utama penilaian biaya adalah mengatur biaya-
biaya, pembuatan keputusan, dan untuk merencanakan dan menetapkan standard.
B. Metode Estimasi biaya
Ada empat metode estimasi biaya:
1) Industrial engineering method
Estimasi biaya dengan menganalisa hubungan antara input dan output dalam bentuk
fisik. Metode ini sangat memakan waktu dan biaya serta tidak praktis.
2) Conference method
Estimasi biaya berdasarkan analisis dan pendapat mengenai biaya dan cost driver-nya
yang dikumpulkan dari berbagai departemen dalam perusahaan (purchasing, proses
manufaktur, karyawan dsb). metode ini memacu kerjasam antar departemen, lebih
kredibel, serta cepat dikembangkan karena tidak memerlukan data analisis yang rinci.
Namun karena berdasarkan opini bukan estimasi, metode ini keakuratannya tergantung
dari kepedulian dan keahlian para pihak yang terlibat
3) Account Analysis method
Estimasi biaya dengan mengklasifikasikan akun biaya pada buku besar pembantu sebagai
biaya variabel, fixed atau campuran sesuai dengan level aktivitas.
4) Quantitative Analysis method
Analisis kuantitatif ini menggunakan metode matematis formal untuk menyesuaikan
fungsi biaya dengan obsservasi data masa lalu. Metodenya ada dua yaitu: High-Low
method dan Regression Analysis method.
2.2 Analisis Biaya-Volume-Laba
Analisis biaya volume laba memfokuskan pada hubungan antara lima faktor berikut
(Jackson, Sawyers, 2006):
1. Harga dari produk atau jasa.
2. Volume produk dan jasa yang diproduksi dan terjual.
3. Biaya variabel per unit.
4. Biaya tetap total.
5. Bauran produk dan jasa yang dihasilkan.
Analisis biaya volume laba merupakan teknik untuk menghitung dampak perubahan
harga jual, volume penjualan dan biaya terhadap laba untuk membantu manajer dalam
perencanaan laba jangka pendek (Mulyadi, 2001). Menurut Atkinson dan Kaplan Analisis
Biaya volume laba merupakan suatu proses bagaimana perbedaan biaya dan laba dengan
berubahnya volume. Analisis biaya volume laba merupakan suatu alat yang menyediakan
informasi bagi manajemen tentang hubungan antara biaya, laba, bauran produk dan volume
penjualan untuk mencapai target laba pada level tertentu (Carter, 2006).
Beberapa asumsi dalam analisis biaya volume laba antara lain (Mowen, Hansen,
2005):
1. Asumsi analisis fungsi pendapatan dan biaya linear.
2. Asumsi analisis bahwa harga, total biaya tetap, dan unit biaya variabel dapat
diidentifikasi secara akurat dan tetap konstan melebihi batas relevan.
3. Asumsi analisis bahwa apa yang diproduksi dapat dijual.
4. Untuk analisis multi produk, bauran penjualan diasumsikan diketahui.
5. Harga jual dan biaya diasumsikan diketahui dengan pasti.
Analisis biaya volume laba merupakan suatu alat yang sangat berguna untuk
perencanaan dan pengambilan keputusan yang menekankan keterkaitan antara biaya, volume
penjualan dan harga. Jadi, untuk mengetahui bagaimana pendapatan, beban dan laba
berperilaku ketika volume berubah, analisis biaya volume laba dapat dimulai dengan
menentukan titik impas perusahaan (Mowen, Hansen, 2005).
Menurut Mowen dan Hansen (2005) Analisis titik impas adalah titik dimana total
pendapatan sama dengan total biaya, titik dimana laba sama dengan nol. Menurut Charles T.
