Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN PADA IBU HAMIL DENGAN

PRE EKLAMPSIA
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Keperawatan Maternitas

Disusun Oleh :

Resa Septiyani Pratiwi (E.0105.18.029)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR

CIMAHI

2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Kehamilan serta persalinan merupakan suatu peristiwa alamiah dan
hal yang sangat dinanti setiap ibu yang sedang menunggu proses kelahiran
bayinya. Meskipun persalinan merupakan peristiwa fisiologis namun
setiap proses persalinan yang terjadi beresiko mengalami komplikasi
selama persalinan. Hal tersebut dapat memperburuk kondisi baik ibu
maupun bayi selama persalinan berlangsung sehingga berdampak
terjadinya kematian pada ibu dan bayi (Winancy,2019).
Preeklampsia sebagai salah satu komplikasi persalinan
didefinisikan sebagai suatu kumpulan gejala pada ibu hamil ditandai
dengan peningkatan tekanan darah sistolik ≥ 140/90 MmHg dan tingginya
kadar protein pada urine (proteinuria) yang sering muncul pada usia
kehamilan ≥ 20 minggu. Kedua kriteria ini masih menjadi definisi klasik
preeklampsia, sedangkan untuk edema tidak lagi dipakai sebagai kriteria
diagnostik karena sangat banyak ditemukan pada wanita dengan
kehamilan normal (POGI,2016)
Menurut Andriyani, (2012) dalam penelitiannya menyampaikan
kejadian preeklampsi di negara Amerika Serikat dilaporkan 23,6 kasus per
1000 kelahiran. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia dalam
buku Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran menyampaikan untuk
kejadian preeklampsi di Indonesia sebanyak 128.273/tahun atau sekitar
5,3% (POGI, 2016). Di Provinsi Lampung sendiri tercatat kasus
preeklamsi sebanyak 59 kasus sedangkan di Kabupaten Lampung Tengah
sebesar 12,5% (Kurniasari,2015).
Masalah preeklampsia bukan hanya berdampak pada ibu saat hamil
dan melahirkan, namun juga menimbulkan masalah pasca persalinan
akibat disfungsi endotel di berbagai organ. Dampak jangka panjang pada
bayi yang dilahirkan ibu dengan preeklampsia antara lain bayi akan lahir
prematur sehingga mengganggu semua organ pertumbuhan bayi. Sampai
dengan saat ini penyebab preeklampsi belum diketahui secara pasti,
beberapa faktor resiko yang menjadi dasar perkembangan kasus
preeklampsi diantaranya adalah usia, primigravida, multigravida, jarak
antar kehamilan, janin besar dan kehamilan dengan janin lebih dari satu
(POGI,2016)
Pentingnya dilakukan serangkaian pemeriksaan serta bagaimanan
proses penanganan persalinan berlangsung sangat berpengaruh terhadap
kondisi ibu pasca persalinan, oleh karena itu penatalaksanaan awal pada
masalah preeklampsi perlu dilakukan dengan mengidentifikasi faktor
resiko untuk setiap ibu hamil melalui asuhan antenatal care sebab masalah
preeklamsi pada awalnya tidak memberikan gejala dan tanda, namun dapat
memperburuk kondisi ibu dan bayi dengan cepat. Tujuan utama
penatalaksanaan preeklampsia adalah kondisi ibu yang aman dan
persalinan bayi yang sehat. (POGI, 2016).
Perubahan kondisi pasca persalinan pada setiap ibu dengan
preeklampsia tidak sama, hal ini dipengaruhi proses adaptasi ibu selama
mengalami perubahan tersebut. Kemampuan untuk beradaptasi terhadap
perubahan selama masa nifas mempengaruhi kebutuhan ibu baik secara
fisiologis maupun psikologisnya. Dengan memberikan asuhan pada masa
nifas diharapkan mampu memenuhi kebutuhan tersebut sehingga ibu dapat
