Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KONDISI EKSISTENSI MANUSIA TIPOLOGI SOSIAL

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Psikologi Kepribadian

Dosen Pengampu: Herman Beni, M.A.

Disusun oleh:

Lidia Farokah (2008306146)

KELAS 3 E

BIMBINGAN KONSELING ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

IAIN SYEKH NURJATI CIREBON

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Kondisi eksistensi
manusia, Tipologi sosial ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak Herman
Beni, M.A. selaku dosen pada mata kuliah Psikologi Kepribadian. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang teori kepribadian Erich Fromm bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Herman Beni, M.A. selaku dosen pada
mata kuliah Psikologi Kepribdian yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang penulis tekuni.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan penulis nantikan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga
dapat bermanfaat. Terimakasih.

Cirebon, 4 September 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2

DAFTAR ISI..............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... 4

A. Latar Belakang...................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah..............................................................................................................4

C. Tujuan................................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................5

A. Kondisi Eksistensi Manusia...............................................................................................5

B. Tipologi Sosial...................................................................................................................9

BAB III PENUTUP..................................................................................................................11

Kesimpulan...........................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teori yang dikemukakan oleh Erich Fromm merupakan gabungan yang khas antara
teori dari Freud dengan Marx. Pendekatan yang diungkapkan oleh Fromm kerap kali di sebut
dengan humanis dialektik. Tesis dasar menurut Erich Fromm mengungkapkan bahwa
indivisu manusia di zaman modern tidak akan bersatu dengan prasejarah yang berkaitan
dengan alam dan dengan sesamanya, yaitu manusia. Akan tetapi, manusia pada dasarnya
memiliki kekuatan dari kemampuan khayalnya, antisipasi, dan juga akal.

Kurang selarasnya antara insting hewan dan pikiran yang rasional yang terdapat pada
manusia membuat hal tersebut menjadi hal yang ganjil di alam semesta. From mengatakan
bahwa bukanlah kodrat manusia yang datang sebagai efek dari hewan, yang terdapat dalam
eksistensi manusia merupakan hal yang nyata bahwa manusia dari kerajaan hewan, dari
kebiasaan terhadap naluri, bahwa manusia sudah mampu untuk mengatasi alam, walaupun
manusia itu sendiri tidaklah meninggalkannya. Namun, patilah terdapat ketidak samaan
antara manusia dengan hewan yang terletak pada potensi dan kemampuan yang dimiliki
manusia terhadap kesadaran diri, logika atau akalnya, serta imajinasi.

Kepribadian menurut Fromm merupakan sebuah produk dari kebudayaan. Jiwa yang
sehat merupakan merupakan sebuah hasil dari bagaimana manusia mampu menyesuaikan dan
beradaptasi dengan berbagai kebutuhan dasar yang diperlukan oleh manusia. Hal ini
merupakan kunci dari bagaimana cara agar manusia mampu untuk memenuhi kepuasan dari
kebutuhan-kebutuhan yang diinginkan manusia.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi eksistensi manusia?
2. Bagaimana tipologi sosial?

C. Tujuan
1. Menjelaskan tentang kondisi eksistensi manusia.
2. Menjelaskan tentang tipologi sosial.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kondisi Eksistensi Manusia