Horngren, Srikant M Datar, dan Gorge Foster (2003) mendefinisikan titik impas adalah
volume penjualan dimana pendapatan dan jumlah bebannya sama, tidak terdapat laba maupun
rugi bersih. Titik impas merupakan tingkat penjualan dimana kontribusi margin hanya
menutup biaya tetap dan konsekuensi pendapatan bersih sama dengan nol (Jackson, Sawyers,
2006). Impas adalah keadaan suatu usaha yang tidak memperoleh laba dan tidak menderita
rugi. Dengan kata lain, suatu usaha dikatakan impas jika jumlah pendapatan sama dengan
jumlah biaya atau apabila laba kontribusi hanya dapat digunakan untuk menutup biaya tetap
saja (Mulyadi, 2001).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa analisis titik impas adalah suatu
cara atau alat atau teknik yang digunakan untuk mengetahui volume kegiatan produksi
(usaha) dimana dari volume produksi tersebut perusahaan tidak memperoleh laba dan juga
tidak menderita rugi. Manajemen memerlukan informasi impas (break even) untuk
mengetahui tingkat penjualan yang mesti dicapai sehingga tidak menderita kerugian, batas
minimum volume yang harus diraih perusahaan dan diharapkan dapat mengambil langkah
yang tepat untuk masa yang akan datang
Ada dua cara untuk menentukan impas: pendekatan teknik persamaan dan pendekatan
grafik. Penentuan impas dengan teknik persamaan dilakukan dengan mendasarkan pada
persamaan pendapatan sama dengan biaya ditambah laba, sedangkan penentuan impas
dengan pendekatan grafik dilakukan dengan cara mencari titik potong antara garis
pendapatan penjualan dan garis biaya dalam suatu grafik yang disebut grafik impas (Mulyadi,
2001)
2.3 Penyerapan dan Penetapan Biaya Variabel
2.3.1 Biaya Penyerapan
Biaya penyerapan adalah metode penetapan biaya yang mencakup semua biaya
produksi bahan langsung, tenaga kerja langsung dan overhead pabrik variabel dan tetap
dalam biaya unit produk. Perhitungan biaya penyerapan juga disebut sebagai metode biaya
penuh. Karena biaya penyerapan mencakup semua biaya produksi sebagai biaya produk. Ini
adalah penetapan biaya konvensional yang diperlukan untuk pelaporan keuangan eksternal
dan pelaporan pajak. Dalam hal biaya penyerapan, biaya produksi akan menjadi sebagai
berikut:
Biaya produksi = Bahan langsung + Tenaga kerja langsung + Biaya langsung +
overhead pabrik variabel + Overhead pabrik tetap
Perhitungan biaya penyerapan memperlakukan semua biaya produksi sebagai biaya
produk, terlepas dari apakah biaya tersebut variabel atau tetap. Biaya satu unit produk di
bawah metode biaya penyerapan terdiri dari bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan
overhead pabrik variabel dan tetap. Dengan demikian, biaya penyerapan mengalokasikan
sebagian dari biaya overhead pabrik tetap untuk setiap unit produk, bersama dengan biaya
produksi variabel. Karena kalkulasi biaya absorpsi mencakup semua biaya produksi dalam
biaya produk, metode ini sering disebut sebagai metode biaya penuh.
Biaya penyerapan adalah metode yang menyerap semua biaya yang terkait dengan
produksi produk tertentu. Biaya yang ditangkap dengan metode biaya penyerapan termasuk
biaya tetap dan biaya variabel atau biaya langsung dan tidak langsung. Biaya ini dianggap
sebagai dasar biaya produk jadi atau biaya produk.
Fitur Biaya Penyerapan
Fitur yang terkait dengan biaya penyerapan adalah sebagai berikut:
 Dalam biaya penyerapan suatu produk, biaya ditentukan atas dasar biaya penuh, yaitu
biaya produksi variabel dan tetap.
 Biaya persediaan akan lebih tinggi dalam biaya penyerapan karena biaya produk
termasuk overhead pabrik tetap.
 Penyerapan biaya perubahan laba bersih dengan produksi,
 Ini adalah penetapan biaya konvensional di mana laba kotor ditentukan dengan
mengurangkan harga pokok penjualan dari penjualan dan laba bersih ditentukan
dengan mengurangkan semua biaya komersial dari laba kotor.
 Di bawah atau di atas alokasi overhead pabrik tetap diperlukan untuk disesuaikan
dalam biaya penyerapan karena termasuk dalam biaya produksi.
Kelebihan dari Biaya Penyerapan
Sebagai teknik konvensional, biaya penyerapan memiliki beberapa keuntungan yang
dibahas di bawah ini:
1. Menentukan biaya produksi yang sebenarnya
Dalam perhitungan biaya absorpsi, biaya overhead pabrik tetap diperlakukan sebagai
biaya produk. Akibatnya, ini membantu menentukan biaya produksi yang sebenarnya.
2. Keberterimaan
Biaya penyerapan diikuti untuk pelaporan eksternal, berbagai aturan dan peraturan
GAAP dan otoritas Pajak dipatuhi oleh biaya penyerapan, Akibatnya, dapat diterima oleh
otoritas pajak, investor, kreditur, dll.