melakukan dan meningkatkan kemampuan secara mandiri terhadap
perubahan yang terjadi pasca melahirkan (Rusniati, 2017).
Salah satu model asuhan keperawatan yang menekankan pada
konsep perubahan adaptasi secara keseluruhan yaitu model keperawatan
adaptasi Callista Roy atau “Holistic Adaptif Sytem” . Model asuhan
keperawatan yang diberikan menggunakan pendekatan perubahan
kebutuhan fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan hubugan
interdependensi selama sehat dan sakit. Derajat adaptasi dibentuk oleh
dorongan tiga jenis stimulus yaitu : focal stimuli, kontesktual stimuli dan
residual stimuli. Roy juga mengadaptasi nilai “Humanisme”
Peran perawat dengan memberikan asuhan keperawatan pada
pasien preeklampsia bertujuan untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi
selama masa nifas serta mencegah terjadinya komplikasi pasca persalinan.
Oleh sebab itu asuhan keperawata pasien dengan preeklamsi dilakukan
untuk meningkatkan penyesuaian diri pasien dalam menghadapi
permasalahan yang berhubungan dengan kondisinya pasca melahirkan
serta memfasilitasi potensi pasien untuk beradaptasi dalam menghadapi
perubahan kebutuhandasarnya.
B. ETIOLOGI
Sampai dengan saat ini penyebab utama preeklamsia masih belum
diketahui secara pasti. Beberapa ahli percaya bahwa preeklamsia diawali
dengan adanya kelainan pada plasenta, yaitu organ yang berfungsi
menerima suplai darah dan nutrisi bagi bayi selama masih di dalam
kandungan
Teori lain menjelaskan preeklampsia sering terjadi pada
Primigravida, Kehamilan Post Matur /Post Term serta Kehamian Ganda.
Berdasarkan teori teori tersebut preeklampsia sering juga disebut“
Deseases Of Theory” . Beberapa landasan teori yang dapat dikemukakan
diantaranya adalah (Nuraini, 2011)
1. Teori Genetik
Berdasarkan pada teori ini preeklampsia merupakan penyakit yang
dapat diturunkan atau bersifat heriditer, faktor genetik menunjukkan
kecenderungan meningkatnya frekuensi preeklampsi pada anak-anak
dari ibu yang menderita preeklampsia, serta peran Renin-Angiotensin-
Aldosteron-System (RAAS) dimana enzim renin merupakan enzim
yang dihasilkan oleh ginjal dan berfungsi untuk meningkatkan tekanan
darah bekerja sama dengan hormon aldosteron dan angiotensin lalu
membentuk sistem.
2. Teori Immunologis
Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan jarang timbul
pada kehamilan berikutnya. Hal ini dapat diterangkan bahwa pada
kehamilan pertama pembentukan blocking antibodies terhadap antigen
plasenta tidak sempurna.
3. Teori Prostasiklin &Tromboksan
Pada preeklampsia didapatkan kerusakan pada endotel vaskuler,
sehingga terjadi penurunan produksi prostasiklin yang pada kehamilan
normal meningkat, aktifitas penggumpalan dan fibrinolisis, yang
kemudian akan diganti trombin dan plasmin. Trombin akan
mengkonsumsi antitrombin mentebabkan pelepasan tromboksan dan
serotonin, sehingga terjadi vasospasme dan kerusakan endotel.
Menurut Marianti (2017) selain Primigravida, Kehamilan Ganda serta
Riwayat Preeklampsia, beberapa faktor lainnya yang bisa
meningkatkan resiko preeklamsia antara lain adalah :
a. Malnutrisi Berat.Riwayat penyakit seperti : Diabetes Mellitus,
Lupus
b. Hypertensi dan Ginjal.
c. Jarak kehamilan yang cukup jauh dari kehamilan pertama.
d. Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35tahun.
e. Obesitas.
f. Riwayat keluarga dengan preeclampsia

