Anda di halaman 1dari 5

YAYASAN PENDIDIKAN KRISTEN ( YAPENKRIS )

NAHEMIA
GEREJA MAHESI INJIL DI TIMOR
SMA KRISTEN 1 KUPANG
Jln. Aggur No. 10. Naikoten I Kupang Telp. (0380) 821842
RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN (RPL)
BIMBINGAN KLASIKAL
SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2020/2021

Komponen : Layanan Dasar


Jenis layanan : Belajar
Topik / Tema Layanan : Perilaku mencontek
Kelas / Semester : XI / Genap
Alokasi Waktu : 1 x 35 menit

1. Tujuan Layanan
1. Peserta didik/konseli dapat memahami perilaku mencontek
2. Peserta didik/konseli dapat memahami kategori dan faktor penyebab perilaku mencontek
3.Peserta didik/konseli dapat memahami jenis-jenis perilaku mencontek
4.Peserta didik/konseli dapat memahami upaya penanggulangan perilaku mencotek
2. Metode, Alat dan Media
1. Metode : Ceramah, Diskusi pendapat dan tanya jawab
2. Alat / Media :Papan tulis,spidol,dll. tentangPerilaku mencontek dan Solusinya
3. Langkah-langkah Kegiatan Layanan
1. Tahap Awal/Pendahuluan
1.1. Membuka dengan salam dan berdoa
1.2. Membina hubungan baik dengan peserta didik (menanyakan kabar, ice breaking)
1.3.Menyampaikan tujuan layanan materi Bimbingan dan Konseling
1.4.Menanayakan kesiapan kepada peserta didik
2. Tahap Inti
2.1.Guru BK menayangkan media slide power point yang berhubungan dengan materi layanan
2.2.Peserta didik mengamati slide pp yang berhubungan dengan materi layanan
2.3.Guru BK mengajak curah pendapat dan tanya jawab
2.4.Guru BK membagi peserta didik menjadi kelompok 6, 1 kelompok 4-5 orang
2.5.Guru BK memberi tugas kepada masing-masing kelompok
2.6.Peserta didik mendiskusikan dengan kelompok masing-masing
2.7.Setiap kelompok mempresetasikan tugasnya kemudian kelompok lain menanggapinya, dan
seterusnya bergantian sampai selesai.
3. Tahap Penutup
3.1.Guru BK mengajak peserta didik membuat kesimpulan yang terkait dengan materi layanan
3.2.Guru BK mengajak peserta didik untuk dapatmenghadirkan Tuhan dalam hidupnya
3.3.Guru BK menyampaikan materi layanan yang akan datang
3.4.Guru BK mengakhiri kegiatan dengan berdoa dan salam
4. Evaluasi
1. Evaluasi Proses : Memperhatikan proses layanan dengan refleksi hasil masing-masing peserta didik
dan Sikap atau antusias peserta didik dalam mengikuti kegiatan layanan.
2. Evaluasi Hasil : Evaluasi setelah mengikuti kegiatan klasikal, antara lain: merasakan suasana yang
menyenangkan,pentingnya topik yang dibahas, cara penyampaian yang menarik.

MATERI :

1. Pengertian perilaku menyontek

Perilaku menyontek merupakan perbuatan atau cara yang tidak jujur,curang,dan menghalalkan segala cara
segala macam cara yang dilakukan seseorang untuk mencapai nilai yang tinggi dalam menyelesaikan tugas
terutama pada ulangan atau ujian.

Berikut definisi dan pengertian menyontek dari beberapa sumber buku:

1. Menurut Lestari (2005), menyontek adalah perilaku yang dilakukan untuk menghindari kegagalan dari
nilai akademis dengan cara yang tidak jujur yaitu suka tengak-tengok saat ujian, mendekati teman
yang pandai, memilih tempat duduk yang dibelakang dan pojok, membuat catatan kecil di kertas, tisu,
di dinding, bahkan menggunakan handphone untuk saling tukar jawaban dikelas sebelah.
2. Menurut Hartanto (2012), menyontek adalah kegiatan menggunakan bahan atau materi yang tidak
diperkenankan atau menggunakan pendampingan dalam tugas-tugas akademik yang bisa
memengaruhi hasil evaluasi atau penelitian.
3. Menurut Alawiyah (2011), menyontek adalah perbuatan curang yang dilakukan dalam dunia
pendidikan, baik itu meniru tulisan atau pekerjaan orang lain dengan perbuatan atau cara-cara yang
tidak jujur dengan menghalalkan segala cara untuk mencapai nilai yang terbaik dalam ujian, seperti;
menulis contekan di meja atau telapak tangan, menulis di sobekan kertas yang di sembunyikan di
lipatan baju, melihat buku pedoman atau buku catatan, atau menyontek melalui media lain seperti HP
sewaktu ujian.
4. Menurut Anderman dan Murdock (2007), menyontek adalah memberikan, menggunakan ataupun
menerima segala informasi, menggunakan materi yang dilarang digunakan dan memanfaatkan
kelemahan seseorang, prosedur ataupun suatu proses untuk mendapatkan suatu keuntungan yang
dilakukan pada tugas-tugas akademik.