3. Penilaian persediaan
Persediaan dinilai berdasarkan biaya produksi yang sebenarnya, Akibatnya, neraca
merupakan pandangan yang benar dan adil.
Kekurangan Biaya Penyerapan
Penyerapan biaya memiliki beberapa kelemahan yang dibahas sebagai berikut:
1. Alokasi biaya
Dalam kalkulasi biaya penyerapan, overhead pabrik tetap diperbolehkan pada produksi
berdasarkan tarif yang telah ditentukan. Tetapi tidak mudah untuk menentukan volume
penyebut yang akurat untuk menentukan tarif, Jadi, alokasi biaya menjadi sulit,
2. Tidak berguna untuk pengambilan keputusan manajemen
Penyerapan biaya tidak menghasilkan informasi tentang margin kontribusi, Akibatnya,
tidak dapat membantu.
3. Pengendalian biaya dan perbandingan biaya menjadi sulit.
Relevansi dan Penggunaan
Sangat penting untuk memahami konsep formula biaya penyerapan karena membantu
perusahaan untuk menentukan margin kontribusi produk dan yang pada akhirnya membantu
dalam analisis titik impas.
Berdasarkan analisis titik impas dapat ditentukan jumlah unit yang harus diproduksi
oleh perusahaan agar dapat membukukan laba. Selanjutnya, penerapan biaya penyerapan
dalam produksi unit tambahan akhirnya menambah intinya perusahaan dalam hal keuntungan
karena unit tambahan tidak akan membebani perusahaan dengan biaya tetap tambahan.
Keuntungan lain dari biaya penyerapan adalah sesuai dengan GAAP.
2.3.2 Penetapan Biaya Variabel
Penetapan biaya variabel (variable costing) merupakan metode penentuan biaya
produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang hanya berperilaku variabel.
Dengan demikian, komponen biaya produksi hanya terdiri dari biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead variabel.
Bisnis mengikuti dua pendekatan penetapan biaya produksi: penetapan biaya variabel,
juga dikenal sebagai penetapan biaya marjinal, dan penetapan biaya penuh, juga dikenal
sebagai penetapan biaya penyerapan. Yang pertama umumnya digunakan untuk pelaporan
internal, sedangkan yang kedua untuk laporan ke pihak eksternal.

Perbedaan keduanya terletak pada komponen biaya. Penetapan biaya variabel hanya
memperhitungkan biaya yang terkait langsung dengan produksi barang, yang mana sifatnya
variabel. Sedangkan, penetapan biaya penuh, memperhitungkan semua biaya, baik itu yang
bersifat variabel maupun tetap. Dengan demikian, biaya produksi berdasarkan metode
variabel costing terdiri dari unsur-unsur biaya produksi berikut ini:
Biaya bahan baku xx
+ Biaya tenaga kerja langsung xx
+ Biaya overhead pabrik variabel xx
= Harga Pokok Produksi xx
Keuntungan
Perusahaan yang menggunakan metode variable costing mengalami lebih sedikit efek
perubahan biaya ketika ada penyesuaian persediaan. Misalnya, perubahan biaya produk,
harga jual, atau bauran penjualan perusahaan tidak akan mempengaruhi laba untuk periode
akuntansi. Perusahaan dapat mengharapkan pelaporan laba yang lebih mulus selama beberapa
periode akuntansi.
Metode variable costing memudahkan untuk memperkirakan laba di masa depan
karena tinggal disesuaikan dengan perkiraan output. Ini berbeda dengan full costing, yang
mana harus mengasumsikan biaya tetap di masa depan, yang mana biasanya sulit dilakukan.
Dengan lebih sedikit perubahan pada biaya persediaan akan menghasilkan catatan
yang lebih baik atas biaya produksi aktual. Perusahaan juga dapat memecah setiap lini produk
dengan variable costing, yang memberikan analisis yang lebih menyeluruh tentang operasi
bisnis perusahaan. Menambahkan produk baru atau memperluas level produksi saat ini juga
bergantung pada informasi yang konsisten ini.
Kerugian
Kerugian yang signifikan dengan penetapan biaya variabel adalah tidak sesuai dengan
prinsip akuntansi yang diterima secara umum. Sementara perusahaan dapat menggunakan
metode pelaporan ini, auditor dapat menentang penggunaan biaya variabel. Ini karena dapat
menciptakan distorsi untuk biaya produksi aktual.