C. TANDA DAN GEJALA


Tanda klinis utama dari preeklampsia adalah tekanan darah yang terus
meningkat, peningkatan tekanan darah mencapai 140/90 mm Hg atau lebih
atau sering ditemukan nilai tekanan darah yang tinggi dalam 2 kali
pemeriksaan rutin yang terpisah. Selain hipertensi, tanda klinis dan gejala
lainnya dari preeklamsia adalah:
1. Tekanan darah sekurang-kurangnya 160 mmHg sistolik atau 110 mmHg
diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit menggunakan
lengan yang sama.
2. Trombositopenia : trombosit < 100.000 /mikroliter.
3. Nyeri di daerah epigastrik / regio kanan atasabdomen.
4. EdemaParu.
5. Didapatkan gejala neurologis : stroke, nyeri kepala, gangguanvisus.
6. Oligohidramni

D. PATOFISIOLOGI
Pada pre eklamsi terjadi spasme pembuluh darah yang disertasi dengan
retensi air dan garam. Pada biopsy ginjal ditemukan spasme hebat arteriola
glomerulus. Pada beberapa kasus, lumen aretriola sedemikian sempitnya
sehingga nyata dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola
didalam tubuh mengalami spasme maka tekanan darah akan naik, sebagai
usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigen jaringan dapat
dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan ruangan intersitisial belum
diketahui sebabnya. Mungkin karena retensi air dan garam proteinuria dapat
disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada
glomerulus.
Vosokontriksi merupakan dasar pathogenesis preeklamsia yang dapat
menimbulkan peningkatan total perifer resisten dan menimbulkan hipertensi.
Adanya vasokontriksi juga akan menimbulkan hipoksia pada endotel
setempat, sehingga terjadi kerusakan endotel, kebocoran arteriola disertai
perdarahan mikro tempat endotel.
Pada preeklamsia seru antioksidan kadarnya menurun dan plasenta
menjadismber terjadinya peroksidase lemak. Sedangkan pada wanita hamil
normal, serumnya mengandung transferrin, ion tembaga dan sulfhidril yang
berperan sebagai antioksidan yang cukup kuat. Peroksidase lemak beredar
dalam aliran darah melalui ikatan lipoprotein. Peroksidase lemak ini akan
sampai kesemua komponen sel yang dilewati termasuk sel-sel endotel
tersebut. Rusaknya sel-sel endotel tersebut akan mengakibatkan antara lain :
adhesi dan agregasi trombosit, gangguan permeabilitas laposan endotel
terhadap plasma, terlepasnya enzim lisosom, thromboksan dan serotonin
sebagai akibat rusaknya trombosit. Produksi tetrasiklin terhenti, terganggunya
keseimbangan prostasiklin dan tromboksan terjadi hipoksia plasenta akibat
konsumsi oksigen dan perioksidase lemak (Nuraini,2011).

E. PATHWAY
F. KLASIFIKASI
1. Pre eklamsi ringan (PER)
a. tekanan darah sistole 140 atau kenaikan 30 mmHg dengan internal
pemeriksaan 6 jam
b. tekanan darah diastolik 90 atau kenaikan 15 mmHg dengan
interval pemeriksaan 6 jam
c. kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam 1 minggu
d. protein uria 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitatif positif 1
sampai positif 2 pada urin kateter atau urin aliran pertengahan
2. Pre eklamsi berat (PEB)

a. tekanan darah 160/110 mmHg

b. oliguria, urin kurang dai 3cc/24 jam

c. protein urin lebih dari 3 gr/liter

d. keluhan subjektif : nyeri epgastrium, gangguan penglihatan, nyeri


kepala, edema paru, dan sianosis gangguan kesadaran

e. pemeriksaan : kadar enzim hati meningkat disertai ikterus,


perdarahan pada retina, tromosit kurang dari 100.000/mm.
peningkatan tanda dan gejala pre eklamsia berat memberikan
petunjuk akan terjadinya pre eklamsia.

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. pemeriksaan darah lengkap dengan hapuran darah
b. penurunan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar normal
hemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-14gr%)
c. hematokrit meningkatkan (nilai rujukan 37-43vol%)
d. trombosit menurun (nilai rujukan 150-450 ribu/mm3)
2. urinalisis

a. ditemukan protein dalam urine


3. pemeriksaan fungsi hati

a. birilium meningkat (N=<1mg/dl)

b. LDH (lanat dehidrogenase) meningkat

c. aspartat aminomtransferase (AST)>60 ul

d. serum glutamat pirufat transaminase (SGPT) meningkat (N=15-


45u/ml)

e. serum glutamat oxaloacetic trasamnase (SGOT) meningkat


(N=<31 u/i)

f. total protein serum menurun (N=6,7-8,7 g/dl)

4. tes kimia darah

a. asam urat meningkat (N=2,4-2,7 mg/dl)

5. radiologi

a. ultrasonografi

ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. pernafasan


intrauterus lambat, atiitas janin lambat, dan volume cairan ketuban
sedikit

b. kardiografi

diketahui denyut jantung janin bayi lemah

H. PENATALAKSANAAN

1. Penatalaksanaan Pre eklamsia ringan

Istirahat di tempat tidur merupakan terapi utama dalam penanganan


preeklamsia ringan. istirahata dengan berbaring pada sisi tubuh
menyebabkan aliran darah ke plasenta dan aliran darah ke ginjal
meningkat, tekanan vena pada ekstermitas bawah menurun dan
reabsorpsi cairan bertambah. selain itu dengan istirahat di tempat tidur
mengurangi kebutuhan volume darah yang beredar dan juga dapat
menurunkan tekanan darah.apabila preeklamsia tersebut tidak
membaik dengan penanganan konservasif dalam hal ini kehamilan
harus diterminasi jika mengancam nyawa maternal

2. Penatalaksanaan Pre eklamsia berat


pada pasien preeklamsia berat segera harus diberi obat sedatif kuat
untuk mencegah timbulnya kejang. apabila sesudah 12-24 jam bahaya
akut sudah diatasi, tindakan terbaik adalah menghentikan kehalamilan.
sebagai pengobatan mencegah timbulnya kejang, dapat diberikan
larutan megnesium sulfat (MgSO4) 20% dengan dosis 4 gram secara
intravena loading dose dalam 4-5 menit. kemudian dilanjutkan dengan
MGSO4 40% sebanyak 12 gram dalam 500cc ringer laktat (RL) atau
sekitar 14 tetes/menit.tambahan magnesium sulfat hanya dapat
diberikan jika diuresus pasien baik, refleks patella positif dan frekuensi
pernafasan lebih dari 16 kali/menit.