1. Dilema Eksistensi
Erich Fromm menytakan bahwa kepribadian dari seseorang mampu dipahami konsep
antropolig-fislosofis terhadap adanya manusia di alam semesta ini. Fromm (1947)
percaya bahwa manusia, tidaklah sama dengan hewan lainnya, yang telah saling
terpisah dari kestuan prasejarahnya dengan alam. Hewan-hewan tersebut tidak
mempunyai insting yang cukup kuat yang dapat digunakan untuk beradaptasi dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya yang telah berubah, melainkan
mereka sudah mendapatkan kekuatan bemalar-keadaan yang Fromm sebut sebagai
dilema manusia (Feist, Feist, dan Roberts, 2017).
Dilema yang dirasakan oleh individu ini disebabkan oleh individu tersebut
telah berpisah dengan alam, akan tetapi mempunyai kekuatan kesadaran diri bahwa
mereka sudah menjadi individu yang berbeda. kemampuan yang dimiliki oleh
manusia berupa kemampuan nalar bagaikan pisau bermata dua, yaitu kemampuan
menalar ini mampu membuat individu bertahan, namun di lain sisi kemampuan ini
juga mampu memaksakan kehendak individu agar bisa mengatasi dikotomi dasar
yang tidaklah mempunyai jalan keluar, Fromm menyebutnya sebagai dikotomi
eksistensial. Dikotomi eksistensial ini hanya mampu memberikan reaksi terhadap
dikotomi yang dapat menyesuaikan dengan kultur dan kepribadian dari masing-
masing individu.
a. Dikotomi yang paling utama dan mendasar, yaitu antara hidup dan mati.
Seringkali antara nalar dan realisasi diri mengatakan bahwa diri ini akan
menghadapi kematian, akan tetapi sebagai individu berupaya untuk menyangkal
hall tersebut dengan anggapan bahwa terdapat kehiduapan setelah terjadinya
kematian, upaya ini tidak akan mengubah fakwa bahwa kehidupan individu cepat
atau lambat akan berakhir dengan kematian.
b. Dikotomi ekstensial kedua, merupakan individu yang dapat menciptakan sebuah
konsep dari tujuan dan realisasi yang lengkap, akan tetapi individu hanya mampu
menyadari bahwa kehidupan terlalu singkat guna meraih tujuan tersebut. Ketika
jarak antara kehidupan individu dengan seluruh umat sama panjangnya, maka
individu tersebut dapat ikut serta dalam perkembangan yang terjadi pada manusia
dalam proses sejarah.
c. Dikotomi ekstensial ketiga, merupakan individu yang ujung-ujungnya hanya akan
sendirian, tetapi individu juga tidak dapat menghadapi peristiwa isolasi dan
dikucilkan oleh lingkungan sekitar. Seorang individu tentunya akan menyadari
bahwa dirinya merupakan individu yang sudah tidak lagi memiliki kebersamaan,
namun di sisi lain individu tersebut juga tahu bahwa kebahagiannya terletak pada
hubungan dengan individu lainnya. Meskipun manusia tidak mampu untuk
mengatasi problematika antara kesendirian dengan sebuah hubungan
kebersamaan, individu-individu tersebut dihadapkan pada pilihan antara tetap
harus berusaha atau terancam menjadi gila.
2. Kebutuhan Manusia
Kebutuhan jika diartikan secara umum maka maknanya adalah sebuah kebutuhan
fisik, From menyebutnya sebagai kebutuhan dari aspek kebinatangan yang terdapat
dari dalam bagian manusia. Kebutuhan manusia merupakan kebutuhan yang
berdasarkan eksistensi sebagai manusia.
a. Keterhubungan (relatedness)
Kebutuhan akan keterhubungan ini merupakan kebutuhan guna memenuhi rasa
kesepian akan kesendirian dan rasa terisolasi dari lingkungan dan dari diri
individu itu sendiri. Kebutuhan ini memerlukan rasa keakraban dengan individu
lainnya yang individu tersebut cintai, dan kemudian bisa menjadi bagi dari
seseuatu tersebut. Menurut Fromm terdapat tiga teknik dasar supaya individu
dapat terhubung dengan lingkungan atau dunia luar, yaitu dengan rasa cinta,
kepasrahan, dan kekuasaan. Individu bisa mempasrahkan diri terhadap individu
lain ataupun kelompok, supaya menjadi salah satu dari satu dunia dengan individu
ataupun kelompok tersebut, karena dengan teknik seperti ini eksistensi dari
individu tersebut dapat diakui dan tidak lagi tepisah serta mampu menjadi bagian
dari individu atau suatu kelompok.
b. Keunggulan (transcendence)
Hubungan akan keunggulan merupakan suatu perasaan yang dirasakan secara
sadar oleh individu tersebut dengan lingkungan di sekitarnya. Kemudian individu
akan mengetahui dan melihat seberapa hebat dan menakutkannya alam semesta,
yang menjadikan individu terlihat lemah tak berdaya untuk menghadapinya.
Setelah itu individu-individu tersebut merasakan dorongan berupa keinginan agar
dapat mengatasi perasaan takut dan kekhawatiran yang tak pasti dalam
menghadapi situasi yang terjadi di alam semesta yang tidak tentu. Hingga pad
akahirnya dengan situasi yang semacam itu uindividu memerlukan pengembangan
