Anda di halaman 1dari 15

KRITERIA KAWASAN LINDUNG

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Biokonservasi


DOSEN PENGAMPUH :
MUHAMMAD FAISAL, S.Si, S.Pd., M.Pd

Oleh :
Ayu Dwi putri 0704183139
Fachru Rozy Aswin 0704182068
Rati Purnama Harahap 0704183136
Maya Ashari 0704182062

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan hidayah-Nya Kriteria Kawasan Lindung dapat diselesaikan sebagaimana
mestinya.
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk menjelaskan secara rinci mengenai berbagai
Kriteria kawasan lindung untuk merevitalisasi fungsi kawasan lindung itu sendiri.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Muhammad Faisal, S.Si,S.Pd,M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah
Biologi Konservasi Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Saintek UIN Sumatera Utara.
2. Teman-teman jurusan Biologi-3 Sebagai partner perjuangan.
3. Sumber referensi atas jasanya terhadap ilmu pengetahuan.
Dalam penyelesaiannya, penulis menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari
kesalahan, sehingga saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca sagatlah
diharapkan demi perbaikan dan sebagai pedoman dalam penyusunan makalah selanjutnya.
Akhirnya, semoga makalah ini bermanfaat bagi perbaikan lingkungan kita semua.

Semarang,20 September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................................... i


Kata Pengantar ............................................................................................................... ii
Daftar Isi ........................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1....................................................................................................................................Latar
Belakang .................................................................................................................. 1
1.2....................................................................................................................................Rumusa
n Masalah ................................................................................................................. 2
1.3....................................................................................................................................Tujuan
................................................................................................................................... 2
1.4....................................................................................................................................Manfaat
................................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Kawasan Lindung.................................................................................. 3
2.2. Kriteria Kawasan Lindung ...................................................................................... 3
2.2.1. Kriteria Aspek Biofisik ..................................................................................
2.3.2. Kriteria Aspek Kebijakan ...................................................................................
2.3.3. Kriteria Kawasan Lindung ..................................................................................
2.3.4. Kriteria Kawasan yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahan
.........................................................................................................................................5
BAB III PENUTUP
3.1. Simpulan ................................................................................................................. 9
3.2. Saran ....................................................................................................................... 9
Daftar Pustaka ................................................................................................................ 10
Daftar Gambar ............................................................................................................... 20

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Kawasan lindung adalah suatu ruang yang dibatasi secara geografis dengan jelas,
diakui, diabdikan, dan dikelola, menurut aspek hukum maupun aspek lain yang efektif,
untuk mencapai tujuan pelestarian alam jangka panjang, lengkap dengan fungsi-fungsi
ekosistem dan nilai-nilai budaya yang terkait. Kawasan lindung sebagai kawasan
konservasi dirasakan manfaatnya sebagai penyedia jasa lingkungan seperti pengatur tata
air, pengendali iklim mikro, habitat hidupan liar, sumber plasma nutfah serta fungsi
sosial budaya bagi masyarakat sekitarnya.

Penyelamatan lingkungan tidak semata–mata pada upaya menjaga kelestariannya


saja serta merehabilitasi hutan tanpa memanfaatkan sumber daya alam yang dimiliki.
Pemanfaatan sumber daya alam dapat dilakukan dengan mengadopsi prinsip pengelolaan
sumber daya alam lestari sehingga tidak menimbulkan terjadinya lahan kritis dan
mengganggu keseimbangan ekosistem lingkungan yang ada.

Kondisi kawasan lindung yang kesesuaian lahannya untuk tanaman bervegetasi


permanen, apabila pemanfaatannya tidak terkendali dan tidak berazaskan konservasi
maka akan menyebabkan perubahan lingkungan di daerah sekitar dan daerah
bawahannya. Hal ini akan berimplikasi pada kerusakan dan kelangkaan sumberdaya baik
alam maupun buatan. Selain itu, saat ini masih terdapat dukungan kuat bagi konservasi
keanekaragaman hayati melalui penyelenggaraan kawasan lindung, dimana biaya sosial
dan ekonomi pelarangan dianggap sebagai sarana yang penting untuk melindungi
keanekaragman hayati demi manfaat global yang lebih besar. Namun demikian,
dukungan tersebut juga telah mendorong adanya perdebatan sengit dan saling
bertentangan tentang dampak kawasan lindung bagi masyarakat setempat, di mana isu-
isu seperti hak-hak asasi manusia, peniadaan keadilan sosial dan ekonomi sering kali
dikedepankan.

Tujuan kawasan lindung sendiri mulia yaitu untuk menjaga kelestarian


lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam, sumber daya buatan, dan nilai
budaya demi pembangunan yang berkelanjutan. Namun dalam keberjalannya, ada
bebagai konflik seperti eksekusi yang tidak sesuai sehingga menyebabkan ketidak-
fungsionalan kawasan lindung.

1
1.1. Rumusan Masalah
a. Apakah yang dimaksud dengan biokonservasi
b. Apakah yang dimaksud dengan kawasan lindung
c. Bagaimana upaya biokonservasi di kawasan lindung

1.2. Tujuan
a. Mampu menjelaskan tentang biokonservasi
b. Mampu menjelaskan pengertian kawasan lindung
c. Mampu memaparkan upaya biokonservasi di kawasan lindung

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN KAWASAN LINDUNG


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, fungsi utama
kawasan dalam penataan ruang dibedakan menjadi kawasan lindung dan budidaya.
Kawasan lindung adalah kawasan yang dimanfaatkan untuk perlindungan dan pelestarian
lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan, sedangkan
kawasan budidaya adalah kawasan yang dimanfaatkan untuk budidaya atas dasar kondisi
dan potensi sumberdaya alam.

Kawasan lindung memiliki pengertian yang lebih luas, dimana hutan lindung tercakup di
dalamnya. Keppres Nomor 32/1990 (tentang Pengelolaan Kawasan Lindung) menyebutkan
bahwa kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber alam, sumber daya buatan dan nilai
sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan. Kawasan
lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian
lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan. Kawasan
lindung merupakan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
bawahannya. Kawasan lindung dalam penelitian ini terdiri dari dua yaitu kawasan
bergambut dan kawasan resapan air.

Pasal 3 Kepres Nomor 32 Tahun 1990 (tentang Pengelolaan Kawasan Lindung)


mengamanatkan bahwa kawasan lindung terbagi atas kawasan yang memberikan
perlindungsan kawasan bawahannya, kaawasan perlindungan setempat, kawasan suaka
alam dan cagar budaya dan kawasan rawan bencana alam. Kawasan yang memberikan
perlindungan kawasan bawahannya merupakan kawasan yang terdiri dari hutan lindung,
kawasan bergambut dan kawasan resapan air. Tujuan perlindungan kawasan hutan lindung
untuk mencegah terjadinya erosi, sedimentasi, banjir dan menjaga fungsi hidrologis tanah
untuk menjamin ketersediaan unsur hara tanah, air tanah dan air permukaan. Demikian
halnya mengendalikan hidrologi wilayah, yang berfungsi sebagai penambat air dan
pencegah banjir, serta melindungi ekosistem yang khas di kawasan. Perlindungan kawasan
resapan air dilakukan untuk memberi ruang yang cukup untuk keperluan ketersediaan
kebutuhan air tanah dan pencegahan banjir baik untuk kawasan yang bersangkutan ataupun
kawasan di bawahnya. Kawasan perlindungan setempat merupakan kawasan yang terdiri
atas kawasan sempadan pantai, sempadan sungai, sekitar mata air dan sekitar danau atau
waduk yang berfungsi untuk melindungi kawasan tersebut dari kegiatan budidaya oleh
manusia yang dapat mengganggu kelestarian fungsi dari tiap kawasan sesuai
karakteristiknya.

3
Kategori klasifikasi kawasan dilindungi, dimana kategori pegelolaan harus dirancang agar
pemanfaatan seimbang, tidak lebih mementingkan salah satu fungsi dengan meninggalkan
fungsi lainnya. Adapun kategori penetapan kawasan dilindungi yang tepat harus
mempertimbangkan beberapa hal, yaitu :

a. Karakteristik atau ciri khas kawasan yang didasarkan pada kajian ciri-ciri biologi dan
ciri lain serta tujuan pengelolaan.
b. Kadar perlakuan pengelolaan yang diperlukan sesuai dengan tujuan pelestarian.
c. Kadar toleransi atau kerapuhan ekosistem atau spesies yang terdapat di dalamnya.
d. Kadar pemanfaatan kawasan yang sesuai dengan tujuan peruntukan kawasan tersebut.
e. Tingkat permintaan berbagai tipe penggunaan dan kepraktisan pengelolaan.

2.3. KONSEP PENETAPAN KAWASAN LINDUNG

2.3.1. Aspek Biofisik


Penetapan kriteria indikator pengelolaan kawasan lindung tidak terlepas dari konsep
pembangunan berkelanjutan ( sustained development ) yang teridir dari aspek
kebijakan, sosial, ekonomi dan biofisik. Terdapat tiga kriteria biofisik yang menjadi
dasar pertimbangan dalam penentuan suatu wilayah sebagai kawasan lindung, yaitu
faktor kelerengan lapangan, faktor jenis tanah menurut kepekaan terhadap erosi,
dan faktor ratarata intensitas hujan harian. Selain itu, dalam wilayah kawasan
lindung yang berfungsi sebagai tata air, banjir dan erosi sangat mementingkan
keberadaan vegetasi dengan kondisi yang optimum di suatu wilayah. Pada aspek
biofisik dari satu prinsip yang menjadi landasan diurai ke dalam empat kriteria:

1) Luas dan kejelasan kawasan lindung di dalam kawasan hutan dan luar kawasan,
terdiri atas 2 indikator. Kriteria ini menjadi penting, karena untuk mendukung fungsi
optimal dari suatu kawasan lindung memerlukan luas yang optimum sehingga luas
dan kejelasan batas kawasan lindung penting untuk kepastian kawasan lindung
dimaksud.

2) Kesesuaian peruntukkan dan fungsi kawasan lindung, terdiri atas 1 indikator.


Kriteria ini dimasukkan sebagai standar penilaian kawasan lindung untuk
mengetahui kesesuaian penggunaan lahan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) dan atau zona kelas kemampuan lahan dan yang ada di Kawasan lindung.
Kepentingan kriteria ini dapat mengetahui permasalahan penggunaan lahan di
kawasan lindung.

3) Kualitas kawasan lindung pada seluruh tipe kawasan lindung. Kualitas kawasan
lindung sangat terkait dengan fungsi kawasan lindung. Semakin baik kualitas
kawasan lindung, maka fungsi lindung akan semakin terpenuhi. Fungsi kawasan
lindung akan terpenuhi jika total area kawasan berfungsi dengan baik. Kualitas

4
kawasan lindung menjadi gambaran dari fungsi kawasan lindung. Kualitas kawasan
lindung dapat digambarkan dengan tingkat penutupan vegetasinya yang mencakup
keseluruhan kawasan lindung atau yang dibandingkan dengan luas area.

4) Upaya-upaya pelestarian kawasan lindung. Upaya yang dilakukan oleh pengelola


dalam menangani, menjaga dan meningkatkan fungsi kawasan lindung. Keberadaan
kawasan lindung dalam keadaan kritis yang masih belum tertangani masih cukup
tinggi. Disamping itu, ancamanpun cukup tinggi pula, sehingga upaya pelestarian
kawasan lindung harus terus-menerus dilakukan

2.3.2. Aspek Kebijakan


1) Kejelasan kebijakan untuk meningkatkan budaya menanam pohon.
Kejelasan kebijakan untuk meningkatkan budaya menanam pohon merupakan
standard yang dapat menjamin bahwa terdapat aturan dalam mencitakan
iklim/kondisi yang mampu menumbuh-kembangkan budaya hijau di masyarakat
sehingga terjadi peningkatan modal sosial sebagai modal dasar dalam mendukung
keberadaan dan luasan kawasan lindung sehingga fungsi kawasan lindung menjadi
optimal dan lestari.
2) Kebijakan yang mendukung upaya perlindungan kawasan lindung
Secara kewenangan Kawasan Lindung dibedakan atas Kawasan Lindung yang
menjadi tanggungjawab Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Provinsi dan
Kabupaten/Kota. Standard kebijakan dalam pengeloaan kawasan lindung adalah
keberadaan kebijakan untuk melakukan upaya perlindungan kawasan lindung yang
enjadi tanggungjawabnya dan mendukung upaya Pemerintah Pusat dalam
melakukanupaya perlindungan kawasan lindung yang menjadi tanggungjawabnya.
3) Kejelasan kebijakan mekanisme pengaturan pemanfaatan kawasan lindung
secara lestari yang menjadi tanggungjawabnya dan mendukung upaya
pemanfaatan kawasan lindung secara lestari yang menjadi tanggung-jawab pusat/
provinsi
Kawasan Lindung dapat dimanfaatkan secara terbatas yang tidak mengganggu fungsi
utamanya dalam bentuk pemanfaatan kawasan lindung, pemanfaatan jasa
lingkungan dan pemungutan hasil hutan non kayu. Standard keterpenuhan aspek
kebijakan adalah adanya pengaturan pemanfaatan kawasan lindung secara lestari
sehingga menjamin bahwa pemanfaatan kawasan lindung menggunakan
prinsipprinsip kelestarian di Kawasan Lindung yang menjadi tanggungjawabnya dan
mendukung upaya yang dilakukan untuk pemanfaatan Kawasan Lindung yang
menjadi tanggungjawab Pusat.

Tabel: Kategori kawasan lindung (protected areas) menurut IUCN dan Pengertiannya Secara
Ringkas

Kategori Klasifikasi kawasan Pengertian Ringkas

5
Kategori I Cagar (Suaka) Alam/Kawasan Kawasan Lindung yang
Belantara dikelola terutama untuk ilmu
pengetahuan atau
perlindungan belantara

Kategori Ia Cagar (Suaka) Alam (Strict Cagar (Suaka) Alam (Strict


Nature Reserve) Nature Reserve)

Kategori Ib Kawasan Belantara Kawasan Lindung yang


(Wilderness Area) dikelola untuk melindungi
belantara

Kategori II Taman Nasional (National Kawasan Lindung yang


Park) dikelola terutama untuk
perlindungan ekosistem dan
rekreasi

Kategori III Monumen Alami (Natural Kawasan lindung yang


Monument) dikelola terutama untuk
konservasi ciri khas alami

Kategori IV Kawasan Pengelolaan Kawasan lindung yang


Habitat/Species dikelola terutama untuk
(Habitat/Species konservasi melalui intervensi
Management Area) pengelolaan

Kategori V Bentang alam/Bentang Laut Kawasan lindung yang


yang dilindungi (Protected dikelola terutama untuk
Landscape/Seascape) konservasi dan rekreasi
bentang alam/bentang laut

Kategori VI Kawasan Lindung Kawasan lindung yang


Sumberdaya yang dikelola dikelola terutama untuk
pemanfaatan ekosistem
alami secara berkelanjutan

2.4. KRITERIA PENETAPAN KAWASAN LINDUNG

Menurut Permen no 15 tahun 2009 kriteria kawasan lindung terdiri atas:

1) kawasan hutan lindung; kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan


bawahannya, meliputi: kawasan bergambut dan kawasan resapan air;

6
2) kawasan perlindungan setempat, meliputi: sempa dan pantai, sempa dan sungai, kawasan
sekitar danau atau waduk, kawasan sekitar mata air, serta kawasan lindung spiritual dan
kearifan lokal;

3) kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya meliputi: kawasan suaka alam,
kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya, suaka margasatwa dan suaka margasatwa laut,
cagar alam dan cagar alam laut, kawasan pantai berhutan bakau, taman nasional dan taman
nasional laut, taman hutan raya, taman wisata alam dan taman wisata alam laut, serta
kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan;

4) kawasan rawan bencana alam, meliputi: kawasan rawan tanah longsor, kawasan rawan
gelombang pasang, dan kawasan rawan banjir

5) kawasan lindung geologi, meliputi: kawasan cagar alam geologi, kawasan rawan bencana
alam geologi, dan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah; dan

6) kawasan lindung lainnya, meliputi: cagar biosfer, ramsar, taman buru, kawasan
perlindungan plasma-nutfah, kawasan pengungsian satwa, terumbu karang, dan kawasan
koridor bagi jenis satwa atau biota laut yang dilindungi.

2.4.1. Hutan Lindung

Hutan lindung merupakan suatu kawasan yang ditetapkan oleh pemerintah atau
kelompok masyarakat tertentu untuk dilindungi. Hutan lindung atau protection forest
memiliki fungsi ekologis terutama sebagai sumber air dan mempertahankan kesuburan
tanah bagi hutan termasuk masyarakat di sekitar hutan lindung . Menurut Undang -
Undang No. 41 tahun 1999 bahwa hutan lindung merupakan kawasan hutan yang
mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk
mengatur tata air , mencegah banjir , mengendalikan erosi , mencegah intrusi air laut
dan memelihara kesuburan tanah .

Menurut Keputusan Menteri Pertanian Nomor 837 / KPTS / Um / 11 / 1980


tentang Kriteria dan Tata Cara Penetapan Hutan Lindung ada sejumlah faktor yang
diperhatikan dan diperhitungkan di dalam penetapan hutan lindung di dalam suatu
kawasan . Faktor tersebut meliputi lereng lapangan , jenis tanah menurut kepekaannya
terhadap erosi dan intensitas hujan dari wilayah yang bersangkutan .

1. Kemiringan lereng
Adalah sudut yang dibentuk oleh perbedaan tinggi permukaan lahan
( relief ) , yaitu antara bidang datar tanah dengan bidang horizontal dan pada
umumnya dihitung dalam persen ( % ) atau derajat ( 0) . Klasifikasi kemiringan lereng
menurut SK Mentan No. 837 / KPTS / Um / 11 / 1980 terbagi atas 5 kelas lereng.
2. Jenis Tanah

Kelas Tanah Jenis Tanah Keterangan

7
1 Aluvial, tanah glei, planosol (Tidak Peka)
hidromof kelabu, literita air
tanah

2 Latosol (Agak Peka)

3 Brown forest soil, non calcis (Kurang Peka)


brown

4 Andosol, laterit, grumosol, (Peka)


podsol, podsolik

5 Regosol, litosol, organosol, (Sangat Peka)


renzina

3. Intensitas Hujan

Kelas Intensitas Hujan Intensitas Hujan Keterangan


(mm/ Hari Hujan)

1 0 s/d 13.6 (Sangat Rendah)

2 13.6-20.7 (Rendah)

3 20.7-27.7 (Sedang)

4 27.7-34.8 (Tinggi)

5 34.8 keatas (Sangat Tinggi)

2.4.2. KAWASAN YANG MEMBERIKAN PERLINDUNGAN TERHADAP KAWASAN BAWAHAN

1. Kawasan Bergambut
Kawasan bergambut merupa TIkan kawasan yang unsur pembentuk tanahnya
sebagian besar berupa sisa-sisa bahan organik yang tertimbun dalam waktu yang
lama. Perlindungan terhadap kawasan bergambut dilakukan untuk mengendalikan
hidrologi wilayah yang berfungsi sebagai penambat air dan pencegah banjir, serta
melindungi ekosistem yang khas di kawasan yang bersangkutan. Kriteria kawasan
bergambut adalah tanah bergambut dengan ketebalan 3 meter atau lebih yang
terdapat di bagian yahulu sungai dan rawa.
Luas total arahan kawasan lahan gambut mencapai 28,4 juta ha. Tujuan utama dari
kawasan ini adalah diarahkan untuk stok potensi karbon. Dari luasan tersebut seluas
1,83 juta ha merupakan areal gambut dengan kedalaman lebih dari 2 meter. Dengan
asumsi bahwa 1 ha hutan alam berpotensi menyimpan 254 ton karbon dan 1 ha

8
lahan gambut dapat menyimpan 3.500 ton karbon, maka potensi penyimpanan
karbon secara keseluruhan mencapai 13,15 milyar ton karbon. Selain secara ekologis
berperan dalam pengendalian pemanasan global, potensi penyimpanan karbon di
hutan alam dan lahan gambut dapat pula dimanfaatkan secara ekonomi dalam
skema perdagangan karbon.
2. Kawasan Resapan Air
Kawasan resapan air merupakan daerah yang mempunyai kemampuan tinggi untuk
meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (akifer) yang
berguna sebagai sumber air. Perlindungan terhadap kawasan resapan air dilakukan
untuk memberikan ruang yang cukup bagi peresapan air hujan pada daerah tertentu
untuk keperluan penyediaan kebutuhan air tanah dan penaggulangan banjir, baik
untuk kawasan bawahannya maupun kawasan yang bersangkutan. Kriteria kawasan
resapan air adalah curah hujan yang tinggi, struktur tanah yang mudah meresapkan
air dan bentuk geomorfologi yang mampu meresapkan air hujan secara besar-
besaran. Dengan adanya kawasan resapan air maka wilayah sekitarnya dapat
terhindar dari banjir saat curah hujan tinggi melanda daerah tersebut.

9
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
a. Biologi konservasi adalah ilmu yang berorientasi pada tujuan yang mencari
penyelesaian untuk menghadapi krisis keanekaragaman biologis (biodiversity crisis),
yaitu penurunanan yang sangat cepat dalam keanekaragaman kehidupan bumi saat ini.
b. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya
buatan.
c. Upaya pengawetan kawasan cagar alam dilaksanakan dalam bentuk kegiatan
diantaranya, perlindungan dan pengamanan kawasan, inventarisasi potensi kawasan
dan penelitian dan pengembangan yang menunjang pengawetan.
3.2. Saran
Fasilitas pelestarian sumber daya alam seperti kawasan lindung dapat difungsikan
sebagaimana mestinya, dan semua elemen masyarakat bekerjasama untuk mewujudkan
kelestarian sumber daya alam melalui biokonservasi di kawasan lindung.

10
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. IPB. Bogor.


Kartasapoetra G. 2005. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Edisi ke lima. Rineka Cipta.
Jakrta.
Khadiyanto, P. 2005. Tata Ruang Berbasis Pada Kesesuaian Lahan. Edisi Pertama. Badan
Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
Mitchell, B. dkk., 2000. Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan. Edisi Pertama. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta
Purba, J. 2002. Pengelolaan Lingkungan Sosial. Kementerian Lingkungan Hidup. Yayasan
Obor Indonesia.
Rahim, SE. 2003. Pengendalian Erosi Tanah Dalam Rangka Pelestarian Lingkungan
Hidup. Edisi ke dua. Bumi Aksara. Jakarta
Tarigan, R. 2005. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Edisi Revisi. Bumi Aksara.Jakarta.
Undang-Undang No. 41 Th. 1999 tentang Kehutanan.
Undang-Undang No. 26 Th. 2007 tentang Penataan Ruang.

11

Anda mungkin juga menyukai