I. KOMPLIKASI
komplikasi pre eklamsia pada ibu yaitu:
1. perubahan pada sistem saraf pusat mencakup refleks berlebihan dan
kejang
2. sindrom hemolisis, kenaikan enzim hati, dan hitung trombosit rendah
(help sindrome) komplikasi pre eklamsia pada bayi
a. premature
b. keterbatsan pertumbuhan intrauterine (intraterine growth)
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Biodata
Melakukan pengkajian pada pasien dengan menanyakan : nama,
umur, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, agama, suku,
alamat, nomer rekam 14 medis (RM), tanggal masuk rumah sakit,
(MRS), dan tanggal pengkajian
2. Identitas Penanggung Jawab
Melakukan pengkajian pada penanggung jawab dengan
menanyakan : nama, umur, Pendidikan, pekerjaan, status
perkawinan, agama, suku, alamat
3. Keluhan Utama
Merupakan alasan utama pasien untuk datang ke tempat pelayanan
kesehatan dan apa saja yang di rasakan pasien. Yang umumnya
pasien datang dengan keluhan demam, sakit kepala
4. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian RKS yang mendukung keluhan utama dilakukan
dengan mengajukan serangkaian pertanyaan mengenai kelemahan
fisik pasien secara PQRST dan tetrjadinya peningkatan tensi
oedema, nyeri kepala di daerah frontal, gangguan penglihatan,
mual, nyeri di epigastrium dan hiperrefleksia
5. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pengkajian penyakit yang pernah dialami pasien yang memungkinkan
adanya hubungan atau menjadi predisposisi keluhan sekarang meliputi
pernah kah pasien mengalami : penyakit hipertensi sebelum hamil,
Kemungkinan ibu mempunyai riwayat preeklamsia pada kehamilan
terdahulu, Biasanya mudah terjadi pada ibu dengan obesitas, Ibu
mungkin pernah menderita penyakit ginjal kronis.
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji riwayat penyakit pada pasien dan keluarganya, apakah
pasien dan keluarga memiliki penyakit keturunan seperti hipertensi,
atau dibetes melitus (DM) serta kemungkinan memiliki riwayat
preeklamsia serta eklamsia dalam keluarga.
7. Riwayat perkawinan
Biasanya terjadi pada wanita yang mmenikah dibawah usia 20 tahun
atau di atas 35 tahun
8. Riwayat Obstetrik dan Ginekologi
Melakukan pengkajian pada pasien dengan menanyakan riwayat
menstruasi, riwayat pernikahan, riwayat kehamilan, persalinan, nifas
yang lalu, riwayat kehamilannya saat ini, dan riwayat keluarga
berencana
9. Riwayat Psikososial
Untuk mengetahui keadaan psikososial pasien , pasien perlu
ditanyakan mengenai : jumlah anggota keluarga, dukungan materil
dan moril yang di dapat dari keluarga, kebiasaan-kebiasaan yang
menguntungkan kesehatan, kebiasaan yang merugikan kesehatan
10. Riwayat Kehamilan
Riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat
kehamilan dengan eklamsia sebelumnya
11. Riwayat KB
Perlu ditanyakan pada ibu apakah pernah/tidak mengikuti KB jika ibu
pernah ikut KB maka yang ditanyakan adalah jenis kontrasepsi, efek
samping, alasan pemberhentian kontrasepsi (bila tidak memakai lagi)
serta lamanya penggunaan kontrasepsi
12. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum: baik, cukup, lemah.
b. Kesadaran : Composmentis (e : 4, v : 5, m : 6)
13. Pemeriksaan Fisik Persistem
a. Kepala: sakit kepala, wajah edema.
b. Mata: konjungtiva sedikit anemis, edema pada retina.
c. Sistem Pernafasan
Pemeriksaaan pernafasan biasanya pernafasan mungkin kurang
dari 14x/menit, klien mengalami sesak sehabis melakukan
aktivitas, krekes mungkin ada, adanya edema paru hiper
refleksia, klonus pada kaki
d. Sistem kardiovaskuler
 Inpeksi : apakah adanya sianosis , kulit pucat
 Palpasi : TD biasanya mengalami peningkatan melebihi
tingkat dasar setelah 20 minggu kehamilan, Nadi :
biasanya meningkat/menurun, Leher :apakah ada
bendungan atau tidak pada pemeriksaan vena jugularis,
jika ada bendungan menandakan bahwa jantung ibu
mengalami gangguan. Edema periorbital yang tidak
hilang dalam kurun waktu 24 jam suhu dingin
 Auskultasi : untuk mendengarkan detak jantung
janin,untuk mengetahui adanya fotal distress, bunyi
jantung janin yang tidak teratur gerakan janin melemah
e. Sistem reproduksi
 Dada : payudara dikaji apakah ada massa abnormal,
nyeri tekan pada payudara
 Genetalia : inspeksi adakah pengeluaran pervaginam
berupa lendir bercampur darah, adakah pembesaran
kelenjar bartholini/tidak
 Abdomen : palpasi untuk mengetahui tinggi fundus
uteri, letak janin, lokasi edema, periksa bagian uterus
biasanya terdapat kontraksi uterus
f. Sistem integumen perkemihan
 Periksa vitting udem biasanya terdapat edema pada
ekstremitas akibat gangguan filtrasi glomelurus yang
meretensi garam dan natrium, (fungsi ginjal menurun)
 Oliguia
 Proteinuria
g. Sistem persarafan
 Palpasi : abdomen: nyeri daerah epigastrium (kuadran II
kiri atas) , anoreksia, mual, dan muntah.
 Ektremitas: edema pada kaki, tangan, dan jari-jari
 Pemeriksaan janin: bunyi jantung janin tidak teratur,
gerakan janin melemah.

