Anda di halaman 1dari 4

Sesi 1 : Mengidentifikasi Masalah dan Menentukan Tujuan (Goals)

Hari Pelaksanaan : Minggu


Pukul : 09.00-10.00 WIB (± 60 menit)
Tempat : Di ruang tamu kediaman EB
Gambaran Umum Tempat : Ruangan tersebut luasnya sekitar 4x4 meter. Dengan cat dinding
putih bersih, ada lemari buffet yang lumayan besar untuk menutupi satu bagian tembok.
Sofanya tampak klasik dengan corak bunga-bunga yang terlihat sudah usang, lalu terapat meja
kayu yang sudah keropos di beberapa bagian yang tertutupi oleh taplak meja plastik yang
hanya bisa menutupi sebagian meja tersebut. Langit-langitnya juga tampak di cat warna putih
namun terdapat noda yang menguning di beberapa bagian, langit-langit ruang tamunya tidak
berbentuk polos namun terdapat ukiran bunga-bunga. Kondisi ruangan tersebut cukup bersih
dan nyaman, tidak terlalu gaduh, cenderung hening.
Observasi Umum :
Ketika saya mengunjungi kediaman EB, ia mengenakan pakaian yang cukup rapi dengan baju
putih polkadot hitam, dipadukan menggunakan celana kulot jeans. Ia mengenakan jilbab segi
empat warna hitam. EB tidak menggunakan alas kaki apapun karena di dalam rumahnya bersih
dan memang tidak terbiasa menggunakan alas kaki apabila di dalam rumah.
Proses Intervensi :
Pembukaan
Pada tahap ini peneliti mengulang kembali secara singkat mengenai prosedur konseling
seperti yang sudah tercantum dalam informed consent. Di akhir penjelasan, peneliti bertanya
kepada EB mengenai harapan-harapan yang diinginkannya dari proses konseling ini. Menurut
EB, sarana konseling ini diharapkan untuk mengatasi masalah mengenai penilaian diri yang
negatif menjadi lebih positif, EB berkeinginan untuk memiliki tingkat keyakinan diri yang
tinggi, sehingga perasaan takut gagal itu menjadi rendah. Selain itu, EB juga menginginkan
adanya titik terang untuk menerima kondisi kehidupannya yang sekarang, untuk memperoleh
pribadi yang lebih bersyukur dan semangat untuk mencapai taraf kehidupan yang lebih baik
lagi. Baik itu dari segi perekonomian ataupun bentuk penilaian diri yang lebih positif.

Mengidentifikasi masalah
Ketika dimintai pendapatnya tentang dimensi penilaian diri yang negatif yang menjadi dimensi
skor tertinggi, EB menjawab:
EB ini memiliki masalah terhadap penilaian dirinya yang negatif, karena ia merasa tidak
kestabilan dalam segi perekonomian sebab banyak tanggung jawab yang harus di embannya.
Ia juga merupakan tipe orang yang tidak terlalu yakin pada kemampuan yang di miliki dirinya
sendiri, EB terlalu takut untuk gagal ketika ingin memulai hal baru. Dari permasalahan
tersebut membuatnya menjadi pribadi yang lebih pesimis, ia jadi lebih sering di rumah ketika
libur kerja, yang dimana melakukan kegiatan tidak produktif seperti rebahan seharian sambil
memainkan game online.

Sementara ketika disinggung mengenai putus asa yang menjadi dimensi dengan skor
terendah, menurut EB, yaitu:
Menurut keterangan EB, ia merasa belum terlalu tua untuk prestasi di bidang pekerjaan. EB
merasa setelah terlaksananya proses konseling ini akan memperoleh pribadi dirinya versi lebih
baik lagi untuk menciptakan berbagai karya ataupun hal-hal yang bermanfaat sehingga ia tak
merisaukan masa tuanya hanya karena kegagalan semu. Untuk masalah karir, memang ia
tengah mengalami kerisauan mengingat ia hanya sebagai pegawai pabrik, walaupun ia
pegawai tetap. Akan tetapi EB berkeinginan untuk memberikan inovasi baru untuk
memperoleh karier yang lebih baik kedepannya. EB juga telah memiliki planning, bahwa
dirinya akan menikah sebelum usia 30 tahun.

Menggali Kepekaan terhadap Munculnya Masalah, serta Usaha-usaha yang Telah


Dilakukan
Sebelum memberikan miracle question, peneliti menanyakan kembali mengenai tujuan EB
bersedia datang ke sesi ini dan mengikuti konseling. Lalu EB menjawab:
EB menjekaskan tentang tujuan kesiapannya untuk mengikuti konseling ini, yaitu supaya
dapat jawaban atas berbagai kerisauan permasalahan yang tengah dirasakannya, serta bisa
terselesaikan dengan baik.

Menurut X, masalah yang ia alami mulai muncul sejak dua tahun terakhir. Dan hingga
sekarang ini, tidak ada perubahan yang berarti.
Usaha-usaha yang sudah dilakukan EB antara lain:
1. Mencari pekerjaan yang sesuai minatnya.
2. Mencoba membuat usaha baru.
3. Melakukan kegiatan yang produktif, walaupun pada akhirnya tidak bertahan lama.
4. Berusaha meminimalisir perilaku negatif.

Ketika peneliti meminta EB untuk menilai dari rentang 0 (paling buruk) hingga 10 (paling
baik) tentang perasannya terhadap masalah yang dihadapi, EB memberi nilai 8. Sementara
untuk keyakinannya bahwa masalah ini akan berhasil diatasi, EB memberi nilai 10.

Pengisian lembar kerja ‘My Problem’ dilanjutkan dengan pembahasan


Pada kolom paling tengah, yakni nama masalah, EB menuliskan perilaku negatif
sebagai judul utama masalah yang ia hadapi. Masalah tersebut mempengaruhi tingkah laku X
sehari-hari, antara lain:
1. Rebahan seharian.
2. Begadang untuk main game online.
3. Membuat konten sosmed yang tidak bermanfaat.
4. Overthinking.
5. Jarang mandi, EB akan mandi apabila ada kegiatan diluar rumah.

Sementara aspek emosi yang berubah saat ini adalah mood yang berubah-ubah akibat setres.
Di sisi lain, ada juga perasaan tidak nyaman karena perubahan mood tersebut, yang dimana
berimbas kepada orang-orang disekitar lingkungannya. Dalam bentuk ciri fisik yang muncul,
EB merasa belakangan ini ia merasa berat badannya turun, pusing, merasa cepat lelah padahal
tidak melakukan apa-apa. Cara yang selama ini dilakukan untuk mengatasi ketidaknyamanan
fisiknya adalah dengan tidur, istirahat seharian apabila libur kerja.
Beberapa pandangan dan pikiran-pikiran negatif juga ikut muncul, antara lain:
1. Memikirkan hal-hal negatif yang belum tentu terjadi.
2. Merasa cemas akan masa depan.
EB juga mencoba mengidentifikasi situasi kehidupannya dulu dan saat ini. Jika dulu EB ketika
masa sekolah masih melakukan hal produktif, dengan ikut organisasi, kegiatan sosial, kajian,
jualan online. Sekarang ia lebih sering bermalas-malasan, ia tidak ikut kajian lagi, alasannya
karena teman yang seumurannya sudah tidak ada yang datang jadi ia merasa malu, ia tidak
melanjutkan jualan online karena tidak ada kendaraan untuk mengantarkan pesanan, dan juga
tidak sempat untuk menyiapkan orderan setelah menjadi pegawai pabrik.

Merancang tujuan-tujuan dengan mengisi lembar kerja ‘SMART Goals’


dilanjutkan dengan pembahasan
Peneliti memberikan lembar kerja ‘SMART Goals’ yang berisikan langkah-langkah dalam
menentukan tujuan dan rencana di masa depan dengan spesifik dan penuh perhitungan. Pada
kolom paling atas tempat dituliskannya tujuan spesifik, EB memberikan jawaban, yakni ingin
membeli kamera untuk usaha foto shoot, membuka usaha makanan/barang-barang homemade,
memiliki tabungan masa depan, tidak meragukan kemampuan diri sendiri lagi, bisa menikah
sebelum usia 30 tahun.
Menurut EB, sumber-sumber yang ia miliki untuk mendukung tercapainya tujuan tersebut
adalah dari dirinya sendiri dan dukungan keluarga, serta finansial yang cukup untuk modal.
Batasan waktu yang ditetapkan untuk mencapai tujuan tersebut adalah maksimal 2 tahun. EB
berharap, secepatmya ingin menjadi orang yang sukses dan mampu untuk menginspirasi
banyak orang. Secara lebih spesifik ia pun berharap, dalam kurun waktu 2 bulan dari
sekarang ia bis a memulai dengan dirinya s endiri s uapaya percaya diri.
S ehingga memperol eh power untuk memulai s egala yang telah di
rencanakannya.

Pemberian Miracle Question


Selanjutnya, peneliti memberikan miracle questions seperti berikut ini :
“Saya ingin kamu berkhayal, dari kemarin kan kamu sudah menceritakan tentang semua
masalahnya, coba sekarang bayangkan misalnya malam ini kamu tidur, sepanjang kamu
tidur hingga pagi datang, ternyata ada keajaiban yang muncul, pas kamu terbangun
pagi harinya, semua masalahmu selesai dan bisa teratasi. Kira-kira, hal apa saja yang
akan terasa berbeda saat itu, yang membuat kamu tahu bahwa masalah itu sudah
selesai?”

X lalu menjawab:
Menurut keterangan EB ia akan merasa tidak memiliki tekanan, ketika memulai hari dan
menjalani aktivitas dengan mood yang baik, perasaannya lebih lega, pikirannya lebih terasa
fresh, dan tentunya bersemangat menjalani hari.

Pemberian Scaling Questions sesuai dengan hasil ‘SMART Goals’


Peneliti melanjutkan pertanyaan tentang tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh EB dengan cara
memberikan lembar penilaian yang berisi scaling questions untuk dibahas bersama-sama.
Pertama adalah berharap untuk mengembangkan usaha homade makanan terlebih dahulu yang
bisa di bantu oleh ibunya dan karena sekarang telah memiliki kendaraan pribadi meski masih
mencicilnya. Skala keyakinan EB pada tujuan ini berada pada skor 7. Karena menurutnya ia
masih harus merintis dari awal lagi, jadi ia berusaha yakin bahwa usahanya kali ini akan
berkembang.
Tujuan kedua yang ia sebutkan adalah menjadi fotografer, EB memberikan skor 5, lagi-lagi
karena ia memulai usaha ini benar-benar dari nol dan tidak memiliki relasi yang ahli di bidang
tersebut maka dari itu EB harus lebih giat untuk belajar mengambangkan diri supaya
menguasai kemampuan fotografi dan memperoleh modal untuk membeli kameranya.

Penutup
Tanggapan, kesan, dan saran EB mengenai sesi 1.
Kesan: Menurut EB ternyata terasa menyenangkan apabila kita membicarakan masalah tengah
di hadapi kepada orang yang tidak terlalu dekat, ia merasa penilaian orang tersebut lebih
objektif, dan ia merasa terbantu sekali dengan adanya proses konseling ini. EB bisa
mengeluarkan semua jenis keluh kesahnya tanpa harus takut di judge.
Pesan: Harapannya semoga-semoga terbaik untuk diri EB ini yaitu bisa menjalani proses
konseling hingga akhir dan tertuntaskannya segala permasalahan yang menimpanya.

Anda mungkin juga menyukai