Anda di halaman 1dari 2

DAMARWULAN

Damar Wulan lahir berdarah pangeran, keponakan dari perdana menteri, Patih Logender,
tetapi dibesarkan di pertapaan kakeknya. Menuruti nasihat kakeknya, ia pergi ke istana
Majapahit mencari pekerjaan. Sepupu-sepupunya, Layang Seta dan Layang Kumitir,
menganiayanya sesampainya Damar Wulan di sana. 

Patih Logender, yang tidak menginginkan Damar Wulan bersaing dengan anak-anaknya
sendiri, menetapkan dia sebagai pemotong rumput dan penjaga kuda istana. Meskipun
tidak mengenakan pakaian indah, wajahnya masih terlihat sangat tampan. Desas-desus
tentang ketampanannya ini akhirnya sampai pada pendengaran Putri Anjasmara, anak
Patih Logender. Putri Anjasmara menemui Damar Wulan dengan diam-diam dan mereka
jatuh cinta dan mereka berhubungan secara sembunyi-sembunyi. Suatu malam, Layang
Seta dan Layang Kumitir mendengar suara dari dalam kamar saudarinya. Mereka
mendobrak masuk dan mencoba untuk membunuh Damar Wulan, tapi Damar Wulan
mampu mengalahkan mereka. Layang Seta dan Layang Kumitir melarikan diri dan
mengadu pada ayah mereka, yang kemudian memerintahkan Damar Wulan untuk
dihukum mati. Puteri Anjasmara memohon belas kasihan untuk kekasihnya. Akhirnya
Patih Logender memutuskan tidak jadi menghukum mati Damar Wulan, melainkan dia
memenjarakan pasangan itu.

Sementara itu, Menak Jingga telah menulis surat kepada Ratu Kencana Wungu untuk
meminangnya. Ketika Ratu Kencana Wungu menolak pinangannya, Menak Jingga marah
dan menyatakan perang terhadap kerajaan Majapahit. Dia berhasil dalam menyerang
daerah sekeliling kerajaan Majapahit, dan akhirnya kerajaan Majapahit merasa terancam
oleh pasukan Menak Jingga secara langsung. 

Dalam keadaan tertekan, Ratu Kencana Wungu mengumumkan bahwa siapa pun yang
membunuh Menak Jingga dan berhasil memenggal kepalanya akan menjadi suaminya.
Khawatir bahwa tidak ada penyelamat yang muncul, ia menerima wahyu bahwa seorang
ksatria muda bernama Damar Wulan dapat mengalahkan Menak Jingga. Dia
memerintahkan Patih Logender membebaskan Damar Wulan dari penjara dan
mengirimnya untuk melawan Menak Jingga. 

Keesokan harinya pertempuran kedua antara Menak Jingga dan Damar Wulan terjadi, di
mana Damar Wulan berhasil memenggal kepala raja. Berhasil membawa kemenangan, ia
kembali ke Majapahit, tapi Layang Seta dan Layang Kumitir menyergapnya di luar
istana, membunuhnya dan membawa kepala Menak Jingga ke hadapan Ratu Kencana
Wungu. 

Namun, seorang pertapa menghidupkan kembali Damar Wulan, dan sang ratu mendengar
cerita sesungguhnya. Dalam pertempuran terakhir, Damar Wulan mengalahkan Layang
Seta dan Layang Kumitir , lalu dinobatkan menjadi Raja Majapahit. Ratu Kencana
Wungu mengijinkannya untuk tetap memiliki Puteri Anjasmara, Dewi Wahita dan Dewi
Puyengan sebagai istri-istrinya.
DAMARWULAN

Damarwulan born blooded prince, nephew of the prime minister, Patih Logender, but
grew up in the hermitage of his grandfather. On the advice of his grandfather, he went to
the palace of Majapahit looking for a job. Cousins, Layang Layang Seta and Kumitir,
molested her when he got Damarwulan there.

Patih Logender, who did not want Damarwulan compete with their own children,
established him as the mower and horse guards the palace. Although not wearing
beautiful clothes, his face still looks very handsome. Rumors about his good looks finally
arrive at the Princess Anjasmara hearing, child Patih Logender. Princess Anjasmara meet
Damarwulan quietly and they fall in love and they relate in secret. One night, Layang
Layang Seta and Kumitir hear the sound of her sister's room. They broke in and tried to
kill Damarwulan, but Damarwulan able to beat them. Layang Layang Seta and Kumitir
escape and complained to their father, who then ordered Damarwulan to be put to death.
Anjasmara daughter begged for mercy for her lover. Finally Patih Logender decided not
to execute Damarwulan, but he imprisoned the couple.

Meanwhile, Menak Orange has written a letter to the queen Kencana Wungu to ask for
her hand. When Ratu Kencana Wungu reject proposed, Menak Orange angry and
declared war against the kingdom of Majapahit. He succeeded in attacking the
surrounding area Majapahit kingdom, and finally the Majapahit kingdom was threatened
by forces Menak Orange directly.

In a depressed state, Ratu Kencana Wungu announced that anyone who kills Menak
Orange and successfully cut off his head would become her husband. Worried that there
is no savior appeared, he received the revelation that a young knight named Damarwulan
can beat Menak Orange. He ordered Patih Logender Damarwulan freeing from prison
and sent to fight Menak Orange.

The next day the second battle between Menak Orange and Damarwulan occur, where
Damarwulan managed to behead the king. Managed to bring victory, he returned to
Majapahit, but Layang Layang Seta and Kumitir ambushed him outside the palace, kill
him and bring head Menak Orange before Ratu Kencana Wungu.

However, a hermit revive Damarwulan, and the queen heard the real story. In the final
battle, Damarwulan beat Layang Layang Seta and Kumitir, then crowned King of
Majapahit. Ratu Kencana Wungu allow him to retain Anjasmara Princess, Goddess and
Goddess Wahita Puyengan as his wives.

Anda mungkin juga menyukai