B. ANALISA DATA

Data Etiologi Masalah


DS : Tekananan darah gangguan
1. Dipsnea
pertukaran gas
2. Pusing
3. Penglihatan Normal
kabur

DO : Hamil >20 minggu


1. PCO2
meningkat
2. PO2 menurun Kejang (-)
3. Takikardia
4. pH arteri
meningkat/men Pre eklamsia
urun
5. Bunyi nafas
tambahan Vaso spasme pada
6. Sianosis pembuluh darah
7. Diaforesis
8. Gelisah
9. Napas cuping Penurunan pengisian
hidung
10. Pola napas
abnormal darah di ventrikel kiri
(cepat/lambat,r
egular/irreguler Proses 1 kardiac output
, menurun
dalam/dangkal)
11. Warna kulit
abnormal (mis. Volume tekanan darah
Pucat, menurun
kebiruan)
12. Kesadaran
menurun Merangsang medula
oblongata

System saraf simpatis


meningkat

Paru

Penumpukan darah

LAEDP meningkat

Kongesti vena
pulmonal

Proses perpindahan
cairan karena
perbedaan tekanan

Timbul odema

gangguan fungsi alveoli

gangguan
pertukaran gas
DS : Tekananan darah Hypervolemia
1. Ortopnea Normal
2. Dispnea
3. Paroxysmal
nocturnal Hamil >20 minggu
dyspnea (PND)

DO:
1. Edema
Kejang (-)
anasarka
dan/atau
edema perifer Pre eklamsia
2. BB
meningkat
dalam waktu Vaso spasme pada
singkat pembuluh darah
3. Jugular
Venous
Pressure Penurunan pengisian
darah di ventrikel kiri
(JVP)
dan/atau
Central
Proses 1 kardiac outpu6
Venous menurun
Pressure
(CVP)
meningkat Hipervolemia t
4. Refleks
hepatojugular
positif
5. Distensi vena
jugularis
6. Terdengar
suara nafas
tambahan
7. Hepatomegali
8. Kadar Hb/Ht
menurun \
9. Oliguria
10. Intake ebih
banya dari
output (balans
cairan

DS : Tekananan darah Defisit Nutrisi


1. Cepat Normal
kenyang
setelah makan
2. Kram/nyeri Hamil >20 minggu
abdomen
3. Nafsu amakan
menurun Kejang (-)
DS :
1. Berat badan
Pre eklamsia
menurun
2. Bising usus
hiperaktif
3. Otot Vaso spasme pada
mengunyah pembuluh darah
lemah
4. Membran
mukosa pucat Penurunan pengisian
darah di ventrikel kiri