2.Kategori dan faktor penyebab perilaku menyontek

1. Kategori perilaku menyontek


Menurut Sparzo,1989 (dalam Cholila,2011:23) kategori siswa yang melakukan perilaku menyontek
antara lain:
a. Meniru pekerjaan teman
b. Menyontek menggunakan catatan kecil saat ujian
c. Menyontek dengan mendapatkan jawaban dari pihak lain atau teman luar kelas
d. Sengaja menyuruh orang lain mengerjakan tugas ujian
2. Faktor penyebab perilaku menyontek
Menurut Hartanto (2012), terdapat beberapa faktor yang menyebabkan seseorang melakukan perilaku
menyontek, yaitu:
a. Adanya tekanan untuk mendapatkan nilai yang tinggi. Pada dasarnya setiap siswa memiliki
keinginan yang sama, yaitu mendapatkan nilai yang baik (tinggi). Keinginan tersebut terkadang
membuat siswa menghalalkan segala cara, termasuk dengan menyontek.
b. Keinginan untuk menghindari kegagalan. Ketakutan mendapatkan kegagalan di sekolah
merupakan hal yang sering dialami oleh siswa. Kegagalan yang muncul ke dalam bentuk (takut
tidak naik kelas, takut mengikuti ulangan susulan) tersebut memicu terjadinya perilaku
menyontek.
c. Adanya persepsi bahwa sekolah melakukan hal yang tidak adil. Sekolah dianggap hanya
memberikan akses ke siswa-siswa yang cerdas dalam berprestasi sehingga siswa-siswi yang
memiliki kemampuan menengah merasa tidak diperhatikan dan dilayani dengan baik.
d. Kurangnya waktu untuk menyelesaikan tugas sekolah. siswa terkadang mendapatkan tugas secara
bersama. Waktu penyerahan tugas yang bersamaan tersebut membuat siswa tidak dapat membagi
waktunya.
e. Tidak adanya sikap menentang perilaku menyontek di sekolah. Perilaku menyontek di sekolah
kadang-kadang dianggap sebagai permasalahan yang biasa baik oleh siswa maupun oleh guru.
Karena itu, banyak siswa membiarkan perilaku menyontek atau terkadang justru membantu
terjadinya perilaku ini.

3.Jenis-jenis perilaku menyontek

Menurut Anderman dan Murdock (2007), terdapat empat jenis perilaku menyontek, yaitu:

a. Social Active. Social Active adalah mengambil dan meminta jawaban dari orang lain. Dalam kondisi
ini pelajar tersebut mengandalkan pelajar lain untuk menyontek. Contohnya: pada saat dilakukan tes
klasikal atau ujian, seorang pelajar meminta jawaban kepada pelajar lainnya.
b. Social Passive. Social Passive adalah pada dasarnya pelajar tidak ingin terlibat dalam aktivitas
menyontek. Menyontek terjadi ketika peran pelajar tersebut pasif dan diandalkan oleh pelajar lain
untuk menyontek. Contohnya: ketika dilakukan tes klasikal atau ujian, pelajar membiarkan pelajar
yang lain untuk melihat hasil pekerjaan nya, atau bahkan pasrah dalam memberikan contekan.
c. Indivualistic Opportunistic. Individualistic Opportunistic adalah kegiatan menyontek yang dilakukan
oleh individu-individu yang impulsive atau melakukan kegiatan menyontek dengan tiba-tiba dan tidak
merencanakan sebelumnya. Contohnya: membuka buku atau menggunakan internet handphone saat
tes klasikal atau ujian berlangsung.
d. Independent Planned. Independent Planned adalah individu dengan sengaja melakukan sendiri
kegiatan menyontek yang akan dilakukanya pada saat tes klasikal atau ujian dan mengandalkan
dirinya sendiri. Contohnya: membawa materi-materi atau catatan- catatan ke dalam ruangan tes
klasikal atau ruang ujian dengan sengaja.
Sedangkan menurut Gonzaga (2013), menyontek merupakan bentuk perilaku ketidak-jujuran akademis
(academis dishonesty) antara lain yaitu:

a. Manipulasi (Fabrication), yaitu pemalsuan data, informasi atau kutipan-kutipan dalam tugas-tugas
akademis.
b. Plagiarism (Plagiarm), yaitu sebuah tindakan mengadopsi atau memproduksi ide, atau kata-kata dan
pernyataan orang lain tanpa menyebutkan nara sumbernya.
c. Pengelabuan (Deceiving), yaitu memberikan informasi yang keliru, menipu terhadap guru berkaitan
dengan tugas-tugas akademis, memberikan alasan palsu tentang mengapa ia tidak menyerahkan tugas
tepat pada waktunya, atau mengaku telah menyerahkan tugas padahal sama sekali belum
menyerahkan.
d. Menyontek berbagai macam cara untuk memperoleh atau menerima bantuan dalam latihan akademis
tanpa sepengetahuan guru.
e. Sabotase (Sabotage), yaitu tindakan untuk mencegah dan menghalang-halangi orang lain sehingga
mereka tidak dapat menyelesaikan tugas akademis yang mesti mereka kerjakan. Tindakan ini
termasuk didalamnya, menyobek atau menggunting lembaran halaman dalam buku-buku di
perpustakaan, ensiklopedia, dan lain-lain atau secara sengaja merusak hasil karya orang lain.

4. Upaya penanggunalang perilaku mencontek

A.Diri Sendiri

Bangkitkan Rasa Percaya Diri (Self-efficacy) Dengan membangkitkan rasa percaya diri, seorang siswa akan
mampu untuk mandiri dan tidak tergantung pada orang lain. Siswa yang menyontek biasanya akan terbiasa
untuk bergantung pada orang lain. Oleh karena itu untuk mengurangi kebiasaan menyontek, seorang siswa
harus dapat meningkatkan rasa percaya dirinya.

1. Arahkan Self-consept ke Arah yang Lebih Proporsional Jika seorang siswa sudah memiliki konsep diri yang
positif, maka dia akan dapat mengontrol dirinya agar tidak menyontek ketika ujian maupun tes lainnya. Siswa
yang memiliki konsep diri yang positif berarti dia sudah mampu mengenal diri dan potensi-potensi yang dapat
dikembangkan baik dalam bidang akademik maupun non akademik.

2. Biasakan Berpikir Lebih Realistis dan Tidak Ambisius Di dalam belajar maupun ujian hendaknya seorang
siswa tidak hanya mementingkan tujuan akan nilai yang tinggi dan prestasi yang baik saja. Di dalam belajar
yang diharapkan terhadap siswa adalah mampu menguasai apa yang di pelajari bukan hanya berorientasi pada
hasil akhirnya.

B. Orang Tua

Menurut Hurlock (1999:132; dalam Uni Setyani, 2007:76) pandangan orang tua tentang kemampuan dan
prestasi anak akan mempengaruhi cara pandang anak terhadap dirinya. Orang tua yang terlalu mengaharapkan
anaknya mendapatkan prestasi yang baik akan mempengaruhi anak untuk memperoleh nilai yang baik
bagaimanpun caranya, termasuk menyontek.

C. Guru hendaknya meningkatkan pengawasan dan memberikan hukuman tegas pada siswa yang menyontek
sehingga siswa tidak berani mengulangi perbuatannya. Guru juga hendaknya tidak menganggap bahwa
menyontek sebagai perbuatan yang wajar, akan tetapi harus menyikapinya dengan serius.

D. Sekolah

Berkaitan dengan pelaksanaan ujian, sekolah diharapkan membuat sistem ujian dan menggunakan bentuk soal
yang meminimalisir intensi menyontek. Sistem ujian diharapkan memperkecil kemungkinan terwujudnya
perilaku menyontek, misalnya dengan mengatur jarak. antar siswa dan membuat soal ujian yang berbeda-beda
antar kelas. Langkah yang perlu dilakukan untuk mengurangi intensitas menyontek adalah dengan mengurangi
perilaku ketidaksiapan siswa dalam menyikuti pelajaran, mengurangi perilaku menyontek juga berkaitan
dengan pola pikir siswa terhadap perilaku menyontek, jadi berkenaan dengan ini sekolah hendaknya
mengubah pola pikir siswa bahwa menyontek merupakan suatu perilaku yang tidak baik, menyontek dapat
mengikir kejujuran dan moral seseorang.

Kupang,27 September 2021

Calon Guru BK

Mega Eunika Rafael

MENGETAHUI

Dosen Pembimbing Guru Mata Pelajaran

Febriana,S.Pd.,M.Pd Helmy A.Sally, S.Pd

MENGESAHKAN
Kelapa SMA Kristen 1 Kupang

Jerli Jane Max,S.Pd


NIP.19720720 200212 2 008

Anda mungkin juga menyukai