Dosen Pengampu :
Dr. Mukhzarudfa, S.E., M.Si.
Di Susun Oleh :
Ario Satria (C1C019008)
Devi Febriana (C1C019128)
KELAS R-010
AKUNTANSI MANAJEMEN LANJUTAN
PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JAMBI
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Akuntansi manajemen dipandang sebagai suatu tipe akuntansi yang merupakan suatu
proses untuk mengolah informasi keuangan untuk memenuhi keperluan para manajer dalam
perencanaan dan pengendalian aktivitas organisasi. Informasi akuntansi manajemen sendiri
diperlukan oleh manajemen untuk menjalankan dua fungsi pokok manajemen yaitu
perencanaan dan pengendalian aktivitas perusahaan. Selain itu, informasi akuntansi
manajemen dapat membantu manajemen mengidentifikasi isu-isu penting, memecahkan
masalah dan mengevaluasi performa.
Dalam menjalankan kegiatan suatu perusahaan masa kini dan menghadapi era
globalisasi, perusahaan dituntut effisien dan ekonomis serta dapat mengantisipasi
perkembangan yang terjadi dimasa yang akan datang. Hal ini penting karena dalam
persaingan global hanya perusahaan yang menjalankan kegiatan/beroperasi secara effisien,
ekonomis dan produktif yang mampu memenangkan persaingan. Salah satu unsur yang
penting dalam memenangkan persaingan adalah kemampuan untuk menurunkan biaya tanpa
mengorbankan mutu. Maka tidak berlebihan apabila dikatakan para manager perlu
memahami dengan benar masalah yang berkaitan dengan pembiayaan terutama mengenali
perilaku biaya dengan pengklasifikasian biaya.
Salah satu cara membuat klasifikasi biaya adalah berdasarkan perilaku biaya. Perilaku
biaya merupakan bagaimana biaya akan bereaksi atau berubah dengan adanya perubahan
tingkat aktivitas bisnis. Pemahaman terhadap perilaku biaya adalah kunci beberapa
pembuatan keputusan organisasi. Manajer yang mengetahui perilaku biaya akan mampu
memprediksi dengan lebih baik apakah yang akan terjadi pada biaya dalam berbagai kondisi.
Usaha pembuatan keputusan tanpa memiliki pemahaman terhadap biaya dan bagaimana biaya
ini berubah dengan adanya perubahan tingkat aktivitas akan mengakibatkan turunnya tingkat
laba. Untuk menghindari masalah tersebut manajer harus mampu memprediksi secara akurat
kondisi biaya dalam berbagai tingkat aktivitas.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Analisis Aktivitas, Perilaku Biaya, dan Estimasi Biaya
2.1.1 Analisis Aktivitas
Analisis aktivitas adalah proses mengidentifikasikan, menjelaskan, dan mengevaluasi
aktivitas organisasi. Analisis aktivitas menghasilkan outcome:
1. aktivitas apa yang dilakukan,
2. bagaimana aktivitas dilakukan,
3. waktu dan sumber daya yang diperlukan untuk melakukan aktivitas, dan
4. penilaian terhadap aktivitas bernilai tambah tidak bernilai tambah
Aktivitas disebut bernilai tambah value added activities jika memenuhi tiga kondisi:
1. aktivitas menghasilkan perubahan,
2. aktivitas sebelumnya tidak menghasilkan perubahan tersebut
3. aktivitas ini memungkinkan dilaksanakannya aktivitas lainnya.
Contoh: pemotongan kayu, perakitan, dan pengecatan pada usaha furniture.
Aktivitas disebut tidak bernilai tambah non value added activities, yaitu semua aktivitas
selain dari aktivitas yang penting untuk dilakukan dan diperlukan untuk menjaga
kelangsungan bisnis. Contoh: penjadwalan, pemindahan, waktu tunggu, pemeriksaan,
dan penyimpanan.
Biaya bernilai tambah = SQ x SP Biaya tidak bernilai tambah = AQ – SQ SP SQ :
tingkat output bernilai tambah dari suatu aktivitas SP : harga standar tiap unit dari ukuran
output aktivitas AQ : kuantitas aktual penggunaan sumber daya fleksibel atau kapasitas
aktivitas praktis yang diperoleh untuk sumber daya terikat.
Pengurangan biaya dapat dilakukan melalui empat cara:
a) Eliminasi aktivitas activity elimination, yaitu menghilangkan aktivitas yang tidak
bernilai tambah.
b) Pemilihan aktivitas activity selection, yaitu memilih aktivitas dari desain paling
efektif yang mampu mengurangi biaya.
c) Pengurangan aktivitas activity reduction, yaitu meningkatkan efisiensi dari aktivitas
yang diperlukan.
d) Pembagian aktivitas activity sharing, yaitu meningkatkan efisiensi dari aktivitas
yang diperlukan dengan menggunakan skala ekonomis, menghindari munculnya
aktivitas baru.
Perbedaan keduanya terletak pada komponen biaya. Penetapan biaya variabel hanya
memperhitungkan biaya yang terkait langsung dengan produksi barang, yang mana sifatnya
variabel. Sedangkan, penetapan biaya penuh, memperhitungkan semua biaya, baik itu yang
bersifat variabel maupun tetap. Dengan demikian, biaya produksi berdasarkan metode
variabel costing terdiri dari unsur-unsur biaya produksi berikut ini:
Biaya bahan baku xx
+ Biaya tenaga kerja langsung xx
+ Biaya overhead pabrik variabel xx
= Harga Pokok Produksi xx
Keuntungan
Perusahaan yang menggunakan metode variable costing mengalami lebih sedikit efek
perubahan biaya ketika ada penyesuaian persediaan. Misalnya, perubahan biaya produk,
harga jual, atau bauran penjualan perusahaan tidak akan mempengaruhi laba untuk periode
akuntansi. Perusahaan dapat mengharapkan pelaporan laba yang lebih mulus selama beberapa
periode akuntansi.
Metode variable costing memudahkan untuk memperkirakan laba di masa depan
karena tinggal disesuaikan dengan perkiraan output. Ini berbeda dengan full costing, yang
mana harus mengasumsikan biaya tetap di masa depan, yang mana biasanya sulit dilakukan.
Dengan lebih sedikit perubahan pada biaya persediaan akan menghasilkan catatan
yang lebih baik atas biaya produksi aktual. Perusahaan juga dapat memecah setiap lini produk
dengan variable costing, yang memberikan analisis yang lebih menyeluruh tentang operasi
bisnis perusahaan. Menambahkan produk baru atau memperluas level produksi saat ini juga
bergantung pada informasi yang konsisten ini.
Kerugian
Kerugian yang signifikan dengan penetapan biaya variabel adalah tidak sesuai dengan
prinsip akuntansi yang diterima secara umum. Sementara perusahaan dapat menggunakan
metode pelaporan ini, auditor dapat menentang penggunaan biaya variabel. Ini karena dapat
menciptakan distorsi untuk biaya produksi aktual.
Masalah lain dengan biaya variabel adalah pengurangan [[laba bersih]] yang
dilaporkan. Mengeluaran biaya produksi tetap sebagai beban menurunkan laba bersih untuk
setiap periode akuntansi. Perusahaan akan menghadapi kewajiban pajak yang lebih rendah
dari lembaga pemerintah, menghemat uang bisnis. Namun, lembaga pemerintah dapat
melihat ini sebagai pelaporan keuangan yang tidak patut dan menantang metode akuntansi
keuangan perusahaan.
2.3.3 Biaya Penyerapan vs. Biaya Variabel
Biaya penyerapan dan biaya variabel adalah dua metode yang berbeda untuk
membebankan biaya ke produksi barang dan jasa. Dalam hal penetapan biaya variabel, semua
biaya overhead tetap dikeluarkan saat menghitung biaya produk dari barang manufaktur.
Biaya penyerapan di sisi lain, mengalokasikan biaya overhead tetap di seluruh unit
produksi yang diproduksi pada waktu tertentu. Termasuk dalam perhitungan biaya bila
menggunakan metode kalkulasi biaya absorpsi adalah biaya tetap tetapi kalkulasi biaya
variabel hanya mencakup biaya variabel. Juga, biaya per unit produk tidak ditentukan oleh
biaya variabel, itu ditentukan oleh biaya penyerapan.
Absorpsi Biaya dan Biaya Variabel adalah dua pendekatan utama yang digunakan
oleh organisasi manufaktur untuk sampai pada biaya per unit untuk berbagai tujuan
pengambilan keputusan. Biaya absorpsi mempertimbangkan bahwa semua biaya produksi
harus dimasukkan dalam biaya per unit suatu produk; jadi selain biaya langsung, ia
menambah porsi biaya produksi tetap untuk menghitung biaya produk. Sebaliknya, biaya
variabel menganggap hanya biaya (variabel) langsung sebagai biaya produk. Oleh karena itu,
dua pendekatan memberikan dua angka biaya produk. Setelah memahami kelebihan dan
kekurangan mereka sendiri, kedua metode ini dapat digunakan sebagai pendekatan penetapan
harga yang efektif oleh produsen.
Perbedaan antara Biaya Penyerapan dan Biaya Variabel
Biaya Penyerapan membebankan semua biaya produksi ke dalam biaya produk. Biaya
penetapan biaya variabel hanya biaya langsung (bahan, tenaga kerja dan biaya overhead
variabel) ke dalam biaya produk.
Biaya produk dalam biaya penyerapan lebih tinggi daripada biaya yang dihitung
berdasarkan biaya variabel. Dalam biaya variabel, biaya produk lebih rendah dari biaya
yang dihitung di bawah biaya penyerapan.
Nilai stok penutupan (dalam laporan laba rugi dan neraca) lebih tinggi dengan metode
biaya penyerapan. Dalam penetapan biaya variabel, nilai stok penutupan lebih rendah
dibandingkan dengan biaya penyerapan.
Dalam penetapan biaya penyerapan, overhead manufaktur tetap dianggap sebagai biaya
satuan dan dibebankan pada harga jual. Dalam penetapan biaya variabel, overhead
manufaktur tetap dianggap sebagai biaya periodik dan dibebankan dari laba kotor
berkala.
Keunggulan dan Kelemahan Perhitungan Biaya Variabel Costing
Laporan laba rugi yang disusun dengan metode perhitungan biaya variabel lebih
menitikberatkan pada penyajian pos biaya sesuai dengan tingkah laku biaya dan berhubungan
dengan perubahan volume kegiatan. Berikut ini contoh format laporan laba rugi dengan
perhitungan biaya variabel:
Hasil penjualan Rp.xxxxx
Biaya produksi variabel Rp.xxxxx
Biaya pemasaran variabel Rp.xxxxx
Biaya admn&umum variabel Rp.xxxxx
Rp.xxxxx-
Laba kontribusi Rp.xxxxx
Biaya produksi tetap Rp.xxxxx
Biaya pemasaran tetap Rp.xxxxx
Biaya admn&umum tetap Rp.xxxxx
Rp.xxxxx-
Laba operasi Rp.xxxxx
Keunggulan metode perhitungan biaya variabel adalah memberikan informasi untuk tujuan
interen manajemen yang berguna (lebih cepat) untuk perencanaan, pengendalian biaya, dan
pengambilan keputusan, misalnya:
Perencanaan laba, yaitu membantu manajemen untuk mengetahui besarnya laba
kontribusi, yang sangat berguna untuk perencanaan laba dengan analisis hubungan
biaya-volume-laba.
Dapat secara langsung mengetahui pengaruh biaya tetap terhadap laba. Pengaruh
biaya tetap terhadap laba lebih ditekankan sebab jumlah total biaya untuk periode
tersebut lebih kelihatan dalam laporan laba rugi. Dalam laporan laba rugi, semua
biaya tetap dikumpulkan dan disajikan menjadi biaya periode.
Kelemahan pada metode ini adalah selain kurang praktis karena menuntut adanya
pengelompokan biaya variabel dan biaya tetap, juga laporan yang dihasilkan hanya untuk
pihak interen saja (tidak sesuai dengan laporan eksternal).
Keunggulan dan Kelemahan Perhitungan Absorpting Cost
Laporan laba rugi yang disusun dengan metode perhitungan biaya penyerapan
menitikberatkan pada penyajian elemen biaya sesuai fungsi pokok yang ada dalam
perusahaan. Berikut ini contoh formatnya:
Hasil penjualan Rp.xxxxx
Harga pokok penjualan Rp.xxxxx-
Laba kotor Rp.xxxxx
Biaya pemasaran Rp.xxxxx
Biaya admn&umum Rp.xxxxx
Rp.xxxxx-
Laba operasi Rp.xxxxx
Keunggulan dari metode ini adalah sebagai berikut:
Praktis dan memerlukan penggolongan biaya tetap dan variabel.
Perhitungan biaya penyerapan lebih menarik bagi para akuntan dan manajer karena
mereka percaya metode ini lebih baik dalam menggambarkan penandingan biaya dan
pendapatan.
Pada tingkat tertentu, perhitungan biaya penyerapan diterima sebagai metode yang
digunakan untuk menyiapkan laporan eksternal yang diwajibkan dan laporan pajak
penghasilan. Dengan alasan biaya dan kemungkinan kebingungan untuk membuat
sistem perhitungan ganda, satu untuk eksternal dan satu lagi untuk internal maka
kebanyakan perusahaan menggunakan perhitungan biaya penyerapan untuk laporan
eksternal dan internal.
Kelemahan pada metode ini adalah tidak dapat menginformasikan bagi manajemen mengenai
berapakah biaya produksi variabel untuk menghasilkan suatu produk, sehingga manajemen
untuk (tujuan interen) pengambilan keputusan khususnya perencanaan jangka pendek
mengalami kesulitan, misalnya: keputusan untuk membeli atau membuat suatu produk.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Yang dimaksud dengan Activity Analysis adalah suatu kegiatan dalam rangka
identifikasi dan menguraikan jenis kegiatan dalam sebuah organisasi, dan mengevaluasi
dampaknya terhadap operasional organisasi tersebut. Cost-Volume-Profit Analysis atau CVP
analysis, juga biasa disebut sebagai Analisis Break-Even, adalah cara bagi perusahaan untuk
menentukan bagaimana perubahan biaya (baik variabel maupun tetap) dan volume penjualan
mempengaruhi laba perusahaan. Dengan informasi ini, perusahaan dapat lebih memahami
kinerja secara keseluruhan dengan melihat berapa banyak unit yang harus dijual untuk
mencapai titik impas atau untuk mencapai ambang batas keuntungan atau margin
keselamatan tertentu. Variabel costing merupakan metode yang hanya membebankan biaya
manufaktur variabel kepada produk, sedangkan Absorption costing merupakan metode yang
membebankan seluruh biaya manufaktur baik itu variabel cost maupun fixed cost ke dalam
produk. Yang dimaksud biaya manufaktur adalah biaya yang terdiri dari Biaya bahan baku
langsung (direct material), biaya tenaga kerja langsung (direct labour) dan biaya overhead
pabrik (Factory overhead).
Perilaku biaya adalah cara biaya berubah dalam hubungannya dengan perubahan
penggunaan aktivitas. Waktu merupakan salah satu faktor penting dalam penentuan perilaku
biaya. Biaya variabel merupakan biaya yang meningkat secara proporsional dengan
peningkatan aktivitas. Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah jumlah totalnya ketika
penggunaan aktivitas berubah, sedangkan biaya campuran merupakan biaya yang mempunyai
komponen tetap dan variabel. Estimasi biaya membantu manajemen untuk memprediksi
berapa besarnya biaya pada level aktivitas yang direncanakan termasuk menyusun
perencanaan kegiatan dan menyusun anggaran.