Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS KUALITATIF PERILAKU

MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN


PENYAKIT FILARIASIS DI DESA MATANG PELAWI

Masriana1), Juliandi2), Iman Muhammad3)


1
Mahasiswa Prodi S2 Kesehatan Masyarakat, Institut Helvetia Medan, Indonesia
2,3
Dosen Prodi S2 Kesehatan Masyarakat, Institut Helvetia Medan, Indonesia
Email: niswahray20@gmail.com

Diterima: September 2019, Diterbitkan: Desember 2019

Abstrak
Filariasis (kaki gajah) merupakan penyakit infeksi yang bersifat menahun, disebabkan
cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk. Perilaku masyarakat yang kurang higiene diduga menjadi
penyebab terjadinya penularan filariasis. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis secara kualitatif
perilaku masyarakat terhadap pencegahan penyakit filariasis. Jenis Penelitian ini adalah penelitian
kualitatif. Penelitian dilakukan di Desa Matang Pelawi Puskesmas Peureulak. Informan penelitian
sebanyak 5 orang. Analisis data secara kualitatif dengan tahapan data reduction, data display, dan
conclusion or verification. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat Desa
Matang Pelawi tentang penyakit filariasis dan pencegahannya, sebagian sudah paham, sebagian
masyarakat lainnya kurang mengerti tentang penyebab, penularan, tanda dan gejala, pencegahan
dan pengobatannya. Sikap masyarakat tentang penyakit filariasis, ada yang menganggap penyakit
medis karena dapat mengenai siapa saja dan ada juga yang menganggap penyakit non medis atau
karena hal gaib/mistis. Sebagian masyarakat bersikap negatif dengan mengejek, menghina dan
menginginkan agar penderita filariasis diasingkan dari desa mereka karena dapat membawa musibah
buruk bagi warga lainnya. Tindakan masyarakat sebagian paham tentang penyakit filariasis, dengan
melakukan pencegahan seperti menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal, tidur menggunakan
kelambu, dan minum obat pada Bulan Eliminasi Kaki Gajah (BELKAGA) pada bulan Oktober
setiap tahunnya. Kesimpulan penelitian bahwa perilaku masyarakat berkaitan dengan pengetahuan,
sikap, dan tindakan sebagian sudah baik karena sudah mendapatkan penyuluhan dari tenaga
kesehatan.
Kata Kunci: Perilaku Masyarakat, Filariasis
Abstract
Filariasis is a chronic infectious disease, caused by filarial worms and transmitted by
mosquitoes. Filariasis can cause permanent disability in the form of enlargement of the legs, arms,
pouches of the testicles, breasts and genitals, attacking parents, children, men and women. The
behavior of people who lack hygiene is thought to be the cause of filariasis transmission. The
purpose of this study is to analyze qualitatively the behavior of people towards the prevention of
filariasis. This type of research is qualitative research. The study was conducted in Matang Pelawi
Village Peureulak Health Center. Research informants were 9 people. Qualitative data analysis with
data reduction stages, data displays, and conclusion or verification. The result showed that the
knowledge of the Matang Pelawi Village community about filariasis disease and its prevention,
some of them already understood and understood the occurrence of filariasis in patients, while some
other people did not understand the causes, transmission, signs and symptoms, prevention and
treatment. The attitude of the Matang Pelawi Village community about filariasis, some consider
medical illness because it can affect anyone and some consider non-medical illness or because of
black magic such as being qualified, useless, witchcraft. Some people have a negative attitude by
mocking, insulting and wanting filariasis sufferers to be displaced from their village because it can
bring bad disaster to other resident. The actions of the Matang Pelawi Village community are partly
understood about filariasis, by taking precautions such as maintaining the cleanliness of the living
environment, sleeping using mosquito nets, and taking medicine on the Elephant Leg Elimination
Healthcare: Jurnal Kesehatan 8(2) Desember 2019 (08- 22)

Month (BELKAGA) in October each year. The conclusion of the study is that people’s behavior
related to knowledge, attitude, and actions is partly good because they have received counseling
from health workers Peureulak Public Health Center needs to improve health promotion activities
about filariasis disease and its prevention so that all communities in the Peureulak Health Center
work area can understand filariasis disease and take appropriate precautions.

