Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN

ENVIRONMENTAL HEALTH LABORATORY

PEMERIKSAAN PARASIT PADA TANAH KAMPUS A DAN B


STIKES WIDYAGAMA HUSADA MALANG

OLEH :

ERICSON EKAPUTA SAPURANGA

1913.13251.362

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN LINGKUNGAN

STIKES WIDYAGAMA HUSADA

MALANG

2020
Lembar Persetujuan

Laporan

Environmental Health Laboratory

Pemeriksaan Parasit Pada Tanah Di Taman Kampus A & B STIKES


widyagama Husada Malang

Disusun Oleh :

ERICSON EKAPUTRA SAPURANGA

NIM. 1913.13251.362

Malang, 10 Agustus 2020

Menyetujui Untuk Diuji

(Septia Dwi Cahyani, S.KL., M.KL)

NDP
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infeksi STH ditularkan melalaui telur cacing yang terdapat fases manusia

yang terinfeksi. Cacing dewasa yang tinggal di usus dapat menghasilkan

ribuan telur setiap hari. Di daerah yang sanitasinya tidak memadai, telur-

telur ini akan mencemari tanah dengan berbagai cara. Telur dapat melekat

pada sayur kemudian tertelan tanpa dicuci, dikupas dan dimasukan dengan

baik. Telur dapat tertelan dari sumber air yang terkontaminasi, dan tertelur

tertelan oleh anak-anak yang bermain tanah yang terkontaminasi kemudian

meletakkan tangan dimulut tanpa mencuci tangan. Selain itu, penularan

cacing kait dapat menembus kulit yang terdapat pada orang-orang yang

berjalan mengunakan alas kaki pada tanah yang terkontaminasi (Sevfianti,

dkk. 2017).

Parasit salah satu penyakit yang hidupnya menumpang di bagian luar atau

dalam tubuh dan tempatnya bergantung pada permukaan tubuh inangnya

(Wicaksono Ade JC, 2018). Parasit adalah organisme hidup diatas atau didalam

organisme lain, dikenal sebagai induk semag atau inang. Parasit bisa berupa

kelompok hewan maupun tumbuhan : berupa virus, bakteri, jamur, protozoa,

cacing, antropoda (Hardi. 2015)

Infeksi parasit usus merupakan salah satu masalah kesehatan bagi

negara berkembang khususnya daerah tropis dan subtropis, termasuk

indonesia (Surya,2011). Kondisi ini menjadikan indonesia sebagai tempat


endomik berbagai macam penyakit . Salah satu penyakit yang

prevalensinya masih tinggi adalah infeksi cacing (Soedarto, 2010).

1.2 Tujuan Praktikum

1. Mengetahui cara pemeriksaan parasite tanah

2. mengidentifikasi keberadaan parasit di dalam tanah


BAB II

METODOLOGI

2.1 Waktu dan Tempat

2.1.1 Pratikum

Waktu : Senin, 11 Agustus 2020 pukul 13.45-16.45 WIB

Tempat : Laboratorium Kesehatan Lingkungan STIKES Widyagama

Husada Malang

2.1.2 Pengambilan sampel

Waktu : Senin, 10 Agustus 2020 Pukul 16.00 WIB

Tempat : Kampua A (sampel A) & Kampus B(sampel B) STIKES

Widyagama Husada Malang

Pengambilan sampel : M.Helmi Fakhrieza & Muhammad Fauzy

2.2 Alat dan Bahan

1.2.1 Alat-alat yang digunakan untuk mengambil sampel


1. Sendok tanah

2. Tabung reaksi dengan rak

3. Dack glass

4. Stering rod

5. Mikroskop

6. Corong

7. Tabung centrifunge

8. Centrifunge

9. Objeck glass

10. Gelas ukur 1000 ml

11. Hydrometer

12. Kain kasa

13. Aplikator

14. Timbang

2. Bahan

1. Tanah di taman kampus A & B Stikes Widyagama Husada Malang

2. Eosin

3. Larutan magnesium sulfat (MgSO4)

4. Aquades
5. Larutan hipoklorit

2.3 Cara Pengambilan Sampel

1. Membersihkan titik lokasi tersebut dengan garpu tanah dari dahan-dahan,

rumput kering dan kerikil.