Masalah lain dengan biaya variabel adalah pengurangan [[laba bersih]] yang
dilaporkan. Mengeluaran biaya produksi tetap sebagai beban menurunkan laba bersih untuk
setiap periode akuntansi. Perusahaan akan menghadapi kewajiban pajak yang lebih rendah
dari lembaga pemerintah, menghemat uang bisnis. Namun, lembaga pemerintah dapat
melihat ini sebagai pelaporan keuangan yang tidak patut dan menantang metode akuntansi
keuangan perusahaan.
2.3.3 Biaya Penyerapan vs. Biaya Variabel
Biaya penyerapan dan biaya variabel adalah dua metode yang berbeda untuk
membebankan biaya ke produksi barang dan jasa. Dalam hal penetapan biaya variabel, semua
biaya overhead tetap dikeluarkan saat menghitung biaya produk dari barang manufaktur.
Biaya penyerapan di sisi lain, mengalokasikan biaya overhead tetap di seluruh unit
produksi yang diproduksi pada waktu tertentu. Termasuk dalam perhitungan biaya bila
menggunakan metode kalkulasi biaya absorpsi adalah biaya tetap tetapi kalkulasi biaya
variabel hanya mencakup biaya variabel. Juga, biaya per unit produk tidak ditentukan oleh
biaya variabel, itu ditentukan oleh biaya penyerapan.
Absorpsi Biaya dan Biaya Variabel adalah dua pendekatan utama yang digunakan
oleh organisasi manufaktur untuk sampai pada biaya per unit untuk berbagai tujuan
pengambilan keputusan. Biaya absorpsi mempertimbangkan bahwa semua biaya produksi
harus dimasukkan dalam biaya per unit suatu produk; jadi selain biaya langsung, ia
menambah porsi biaya produksi tetap untuk menghitung biaya produk. Sebaliknya, biaya
variabel menganggap hanya biaya (variabel) langsung sebagai biaya produk. Oleh karena itu,
dua pendekatan memberikan dua angka biaya produk. Setelah memahami kelebihan dan
kekurangan mereka sendiri, kedua metode ini dapat digunakan sebagai pendekatan penetapan
harga yang efektif oleh produsen.
Perbedaan antara Biaya Penyerapan dan Biaya Variabel
 Biaya Penyerapan membebankan semua biaya produksi ke dalam biaya produk. Biaya
penetapan biaya variabel hanya biaya langsung (bahan, tenaga kerja dan biaya overhead
variabel) ke dalam biaya produk.
 Biaya produk dalam biaya penyerapan lebih tinggi daripada biaya yang dihitung
berdasarkan biaya variabel. Dalam biaya variabel, biaya produk lebih rendah dari biaya
yang dihitung di bawah biaya penyerapan.
 Nilai stok penutupan (dalam laporan laba rugi dan neraca) lebih tinggi dengan metode
biaya penyerapan. Dalam penetapan biaya variabel, nilai stok penutupan lebih rendah
dibandingkan dengan biaya penyerapan.
 Dalam penetapan biaya penyerapan, overhead manufaktur tetap dianggap sebagai biaya
satuan dan dibebankan pada harga jual. Dalam penetapan biaya variabel, overhead
manufaktur tetap dianggap sebagai biaya periodik dan dibebankan dari laba kotor
berkala.
Keunggulan dan Kelemahan Perhitungan Biaya Variabel Costing
Laporan laba rugi yang disusun dengan metode perhitungan biaya variabel lebih
menitikberatkan pada penyajian pos biaya sesuai dengan tingkah laku biaya dan berhubungan
dengan perubahan volume kegiatan. Berikut ini contoh format laporan laba rugi dengan
perhitungan biaya variabel:
Hasil penjualan Rp.xxxxx
Biaya produksi variabel Rp.xxxxx
Biaya pemasaran variabel Rp.xxxxx
Biaya admn&umum variabel Rp.xxxxx
Rp.xxxxx-
Laba kontribusi Rp.xxxxx
Biaya produksi tetap Rp.xxxxx
Biaya pemasaran tetap Rp.xxxxx
Biaya admn&umum tetap Rp.xxxxx
Rp.xxxxx-
Laba operasi Rp.xxxxx
Keunggulan metode perhitungan biaya variabel adalah memberikan informasi untuk tujuan
interen manajemen yang berguna (lebih cepat) untuk perencanaan, pengendalian biaya, dan
pengambilan keputusan, misalnya:
 Perencanaan laba, yaitu membantu manajemen untuk mengetahui besarnya laba
kontribusi, yang sangat berguna untuk perencanaan laba dengan analisis hubungan
biaya-volume-laba.