Keyword : Behavior, Society, Filariasis

PENDAHULUAN dinilai berpotensi terjadi peningkatan kasus


Penyakit filariasis (kaki gajah) (Ismail, 2017).
merupakan penyakit infeksi yang bersifat Pencegahan filariasis dilakukan dengan
menahun disebabkan cacing filaria dan menghindari gigitan nyamuk infektif dan
ditularkan oleh nyamuk (Kemenkes RI, memberantas risiko yang berhubungan
2015). Menurut WHO, penduduk dunia yang dengan kejadian filariasis misalnya yang
terinfeksi oleh filariasis sekitar 120 juta dan berasal dari lingkungan dan perubahan
menyerang sekitar 25 juta laki-laki dan 15 perilaku masyarakat serta dapat
juta wanita. Filariasis menyerang 1.103 juta mempertahankan dan mengembangkan
orang di 73 negara yang berisiko filariasis. kearifan lokal. Mengidentifikasi vektor
Kasus filariasis menyerang 57% di Asia dengan mendeteksi adanya larva infektif
Tenggara dan 37% penduduk di wilayah dalam nyamuk dengan menggunakan umpan
Afrika. Sedangkan sisanya di wilayah manusia (Arsin, 2016).
Amerika, Mediterania Timur dan wilayah Berdasarkan teori Hendrik L. Blum
barat Pasifik (Muhsin, Safarianti, & (1974) dalam Notoatmodjo, terdapat empat
Maryatun, 2017). faktor yang mempengaruhi status kesehatan
Filariasis menyebar di seluruh wilayah manusia, yaitu: lingkungan, perilaku,
Indonesia, di beberapa daerah mempunyai pelayanan kesehatan dan keturunan. Diantara
tingkat endemisitas yang cukup tinggi. Kasus keempat faktor tersebut, faktor perilaku
kronis filariasis tahun 2015, kasus filariasis masyarakat memiliki pengaruh besar terhadap
menurun menjadi 13.032 kasus dari 14.932 pencegahan penyakit menular termasuk
pada tahun 2014 yang menyebar di 34 filariasis. Perilaku tersebut menurut
provinsi(Kemenkes RI, 2017). Filariasis Benyamin Bloom (1908) mencakup tiga
tersebar di seluruh Indonesia dengan domain, yaitu pengetahuan (knowledge),
prevalensi klinis sebesar 1,1‰ (rentang: 0,3- sikap (attitude), dan tindakan atau praktik
6,4‰) (Kemenkes RI, 2013). (practice) (Nototatmodjo, 2015).
Data Riskesdas (2013) menunjukkan Berdasarkan data yang diperoleh dari
bahwa persentase penderita filariasis di Puskesmas Peureulak bahwa pada tahun 2017
Provinsi Aceh berada dalam urutan pertama ditemukan jumlah penderita filariasis
terbesar dari seluruh provinsi di Indonesia sebanyak 6 orang yaitu 1 orang di Desa Snb.
yaitu sebesar 6,4‰ (Kemenkes RI, 2013). Hal Peusangan, 1 orang di Desa Lhok Dalam, 1
tersebut menunjukkan bahwa penyakit orang di Desa Damartutong, 1 orang di Desa
filariasis menjadi ancaman kesehatan bagi Uteun Dama, dan 3 orang di Desa Matang
masyarakat yang ada di Provinsi Aceh Pelawi. Jumlah penduduk di wilayah kerja
(Pramono, Maryani, & Wulandari, 2014). Puskesmas Peureulak sebanyak 36.369 jiwa
Kabupaten Aceh Timur terdapat 67 orang yang terdiri dari 11.853 orang laki-laki, dan
penderita filariasis. Pemerintah Kabupaten 13.547 perempuan, dan jumlah kepala
Aceh Timur melalui Dinas Kesehatan keluarga sebanyak 7986 KK. Kegiatan
memberikan obat pencegahan massal Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM)
filariasis bagi masyarakat. Tahun 2015 hanya filariasis (kaki gajah) yang dilakukan di
73% penduduk yang mau minum obat wilayah kerja Puskesmas Peureulak
filariasis (Acehprov, 2016). Hasil survei yang Kabupaten Aceh Timur masih terkendala
dilakukan Kemenkes RI masih ditemukan karena sebagian masyarakat tidak seluruhnya
microfilaria dalam darah sebagian masyarakat bersedia minum obat
Kabupaten Aceh Timur, sehingga hal itu Survei pendahuluan pada masyarakat
Desa Matang Pelawi dengan melakukan

9
Analisis Kualitatif Perilaku Masyarakat Terhadap…

observasi terhadap lingkungan dan perilaku HASIL DAN PEMBAHASAN


masyarakat Desa Matang Pelawi, diperoleh Karakteristik Informan
hasil sementara bahwa kondisi desa dengan Informan dalam penelitian ini sebanyak
lingkungan yang kurang bersih dan kurang 5 orang yang terdiri dari 3 orang masyarakat,
sehat. Pepohonan yang rimbun di lingkungan 1 orang petugas puskesmas, dan 1 orang
sekitar rumah-rumah penduduk diduga kepala Puskesmas Peureulak. Karakteristik
menjadi tempat bersarangnya nyamuk informan penelitian ini sebanyak 5 orang,
penyebab filariasis berkembang biak yang yang berumur antara 28 tahun sampai dengan
telah terinfeksi cacing filaria. Jamban dan 50 tahun. Sebanyak 3 orang adalah
kamar mandi yang kebanyakan berada di luar perempuan dan 2 orang laki-laki. Pendidikan
rumah, tetapi saluran air kurang baik, karena terakhir informan yaitu 2 orang berpendidikan
terdapat genangan air dari buangan air kamar SMP, 1 orang berpendidikan SMA, dan 1
mandi. Barang-barang bekas di sekitar rumah orang berpendidikan S-1, 1 orang
banyak yang terbuka dengan genangan air berpendidikan S2. Berdasarkan pekerjaan,
hujan yang menjadi tempat berkembang sebanyak 2 orang adalah ibu rumah tangga, 1
baiknya vektor nyamuk seperti di kaleng- orang petani, pegawai puskesmas, kepala
kaleng bekas minuman, botol-botol plastik, Puskesmas Peureulak.
dan lain-lain. Kebersihan lingkungan juga
kurang terjaga dengan banyaknya daun yang Pengetahuan Masyarakat tentang
berserakan di sekitar rumah, beberapa rumah Filariasis dan Pencegahannya
bahkan kondisi tempat tinggalnya lembab Pengetahuan masyarakat Matang Pelawi
karena berdekatan dengan rawa-rawa. tentang penyakit filariasis dan pencegahannya
Demikian juga dengan parit yang melewati belum merata. Hal tersebut terbukti dari
Desa Matang Pelawi terlihat kotor, airnya jawaban Informan yang diwawancarai bahwa
keruh, sampah-sampah plastik dan kaleng mereka lebih mengenal kaki gajah atau kaki
berserakan di parit. Banyak rumah yang tidak bengkak dibandingkan dengan filariasis,
menggunakan kawat kasa. mereka masih asing dengan istilah filariasis
Artikel ini bertujuan untuk menganalisis untuk penyakit kaki gajah. Seperti yang
perilaku masyarakat meliputi pengetahuan, dikatakan oleh informan 1 dan informan 2.
sikap, dan tindakan dalam pencegahan Tetapi informan 3 tahu bahwa filariasis
penyakit filariasis. adalah kaki yang membesar. Hal tersebut
diperkuat oleh tenaga kesehatan di Puskesmas
METODE PENELITIAN Peureulak bahwa masyarakat di wilayah kerja
Jenis Penelitian ini adalah kualitatif. Puskesmas Peureulak seperti di Desa Matang
Penelitian dilakukan di Desa Matang Pelawi Pelawi banyak yang kurang mengetahui
Puskesmas Peureulak. Adapun subyek dalam tentang filariasis tetapi jika dikatakan sakit
penelitian ini adalah seluruh masyarakat Desa kaki gajah, sebagian masyarakat mungkin
Matang Pelawi. Dalam penelitian ini subyek sudah mengetahuinya.
dibagi dua kategori yaitu informan utama dan Hal tersebut sesuai dengan pendapat dari
informan triangulasi sebanyak 5 orang (3 Santoso, bahwa orang masih asing dengan
orang informan utama dan 2 orang informan istilah filariasis, dan di beberapa daerah
pendukung). Karakteristik informan utama penyakit filariasis dikenal dengan istilah
adalah 1 orang anggota keluarga penderita bahasa daerah setempat seperti “tubuk” atau
filariasis (kaki gajah), dan 2 orang masyarakat “ular-ularan” atau ada juga yang menyebut
di lingkungan tempat tinggal penderita. “kelenjaran”, sedangkan di daerah Baturaja,
Sedangkan informan triangulasi adalah 1 Sumatera Selatan istilah filariasis disebut
orang petugas kesehatan dan 1 orang Kepala dengan “Untut”. Istilah filariasis secara medis
Puskesmas Peureulak. Analisis data dilakukan kurang dikenal oleh masyarakat, istilah kaki
secara analisis tematik dengan tahapan data gajah lebih sering didengar oleh masyarakat
reduction, data display, dan conclusion or (Santoso, 2017).
verification. Berdasarkan hasil penelitian tentang asal
informasi yang diperoleh Informan tentang
penyakit filariasis diketahui bahwa informan
ada yang sudah mendapatkan informasi dari