2. Menyiapkan kantong plastik kemudian diberi kode lokasi dan tanggal

pengambilan sampel dengan spidol permanent.

3. Mengeruk tanah permukaan pada lokasi tersebut seluas 40x40cm² dengan

menggunakan sendok semen sebanyak ± 100 gram.

4. Ikat kantong-kantong plastik yang telah terisi dengan baik, untuk dikirim ke

laboratorium.

2.4 Prosedur praktikum

1. Menimbang sampel tanah yang telah dibersihkan dari kerikil dan daun-

daunan (rumput-rumput kering) sebanyak 5 garam.

2. Memasukkan tanah ini ke dalam tabung-tabung sentrifuse

3. Menambahkan 10 ml larutan hiplokhlorit ke dalam tabung yang berisi tanah.

4. Aduk dengan stering rod hingga merata dan diamkan selama 1 jam.

5. Setelah rumah tabung dalam centrifuge terisi semua, hidupkan centrifuge

dengan kecepatan 2000 rpm selama kurang lebih 2 menit. Lakukan kegiatan

ini sampai 2 kali.

6. Setelah diputar selama 2 menit, buang cairan supernatant.

7. Endapan tanah yang ada, menambahkan dengan larutan MgSO⁴ yang telah

disiapkan sampai mencapai lebih kurang ¾ volume tabung.

8. Putar lagi centrifuge dengan kecepatan 2500 rpm selama 5 menit.

9. Centrifuge dihentikan, ambil tabung-tabung centrifuge ini, tempatkan dalam

rak yang telah tersedia.


10. Menambahkan larutan MgSO⁴ dengan BD 1.260 ke dalam tabung-tabung

centrifuge sehingga mencapai permukaan tabung dan permukaannya sedikit

mengembung. Diamkan beberapa menit.

11. Pengaturan BD MgSO⁴ dapat dilakukan dengan penambahan air bila BD-

nya tinggi, sedangkan bila BD MgSO⁴ rendah (H.1.260) menambahkan

dengan larutan MgSO⁴.

12. Tutup dengan deck glass kepada tiap-tiap tabung ini dan tunggu selama 30

menit. Jika ada telur dan larva cacing dalam tanah tersebut telur dan larva

tersebut sudah mengapung dan menempel pada deck glass.

13. Pindahkan deck glass ini ke atas sebuah kaca benda (objeck glass). Jika

perlu menambahkan eosin sebgai pewarna, maka sediaan sudah siap.

14. Periksa sediaan ini dibawah mikroskop dan identifikasi telur/larva cacing

usus yang ada.

15. Melakukan pemeriksaan terhadap semua sampel yang diterima


BAB III

HASIL PRAKTIKUM

3.1 Data Hasil Pengamatan

Tabel 1 hasil pengamatan adanya parasite pada tanah di taman kampus A

& B Stikes Widyagama Husada Malang

N SPESIES GAMBAR KETERANGAN

O
1 Sampel tanah A Ascaris

lumbricoides

(cacing gelang)

Fase telur

2 Sampel tanah B Ascaris

lumbricoides

(cacing gelang)

Fase telur

pembesaran 200x

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Analisis Prosedur

Pengambilan sampel dilakukan terlebih dahulu sebelum melakukan

pemeriksaan. Sampel tanah yang diambil dari tanah di sekitar kampus A untuk

“sampel A” dan kampus B untuk “sampel B” STIKES Widyagama Husada

Malang.

Sampel tanah ditimbang 5 gram, kemudian dimasukkan ke dalam tabung

centrifuge dan ditambahkan 10 ml hipoklorit. Kemudian memasukkan kedalam

centrifuge, diputar dengan kecepatan 2000 rpm selama 2 menit dan dilakukan

selama 2 kali. Centrifuge merupakan alat untuk memutar sampel dalam

kecepatan tinggi. Memaksa partikel yang lebih berat terkumpul ke dasar tabung

centrifuge. Pemakaian centrifuge yang paling sering adalah untuk memisahkan

komponen sel darah dari cariannya sehingga cairan biasa dipakai untuk

pemeriksaan (Anonim, 2016).

Kemudian membuang cairan supernatan dan menambahkan kembali larutan

MgSO4 ke dalam tabung centrifuge. Memasukkan kembali ke dalam centrifuge

dan memutar kembali dengan kecepatan 2500 rpm selama 5 menit.

Menambakkan kembali larutan MgSO4 hingga penuh dan sedikit mengembung.

Menutup tabung centrifuge dan memindahkan hingga penuh 30menit setelah itu,

meletakkan cover glass ke tabung centrifuge agar cairan sedikit mengambung

menempel kemudian pindahkan pada objek gelas.

Metode sentrifus dilakukan dengan menambahkan sedikit air ke

dalamnya kemudian diaduk sampai larut. Larutan ini dituangkan ke dalam

tabung sampai ¾ tabung dan disentrifuse selama 5 menit. Hasil dari proses
sentrifuse adalah cairan jernih dan endapan. Cairan jernih diatas

(supernatan) endapan tersebut dibuang dan sebagai gantinya dituangkan

NaCl jenuh di atas endapan sampai ¾ tabung. Larutan ini diaduk sampai

merata dan disentrifuse lagi selama 5 menit. Setelah disentrifuse tabung

tersebut diletakkan diatas rak dengan posisi tegak dan ditambahkan lagi

NaCl jenuh sampai permukaan cairan menjadi cembung, diamkan selama 3

menit. Untuk mendapatkan telur cacing, obyek gelas diletakkan pada

permukaan yang cembung dan dibalik dengan hati-hati, kemudian

menutup dengan deckglass dan periksa dibawah mikroskop dengan

perbesaran 10×10 (Dwinata, dkk., 2017).

4.2 Analisis Hasil

Praktikum identifikasi dan pengamatan yang dilakukan menemukan hasil

telur cacing Ascaris lumbricoides. Cacing ini hidup di usus dan telurnya akan

keluar bersama tinja hospes. Jika hospes defeaksi di tanah (taman/lapangan)

atau jika tinja mengandung telur yang fertil maka telur tersebut akan tersimpan

dalam tanah. Telur menjadi infeksius jika telur matang (Adi, 2013).

Cacing Ascaris lumbricoides berukuran besar, bewrna putih kecoklatan

atau kuning pucat. Cacing jantan mempunyai ukuran 10-31 cm, ekor

melingkar, dan memiliki 2 spikula dengan diameter 2-4 mm. Sedangkan

cacing betina mempunyai ukuran 22-35 cm, terkadang sampai 39 cm

dengan diameter 3-6 mm, ekor lurus pada bagian 1/3 anterior, dan memiliki

cincin kopulasi. Baik cacing jantan, maupun betina memiliki mulut terdiri atas

tiga buah bibir yaitu satu bibir di bagian dorsal dan dua bibir lainnya terletak

subventral (Elfred, dkk., 2016).

Secara klinis infeksi Ascaris lumbricoides akan berbeda, pada saat

Ascaris lumbricoides berada dalam perut dan menuju daerah. Ileum akan
terjadi gejala yang serius. Pada infeksi akut dan sub akut, gejala infeksi

akan kelihatan saat migrasi larva dan cacing dewasa ke usus dengan gejala

seperti sakit perut yang parah, diare, demam, dehidrasi, dan muntah (Elfred,

dkk., 2016).

Cuci tangan adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan

tangan dan jari jemari dengan menggunakan air ataupun cairan lainnya

dengan tujuan untuk menjadi bersih. Menurut WHO,14 cuci tangan adalah

tindakan paling utama dan menjadi salah satu cara mencegah terjadinya

penularan penyakit dan tujuan utamanya secara higienis adalah untuk

menghalangi transmisi kuman patogen secara cepat dan efektif. Menurut

Satari dalam Luthfianti,15 kebiasaan mencuci tangan pada anak sebetulnya

merupakan bagian dari toilet training. Pada penelitian ini pemberian

informasi cuci tangan disertai dengan peragaan cuci tangan yang benar

memberikan efek pada penurunan angka infeksi kecacingan.

Faktor risiko lain yang berhubungan dengan infeksi kecacingan adalah

kebersihan kuku karena kuku dapat menjadi perantara masuknya telur

cacing ke dalam tubuh manusia. Untuk menjaga agar kuku tetap bersih

biasanya dilakukan dengan menggunting kuku secara berkala. Siswa SDN

Pagi Paseban secara umum sudah terbiasa memelihara kuku dengan cara

menggunting kuku secara berkala baik.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Pemeriksaan parasit tanah bisa dilakukan dengan metode natif

(langsung), metode sedimentasi, metode apung, dan metode parfitt-

banks.

2. Terlihat jelas pembesaran pada sampel A dan sampel B dengan

pembesaran 10x, sehingga objek terlihat jelas spesies dari Ascaris

lumbricoides fase telur pembesaran 200x pada sampel A dan Ascaris

lumbricoides fase telur pada sampel B.

5.2 Saran

1. Diharapkan pada praktikum, mengetahui dan memahami semua

praktikum, dan lebih teliti dalam pengamatan objek pada mikroskop.

2. Diharapkan masyarakat menjaga hygiene-sanitasi pribadi, keluarga, serta

masyarkat dengan baik

.
DAFTAR PUSTAKA

Aryadnyani. P.N, Warida, Inderiati. D. 2018/2019. Formalin dengan berbagai

pelarut tidak efektif untuk mencegah perkembangan telur Ascaris Lumbricoides.

Jakarta.

Herwindo. 2012. Definisi Perkebunan. Pengertian dan definisi yang digunakan

dalam buku pembakuan statistik perkebunan 2007 mengacu pada UU No. 18

2004 mengenai perkebunan serta buku konsep dan definisi baku statistik

pertanian (BPS)

Hardi, E. H. 2015. Parasit Biota Akuatik. Mulawarman University Press.

Samarinda

Regina dkk. 2018. Jurnal Kedokteran Diponegoro. Semarang

Setiyani. E, Widiastuti. D. 2008. Trichuris trihiura. Balada, Ed 007. No. 02 Des

2008 : 21-2

Wicaksono AJC, Apriantoro HN, Sasongko A. 2018. Journal of Vocational Health

Studies, Elseveir, Vol. 01, No. 01, PP. 97-101. Doi : 10.20473/jvhs

Wijaya dkk. 2016. jurnal epidemiologi kesehatan komunitas. Faktor resiko

kejadian infeksi cacing tambang pada petani pembibitan albasia dikecamatan

kemiri kabupaten Purworejo. Vol 1(1), 2016, 15-24


Sevfianti, dkk. 2017. Hubungan Pencemaran Tanah Oleh Telur Soil-

Transmitted-Helmint (STH) dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah

Dasar Negeri (SDN) 01 Krawangsari Natar. Vol. 7. No. 5. Hal. 1-6. Lampung.

Lampiran

Penimbangan sampel tanah kampus A Pengambilan sampel tanah kampus B


Hasil pemindahan tanah ke tabung Pemasukan sodium hyplocride 10 ml pada
sentrifuse sampel tanah kampus A dan B

Penimbagan sampel tanah kampus A Pengambilan sampel sampel tanah


kampus A

Pemindahan sampel tanah kampus A


Pemindahan sampel tanah kampus B kedalam sentrifuse
kedalam sentrifuse

Pemasukan tabung sentrifuse kedalam Pemberian MgSO4 tabung sentrifuse


pemutar centrifuge 2X dengan kecepatan
2000 rpm selama 2 menit

Anda mungkin juga menyukai