 Dapat secara langsung mengetahui pengaruh biaya tetap terhadap laba. Pengaruh
biaya tetap terhadap laba lebih ditekankan sebab jumlah total biaya untuk periode
tersebut lebih kelihatan dalam laporan laba rugi. Dalam laporan laba rugi, semua
biaya tetap dikumpulkan dan disajikan menjadi biaya periode.
Kelemahan pada metode ini adalah selain kurang praktis karena menuntut adanya
pengelompokan biaya variabel dan biaya tetap, juga laporan yang dihasilkan hanya untuk
pihak interen saja (tidak sesuai dengan laporan eksternal).
Keunggulan dan Kelemahan Perhitungan Absorpting Cost
Laporan laba rugi yang disusun dengan metode perhitungan biaya penyerapan
menitikberatkan pada penyajian elemen biaya sesuai fungsi pokok yang ada dalam
perusahaan. Berikut ini contoh formatnya:
Hasil penjualan Rp.xxxxx
Harga pokok penjualan Rp.xxxxx-
Laba kotor Rp.xxxxx
Biaya pemasaran Rp.xxxxx
Biaya admn&umum Rp.xxxxx
Rp.xxxxx-
Laba operasi Rp.xxxxx
Keunggulan dari metode ini adalah sebagai berikut:
 Praktis dan memerlukan penggolongan biaya tetap dan variabel.
 Perhitungan biaya penyerapan lebih menarik bagi para akuntan dan manajer karena
mereka percaya metode ini lebih baik dalam menggambarkan penandingan biaya dan
pendapatan.
 Pada tingkat tertentu, perhitungan biaya penyerapan diterima sebagai metode yang
digunakan untuk menyiapkan laporan eksternal yang diwajibkan dan laporan pajak
penghasilan. Dengan alasan biaya dan kemungkinan kebingungan untuk membuat
sistem perhitungan ganda, satu untuk eksternal dan satu lagi untuk internal maka
kebanyakan perusahaan menggunakan perhitungan biaya penyerapan untuk laporan
eksternal dan internal.
Kelemahan pada metode ini adalah tidak dapat menginformasikan bagi manajemen mengenai
berapakah biaya produksi variabel untuk menghasilkan suatu produk, sehingga manajemen
untuk (tujuan interen) pengambilan keputusan khususnya perencanaan jangka pendek
mengalami kesulitan, misalnya: keputusan untuk membeli atau membuat suatu produk.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Yang dimaksud dengan Activity Analysis adalah suatu kegiatan dalam rangka
identifikasi dan menguraikan jenis kegiatan dalam sebuah organisasi, dan mengevaluasi
dampaknya terhadap operasional organisasi tersebut. Cost-Volume-Profit Analysis atau CVP
analysis, juga biasa disebut sebagai Analisis Break-Even, adalah cara bagi perusahaan untuk
menentukan bagaimana perubahan biaya (baik variabel maupun tetap) dan volume penjualan
mempengaruhi laba perusahaan. Dengan informasi ini, perusahaan dapat lebih memahami
kinerja secara keseluruhan dengan melihat berapa banyak unit yang harus dijual untuk
mencapai titik impas atau untuk mencapai ambang batas keuntungan atau margin
keselamatan tertentu. Variabel costing merupakan metode yang hanya membebankan biaya
manufaktur variabel kepada produk, sedangkan Absorption costing merupakan metode yang
membebankan seluruh biaya manufaktur baik itu variabel cost maupun fixed cost ke dalam
produk. Yang dimaksud biaya manufaktur adalah biaya yang terdiri dari Biaya bahan baku
langsung (direct material), biaya tenaga kerja langsung (direct labour) dan biaya overhead
pabrik (Factory overhead).

Perilaku biaya adalah cara biaya berubah dalam hubungannya dengan perubahan
penggunaan aktivitas. Waktu merupakan salah satu faktor penting dalam penentuan perilaku
biaya. Biaya variabel merupakan biaya yang meningkat secara proporsional dengan
peningkatan aktivitas. Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah jumlah totalnya ketika
penggunaan aktivitas berubah, sedangkan biaya campuran merupakan biaya yang mempunyai
komponen tetap dan variabel. Estimasi biaya membantu manajemen untuk memprediksi
berapa besarnya biaya pada level aktivitas yang direncanakan termasuk menyusun
perencanaan kegiatan dan menyusun anggaran.

Anda mungkin juga menyukai