16
Healthcare: Jurnal Kesehatan 8(2) Desember 2019 (08- 22)

tenaga kesehatan dan ada yang belum pernah Sejalan dengan penelitian yang
mendapatkan informasi dari tenaga kesehatan dilakukan Nasrin (2012) bahwa pengetahuan
tentang filariasis. Informan 1 mengatakan masyarakat tentang filariasis masih kurang.
sumber informasi tentang penyakit filariasis Responden tidak mengetahui penyebab,
dari tenaga kesehatan, Informan 2 gejala maupun penular filariasis.
mengatakan tidak pernah mendapatkan Ketidaktahuan responden tentang hal-hal
informasi tentang filariasis, Menurut yang mendasar dari penyakit ini
Informan 4 bahwa tidak semua wilayah dapat menyebabkan mereka tidak tahu cara
tercover penyuluhan filariasis sehingga mencegah penularan penyakit ini.
masyarakat ada yang tahu dan ada yang tidak Menurut peneliti, berdasarkan hasil
tahu tentang filariasis. penelitian ini menunjukkan bahwa
Masih banyaknya masyarakat yang pengetahuan masyarakat tentang penyakit
berpengetahuan kurang tentang penyakit kaki filariasis dan pencegahan masih kurang.
gajah, disebabkan karena informasi yang Terbukti dari jawaban-jawaban yang
diterima oleh semua masyarakat tentang diberikan dari hasil wawancara sebagian
penyakit kaki gajah ini sangatlah kurang, masyarakat mengetahui penyebab, tanda
disebabkan akses informasi mengenai gejala, pencegahan dan pengobatan penyakit
penyakit tersebut juga sangat terbatas. kaki gajah. Tetapi masih ada juga masyarakat
Terbatasnya akses informasi pada yang tidak paham tentang penyakit filariasis
masyarakat, dan rendahnya tingkat dan cara melakukan pencegahannya karena ia
pengetahuan masyarakat terutama merasa bahwa bukan keluarga yang terkena
masyarakat yang tinggal di pedesaan penyakit tersebut sehingga merasa tidak perlu
menyebabkan tingkat pengetahuan mereka melakukan pencegahan. Hal tersebut juga
tentang penyakit filariasis juga masih rendah disebabkan oleh tingkat pendidikan
(Arsin, 2016). masyarakat di Desa Matang Pelawi sebagian
Berdasarkan hasil penelitian yang masih berpendidikan rendah atau dasar yaitu
dilakukan Suryaningtyas & Santoso (2012) tingkat pendidikan SD, dan SMP. Selain
pada Masyarakat Kecamatan Madang Suku karena tingkat pendidikan yang rendah, akses
III Kabupaten Oku Timur diketahui bahwa informasi yang terbatas juga menyebabkan
pengetahuan masyarakat kurang baik pemahaman masyarakat tentang penyakit
mengenai penyebab, gejala, proses penularan filariasis juga terbatas. Peran pemerintah
serta pencegahan filariasis. Pengetahuan melalui Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh
masyarakat terhadap filariasis limphatik dapat Timur dan Puskesmas Peureulak untuk terus
ditingkatkan dengan memberikan penyuluhan menggalakkan promosi kesehatan melalui
oleh petugas kesehatan. Upaya penyuluhan penyuluhan di setiap desa yang ada di
kesehatan terhadap masyarakat bertujuan agar wilayah kerja Puskesmas Peureulak sehingga
masyarakat mengetahui upaya untuk semua masyarakat mendapatkan akses
pencegahan dan pemberantasan filariasis informasi tentang penyakit filariasis,
secara tepat. penyebab, penularan, tanda dan gejala,
Penelitian Veridiana & Chadijah, (2015) pencegahan, dan pengobatannya.
berkaitan dengan pengetahuan masyarakat
tentang filariasis di Kabupaten Mamuju Utara Sikap Masyarakat tentang Pencegahan
masih sangat rendah. Hasil wawancara Penyakit Filariasis
menunjukkan bahwa semua responden tidak Berdasarkan hasil penelitian
mengetahui penyebab filariasis. Hampir menunjukkan bahwa sikap masyarakat dalam
semua responden (98%) tidak mengetahui pencegahan penyakit filariasis masih ada
bahwa nyamuk merupakan penular filariasis. yang bersikap negatif, walaupun ada juga
Begitu juga dengan gejala yang dialami oleh yang bersikap positif. Hasil wawancara
penderita filariasis, 90% responden tidak dengan Informan diketahui bahwa sikap
mengetahui gejalanya. Sebagian besar informan yang positif ditunjukkan oleh
responden tidak mengetahui bahwa penyakit Informan 1 dan Informan 3 yang mengatakan
ini bisa diobati dengan penanganan medis dan bahwa merasa kasihan dengan penderita
dapat dicegah dengan berbagai cara misalnya filariasis karena penyakit tersebut sulit untuk
dengan cara menghindari gigitan nyamuk. disembuhkan dan bersyukur pihak puskesmas

17
Analisis Kualitatif Perilaku Masyarakat Terhadap…

sudah memberikan pengobatan kepada penyakit yang berbahaya, bukan merupakan


penderita. Informan 2 memiliki sikap negatif penyakit keturunan. (Veridiana & Chadijah,
terhadap penderita kaki gajah dan 2015).
mengatakan bahwa hal tersebut disebabkan Sikap negatif masyarakat terhadap
oleh karena penderita pernah berbuat jahat penderita filariasis disebabkan adanya stigma
sehingga akhirnya diguna-guna. Pihak yang berkembang di kalangan masyarakat
Puskesmas Peureulak sendiri melalui tentang penyakit menular, bahkan stigma
Informan 4 sebagai tenaga kesehatan selalu berkembang sangat cepat sehingga dapat
berupaya memberikan informasi yang benar membuat psikologis seorang pasien yang
tentang penyakit filariasis, bahwa penyakit menderita penyakit menular menjadi
tersebut adalah penyakit medis, bukan non terganggu dan mengakibatkan memperburuk
medis. Pihak Puskesmas Peureulak terus keadaan penyakit pasien tersebut. Penyakit
berupaya untuk memberikan penyuluhan agar menular yang banyak dijumpai di kalangan
pemahaman masyarakat menjadi lebih baik masyarakat memiliki perkembangan stigma
dan tidak bersikap negatif terhadap penderita yang hampir sama dalam bentuknya dan
filariasis. perlakuannya di sebuah komunitas
Sebagian masyarakat beranggapan masyarakat. Sikap negatif masyarakat
bahwa penyakit kaki gajah (elephantiasis terhadap penderita penyakit menular biasanya
atau filariasis) merupakan suatu penyakit ditunjukkan dengan cara mengejek,
yang berhubungan dengan keturunan menghina, mencemooh, dan mengasingkan
(genetika), jampi-jampi, melakukan kesalahan penderita tersebut dari pergaulan di
(dosa), atau kutukan karena mendatangi masyarakat (Gerungan, 2014).
tempat-tempat yang dilarang (Nwoke, Menurut peneliti, hasil penelitian ini
Nwoke, Ukaga, & Nwachukwu, 2010). menunjukkan bahwa sikap masyarakat
Banyak orang masih beranggapan bahwa terhadap penderita filariasis dan
filariasis itu penyakit keturunan atau penyakit pencegahannya masih ada yang bersikap
kutukan. Berdasarkan hasil survey yang negatif. Hal ini disebabkan oleh karena
pernah kami lakukan, ada masyarakat yang sebagian masyarakat tidak memahami tentang
beranggapan bahwa filariasis terjadi karena penyebab terjadinya filariasis. Masih ada
terkena tulah atau kualat akibat waktu anggapan masyarakat bahwa terjadinya
berjalan di hutan kakinya masuk ke dalam pembengkakan pada kaki disebabkan oleh
lubang dan tidak menutup lubang tersebut karena terkena guna-guna, kualat, atau karena
sehingga kaki orang yang masuk lubang memiliki sikap jahat pada orang lain,
menjadi besar. Ada juga yang menganggap sehingga oleh orang yang dijahati tersebut
bahwa itu penyakit kutukan dan keturunan, penderita diguna-guna sehingga kakinya
karena keluarga orang tersebut pernah menjadi besar. Sikap yang salah tersebut
melakukan kesalahan di masa lampau disebabkan oleh kebiasaan masyarakat di
sehingga orang yang menderita penyakit ini Desa Matang Pelawi yang mengaitkan
biasanya diasingkan dari lingkungannya masalah-masalah penyakit dengan kejadian-
(Santoso, 2017). Berdasarkan hasil kejadian mistis. Sebagian masyarakat tidak
penelitian Suryaningtyas & Santoso (2012) percaya bahwa terjadinya pembesaran pada
menunjukkan bahwa sikap responden telah kaki penderita filariasis dapat dijelaskan
menunjukkan sikap yang positif. Hal ini secara medis, melalui cacing filaria yang
ditunjukkan dengan bersedia diambil darah ditularkan oleh semua jenis nyamuk. Banyak
untuk pemeriksaan filariasis serta perlunya dari mereka yang menunjukkan sikap bahwa
keterlibatan masyarakat dalam pemberantasan penderita filariasis sebaiknya diasingkan atau
filariasis. Program pemberantasan filariasis dipindahkan dari desa mereka, karena takut
harus didukung oleh peran serta masyarakat, akan terkena dampak atau musibah karena
karena tanpa adanya peran serta masyarakat perbuatan dari penderita filariasis tersebut.
program tersebut tidak akan mencapai Masyarakat Desa Matang Pelawi masih
sasaran. Berdasarkan hasil penelitian banyak yang berpandangan bahwa akibat dari
Veridiana, hasil wawancara mengenai sikap perbuatan satu orang, maka satu desa dapat
menunjukkan bahwa sebagian besar terkena dampaknya, seperti terkena angin
responden setuju filariasis merupakan

18
Healthcare: Jurnal Kesehatan 8(2) Desember 2019 (08- 22)

puting beliung, banjir bandang, gempa bumi, jarang menggunakan kelambu karena
dan lain-lain. kebiasaan selama ini memang mereka lebih
Tenaga kesehatan di Puskesmas senang tidur tidak menggunakan kelambu,
Peureulak perlu terus menerus memberikan ada juga beberapa warga masyarakat yang
informasi kepada warga masyarakat terutama tidak memiliki uang untuk membeli kelambu.
di Desa Matang Pelawi bahwa penyakit kaki Hasil penelitian Veridiana & Chadijah
gajah (filariasis) adalah penyakit yang (2015), tindakan responden terhadap filariasis
disebabkan secara medis, dan bukan karena dalam kaitannya dengan penularan filariasis
hal gaib. Promosi kesehatan dengan masih kurang. Sebagian besar masyarakat
melakukan penyuluhan secara rutin dan mempunyai kebiasaan keluar malam, tidur
berulang kepada masyarakat diharapkan akan tidak menggunakan kelambu.
mampu merubah sikap masyarakat yang Penggunaan obat nyamuk
negatif menjadi positif, dan tidak lagi Penggunaan obat nyamuk oleh
mengejek, menghina, mencemooh, atau masyarakat Desa Matang Pelawi dalam upaya
mengasingkan penderita filariasis. pencegahan filariasis sebagian masih kurang.
Udara yang dingin di Desa Matang Pelawi
Tindakan Masyarakat tentang Pencegahan menyebabkan masyarakat terbiasa tidur tidak
Penyakit Filariasis menggunakan obat anti nyamuk baik obat
Berdasarkan hasil penelitian nyamuk bakar maupun oles. Sebagian
menunjukkan bahwa tindakan pencegahan masyarakat lainnya menggunakan obat
yang dilakukan oleh informan agar terhindar nyamuk bakar atau oles yang mudah dibeli di
dari penyakit filariasis yaitu dengan memakai warung. Beberapa masyarakat yang jarang
kelambu dan membersihkan lingkungan atau tidak menggunakan obat nyamuk
rumah dan air yang tergenang di sekitar beralasan tidak banyak nyamuk di rumahnya,
rumah, seperti yang dilakukan oleh Informan kalau pun ada tetapi mereka meyakini
1 dan Informan 3. Sedangkan Informan 2 nyamuk tersebut tidak menularkan penyakit.
mengatakan tidak perlu melakukan Hasil penelitian Veridiana & Chadijah
pencegahan karena mereka sekeluarga tidak (2015), tindakan responden dalam kaitannya
ada yang mengalami kaki bengkak. Menurut pencegahan filariasis masih kurang yaitu
Informan 4, sebagian masyarakat sudah tahu tidak menggunakan anti nyamuk bakar.
cara melakukan pencegahan karena sudah Penelitian Agustianingsih (2013) di
mendapatkan informasi dari tenaga kesehatan, Kelurahan Kertoharjo diketahui bahwa
sedangkan sebagian lainnya tidak tahu cara responden yang menutup rapat badan
melakukan pencegahan dengan benar. (memakai baju panjang dan celana panjang)
Menurutnya, untuk pencegahan filariasis saat keluar rumah pada malam hari, terbanyak
dapat dilakukan dengan cara : tidur adalah dengan memakai obat anti nyamuk
menggunakan kelambu, lubang angin oles atau lotion saat keluar rumah. Dan
(ventilasi) rumah ditutup kawat kasa halus, bentuk praktik pencegahan yang paling
memasang obat nyamuk, memakai obat gosok sedikit dilakukan adalah dengan menutup
anti nyamuk, membersihkan tempat-tempat rapat badan (memakai baju dan celana
perindukan nyamuk, melakukan panjang) saat keluar rumah pada malam hari.
penyemprotan untuk membunuh nyamuk Membersihkan perindukan nyamuk
dewasa, Mengikuti program pengobatan Tindakan pencegahan filariasis oleh
massal filariasis di puskesmas, Memeriksa masyarakat dapat dilakukan dengan cara
diri ke puskesmas atau dokter bila tetangga membersihkan tempat-tempat perindukan
atau keluarga terkena filariasis. nyamuk, menutup barang-barang bekas,
Penggunaan kelambu menguras tempat-tempat penampungan air,
Penggunaan kelambu pada masyarakat di penyemprotan massal, menggunakan
Desa Matang Pelawi masih kurang, walaupun pelindung diri saat bekerja di kebun misalnya
nyamuk banyak terdapat di wilayah desa menggunakan baju lengan panjang, menggu-
tersebut, dengan kondisi lingkungan rumah nakan obat anti nyamuk, menggunakan
yang ditumbuhi banyak pepohonan, dan juga kelambu di saat tidur, tidak keluar di saat
pembuangan saluran air yang tergegang di malam hari, menutup ventilasi dengan kawat
sekitar rumah. Kegiatan masyarakat yang kasa, dan menggunakan obat nyamuk bakar

19
Analisis Kualitatif Perilaku Masyarakat Terhadap…

maupun semprot atau mengolesi kulit dengan bulan Oktober, Informan 1 mengatakan
obat anti nyamuk (Agrawal, 2015). bahwa pada tahun 2016 ia tidak minum obat
Tindakan pencegahan penyakit filariasis karena tidak diberi obatnya sementara ia
dilakukan pemerintah melalui program sedang pergi ke Kuala Simpang, baru pada
eliminasi penyakit kaki gajah (ELKAGA) tahun 2017 ia minum obat yang dibagikan
yang bertujuan untuk menurunkan prevalensi pada kegiatan Pemberian Obat Pencegahan
menjadi kurang dari 1% melalui pengobatan Massal (POPM). Tetapi pada tahun 2018 ini,
massal sekali setahun selama 5 tahun di ia tidak minum obat karena sedang hamil.
daerah yang endemis dan penatalaksanaan Informan 2 tidak pernah minum obat sejak
kasus klinis sehingga tidak menjadi masalah tahun 2016, karena merasa tidak perlu minum
kesehatan masyarakat lagi. Dalam obat, dalam keluarga tidak ada yang terkena
pelaksanaannya berbagai permasalahan penyakit kaki gajah. Informan 3 minum obat,
perilaku dapat dijumpai diantaranya adalah: karena sudah tahu manfaat dari kegiatan
Beberapa pengambil keputusan di daerah POPM tersebut. Menurut Informan 4,
belum memahami kerugian akibat penyakit kegiatan pencegahan filariasis dengan
kaki gajah sehingga belum memprioritaskan mengonsumsi obat sudah dilakukan selama 2
kegiatan sehingga biaya operasional tahun berturut-turut (2016 dan 2017), tetapi
tidak/kurang mencukupi. Adanya efek pada kegiatan tersebut masih banyak
samping pengobatan menyebabkan masyarakat yang tidak datang dengan alasan
masyarakat tidak mau melanjutkan sibuk bekerja, ada yang memang tidak mau
pengobatan sampai tuntas. Kurangnya peran datang pada kegiatan tersebut karena merasa
serta masyarakat dalam mencegah penyakit tidak perlu, ada yang tidak mau karena
kaki gajah misalnya dengan cara memang tidak bisa minum obat (takut minum
menghindarkan diri dari gigitan nyamuk, obat), ada juga yang beralasan karena ada
menghilangkan tempat berkembangbiak efek samping dari obat tersebut seperti
nyamuk dan memeriksakan diri ke Puskesmas muntah dan pusing. Pemberian obat
bila ada tanda-tanda penyakit kaki gajah. disesuaikan dengan usia orang tersebut, dan
Kepatuhan Minum Obat biasanya jika tidak datang obat dititipkan
Program BELKAGA, belum berjalan pada kader untuk diberikan pada masyarakat
seperti yang diharapkan karena sebagian yang tidak datang, tetapi apakah obat tersebut
masyarakat tidak patuh dalam mengonsumsi dikonsumsi atau tidak, tidak bisa dipastikan
obat yang diberikan petugas kesehatan. Hal karena tidak dikontrol saat minum obatnya.
ini disebabkan oleh karena mereka tidak Promosi Kesehatan
yakin dengan khasiat obat, takut efek samping Sebelum kegiatan pemberian obat
obat, bosan harus terus minum obat. Selain itu pencegahan massal (POMP) yang dilakukan
ada anggapan bahwa mereka tidak sakit setiap tahun di wilayah kerja Puskesmas
sehingga tidak perlu mengonsumsi obat. Peureulak, kegiatan didahului dengan
Penelitian Munawwaroh menunjukkan promosi kesehatan tentang penyakit filariasis
bahwa terdapat beberapa faktor yang (kaki gajah), seperti yang sudah dilakukan
mempengaruhi perilaku patuh minum obat pada tahun 2017 oleh tenaga kesehatan
masyarakat Kelurahan Kuripan Yosorejo RW Puskesmas Peureulak yaitu selama 3 bulan
I-V yaitu : Orang memiliki rasa takut sebelum kegiatan Bulan Eliminasi Penyakit
terhadap penyakit kaki gajah, setelah melihat Kaki Gajah (BELKAGA) yaitu pada bulan
gambar spanduk, Orang memiliki kesadaran Agustus, September, Oktober 2017. Kegiatan
terhadap kesehatan dirinya dan anggota promosi kesehatan melalui penyuluhan
keluarganya, Terdapat anggota keluarga kesehatan di wilayah kerja Puskesmas
dengan background pendidikan kesehatan Peureulak dengan menggunakan leaflet,
(faktor pendidikan), Harus ada kejadian spanduk, baliho, dan video, tetapi karena
terlebih dahulu sehingga akan patuh minum minimnya sarana prasarana di setiap desa dan
obat filariasis (Munawwaroh & Pawenang, luasnya wilayah Puskesmas Peureulak
2016). menyebabkan kegiatan promosi kesehatan
Tindakan pencegahan yang dilakukan tersebut tidak dapat menjangkau seluruh
oleh informan berkaitan dengan minum obat masyarakat di wilayah puskesmas Peureulak.
yang dilakukan setiap tahun sejak 2016 pada Hasilnya, tidak semua masyarakat dapat

20
Healthcare: Jurnal Kesehatan 8(2) Desember 2019 (08- 22)

dijangkau dan akhirnya pengetahuan, sikap, Agustianingsih, D. (2013). Praktik


dan tindakan sebagian masyarakat di wilayah Pencegahan Filariasis. KEMAS, 8(2),
kerja Puskesmas Peureulak terutama di Desa 190–197.
Matang Pelawi masih banyak yang kurang. Arsin, A. (2016). Epidemiologi Filariasis di
Indonesia (Cetakan I). Makassar:
SIMPULAN Masagena Press.
1) Pengetahuan masyarakat Desa Matang Gerungan, W. (2014). Psikologi Sosial
Pelawi tentang penyakit filariasis dan (Cetakan 3). Bandung: Refika Aditama.
pencegahannya, sebagian sudah paham Ismail, I. (2017). Cegah Kaki Gajah, Warga
dan mengerti terjadinya penyakit Aceh Timur Diberi Filariasis.
filariasis pada penderita, sedangkan Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar
sebagian masyarakat lainnya kurang tahun 2013. Jakarta: Kementerian
mengerti tentang penyebab, penularan, Kesehatan Republik Indonesia.
tanda dan gejala, pencegahan dan Kemenkes RI. (2015). Buku Saku Kader
pengobatannya. Kesehatan, Mengenali dan Mencegah
2) Sikap masyarakat Desa Matang Pelawi Penyakit Kaki Gajah (Filariasis).
tentang penyakit filariasis, ada yang Jakarta: Kementerian Kesehatan
menganggap penyakit medis karena dapat Republik Indonesia.
mengenai siapa saja dan ada juga yang Kemenkes RI. (2017). Filariasis, Menuju
menganggap penyakit non medis atau Eliminasi Filariasis 2020. Jakarta: Pusat
karena hal gaib/mistis (black magic) Data dan Informasi Epidemiologi
seperti kualat, diguna-guna, santet. Kementerian Kesehatan Republik
Sebagian masyarakat memiliki sikap Indonesia.
negatif dengan mengejek, menghina dan Muhsin, Safarianti, & Maryatun. (2017).
menginginkan agar penderita filariasis Peran sel granulosit pada penyakit
dipindahkan (diasingkan) dari desa filariasis. Jurnal Kedokteran Syiah
mereka karena dapat membawa musibah Kuala, 17(1), 43–53.
buruk bagi warga lainnya. Munawwaroh, L., & Pawenang, E. T. (2016).
3) Tindakan masyarakat Desa Matang Evaluasi Program Eliminasi Filariasis
Pelawi yang sudah paham tentang dari Aspek Perilaku dan Perubahan
penyakit filariasis, dengan melakukan Lingkungan. Unnes Journal of Public
pencegahan seperti menjaga kebersihan Health, 5(3), 195–204.
lingkungan tempat tinggal, tidur Nasrin. (2012). Faktor-Faktor Lingkungan
menggunakan kelambu, dan minum obat dan Perilaku yang Berhubungan dengan
pada Bulan Eliminasi Kaki Gajah Kejadian Filariasis di Kabupaten
(BELKAGA) pada bulan Oktober setiap Bangka Barat. Universitas Diponegoro.
tahunnya. Nototatmodjo, S. (2015). Promosi kesehatan
dan Perilaku Kesehatan (Cetakan V).
UCAPAN TERIMA KASIH Jakarta: Rineka Cipta.
Nwoke, B., Nwoke, E., Ukaga, C., &
Peneliti mengucapkan terima kasih
Nwachukwu, M. (2010).
kepada LPPM Institut Kesehatan Helvetia
Epidemiological characteristics of
Medan yang telah mendukung rangkaian
Bancroftian filariasis and the Nigerian
penelitian ini, Enumerator penelitian.
environment. Journal of Public Health
Teristimewa pada seluruh informan yang
and Epidemiology, 2(6), 113–117.
telah berpartisipasi dalam penelitian ini
Pramono, M. S., Maryani, H., & Wulandari,
P. (2014). Analisis Kasus Penyakit
DAFTAR PUSTAKA
Filariasis di Provinsi Nangroe Aceh
Acehprov. (2016). Pencegahan Filariasis Darussalam Dengan Pendekatan Metode
Berlanjut di 2016. Zero Inflatedpoisson (ZIP) Regression.
Agrawal, C. (2015). Lymphatic Filariasis In Buletin Penelitian Sistem Kesehatan,
India: Problems, Challenges And New 17(1), 35–44.
Ini¬tiatives. Medical Journal Armed Santoso. (2017). Mengenal Filariasis.
Forces India, 62(4), 359–362. Suryaningtyas, N., & Santoso. (2012).

21
Analisis Kualitatif Perilaku Masyarakat Terhadap…

Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Filariasis di


Masyarakat Kecamatan Madang Suku Kabupaten Mamuju Utara, Sulawesi
III Kabupaten Oku Timur Tentang Barat. Buletin Penelitian Kesehatan.
Filariasis Limfatik. Jurnal Ekologi Buletin Penelitian Kesehatan, 43(1),
Kesehatan, 11(1), 251–257. 47–54.
Veridiana, N. N., & Chadijah, S. (2015).
Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku

22

Anda mungkin juga menyukai