Proses 1 kardiac
output menurun

Volume tekanan darah


menurun

Merangsang medula
oblongata

System saraf simpatis


meningkat

HCI meningkat

Peristaltik turun

Akumulasi gas
meningkat

Deficit nutrisi
Ds : Tekananan darah Perubahan perfusi
1. Parastesia Normal
jaringan perifer
2. Nyeri
ekstremitas
Hamil >20 minggu
Do :
1. Pengisian
kapiler >3 detik Kejang (-)
2. Nadi perifer
menurun atau
tidak teraba Pre eklamsia
3. Akral teraba
dingin
4. Warna kulit Vaso spasme pada
pucat pembuluh darah
5. Turgor kulit
menurun
6. edema Penurunan pengisian
7. Penyembuhan darah di ventrikel kiri
luka lambat
8. Indeks angkle-
brachial <0,90 Proses 1 kardiac output
9. Bruit femoral
menurun

Volume tekanan darah


menurun

Merangsang medula
oblongata

System saraf simpatis


meningkat

Pembuluh darah
Vasokontriksi

Metabolisme turun

Akral dingin

Perubahan perfusi
jaringan perifer
Ds : Tekananan darah
1. Mengeluh nyeri Normal
Do :
1. Tampak
meringis Hamil >20 minggu
2. Bersikap
protektif (mis
waspada, Kejang (-)
menghindari
nyeri)
3. Gelisah Pre eklamsia
4. Frekuensi nadi
meningkat
5. Sulit tidur Vaso spasme pada
6. Tekanan darah pembuluh darah
meningkat
7. Pola nafas
berubah Penurunan pengisian
8. Nafsu makan darah di ventrikel kiri
berubah
9. Proses berfikir
terganggu Proses 1 kardiac output
10. Menarik diri
menurun
11. Berfokus pada
diri sendiri
12. Diaforesis
Volume tekanan darah
menurun

Merangsang medula
oblongata

System saraf simpatis


meningkat

Jantung

Kompresi saraf
simpatis meningkat

Gangguan irama
jantung
Aliran turbulensi
emboli
Ggn rasa nyaman

Nyeri akut
DS : Tekananan darah Konstipasi
1. Defekasi Normal
kurang dari 2x
seminggu
2. Pengeluaran Hamil >20 minggu
feses lama dan
sulit
3. Mengejan saat Kejang (-)
defekasi

DO :
Pre eklamsia
1. Feses keras
2. Peristaltik usus
menurun
3. Distensi Vaso spasme pada
abdomen pembuluh darah
4. Kelemahan
umum
5. Teraba massa Penurunan pengisian
pada rektal darah di ventrikel kiri

Proses 1 kardiac
output menurun

Volume tekanan darah


menurun

Merangsang medula
oblongata

System saraf simpatis


meningkat

HCI meningkat

Peristaltik turun
Konstipasi
DS: Tekananan darah Deficit pengetahuan
1. menanyakan Normal
masalah yang
dihadapi
Hamil >20 minggu
DO:
1. menunjukan
perilaku tidak Kejang (-)
sesuai anjuran
2. menunjukan
persepsi yang Pre eklamsia
keliru terhadap
masalah
3. menjalani Vaso spasme pada
pemeriksaan pembuluh darah
yang tidak tepat
4. menunjukan
perilaku Penurunan pengisian
berlebihan darah di ventrikel kiri

Proses 1 kardiac output


menurun

Volume tekanan darah


menurun

Merangsang medula
oblongata

System saraf simpatis


meningkat

Jantung

Kompresi saraf
simpatis meningkat

Gangguan irama
jantung
Aliran turbulensi
emboli

Defisit Pengetahuan

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. gangguan pertukaran gas bd ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
2. hipervolemia bd gangguan mekanisme regulasi
3. defisit nutrisi bd ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien
4. perfusi perifer tidak efektif bd penurunan aliran arteri dan/atau vena
5. nyeri akut bd agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia,
neoplasma)
6. konstipasi bd ketidakcukupan asupan serat, kelemahan otot abdomen
7. defisit pengetahuan bd kurang terpapar informasi, ketidaktahuan
menemukan sumber informasi
D. INTERVENSI KEPERAWATAN

DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIOANAL


gangguan Setelah dilakukan Pemantauan
tindakan respirasi
pertukaran gas
keperawatan
bd selama 2x24 jam Observasi Observasi
diharapakan 1. Monitor
ketidakseimba
pertukaran gas frekuensi,
ngan ventilasi- meningkat irama, 1. Untuk mengetahui
Kriteria hasil: kedalaman normal tidaknya fre-
perfusi
1. tingkat dan upaya kuensi pernafasan
kesadaran nafas 2. Untuk mengetahui
meningkat 2. Monitor pola status kesehatan pa-
2. dipsnea nafas sien
menurun 3. Monitor 3. Mampu
3. bunyi nafas kemampuan melancarkan
menurun batuk efektif pengeluaran sputum
4. takikardia 4. Auskultasi 4. Bersihan jalan nafas
menurun bunyi nafas yang tidak efektif
5. pusing dapat dimanifestasi-
menurun kan dengan adanya
6. penglihatan bunyi nafas adven-
kabur menurun tisius
7. disforesis Terapeutik
menurun
1. Untuk
8. gelisah
menurun mengetahui hasil
9. nafas cuping Terapeutik
1. Dokumentas pemeriksaan
hidung menuru
10. sianosis ikan hasil
membaik pemantauan
Edukasi
11. pola nafas
membaik
12. warna kulit 1. Untuk menjelaskan
membaik semua prosedur yang
13. akan diberikan ke-
14. Edukasi pada pasien
1. Jelaskan 2. Untuk memberikan
prosedur dan informasi mengenai
tujuan hasil pemeriksaan
pemantauan kepada pasien
2. Informasika
n hasil
pemantauan

hipervolemiaSetelah dilaukan Manajemen


tindakan hipervolemia
bd gangguan
keperawatan
mekanisme selama 2x24jam Observasi Observasi
diharapkan 1. periksa 1. peningkatan
regulasi
keseimbangan gejala dan menunjukan
cairan meningkat tanda adanya
Kriteria hasil: hipervolemia hipervolemia.
1. asupan 2. identifikasi kelebihan volume
cairan penyebab cairan berpotensi
meningkat hipervolemia gagal jantung
2. output urin 3. monitor 2. beberapa kondisi
meningkat intake can penyebab
3. membran output cairan hipervolemia yaitu
mukosa gagal jantung,
lembab 3. untuk mengetahui
meningkat cairan yang masuk
4. asupan dan keluar
makanan
meningkat Terapeutik
5. edema
menurun 1. membantu
6. dehidrasi mengevaluasi
menurun status cairan
7. asites Terapeutik khusunya bila
menurun dibandingkan
8. konfusi 1. timbang dengan berat
menurun berat badan badan
9. tekanan setiap hari 2. menjaga agar
darah pada waktu kelebihan
membaik yang sama cairan tidak
10. frekuensi 2. batasi bertambah.
nadi asupan garam dapat
membaik cairan dan mengikat air
garam sehingga akan
3. tinggikan memperparah
kepala kelebihan
tempat tidur cairan
30-40⸰ 3. klien dengan
kelebihan
cairan juga
mengalami
gangguan
pernafasan

Edukasi
1. peningakatan BB
1kg dalam sehari
mengidentifiksi
kelebihan cairan
dalam tubuh
2. pentingnya
engukuran intake
dan output cairan
agar
terdokumentasi
sepenuhnya

Kolaborasi

1. diuretik dapat
meningkatkan laju
Edukasi aliran urine sehingga
1. anjurkan produksi urine
melapor jika meningkat guna
haluaran urin mengurangi kelebihan
<0,5 volume cairan dalam
mL/kg/jam tubuh
dalam 6 jam
2. ajarkan cara
mengukur
dan mencatat
asupan
cairan