diri, berusaha guna menyelesaikan perilaku pasif sampai dapat menjadi perilaku
yang aktif, menjadi individu yang memiliki tujuan dan kebebasan, hingga sampai
pada masa dapat menjadi individu yang mampu menciptakan atau membuat atau
menghancurkan atau merusaak sesuatu.
c. Keberakaran (rootedness)
Kebutuhan manusia akan keberakaran merupakan sebuah kebutuhan supaya dapat
mempunyai hubungan-hubungan yang dapat membuat individu merasakan
nyaman seperti merasakan sedang berada dirumah. Tiap-tiap individu akan
menghadapi dengan suasana dan lingkungan baru, dimana hal tersebut
mengharuskan agar individu tetap aktif dan kreatif dalam mebangun perasaan
sehingga dapat menjadi salah satu dari integral dari dunia. Seseorang mampu
menciptakan hubungna fiksasi yang tidak sehat, yaitu menyesuaikan diri dengan
suasana dan lingkungan, serta hanya jalan di tempat guna menciptakan hubungan
baru dengan lingkungan yang baru. Individu akan merasakan asing dengan
lingkungannya disebabkan oleh, individu tersebut merasakan kesendirian sejak
lahir dan kehilangan hubungan alami yang dirasakan oleh individu tersebut., dan
logika serta kebebasan yang dikembangkan oleh diri sendiri akan tetapi
memisahkan diri dengan hubungan alami tersebut sehingga menciptakan perasaan
tidak berdaya.
d. Kepekaan akan identitas (sense of identity)
Kepekaan akan identitas individu mempunyai kebutuhan bagi dirinya sendiri,
dimana individu merasakan untuk dapat mengatur terhadap nasibnya sendiri, yaitu
individu berkeninginan untuk mempunyai perasaan identitas pribadi, menjelma
jadi individu yang khas. Tanpa adanya rasa kepekaan akan identitas, individu
tidaklah mampu untuk mempertahankan rasa waras dalam dirinya, dan ancaman
semacam ini mampu mendorong individu agar dapat memperoleh rasa kepekaaan
akan identitas terhadap hal lain. Misalnya seorang ART mengidentifikasi dirinya
dengan majikannya, warga kenegaraan ynag mengidentifikasi dirinya dengan
negara, dll.
e. Kerangka Orientasi (Frame of Orientation)
Hubungan akan keranngka orientasi individu, memerlukaan peta yang
menjelaskan tentang dunia sosial dan dunia yang dirasakannya secar alami, tanpa
adanya peta tersebut individu tersebut akanlah mengalami ras kebingungan dan
tidaklah lagi bisa berperilaku yang ajeg. Kerangka orientasi merupakan sepaket
rasa yakin mengenai eksistendi dari kehidupan, proses kehidupan perilaku
individu tergantung dengan bagaimana yang lebih dierioritaskan untuk di kerjakan
terlebih dahulu supaya mendapatkan kesehatan jiwa. Individu selalu bertemu
dengan fenomena alam dalam keadaan yang sangatlah membingungkan dan
kenyataan yang begitu mengerikan, mereka ingin kehidupannya menjadi lebih
bermakna. Kerangka orientasi adalah seperangkat keyakinan mengenai eksistensi
hidup, perjalanan hidup-tingkah laku bagaimana yang harus dikerjakannya yang
mutlak dibutuhkan untuk memperoleh kesehatan jiwa.
3. Mekanisme Melarikan Diri dari Kebebasan
Sejumlah masyarakat kapitalis kontemporer memposisikan seseorang sebagai target
dari pekerjaan yang seharusnya mereka lakukan sendiri. Problematika antara
kebiasaan yang mandiri dengan suatu ketidakberhasilan yang dialami oleh individu
mampu membuat mental menjadi buruk. Fromm menyatakan bahwa, tanda-tanda dari
individu yang normal atau memiliki mental yang baik dan sehat merupakan individu
yang mampu bekerja secara produktif menyesuaikan dengan tuntutan dari lingkungan
sosial disekitarnya, dan juga bisa ikut serta dalam beradaptasi di lingkungan sosial
yang penuh kebahagiaan. Mekanisme melarikan diri dari kebebasan mencakup:
a. Otoritarianisme (authoritarianism), merupakan kebiasaan guna memasrahkan
kemandiriann diri yang kemudian digabungkan dengan individu atau hal lain yang
diluar dari diri individu tersebut, agar bisa mendapatkan kemampuan yang tidak
dimiliki seorang individu.
b. Perusakan (destruktiviness), merupakan hal yang sama dengan otoritarianisme,
destruktif ini berasal dari perasaan yang merasa terisolasi, kesepian, dan merasa
lemah tidak berdaya. Destruktif mencoba untuk memperoleh sebuah kemampuan
tidak menggunakan cara yang dapat membuat sebuah hubungan terbamgum dam
terjalin dengan dunia luar, anamun melewati upaya melakukan pembalasan atau
menghancurkan kekuatan yang dimiliki individu lain.
c. Penyesuaian (conformity), merupakan bentuk dari rasa pelarian atas dasar
perasaan kesepian dan terisolasi dengan menyerahkan kesendirian dan menjadi
seperti apa saja yang diharapkan oleh kekuatan yang berasal dari luar. Seorag
individu akan menjadi seperti robot, ketika memberikan respon atas sesuatu yang
sama dengan yang direncanakan dengan memenuhi keinginan individu lain.

B. Tipologi Sosial
1. Karakter Sosial
Fromm mengungkapkan bahwa karakter yang dimiliki oleh individu akan
berkembang sesuai dengan kebutuhan yang mengganti insting hewannya tadinya
sudah lenyap pada tahap demi tahap. Karakter ini akan meningkat dan membentuk
pengaturan sosial dimana individu tersebut hidup. Menurut Fromm ada dua hal yang
membedakan karakter sosial yang terdapat pada pasangan, yaitu hidup yang
berorientasi positif hidup yang berorientasi negatif. Masing-masing dari kedua
perbedaan tersebut dijelaskan menjadi 5 pasangan bagian, yang dimana diantara
bagian-bagian tersebut dapat saling itu bisa saling berkombinasi.
a. Produktif
 Accepting, yaitu sebuah kemampuan yang independen, aktif, berpikir positif.
Bisa menerima apa adanya yang terdapat pada diri sendiri dan orang lain.
 Preserving, yaitu sebuah kemampuan yang kreatif dan bisa memanfaatakan
sesuatu untuk mendapatkan keuntungan.
 Taking, yaitu mampu bekerja sama dengan tujuan yang sama, bersikap
rasional, serta jujur.
 Exchanging, yaitu sebuah sikap berdagang guna memperoleh keuntungan dan
dapat memberikan kepuasan pada orang lain.
b. Non produktif
 Receptive, yaitu individu yang bersikap pasif, dependen, dan biasa
"merengek-rengek".
 Hoarding, yaitu seseorang yang pelit atau kikir.
 Exploitative, yaitu individu yang bersikap suka menipu atau berbohong dan
tidak bisa menciptakan sesuatu srta cenderung memanfaatkan orang lain.
 Marketing, yaitu individu yang memiliki sikap jual-beli.
 Necrophilous, yaitu individu yang kerap kali mengatasi masalah dengan
kekerasan.
2. Karakter dan Masyarakat
Fromm mengungkapkan pada penjelasannya bahwa model masyarakat dengan
pendekatan sejarah. Mengembangkan orientasi reseptif mula-mula dalam masyarakat
kuno dengan kemampuan feudal, tuan-bruh. Pada abad 18-19 dikembangkannya
orientasi eksploitasi dalam hal sebuah sikap mentalitas perampok dan penguasa
lingkungan yang korup. Orientasi hoarding (menimbun) dan orientasi ekploitatif
dikembangkan secara bersamaan pada sebuah kelompok menengah yang tekun
menabung guna keselamatan dan keamanan di masa depan nanti. Pembentukan
karakter pribadi yang terjadi pada masyarakat dilakukan oleh orang tua dan tenaga
pendidik yang mampu membuat anak untuk mau bersikap seperti yang diinginkan
oleh masyarakat setempat.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
 Fromm (1947) percaya bahwa manusia, tidaklah sama dengan hewan lainnya, yang telah
saling terpisah dari kestuan prasejarahnya dengan alam. Hewan-hewan tersebut tidak
mempunyai insting yang cukup kuat yang dapat digunakan untuk beradaptasi dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya yang telah berubah, melainkan mereka
sudah mendapatkan kekuatan bemalar-keadaan yang Fromm sebut sebagai dilema
manusia (Feist, Feist, dan Roberts, 2017).
 Kebutuhan manusia, yaitu: keterhubungan, keunggulan, keberakaran, kepekaan akan
identitas, dan kerangka orientasi.
 Mekanisme melarikan diri dari kebebasan, yaitu: otooritarianisme, perusakan, dan
penyesuaian.
 Karakter sosial akan meningkat dan membentuk pengaturan sosial dimana individu
tersebut hidup. Menurut Fromm ada dua hal yang membedakan karakter sosial yang
terdapat pada pasangan, yaitu hidup yang berorientasi positif hidup yang berorientasi
negatif.
 Fromm mengungkapkan pada penjelasannya bahwa model masyarakat dengan
pendekatan sejarah. Mengembangkan orientasi reseptif mula-mula dalam masyarakat
kuno dengan kemampuan feudal, tuan-bruh.
DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. (2009). Psikologi Kepribadian. Malang:  UMM Press.

Feist, J. & Feist, G. J. (2017). Theories of Personality. Jakarta: Salemba Humanika.

Hidayat, Dede Rahmat. (2015). Teori dan Aplikasi Psikologi Kepribadian dalam Konseling.
Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai