Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN

ATONIA UTERI

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kepererawatan Maternitas

Dosen Pembimbing :

Ns. Wulan Novika, MAN

Disusun Oleh :

Agam Ismail Nugraha J.0105.20.043

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP PROFESI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR

CIMAHI

2020
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Atonia Uteri (relaksasi otot uterus) adalah uteri tidak berkontraksi dalam 15 detik
setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir) (Depkes Jakarta, 2002).
Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus / kontraksi rahim yang menyebabkan
uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah
bayi dan plasenta lahir (Prawiroharjo, 2011).
Atonia uteri adalah kegagalan serabut-serabut otot miometrium uterus untuk
berkontraksi dan memendek. Hal ini merupakan penyebab perdarahan post partum yang
paling penting dan biasa terjadi segera setelah bayi lahir hingga 4 jam setelah persalinan.
Atonia uteri dapat menyebabkan perdarahan hebat dan dapat mengarah pada terjadinya
syok hipovolemik (Ai Yeyeh, Lia, 2010)

B. Etiologi
Antonia uteri dapat terjadi pada ibu hamil dan melahirkan dengan factor predisposisi
(penunjang) seperti :
1. Overdestention uterus seperti : gemeli nakrosomia, polihidroamnion, atau paritas
tinggi
2. Umur yang terlalu muda atau terlalu tua
3. Multipara dengan jarak kelahiran pendek
4. Partus lama/ terlantar
5. Malnutrisi
6. Penanganan salah dalam usaha melahirkan plasenta, misalnya plasenta belum terlepas
dari dinding uterus
[ CITATION Ice14 \l 1033 ]
Menurut Sari (2013) factor predisposisi atonia uteri meliputi beberapa hal berikut :
1. Peregangan rahim berlebihan karena kehamilan gemeli, polihidramnion dan anak
terlalu besar
2. Kelelahan karena persalinan lama atau terlambat
3. Kehamilan grande multipara
4. Ibu dengan keadaan umum yang jelek, anemis, atau menderita penyakit menaun
5. Mioma uteri yang mengganggu kontraksi rahim
6. Infeksi uterine (korioamnionitis)
7. Ada riwayat pernah atonia uteri sebelumnya
8. Kelainan uterus (leiomioma,kelainan kogential
9. Persalinan yang terlalu cepat sehingga rahim kelelahan dan tidak dapat berkontraksi
10. Plasenta previa dan solusion plasenta Preeklamsi dan eklamsia

C. Manifestasi Klinis
1. Perdarahan pervaginam
Perdarahan yang terjadi pada kasus atonia uteri sangat banyak dan darah tidak
merembes. Yang sering terjadi adalah darah keluar disertai gumpalan, hal ini terjadi
karena tromboplastin sudah tidak ada lagi sebagai anti pembeku darah.
2. Konsistensi rahim lunak
Gejala ini merupakan gejala terpenting / khas atonia dan yang membedakan atonia
dengan penyebab perdarahan yang lainnya
3. Fundus uteri naik
Disebabkan adanya yang terperangkap dalam cavum uteri dan menggumpal
4. Terdapat tanda – tanda syok
Tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual
dan lain – lain. Terdapat tanda-tanda syok, yaitu:
a. nadi cepat dan lemah (110 kali/ menit atau lebih)
b. tekanan darah sangat rendah : tekanan sistolik < 90 mmHg
c. pucat
d. keriangat/ kulit terasa dingin dan lembap
e. pernafasan cepat frekuensi 30 kali/ menit atau lebih
f. gelisah, binggung atau kehilangan kesadaran
g. urine yang sedikit (< 30 cc/ jam
D. Pathofisiologi
Uterus yang mengalami overdistensi besar kemungkinan besar mengalami
hipotonia setelah persalinan. Dengan demikian, wanita dengan janin besar, janin multipel,
atau hidramnion rentan terhadap perdarahan akibat atonia uteri. Kehilangan darah pada
persalinan kembar, sebagai contoh, rata-rata hampir 1000 ml dan mungkin jauh lebih
banyak (pritchard, 1965). Wanita yang persalinannya ditandai dengan his yang terlalu
kuat atau tidak efektif juga dengan kemuungkinan mengalami perdarahan berlebihan
akibat atonia uteri setelah melahirkan.
Demikian juga, persalinan yang dipicu atau dipacu dengan oksitosin lebih rentan
mengalami atonia uteri dan perdarahan postpartum. Wanita dengan paritas tinggi
mungkin berisiko besar mengalami atonia uteri. Fucs dkk. (1985) melaporkan hasil akhir
pada hampir 5800 wanita para 7 atau lebih. Mereka melaporkan bahwa insiden
perdarahan postpartum sebesar 2,7 persen pada para wanita ini meningkat empat kali
lipat dibandingkan dengan populasi obstetri umum. Babinszki dkk. (1999) melaporkan
insiden perdarahan postpartum sebesar 0,3 persen pada wanita dengan paritas rendah,
tetapi 1,9 persen pada mereka dengan para 4 atau lebih.
Risiko lain adalah wanita yang bersangkutan perbah mengalami perdarahan
postpartum. Akhirnya, kesalahan penatalaksanaan persalinan kala tiga berupa upaya
untuk mempercepat pelahiran plasenta selain dari pada mengeluarkannya secara manual.
Pemijatan dan penekanan secara terus menerus terhadap uterus yang sudah berkontraksi
dapat mengganggu mekanisme fisiologis pelepasan plasenta sehingga pemisahan plasenta
tidak sempurna dan pengeluaran darah  meningkat
E. Pathway

KALA I

Peningkatan kadar Peregangan otot Rahim


Nyeri akut

Hipotalamus dan oksitoksin Kontraksi uterus

Cemas
Menekan kandung kemih Merangsang reseptor tekan

KALA II Fase aktif


Sensasi berkemih
Keinginan meneran saat ada kontraksi

Resiko infeksi
FASE II Kontraksi Sering

FASE III presentasi janin di Laserasi perineum


perineum

Janin lahir Nyeri akut

KALA IV plasenta
lahir

Resiko deficit cairan Perdarahan


F. Penatalaksanaan
1. Resusitasi
Apabila terjadi perdarahan postpartum banyak, maka penanganan awal yaitu
resusitasi dengan oksigenasi dan pemberian cairan cepat, monitoring tanda-tanda
vital, monitoring jumlah urin, monitoring saturasi oksigen. Pemeriksaan golongan
darah dan crossmatch perlu dilakukan untuk persiapan tranfusi darah.
2. Masase dan kompresi bimanual
Masase dan kompresi bimanual akan menstimulasi kontraksi uterus yang akan
menghentikan perdarahan. Pemijatan fundus uteri segera lahirnya plasenta (max 15
detik), jika uterus berkontraksi maka lakukan evaluasi, jika uterus berkontraksi tapi
perdarahan uterus berlangsung, periksa apakah perineum/vagina dan serviks
mengalami laserasi dan jahit atau rujuk segera.
3. Jika uterus tidak berkontraksi
Bersihkan bekuan darah atau selaput ketuban dari vagina dan lubang servik,
pastikan bahwa kandung kemih telah kosong, lakukan kompresi bimanual internal
(KBI) selama 5 menit. Jika uterus berkontraksi, teruskan KBI selama 2 menit,
keluarkan tangan perlahan-lahan dan pantau kala IV dengan ketat. Jika uterus tidak
berkontraksi maka anjurkan keluarga untuk memulai melakukan kompresi bimanual
eksterna, keluarkan tangan perlahan-lahan, berikan ergometrin 0,2 mg LM (jangan
diberikan jika hipertensi), pasang infus menggunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan
berikan 500 ml RL + 20 oksitosin. Habiskan 500 ml pertama secepat mungkin, ulangi
KBI jika uterus berkontraksi, pantau ibu dengan seksama selama kala IV. Jika uterus
tidak berkontraksi maka rujuk segera.
4. Pemberian uterotonika
Oksitosin merrupakan hormon sintetik yang diproduksi oleh lobus posterior
hipofisis.obat ini menimbulkan kontraksi uterus yang efeknya meningkat seiring
dengan meningkatnya umur kehamilan dan timbulnya reseptor oksitosin. Pada dosis
rendah oksitosin menguatkan kontraksi dan meningkatkan frekuensi tetapi pada dosis
tinggi menyebabkan tetani. Oksitosin dapat diberikan secara IM atau IV, untuk
perdarahan aktif diberikan lewat infus ringer laktat 20 IU perliter, jika sirkulasi kolaps
bisa diberikan oksitosin 10 IU intramiometrikal 9IMM). Efek samping pemberian
oksitosin sangat sedikit ditemukan yaitu nausea dan vomitus, efek samping lain yaitu
intoksikasi cairan jarang ditemukan.

5. Operatif (dilakukan oleh dokter spesialis kandungan)


Jika dilakukan SC, ligasi dilakukan 2-3 cm dibawah irisan segmen bawah rahim.
Untuk melakukan ini diperlukan jarum atraumatik yang besar dan benang absorbable
yang sesuai. Arteri dan vena uterina, masuk ke miometrium ke luar bagian avaskular
ligamentum latum lateral vasa uterina. Saat melakukan ligasi hindari rusaknya vasa
uterina dan ligasi harus mengenai cabang asenden arteri miometrium, untuk itu
penting untuk menyertakan 2-3 cm miometriom. Jahitan kedua dapat dilakukan jika
langkah diatas tidak efektif dan jika terjadi perdarahan pada segmen bawah rahim.
Dengan menyisihkan vesika urinaria, ligasi kedua dilakukan bilateral pada vasa uterina
bawah, 3-4 cm dibawah ligasi vasa uterina atas. Ligasi ini harus mengenai sebagian
besar cabang arteri uterina pada segmen bawah rahim dan cabang arteri uterina
menuju ke servik, jika perdarahan masih terus berlangsung perlu dilakukan bilateral
atau unilateral ligasi vasa ovarian.
6. Histerektomi (dilakukan oleh dokter spesialis kandungan)
Histerektomi peripartum merupakan tindakan yang sering dilakukan jika terjadi
perdarahan post partum masif yang membutuhkan tindakan operatif. Insidensi
mencapai 7-13 per 10.000 kelahiran, dan lebih banyak terjadi pada persalinan
abdominal dibandingkan vaginal.
7. Kompresi bimanual (boleh dilakukan oleh bidan yang sudah berpengalaman)
Menurut Ai Yeyeh, Lia (2010) kompresi uterus bimanual dapat ditangani tanpa
kesulitan dalam waktu 10-15 menit. Biasanya ia sangat baik mengontrol bahaya
sementara dan sering menghentikan perdarahan secara sempurna. Bila uterus refrakter
oksitosin, dan perdarahan tidak berhenti setelah kompresi bimanual, maka
histerektomi merupakan tindakan terakhir.
ASUHAN KEPERAWATAN
ATONIA UTERI

A. Pengkajian
a. Biodata
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical record
dan lain – lain
b. Riwayat kesehatan
 Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal kronik, hemofilia, riwayat pre
eklampsia, trauma jalan lahir, kegagalan kompresi pembuluh darah, tempat
implantasi plasenta, retensi sisa plasenta.
 Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan saat ini yaitu: kehilangan darah dalam jumlah banyak
(>500ml), Nadi lemah, pucat, lokea berwarna merah, haus, pusing, gelisah, letih,
tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, dan mual.
 Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat keluarga yang pernah atau sedang menderita hipertensi, penyakit
jantung, dan pre eklampsia, penyakit keturunan hemopilia dan penyakit menular.
c. Riwayat obstetric
Riwayat menstruasi meliputi: Menarche, lamanya siklus, banyaknya, baunya ,
keluhan waktu haid, HPHT
d. Riwayat perkawinan meliputi : Usia kawin, kawin yang keberapa, Usia mulai hamil
e. Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu
1) Riwayat hamil meliputi: Waktu hamil muda, hamil tua, apakah ada abortus,
retensi plasenta.
2) Riwayat persalinan meliputi: Tua kehamilan, cara persalinan, penolong, tempat
bersalin, apakah ada kesulitan dalam persalinan anak lahir atau mati, berat badan
anak waktu lahir, panjang waktu lahir.
3) Riwayat nifas meliputi: Keadaan lochea, apakah ada pendarahan, ASI cukup atau
tidak dan kondisi ibu saat nifas, tinggi fundus uteri dan kontraksi

f. Riwayat Kehamilan sekarang


1) Hamil muda, keluhan selama hamil muda
2) Hamil tua, keluhan selama hamil tua, peningkatan berat badan, tinggi badan,
suhu, nadi, pernafasan, peningkatan tekanan darah, keadaan gizi akibat mual,
keluhan lain
3) Riwayat antenatal care meliputi : Dimana tempat pelayanan, beberapa kali,
perawatan serta pengobatannya yang didapat
g. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
 Mulut                    : bibir pucat
 Payudara               : hyperpigmentasi, hipervaskularisasi, simetris
 Abdomen              : terdapat pembesaran abdomen
 Genetalia               : terdapat perdarahan pervaginam
 Ekstremitas           : dingin
2. Palpasi
 Abdomen : uterus teraba lembek, TFU lebih kecil daripada UK, nyeri tekan,
perut teraba tegang, messa pada adnexa.
 Genetalia  : Nyeri goyang porsio, kavum douglas menonjol.
 Auskultasi
 Abdomen            : bising usus (+), DJJ (-)
 Perkusi
 Ekstremitas : reflek patella + / +
h. Pemeriksaan umum
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan pada ibu hamil:
1) Rambut dan kulit
 Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu dan linea nigra.
 Striae atau tanda guratan bisa terjadi di daerah abdomen dan paha.
 Laju pertumbuhan rambut berkurang.
2) Mata : pucat, anemis
3) Hidung
4) Gigi dan mulut
5) Leher
6) Buah dada / payudara
 Peningkatan pigmentasi areola putting susu
 Bertambahnya ukuran dan noduler
7) Jantung dan paru
 Volume darah meningkat
 Peningkatan frekuensi nadi
 Penurunan resistensi pembuluh darah sistemik dan pembulu darah pulmonal.
8) Terjadi hiperventilasi selama kehamilan.
 Peningkatan volume tidal, penurunan resistensi jalan nafas.
 Diafragma meninggi.
 Perubahan pernapasan abdomen menjadi pernapasan dada.
9) Abdomen
 Menentukan letak janin
 Menentukan tinggi fundus uteri
10) Vagina
 Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna kebiruan ( tanda
Chandwick)
 Hipertropi epithelium
11) System musculoskeletal
 Persendian tulang pinggul yang mengendur
 Gaya berjalan yang canggung
 Terjadi pemisahan otot rectum abdominalis dinamakan dengan diastasis rectal
i. Pemeriksaan Khusus
Observasi setiap 8 jam untuk mendeteksi adanya tanda-tanda komplikasi dengan
mengevaluasi sistem dalam tubuh. Pengkajian ini meliputi :
1) Nyeri/ketidaknyamananNyeri tekan uterus (fragmen-fragmen plasenta tertahan)
Ketidaknyamanan vagina/pelvis, sakit punggung (hematoma).
2) Sistem vaskuler
 Perdarahan di observasi tiap 2 jam selama 8 jam 1, kemudian tiap 8 jam
berikutnya
 Tensi diawasi tiap 8 jam
 Apakah ada tanda-tanda trombosis, kaki sakit, bengkak dan merah
 Haemorroid diobservasi tiap 8 jam terhadap besar dan kekenyalan
 Riwayat anemia kronis, konjungtiva anemis/sub anemis, defek koagulasi
kongenital, idiopatik trombositopeni purpura.
3) Sistem Reproduksi
 Uterus diobservasi tiap 30 menit selama empat hari post partum, kemudian
tiap 8 jam selama 3 hari meliputi tinggi fundus uteri dan posisinya serta
konsistensinya
 Lochea diobservasi setiap 8 jam selama 3 hari terhadap warna, banyak dan
bau
 Perineum diobservasi tiap 8 jam untuk melihat tanda-tanda infeksi, luka
jahitan dan apakah ada jahitannya yang lepas
 Vulva dilihat apakah ada edema atau tidak
 Payudara dilihat kondisi areola, konsistensi dan kolostrum
 Tinggi fundus atau badan terus gagal kembali pada ukuran dan fungsi
sebelum kehamilan (sub involusi)
4) Traktus urinarius
Diobservasi tiap 2 jam selama 2 hari pertama. Meliputi miksi lancar atau tidak,
spontan dan lain-lain
5) Traktur gastro intestinal
Observasi terhadap nafsu makan dan obstipasi
 Integritas Ego : Mungkin cemas, ketakutan dan khawatir 
j. Analisa Data

Data Etiologi Masalah


Mayor Peregangan otot Rahim Nyeri akut

Ds : Kontraksi uterus
- Mengeluh nyeri
Nyeri akut
Do :
- Tampak meringis
- Bersikap protektif
- Gelisah
- Frekuensi nadi
meningkat
- Sulit tidur

Minor

Ds : -

Do :
- Tekanan darah
meningkat
- Pola nafas berubah
- Nafasu makan
berubah
- Proses berpikir
terganggu
- Menarik diri
- Berfokus pada diri
sendiri
- Diaphoresis
Mayor Keinginan meneran saat Resiko infeksi
ada kontraksi
Ds : -

Do : - Kontraksi sering

Minor
Presentase janin di
Ds : - perineum

Do : -
Laserasi periniium

Resiko infeksi
Mayor Peregangan otot Rahim Cemas

Ds : Kontraksi uterus
1. Merasa bingung
2. Merasa khawatir
dengan akibat Kontraksi uterus
dengan kondisi yang
dihadapi
3. Sulit berkonsentrasi Cemas

Do :
1. Tampak gelisah
2. Tampak tegang
3. Sulit tidur

Minor
Ds :
1. Mengeluh pusing
2. Anoreksia
3. Palpitasi
4. Merasa tidak berdaya

Do :
1. Frekuensi nafas
meningkat
2. Frekuensi nadi
meningkat
3. Tekanan darah
meningkat
4. Diaphoresis
5. Tremor
6. Muka tampak pucat
7. Suara bergetar
8. Kontak mata buruk
9. Sering berkemih
10. Berorientasi pada
masa lalu
Mayor Presentasi janin perineum Resiko deficit volume
cairan
Ds : -
Jalan lahir
Do : -

Minor Plasenta lahir

Ds : -
Pendarahan
Do : -

Resiko deficit volume


cairan

k. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d kontraksi uterus
2. Resiko infeksi b.d laserasi perineum
3. Cemas b.d krisis situasional
4. Resiko deficit volume cairan b.d pendarahan

l. Intervensi keperawatan

No Diagnose Tujuan/Kriteria Intervensi Rasional


hasil
1 Nyeri akut Setelah 1. observasi skala 1. untuk mengetahui
b.d kontraksi diberikan asuhan nyeri intensitas dan tingkat nyeri
uterus keperawatan ....x lokasi intensitas lokasi
24 jam nyeri
didapatkan 2.Ajarkan tehnik
hasil : relaksasi 2. untuk mengurangi
Nyeri kecemasan
berkurang/hilang 3. ajarkan mengenjan
saat pembukaan
lengkap 3. utuk mengurangi
penekanan vena
4. anjurkan pasien kava dan mencegah
untuk menghemat kelelahan
energy dan istirahat 4.
berbaring miring

3.
2 Resiko Setelah 1. lakukan perawatan 1. perawatan luka
infeksi b.d diberikan asuhan luka perineum yang tepat
laserasi keperawatan ....x mencegah resiko
perineum 24 jam 2. tingkatkan infeksi
didapatkan intakenutrisi
hasil : 2. intake nutrisi
Tujuan 3. monitor tanda dan yang seimbang
Mengurangi gejala infeksi menjaga daya tahan
resiko infeksi tubuh
pada pasien 4. gunakan universal
precaution setiap 3. deteksi dini
Kriteria hasil melakukan tindakan mempercepat
Tidak demam, penanganan lanjut
bebas dari tanda- 5. kolaborasi
tanda infeksi dan pemberian antibiotic 4. universal
tidak terjadi yang diresepkan precaution untuk
peningkatan pencegahan transfer
WBC bakteri penyebab
infeksi

5. antibiotic harus
diberikan untuk
mencegah infeksi
3 Cemas b.d Setelah 1. gunakan tehnik 1. memberikan rasa
krisis diberikan asuhan komunikasi ketenangan kepada
situasional keperawatan ....x terapeutik pasien ketika kontak
24 jam langsung
didapatkan 2. anjurkan kepada
hasil : pasien untuk 2. memberikan
Tujuan mengungkapkan kesempatan untuk
Pasien kecemasan yang mengungkapkan
menunjukan drasakan rasa cemas yang
tanda kecemasan drasakan
baik 3. informsikan
kepada pasien 3. pasen mengerti
Krtera hasil prosedur tindakan dengan tindakan
Menyatakan sehingga dapat
cemas berkurang 4. ajarkan tehnik mengurangi
relaksasi kecemasan

4. mengurangi
sensasi nyeri
4 Resiko Setelah 1. penuhi kebutuhan 1. untuk mencegah
deficit diberikan asuhan cairan kekurangan volume
volume keperawatan ....x cairan
cairan b.d 24 jam
pendarahan didapatkan 2. monitor status 2. mengetahui status
hasil : hemodinamik hemodinamik

Pasien 3. jaga keaakuratan 3. mengetahu intake


menunjukan catatan intake dan dan output
mata tidak output
cekung turgor 4. mengetahui
kulit membaik 4. monitor vital sign kondisi tubuh
membrane
mucus basah
5. monitor tanda dan 5. mendeteksi tanda
gejala retensi cairan dan gejala cairan
DAFTAR PUSTAKA

MC. Closky J dan Bulaceck G. 2002. Nursing Outcome Clasification. (NOC).Mosby.Piladelphia

MC. Closky J dan Bulaceck G. 2002. Nursing Outcome Clasification. (NOC).Mosby.Piladelphia

Nanda (2005-2006). Diagnosa Nanda Nic & Noc.2007-2008.

Maryunani, A. (2016). Asuhan Kegawatdaruratan Dalam Kebidanan Edisi 2. Jakarta: CV Trans


Info Media.

Oktarina, M. (2016). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Yogyakarta: CV Budi Utama.

Sari, A. M. (2013). Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Jakarta: CV Trans Info
Media.

Sukarni, I. (2014). PATOLOGI Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Neonatus Resiko Tinggi.
Yogyakarta: Nuha Medika.

Yulianingsih, A. M. (2009). Asuhan Kegawatdaruratan dalam Kebidanan. Jakarta: CV Trans


Info Media.

Yulianti, L. (2010). Asuhan Kebidanan (patologi Kebidanan). Jakarta: CV.Trans Info Media.

Anda mungkin juga menyukai