Kolaborasi
1. kolaborasi
pemberian
diuretik

Perfusi Setelah dilakukan perawatan sirkulasi


jaringan tidak tindakan selama
efektif 2x24jam Observasi Observasi
mdiharapkan 1. periksa 1. meningkatkan
perfusi perifer sirkulasi dan
meningkat perifer melancarkan
Kriteria hasil: aliran darah
1. kekuatan nadi balik sehingga
perifer tidak terjadi
meningkat edema
2. penyembuhan
2. untuk
luka meningkat
mengetahui
3. sensasi
faktor
meningkat
4. warna kulit 2. identifikasi penyebab
pucat menurun faktor resiko terjadinya
5. edema perifer gangguan gangguan
menurun sirkulasi sirkulasi
6. nyeri 3. dengan
ekstermitas memonitor
menurun adanya panas,
7. paraestesia 3. monitor kemerahan
menurun panas, nyeri atau
8. kram otot kemerahan, bengkak pada
menurun nyeri atau ekstremitas
bengkak dapat
pada menentukan
ekstermitas tindakan
keperawatan
lebih lanjut
serta
mencegah
resiko
kerusakan
jaringan
terapeutik
1. untuk
memnatu jika
Hb tidak
Terapeutik menurun
1. hindari
pengukuran
tekanan
darah pada 2. untuk
ekstremitas
mencegah
dengan
bakteri atau
keterbatasan
virus masuk
perfusi
ke tubuh
2. lakukan
pencegahan 3. untuk
infeksi menghindari
tertutupnya
jaringan dan
suplai oksigen
3. hindari
pemasangan
infus atau
pengamnilan
darah area
keterbatasan
perfusi
Edukasi
edukasi 1. untuk
1. anjurkan mencegah
minum obat cepat
pengontrol terjadinya
tekanan arteokleosis
darah pada pasien
dengan berkolesterol
teratur
tinggi dan
terjadi
vasokontriksi
pembuluh
darah pada
pasien
perokok
relaksa untuk
mengurangi
stress
2. untuk
2. ajarkan perbaikan
program diet sirkulasi
untuk
memperbaiki
sirkulasi 3. untuk
3. informasikan memudahkan
tanda dan pengobatan
gejala saat terjadi
darurat yang tanda dan
harus gejala
dilaporkan
Nyeri Akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
tindakan
keperawatan Observasi Observasi
selama 2x24 jam 1. identifikasi 1. untuk
maka nyeri skala nyeri mengetahui
menurun dengan skala nyeri
kriteria hasil :
1. keluhan nyeri 2. identifikasi 2. untuk
menurun pengetahuan mengetaui
2. meringis dan tindakan apa
menurun keyakinan
yang akan
3. gelisah tentang nyeri
diambil
menurun
4. kemampuan 3. identifikasi
3. untuk
menuntaskan respon nyeri
aktivitas nonverbal mengetahui
meningkat respon klien
Terapeutik
1. berikan Terapeutik
tehnik 1. untuk
nonfarmakol mengalihkan
ogi untuk rasa nyeri
rasa nyeri 2. untuk
2. fasilitasi mengurangi
istirahat dan dan
tidur mengalihkan
rasa nyeri
Edukasi edukasi
1. jelaskan 1. untuk
strategi mengurangi
menekan rasa nyeri
nyeri 2. agar pasien
2. anjurkan dapat
memonitor mengontrol
nyeri secara nyeri
mandiri 3. untuk
3. anjurkan mengurangi
tehnik rasa nyeri
nonfarmakol
ogi kolaborasi
kolaborasi 1. untuk
1. kolaborasi mengurangi
pemberian rasa nyeri
analgetik
Konstipasi Setelah dilakukan Manajemen
tindakan konstipasi
keperawatan
selama 2x24jam Observasi Observasi
maka diharapkan 1. periksa tanda 1. untuk
konstipasi membaik dan gejala mengetahui
Kriteria hasil: konstipasi tanda dan
1. kontrol 2. identifikasi gejala yang
pengeluaran faktor risiko muncul
feses meningkat konstipasi 2. untuk
2. keluhan (obat- mengetahui
defekasi lama obatan,tirah faktor apa
dan sulit baring,diet) yang
menurun mengurangi
3. mengejan saat konstipasi
defekasi
menurunperistal Terapeutik Terapeutik
tik usus 1. anjurkan
membaik diet tinggi 1. untuk
serat mengurangi
2. lakukan kontipasi
masase 2. untuk
abdomen melancarkan
percernaan

Edukasi
Edukasi 1. agar
1. jelaskan mengetahui
etiologi masalah yang
masalah dan dialami
alasan
tindakan 2. untuk
2. anjurkan mengurahi
peningkatan dehidrasi dan
asupan melancarkan
cairan pencernaan

Kolaborasi Kolaborasi
1. kolaborasi 1. untuk
penggunaan melancarkan
obat BAB
pencahar

Defisit Tujuan : Edukasi kesehatan


pengetahuan Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan 2x24 Observasi Observasi
jam maka tingkat 1. identifikasi 1. memahami
pengetahuan kesiapan dan kemampuan
meningkat kemampuan pasien dalam
Kriteria hasil: menerima menerima
1. nafsu informasi informasi
makan
meningkat Terapeutik Terapeutik
2. keluhan 1. sediakan 1. untuk
mual materi dan mempermudah
menurun media pemahaman
3. diafpresis pendidikan dan
menurun kesehatan mengurangi
4. dilatasi 2. berikan kebosanan
pupil kesempatan 2. mengkaji
meningkat untuk pengetahuan
bertanya dan keluarga
selama proses
Edukasi belajar
1. ajarkan
hidup sehat
dan bersih Edukasi
1. untuk
mencegah
kekambuhan
oenyakit yang
sama.
DAFTAR PUSTAKA

Triatmodjo. 2005. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo:


Jakarta
SDKI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intevensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai