Anda di halaman 1dari 114

HUBUNGAN KONSEP D IRI DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA

WANITA MENOPAUSE

SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Budi Luhur
Cimahi

AGAM ISMAIL NUGRAHA


C.0105.16.002

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
CIMAHI
2020
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA
WANITA MENOPAUSE DI RW 04 DESA BATUJAJAR TIMUR 2020

SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Budi Luhur
Cimahi

AGAM ISMAIL NUGRAHA


C.0105.16.002

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
CIMAHI
2020
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Agam Ismail Nugraha
Nim : C.0105.16.002
Program Studi : Pendidikan Ners

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa tulisan dalam skripsi dengan


judul Hubungan Konsep Diri Dengan Tingkat Kecemasan Pada Wanita
Menopause di RW 04 Desa Batujajar Timur merupakan hasil pemikiran saya
sendiri, bukan pengutipan tulisan dari hasil permikiran saya sendiri yang saya akui
sebagai tulisan atau hasil pemikiran saya sendiri, saya tidak melakukan
plagiatisme dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika yang berlaku dalam
tradisi keilmuan.
Apabila dikemudian hari terbukt bahwa skripsi ini adalah hasil kutipan
pemikiran orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas tindakan tersebut.

Cimahi, September 2020

Agam Ismail Nugraha

i
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi Penelitian
Oleh

AGAM ISMAIL NUGRAHA


C.0105.16.002

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA


WANITA MENOPAUSE DI RW 04 DESA BATUJAJAR TIMUR

Telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan

Cimahi, September 2020

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Wulan Novika., MAN Sofa Fatonah H.S,SST.,MM.Keb


NIP. 198111142006021060 NIP. 198609022008101106

ii
LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA


WANITA MENOPAUSE DI RW 04 DESA BATUJAJAR TIMUR

Oleh

AGAM ISMAIL NUGRAHA


C.0105.16.002

Telah Diujikan Di Depan Dewan Penguji Pada Tanggal 3 September 2020

Ketua Penguji Anggota Penguji

Ns. Wulan Novika.,MAN Sofa Fatonah H.S,SST.,MM.,M.Keb


NIP. 198111142006021060 NIP. 198609022008101106

Anggota Penguji Anggota Penguji

Sri Maryati, SST.,M.Kes Dr. Enung Masruroh, MM


NIP. 198802222014091211 NIP. 197201222003122002

Mengetahui

STIKes Budi Luhur Cimahi Program Studi Pendidikan Ners


Ketua

Sri Wahyuni, S.Pd.,M.Kes,Ph.D Aan Somana, M.Pd., M.N.S


NIP.197102142002011034 NIP.196802202006011067

iii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum.Wr.Wb

Puj syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

karunia-Nya serta shalawat dan salam kami curahkan kepada Nabi Muhammad

SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian yang berjudul

“Hubungan Konsep Diri Dengan Tingkat Kecemasan Pada Wanita Menopause Di

RW 04 Desa Batujajar Timur”

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yangtelah

memberi bantuan, yang selalu memberikan semangat dan untaian do’a untuk

menulis skripsi penelitian ini. Penulis tidak akan mampu membalas jasa-jasa

tersebut, semoga allah azza wa jalla memberikan balasan yang dapat

menghantarkan kesyurga-Nya.

Terkhusus Kepada :

1. Sri Wahyuni, S.Pd., M.Kes., Ph.D selaku Ketua STIkes Budi Luhur

Cimahi

2. Yosi Oktri, AMK., S.Pd., SST., MM, selaku Wakil Ketua I Bidang

Akademik STIkes Budi Luhur Cimahi.

3. Aan Somana, S.Kp., M.Pd., M.N.S, selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Ners STIKes Budi Luhur Cimahi.

iv
4. Ns. Wulan Novika., MAN, selaku Dosen Pembimbing I yang telah

memberikan saran, masukan, motivasi, arahan dan koreksi terhadap skripsi

penelitian ini.

5. Sofa Fatonah H.S,SST., MM., M.Keb selaku Dosen Pembimbing II yang

telah memberikan saran, masukan, motivasi, arahan dan koreksi terhadap

skripsi penelitian ini.

6. Sri Maryari, SST.,M.Kes selaku Penguji I yang telah memberikan saran,

masukan, motivasi, arahan dan koreksi terhadap skripsi penelitian ini.

7. Dr. Enung Masruroh, MM selaku Penguji II sebagai Kepala Puskesmas

yang telah memberikan saran, masukan, motivasi, arahan dan koreksi

terhadap skripsi penelitian ini.

8. Kedua orang tuaku, Ayahanda Asep Hernawan dan Ibunda Kartini serta

Kakak dan Adik-adiku yang terkasih terimakasih atas do’a dan dukungan

yang telah memberikan moril dan materialnya. Serta setiap tetesan

keringat, pengorbanan, cinta kasih dan sayang, pelajaran hidup yang

berharga serta do’a yang sangat tulus semoga kita semua selalu dalam

lindungan Allah SWT.

9. Semua pihak yang membantu dalam penyusunan penelitian ini, Resa

Septiyani Pratiwi dan Teman-teman Pendidikan Ners 2016 yang tidak

dapat disebutkan satu persatu.

v
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN TINGKAT KECEMASAN
PADAWANITA MENOPAUSE DI RW 04DESA BATUJAJAR TIMUR

THE RELATIONSHIP BETWEEN SELF-CONCEPT AND ANXIETY


LEVELSIN MENOPAUSAL WOMEN IN RW 04 BATUJAJAR EAST
VILLAGE
Agam Ismail Nugraha
Wulan Novika & Sofa Fatonah
Sri Maryari, Enung Masruroh

ABSTRAK

Wanita menopause berdasarkan tinjauan psikologis akan mengalami perubahan-


perubahan pada fisik dan psikologis sehingga menimbulkan perubahan-perubahan
pada konsep diri sehingga dapat menyebabkan kecemasan. Wanita menopause
yang memiliki konsep diri negatif dapat menyebabkan gangguan konsep diri,
sebaliknya wanita menopause yang memiliki konsep diri positif akan terlihat lebih
optimis dan penuh percaya diri. Seiring bertambahnya populasi lanjut usia akan
menimbulkan berbagai permasalahan pada konsep diri lanjut usia perubahan fisik
mental maupun sosial. Tujuan untuk mengetahui hubungan konsep diri dengan
tingkat kecemasan pada wanita menopause di RW 04 desa Batujajar Timur,
Kabupaten Bandung Barat. Metode Penelitan yaitu studi korelasi teknik
pengambilan sampel yakni dengan cara purposive sampling. Menggunakan dua
subjek kriteria inklusi dan eksklusi dengan banyak sampel 45 orang. Hasil Uji
statistik Spearman. dengan taraf signifikasi 0,05 diperoleh hasil P Value sebesar
0,009 dan nilai keeratan sebesar-0.385. Sehingga ada hubungan konsep diri
dengan tingkat kecemasan pada wanita menopause di rw 04 desa Batujajar Timur,
Kabupaten Bandng Barat, serta memiliki nilai keeratan hubungan-0.385. yang
berarti memiliki keeratan hubungan yang kuat. Simpulan Ada hubungan konsep
diri dengan tingkat kecemasan pada wanita menopause di rw 04 desa Batujajar
Timur, Kabupaten Bandung Barat dengan keeratan hubungan yang kuat. Saran
kepada wanita menopause agar dapat meningkatkan konsep diri yang baik agar
wanita menopause tidak mengalami kecemasan yang berat sehingga kesehatan
fisik dan mental tetap terjaga dengan baik
Kata kunci Konsep Diri, Kecemasan, Menopause

vi
ABSTRAK
Menopausal women based on psychological reviews will experience changes in
self-concept that caused anxiety. Postmenopausal women who have a negative
self-concept caused selft-concept disorders, on the other hand, menopausal
women who have a positive self-concept will appear more optimistic and full of
convidence. As the elderly population increases, it will cause various problems in
the self-concept of the elderly, physical, mental and social changes. Objective to
determine the relationship between self-concept and anxiety levels in menopausal
women in RW 04 Batujajar Timur Village West Bandung District. The Research
Method used a correlation study with purposive sampling technique that meet the
criteria inclusion and exclusion. Using two subjects with 45 respondents. Result
spearmen statistical test, with a significance level of 0,05, the P Value<0,009 and
the closeness value of -0,385. So that there is relationship between self-concept
and anxiety levels in menopausal women in RW 04 Batujajar Timur Village, West
Bandung Regency, and has relationship value of -0,385 wich means that it has a
strong relationship. Conclusions and suggestions there is a relationship between
self-concept and anxiety levels in menopausal women RW 04 Batujajar Timur
Village, West Bandung Regency with a strong relationship. It is expected that
menopausal women can improve a good self-concept so that menopausal women
do not experience severe anxiety so that their physical and mental health is well
maintained.
Key Words : Self-concept, Anxiety, Menopause

vii
DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN................................................................i

LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................iii

KATA PENGANTAR............................................................................................iv

DAFTAR ISI........................................................................................................viii

DAFTAR GAMBAR...............................................................................................x

DAFTAR TABEL...................................................................................................xi

DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.............................................................................................10

C. Tujuan Penelitian...............................................................................................10

D. Manfaat Penelitian.............................................................................................10

BAB II....................................................................................................................13

TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................13

A. Kajian Pustaka...................................................................................................13

B. Hasil Penelitian Yang Mendukung....................................................................48

C. Teori dan Peran Keperawatan...........................................................................50

D. Kerangka Teori..................................................................................................57

viii
BAB III..................................................................................................................58

METODE PENELITIAN……………………………………….…………...…63
A. Rancangan Penelitian........................................................................................58

B. Variabel Penelitian............................................................................................58

C. Definisi operasional...........................................................................................59

D. Populasi dan Sampel.........................................................................................61

E. Alat Pengumpulan Data.....................................................................................63

F. Prosedur Pengumpulan Data..............................................................................66

G. Pengolahan Data Dan Analisa Data..................................................................68

H. Lokasi dan Waktu Penelitian.............................................................................70

I. Etika Penelitian...................................................................................................71

BAB IV..................................................................................................................73

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..................................................73

A. Hasil Penelitian.................................................................................................73

B. Pembahasan.......................................................................................................76

C. Keterbatasan......................................................................................................84

BAB V....................................................................................................................85

SIMPULAN DAN SARAN..................................................................................85

A. Simpulan............................................................................................................85

B. Saran…………………………………………………………………….….…96

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................87

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Bagan Konsep Teori Callista Roy………………………………..56

Gambar 2 : kerangka teori…………………………………………………...57

Gambar 3 Alur Penelitian…………………………………………….………68

x
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kisi-Kisi Instrumen Konsep Diri………………………………………..40

Tabel 2 Sistem Penilaian Alternative Jawaban Berdasarkan Skala Likert.……41

Tabel 3 Definisi Operasional…………………………………………………….59

Tabel 4 Skor Untuk Respon Jawaban Pertanyaan Konsep Diri………………...63

Tabel 5 Blueprint Sebaran Item Skala Konsep Diri……………………………..64

Table 6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasakan Konsep Diri……………..74

Tabel 7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Kecemasan……74

Table 8 Distribusi Uji Korelasi Spearman Hubungan Konsep Diri Dengan…....75

Tingkat Kecemasan Pada Wanita Menopause di RW 04 Desa Batujajar Timur...75

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Pengambilan Data Awal

Lampiran 2 Balasan surat ijin Pengambilan Data awal

Lampiran 3 Surat Ijin Etik Penelitian

Lampiran 4 Imformed Consent

Lampiran 5 Instrument Penelitian

Lampiran 6 Lembar Hasil Penelitian

Lampiran 7 Rekomendasi Bimbingan Spss

Lampiran 8 Dokumentasi Penelitian

Lampiran 9 Lembar Monitoring

Lampiran 10 Riwayat Hidup

xii
xiii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menopause menurut WHO (World Health Oranization)

didefinisikan berhentinya siklus menstruasi untuk selamanya bagi wanita

yang sebelumnya mengalami menstruasi sebagai akibat dari hilangnya

aktivitas folikel ovarium. Menopause diartikan sebagai tidak dijumpainya

menstruasi selama 12 bulan berturut-turut dimana ovarium secara

progresif telah gagal dalam memproduksi estrogen. Jumlah folikel yang

mengalami atresia terus meningkat, hingga pada suatu ketika tidak tersedia

lagi folikel yang cukup. Kini wanita Indonesia rata-rata memasuki masa

menopause pada usia 50 tahun. Tetapi sebagian ada yang mengalami pada

usia lebih awal atau lebih lanjut. Umur waktu terjadinya menopause

dipengaruhi oleh keturunan, kesehatan umum, dan pola kehidupan..

Menopause merupakan masa berhentinya menstruasi yang terjadi

pada perempuan dengan rentang usia 40 sampai 55 tahun. Masa ini sangat

kompleks bagi perempuan karena berkaitan dengan keadaan fisik dan

kejiwaanya. Selain perempuan mengalami stress fisik dapat juga

mengalami stress psikologi yang mempengaruhi keadaan emosi dalam

menghadapi hal normal sebagaimana yang di alami oleh semua perempuan

(Baziad,2013).

Menopause adalah hal alami yang terjadi pada setiap wanita.

Sebagian orang beranggapan bahwa menopause adalah hal yang

1
2

menyenangkan, dan sebagian lagi menganggap bahwa menopause adalah

kesedihan karena kehilangan masa produktif. Istilah menopause berarti

masa berhentinya menstruasi. Masa ini adalah tahap normal kehidupan

dimana setiap wanita akan melaluinya antara umur 40 sampai 60 tahun.

Rata-rata menopause dimulai pada usia 52 tahun. Kebanyakan wanita

memasuki periode perimenopause tiga sampai lima tahun lebih awal dari

menopause sebenarnya (Life challenges, 2007).

Masalah umum yang sering terjadi pada wanita menopause awal

(<55 tahun) adalah kecemasan. Kecemasan atau anxiety merupakan salah

satu bentuk emosi individu yang berkenaan dengan adanya rasa terancam

oleh sesuatu, biasanya dengan objek ancaman yang tidak begitu jelas.

Kecemasan dengan intensitas yang wajar dapat dianggap memiliki nilai

positif sebagai motivasi, tetapi apabila intensitasnya sangat kuat dan

bersifat negative justru akan menimbulkan kerugian dan dapat

mengganggu keadaan fisik dan psikis individu yang bersangkutan.

Kecemasan adalah perasaan campuran berisikan ketakutan dan

keprihatinan mengenai masa-masa mendatang tanpa sebab khusus untuk

ketakutan tersebut (chaplin,2005). Kecemasan adalah suatu keadaan

emosional, yang mempunyai ciri rangsangan fisiologis, perasaan tegang

yang tidak menyenangkan, dan perasaan bahwa suatu yang buruk akan

terjadi (Nevid, Rathus & Greene, 2005) Kecemasan adalah bentuk

ketidakberanian ditambah kerisauan terhadap hal-hal yang tidak jelas

(Kartono,2000).
3

Kecemasan pada masa menopause dapat dinyatakan sebagai

adanya perasaan terganggu dengan hadirnya berbagai macam gejala yang

ternyata kondisi masa menopause. Contesha dan idrus (2014) menemukan

bahwa gejala ansietas yang lebih berat banyak di temukan pada masa

menopause (7,7%) dibandingkan dengan masa klimakterium awal (5,8%)

dan masa klimakterium akhir (1,9%). Gejala ansietas yang lebih berat

banyak ditemukan pada wanita yang memiliki tingkat pendidikan rendah,

tidak bekerja, dan status ekonomi rendah.

Pada masa menopause terjadi perubahan-perubahan fisik dan

psikologis yang menimbulkan perubahan-perubahan pada konsep diri

sehingga dapat menyebabkan kecemasan. Perubahan psikologis sangat

mempengaruhi kualitas hidup wanita menopause seperti perubahaan

mood, kecemasan, labilitas emosi, merasa tidak berdaya, gangguan daya

ingat dan merasa tidak berharga. Konsep diri wanita menopause sangat

berkaitan dengan kecemasan yang dialaminya, konsep diri yang terganggu

akan menyebabkan wanita tidak berfikir realistis sehingga akan terjadi

kecemasan. Wanita yang sudah mengalami menopause merasa sangat

stress dan depresi dengan kondisi yang mereka alami. Depresi yang

dialami oleh wanita yang menopause akan sangat berdampak pada konsep

diri wanita tersebut. Hal ini berkenaan dengan kehilangan peran nya

sebagai wanita dan harus menghadapi masa tuanya,

Calhoun dan acocella (20 11) mendefinisikan konsep diri sebagai

gambaran mental diri seseorang. Hurlock mengatakan bahwa konsep diri


4

merupakan gambaran seseorang mengenai diri sendiri yang merupakan

gabungan dari keyakinan fisik, psikologis, sosial, emosional aspiratif, dan

prestasi yang mereka capai (Burn,2011) mendefinisikan konsep diri

sebagai kesan terhadap diri sendiri secara keseluruhan yang mencakup

pendapatnya terhadap diri sendiri, pendapat tentang gambaran diri di mata

orang lain, dan pendapatnya tentang hal-hal yang dicapai.

Orang dengan konsep diri negatif akan cenderung bersikap

pesimistik terhadap kehidupan dan kesempatan yang di hadapinya ia tidak

melihat tantangan sebagai kesempatan namun lebih sebagai halangan.

Orang dengan konsep diri negatif akan “mudah menyerah sebelum

perang”, dan jika gagal akan ada dua pihak yang disalahkan, entah itu

menyelahkan diri sendiri (secara negatif) atau menyalahkan orang lain.

Sebaliknya seseorang dengan konsep diri yang positifakan terlihat

lebih optimis, penuh percaya diri dan selalu bersikap positif terhadap

segala sesuatu, juga terhadap kegagalan, namun lebih menjadikanya

sebagai penemuan dan pelajaran berharga untuk melangkah kedepan.

Orang dengan konsep diri positif akan mampu menghargai dirinya dan

melihat hal-hal yang positif yang dapat dilakukan demi keberhasilan

dimasa yang akan datang (Rini,2002)

Reaksi-reaksi psikis wanita pada usia menopause itu sangat

bergantung pada pandangan hidup serta eksistensi (Konsep) diri yaitu

bagaimana individu berpikir dan menilai dirinya sendiri. Jika ia tidak bisa

menemukan harmoni dan keseimbangan, maka terjadilah trauma biologis


5

dan trauma psikis. Terjadi pula perasaan degradasi diri, disertai tingkah

laku yang aneh-aneh, tidak pantas dan cenderung tidak terkendali

(Kartono,1992)

Diambil dari jurnal Hubungan Konsep Diri Dengan Tingkat

Kecemasan Pada Ibu Menopause di Dusun Polaman di teliti oleh Putri

Verini Fahmi pada tahun 2017 di dapatkan hasil bahwa ada hubungan

antara konsep diri dengan tingkat kecemasan pada ibu menopause di

Dusun Polaman adalah sebagai berikut ada hubungan yang kuat antara

konsep diri dengan tingkat kecemasan pada ibu menopause, semakin

rendah konsep diri ibu menopause maka tingkat kecemasan ibu semakin

tinggi, begitu juga sebaliknya semakin tinggi konsep diri ibu menopause

semakin ringan tingkat kecemasan ibu menopause.

Diambil dari jurnal Hubungan Konsep Diri Dengan Tingkat

Kecemasan Menopause Wanita Kerjadi teliti oleh Ikhsan,S.Kep pada

tahun 2013, di dapatkan hasil bahwa ada hubungan antara konsep diri

dengan tingkat kecemasan menopause pada wanita kerja adalah sebagai

berikut sering timbul rasa khawatir terhadap terjadinya penyakit yang

disebabkan oleh penurunan fungsi organ karena proses penuaan, serta

sering merasa kesepian atau ditinggal sendirian.

Diambil dari jurnal Hubungan Antara Konsep Diri dengan

Tingakat Kecemasan Pada Wanita Menopause di Desa Motoling II di

teliti oleh Rina Kunde pada tahun 2019 di dapatkan hasil adanya

hubungan antara konsep diri dengan tingkat kecemasan pada wanita


6

menopause di Motoling II adalah sebagai berikut sering merasa

tersinggung dengan hal-hal kecil, sering merasa tubuh nya sudah tidak

semenarik dulu, seringkali menjadi pelupa, serta sering merasa tidak

percaya diri.

Jumlah lansia di indonesia diperkirakan pada tahun 2020 menjadi

29,1 juta dan pada tahu 2025 menjadi 36 juta jiwa. Dilihat dari angka

harapan hidup (AHH) lansia di indonesia meningkat dari 68,5 tahun pada

tahun 2006 menjadi 69,65 tahun pada tahun 2011. Menurut profil

kesehatan RI dalam komnas lansia (2010) pada tahun 2020 proporsi

penduduk lansia adalah 7,18% pada tahun 2010 jumlah penduduk lansia

sebanyak 7,59% dari jumlah seluruh penduduk di dunia (apriyani,2015)

WHO memperkirkan jumlah wanita usia 50 tahun ke atas di

perkirakan akan meningkat dari 500 juta pada saat ini menjadi 1 miliyar

pada tahun 2030.

Di Asia, masih menurut data WHO (2010), pada tahun 2025

jumlah wanita menopause akan melonjak dari 107 juta jiwa akan menjadi

372 juta jiwa. Perkiraan menunjukan akan terdapat sekitar 30 – 40 juta

wanita dari seluruh jumlah penduduk Indonesia yang sebesar 240 -250 juta

jiwa pada tahun 2010.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat

Tahun 2020 Hasil sensus penduduk tahun 2020 di jawa barat jumlah

penduduk 46.497.175 . Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan

(Kemenkes) jumlah wanita usia lanjut usia di jawa barat adalah 177,476
7

jiwa dan jumlah wanita menopause adalah 90,974. Di Desa Batujajar

Tahun 2020 memiliki jumlah penduduk 97,888 yang terdiri dari laki-laki

49,590 dan 48,298 wanita, Jumlah wanita menopause 5,143 jiwa. Di RW

04 Desa Batujajar Timur tahun 2020 memiliki jumlah penduduk 1,578

jiwa jumlah wanita menopause 85 jiwa. Jadi setelah melakukan studi

pendahuluan di Puskesmas Batujajar bahwa lansia yang mengalami

menopause terbanyak ada di RW 04.

Masalah atau gangguan konsep diri pada lansia dapat dlihat dari

rentan respon konsep diri pada lansia tersebut, apakah ia mempunyai

konsep diri yang positif atau negatif. Konsep diri yang negatif

menyebabkan masalah atau gangguan konsep diri. Bertambahnya populasi

lanjut usia akan menimbulkan berbagai permasalahan dan yang sering

timbul permasalahan pada konsep diri lansia perubahan fisik, mental

maupun sosial.

Stuart dan sudden mengatakan bahwa konsep diri adalah semua

ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang

dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain

mereka juga mengkategorikan konsep diri menjad lima komponen yaitu :

citra diri, ideal diri, harga diri, penampilan peran dan identitas diri. Jika

lansia mengalami gangguan pada komponen-komponen tersebut maka

akan muncul berbagai masalah seperti : harga diri rendah, keputusasaan,

gangguan citra tubuh dan ketidak berdayaan. Beberapa masalah yang

sering terjadi dan berkaitan dengan konsep diri lansia adalah sebagai
8

berikut. Gangguan harga diri pada lansia akan merasa harga dirinya rendah

jika tidak didengarkan, tidak diperhatikan, atau tidak dipatuhi sebagai

orang tua. Gangguan keputusasaan pada lansia akan terdapat beberapa ciri

seperti lansia yang mengalami gangguan keputuasaan sering mengeluh

dan tampak murung , menarik diri dari lingkungan. Gangguan Citra Tubuh

pada lansia Misal nya Lansia yang tidak percaya diri dengan kulitnya yang

sudah keriput atau rambutnya yang beruban, ciri lansia yang mengalami

gangguan citra tubuh seperti hilangnya anggota tubuh, perubahan anggota

dan fungsi tubuh. Gangguan ketidakberdayaan pada wanita menopause

memiliki ciri diantaranya seperti mengungkapkan tidak bisa menghasilkan

sesuatu, ketidakmampuan untuk melakukan tugas atau aktifitas

sebelumnya.

Berdasarkan hasil Studi Pendahuluan di RW 04 Desa Batujajar

Timur yang dilakukan melalui wawancara kepada 10 wanita menopause di

RW 04 Desa Batujajar Timur didapatkan hasil bahwa 4 diantaranya telah

menerima masa menopause, karena mereka menganggap sebagai proses

alami. Ada 6 orang yang merasa khawatir pada fase menopause karena

merasa ada yang kurang dalam dirinya, mereka juga merasa khawatir

adanya perubahan-perubahan yang terjadi, mereka mengatakan selama

mengalami menopause banyak hal yang mengalami perubahan misalnya

mudah cemas, dan sulit tidur, serta tidak percaya diri.

Teori yang menjelaskan tentang konsep model adaptasi

dipopulerkan oleh Callista Roy pada tahun 1960. Roy memalui teorinya
9

memandang manusia sebagai sistem terbuka. Sistem terbuka yang

dimaksud adalah manusia. Roy mengungkapkan suatu mekanisme koing

di dalam diri manusia yang diwujudukan dalam perilaku koping yang

disebut dengan mode adaptif. Mode adaptif ini dapat mengarah pada

perilaku koping yang positif atau negatif. Mode adaptif terdiri dari 4

komponen yaitu : 1) kebutuhan fisiologis, 2) konsep diri, 3) fungsi peran,

4) interdepedensi. Konsep diri yang dijelaskan oleh Roy merujuk pada

kebutuhan integritas mental dengan cara berinteraksi dengan diri sendiri

dan orang lain. Interaksi dengan diri sendiri yang merupakan dasar

perilaku koping meliputi Physical self dan personal self . Physical Self

terdiri dari sensasi diri dan gambaran diri sedangkan Personal Self terdiri

dari sensasi konsistensi diri, ideal diri, serta moral etik dan spiritual.

Model adaptasi Callista Roy pada perempuan menopause menitip beratkan

pada kemampuan wanita menopause dalam melakukan adaptasi dalam

bentuk mekanisme koping yang digunakan. Penerapan teori ini akan

membantu wanita menopause beradaptasi terhadap perubahan kebutuhan

fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi selama sehat dan

sakit

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas maka peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Konsep Diri

dengan Tingkat Kecemasan Pada Wanita Menopause di RW 04 Desa

Batujajar Timur”
10

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah : “Apakah ada Hubungan

Konsep Diri dengan Kecemasan pada Wanita Menopause di RW 04 Desa

Batujajar Timur?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Hubungan Konsep Diri dengan tingkat kecemasan

pada wanita menopause di RW 04 Desa Batujajar Timur

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui Konsep Diri Wanita Menopause di RW 04 Desa

Batujajar Timur

b. Untuk mengetahui tingkat kecemasan wanita menopause di RW

04 Desa Batujajar Timur

c. Untuk mengetahui hubungan konsep diri dengan tingkat

kecemasan wanita menopause di RW 04 Desa Batujajar Timur

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan

dan sumber referensi bagi peneliti selanjutnya, serta dapat bermanfaat

untuk pengembangan ilmu keperawatan khususnya tentang hubungan

konsep diri dengan kecemasan dalam menghadapi menopause,

sehingga dapat digunakan sebagai bahan perbaikan maupun

peningkatan.
11

2. Manfaat Praktik

a. Bagi Wanita

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

wanita sebagai bahan informasi dan wawasan tentang menopause

sehingga mereka dapat lebih siap dalam menghadapi menopause.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan

literature, bahan referens, dan dokumentasi untuk penelitian

tentang hubungan konsep diri dengan kecemasan pada wanita

menopause di perpustakaan STikes Budi Luhur Cimahi sehingga

dapat berguna bagi mahasiswa khususnya dan pembaca pada

umumnya.

c. Bagi Peneliti

Penelitian ini dilaksanakan untuk menambah pengetahuan

dan wawasan peneliti tentang hubungan konsep diri dengan

kecemasan dalam menghadapi menopause.

d. Bagi Peneliti Berikutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi

untuk melakukan penelitian tentang hubungan konsep diri dengan

kecemasan dalam menghadapi menopause.

e. Bagi Puskesmas Batujajar

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi

pengurus dalam mengatasi masalah konsep diri dan kecemasan


12

pada wanita menopause agar konsep diri dan tingkat kecemasan

nya terjaga.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

1. Konsep Menopause

a. Definisi Menopause

Menopause merupakan sebuah kata yang mempunyai banyak arti

“Men” dan “Pauseis” adalah kata yunani yang pertama kali digunakan

untuk menggambarkan berhentinya “haid”. Webster’s Ninth New

Collegiate Dictionary mendefinisikan menopause sebagai periode

berhentinya haid secara alamiah yang biasanya terjadi antara usia 45 dan

50 tahun (Kasdu, 2004 )

Menopause menurut WHO didefinisikan berhentinya siklus

menstruasi untuk selamanya bagi wanita yang sebelumnya mengalami

menstruasi sebagai akibat dari hilangnya aktivitas folikel ovarium.

Menopause diartikan sebagai tidak dijumpainya menstruasi selama 12

bulan berturut-turut dimana ovarium secara progresif telah gagal dalam

memproduksi estrogen. Jumlah folikel yang mengalami atresia terus

meningkat, hingga pada suatu ketika tidak tersedia lagi folikel yang

cukup. Kini wanita Indonesia rata-rata memasuki masa menopause pada

usia 50 tahun. Tetapi sebagian ada yang mengalami pada usia lebih awal

atau lebih lanjut. Umur waktu terjadinya menopause dipengaruhi oleh

keturunan, kesehatan umum, dan pola kehidupan.

13
14

Sutanto (2005) mendefinisikan menopause sebagai proses alami

dari penuaan, yaitu ketika wanita tidak lagi mendapat haid selama 1

tahun. Penyebabnya haid karena ovarium tidak lagi memproduksi hormon

estrogen dan progesteron dan rata-rata menjadi menopause pada usia 50

tahun.

Shimp & smith (2000) mendefinisikan menopause sebagai akhir

periode menstruasi, tetapi seorang wanita tidak diperhitungkan post

menopause sampai wanita tersebut telah 1 tahun telah mengalami

amenorrhea. Menopause membuat berakhirnya fase reproduksi pada

kehidupan wanita.

Menopause adalah penghentian haid atau periode haid terakhir

pada kehidupan seorang perempuan. Periode transisional antara siklus

ovulatorik dan menopause, saat fungsi ovarium menurun secara progresif,

dikenal sebagai periode perimenopause atau klimakterium. Selama waktu

ini seorang perempuan biasanya mengalami berbagai perubahan endokrin,

somatik, dan psikologik.Usia rata-rata terjadinya menopause teampaknya

tidak berkaitan dengan usia manarke, kondisi sosial, kondisi ekonomi,

ras, paritas, tinggi, atau berat badan. Namun usia menopause dapat

dipengaruhi oleh kebiasaan merokok.

Menurut organisasi dunia (WHO) mendefinisikan menopause

sebagai berhentinya menstruasi secara permanen akibat tidak bekerjanya

folikel ovarium pada usia 35 – 45 tahun karena hormon esterogen pada

wanita sudah mulai mengalami penurunan. Menopause dapat menjadi


15

kejadian yang dapat terjadi secara alami atau perubahan hidup yang

timbul akibat intervensi medis, umumnya, sebab menopause dapat di

kategorikan sebagai berikut :

1) Menopause alami

Menopause alami adalah akhir dari tahun reproduksi wanita.

Ditandai dengan tidak hadirnya siklus menstruasi selama satu tahun lebih.

Hal ini dapat terjadi antara usia kurang lebih 51 tahun

2) Menopause premature

Menopause prematur adalah siklus menstruasi wanita berhenti

selama satu tahun penuh sebelum usia 40 tahun. Ini dapat terjadi akibat

berbagai alasan, termasuk genetik, proses autoimun, intervensi medis,

seperti kemotrapi. Wanita yang menjalani menopause awal memiliki

resiko kanker payudara dan ovarium lebih kecil, tetapi memiliki resiko

terkena osteoporosis lebih besar.

3) Menopause beralasan atau medis

Menopause medis, kadang-kadang disebut menopause

berhalangan, disebabkan pada saat ada kerusakan parah (seperti yang di

sebabkan oleh kemotrapi yang digunakan selama pengobatan kanker) atau

pengangkatan operatif pada ovarium (menopause akibat bedah). Lebih

dari 50 persen wanita pada kemotrapi dilemparkan ke dalam keadaan

menopause sementara, dan kadang-kadang menetap.


16

b. Tahap-Tahap Menopause

1. Fase Pramenopause

Pada fase iniseoranng wanita akan mengalami kekacauan pola

menstruasi, terjadi prubahan psikologis/kejiwaan, terjadi prubahan fisik.

Hal ini biasanya berlangsung selama 4-5 tahun. Tejadi pada usia antara 48-

55 tahun. Premenopause atau masa mejelang menopause adalah suatu

keadaan dimana terjadi keadan perubahan segala yang dirasakan oleh

wanita, 4-5 tahun sebelum memasuki usia menopause (Winkjosastro,

2012)

2. Fase Menopause

Terhentinya menstruasi. Prubahan dan keluhan psikologis dan

fisik makin menonjol. Berlangsung sekitar 3-4 tahun. Pada usia antara 56-

60 tahun. Diagnosis menopause dibuat setelah terdapat amenorea sekurang

kurangnya 1 tahun. Berhentinya haid dapat di dahului oleh siklus haid

dapat didahului oleh siklus haid yang lebih panjang, dengan perubahan

yang berkurang. Umur waktu terjadinya menopause dipengaruhi oleh

keturunan, kesehatan umum, dan pola kehidupan. Ada kecendrungan

dewasa ini untuk terjadinya menopause pada umur yang lebih tua.

Menopause juga ada hubungan dengan menarche. Makin dini menarche

terjadi, makin lambat menpause timbul ; sebaliknya, makin lambat

menarche terjadi, makin cepat menopause timbul (Winkjosastro, 2012).


17

c. Fisiologis Menopause

Sejak lahir bayi wanita sudah mempunyai 770.000 sel telur yang

belum berkembang. Pada fase pubertas, yaitu usia 8-12 tahun, mulai

timbul aktifitas tingan dari fungsi endokrin reproduksi. Selanjutnya,

sekitar 12-13 tahun, umumnya seorang wanita akan mendapatkan

menarche (haid pertama kalinya). Masa ini disebut dengan masa pubertas

dimana organ reproduksi wanita mulai berfungsi optimal sceara bertahap.

Pada masa ini ovarium mulai mengeluarkan sel-sel telur yang siap untuk

dibuahi. Masa ini disebut fase reproduksi yang berlangsung sampai usia

sekitar 45 tahun. Pada masa ini wanita menglami kehamilan dan

melahirkan fase terakhir kehidupan wanita atau setelah masa reproduksi

berakhir disebut klimakterium yaitu masa peralihan yang dilalui seorang

wanita dari periode reproduktif ke periode nonproduktif. Peridoe ini

berlangsung angara 5-10 tahun sekitar menopause yaitu 5 tahun dan 5

tahun sesudah menopause (Kasdu,2004).

Masa klimakterium ada tiga tahap pertama dalah tahap

premenopause yaitumasa seblum berlangsungnya premenopause, sejak

fungsi reproduksi mulai menurun, sampai timbulnya keluhan atau tanda-

tanda menopause. Kedua adalah tahap perimenopause yaitu peridoe

dengan keluhan memuncak, rentangann 1-2 tahun sebelum 1-2 tahun

sesudah menopause. Ketiga adalah tahap postmenopause yaitu masa

perimenopause sampai senilis. Wanita secara universal menyebut fase

klimakterium ini sebagai menopause (Kasdu,2004 )


18

Pada masa premenopause hormon progesteron dan estrogen masih

tinggi tapi semakin rendah ketika memasuki masa perimenopause dan

postmenopause. Keadaan ini berhubungan dengan fungsi ovarium yang

terus menurun. Semangkit meningkat usia seorang wanita, semakin

menurun jumlah sel-sel telur pada kedua ovarium. Hal ini disebabkan

adanya ovulasi pada setiap siklus haid, dimana pada setiap siklus, anatara

20 hingga 1.000 sel telur tumbuh dan berkembang tetapi hanya satu atau

kadang-kadang lebih yang berkembang sampai matang yang kemudian

mengalami ovulasi, sel-sel telur yang tidak berhasil yumbuh menjadi

matang, akan mati, juga karena proses atresia, yaitu proses awal

pertumbuhan sel telur yang segera berhenti dalam beberapa hari atau tidak

berkembang. Proses ini terus menurun selama kehidupan wanita hingga

sekitar 50 tahun karena produksi ovarium menjadi sangat berkurang dan

akhirnya berhenti. (Kasdu 2004)

Penurunan fungsi ovarium menyebabkan berkurangnya

kemampuan ovarium untuk menjawab rangsangan genodotropin, keadaan

ini akan mengakibatkan terganggunya interaksi antara hipotalamus –

hipofisis. Pertama terjadi kegagalan fungsi korpus luteum. Kemudian

turunya produksi steroid ovarium menybebabkan berkurangnya reaksi

umpan balik negatif terhadap hipotalamus, keadaan ini meningkatkan

produksi follicle Stimulating Hormon (FSH) dan Luteinizing Hormon

(LH). Dari kedua gonodotropin itu yang paling tinggi peningkatannya


19

adalah FSH. Kada FSH pada masa menopause adalah 30-40 mlu/ml

(Sarwono,2002 Shimp & Smith, 2000).

d. Perubahan Wanita Menopause

1. Perubahan Fisik

a. Siklus Haid Tidak Teratur

Beberapa perubahan siklus haid tanda paling umum adalah fluksasi

dalam siklud haid, kadang kala haid muncul tepat waktu, tetapi tidak

pada siklus berikutnya. Ketidak teraturan ini sering di sertai dengan

jumlah darah yang sangat banyak, tidak seperti volume perdarahan

yang normal.

b. Gejolak terasa panas (hot fluses)

Hot fluses adalah rasa panas yang luar biasa pada wajahdan tubuh

bagian bawah (leher dan dada). Hot fluses di tandai oleh sensasi

hangat dan panas yang di ikuti oleh pengeluaran banyk

keringat.frekuensi, durasi, dan intensitas, gejala vasomotor sangat

bervariasi, tetapi pada sebagian besar kasus gejala tersebut berkurang

4-6 tahun setelah menopause. Dengan demikian, tampak gejala-

gejala vasomotor lebih besar kemungkinan nya di picu oleh pusat-

pusat di susunan saraf pusat misalnya hipotalamus.

c. Jantung Berdebar-Debar

Perubahan sistem jantung dan pembuluh darah terjadi karna adanya

perubahan metabolisme, menurun nya estrogen, menurun nya

pengeluaran hormon paratiroid sehingga peluang terkena serangan


20

jantung sekitar 20 kali lebih sedikit dari pria. Peluang ini dapat

berkurang jika berolahraga secara teratur, tidak merokok, dan

mempertahankan berat badan.

d. Keringat Berlebihan di Malam Hari dan Sulit Tidur

Pancaran panas pada tubuh akibat pengaruh hormon yang mengatur

termostrat tubuh pada suhu yang lebih rendah. Akibat nya, suhu

udara yang semula mendadak mmenjadi terlalu panas dan tubuh

mulai menjadi panas dan berkeringat di rasakan di malam hari

sehingg menjadi sulit tidur

e. Berkunang-Kunang

Di masa ini pengelihatan mulai terganggu terutama pada ke tajaman

mata di karenakan kabur dan berkunang-kunang. Di sebabkan karena

otot-otot bola mata mengalami kekenduran. (Hawari, 2011)

f. Gangguan Libido

Dengan semakin meningkatnya usia maka sering di jumpai gangguan

seksual pada wanita yang di akibatkan kekurangan hormon

estrogensehngg aliran darah ke vagina berkuran, dan sel-sel epitel

vagina menjadi tipis dan mudah cedera. Sehingga wanita tidak mau

lagi melakukan hubungan sex (bazit, 2013)

g. Perubahan Kulit

Seorang wanita mengalami perubahan warna kulit, lemak bawah

kulit berkuran sehingga kulit menjadi kendur. Kulit mudah terbakar

sinar matahari daan menimbulkan pigmentasi dan menjadi hitam.


21

Pada kulit tumbuh bintik hitam, otot bawah kulit wajah mengendur

sehingga jatuh dan lembek. Kelenjar kulit.

e. Perubahan Psikologis Wanita Menopause

Selain perubahan fisik perubahan psikologis juga sangat

mempengaruhi kualitas hidup seorang wanita dalam menjalani masa

menopause. Perubahan yang terjadi pada wanita menopause adalah

perubahan mood, irritabilitas, kecemasan, labilitas emosi, merasa tidak

berdaya, gangguan daya ingat, konsentrasi berkurang, sulit mengambil

keputusan, dan merasa tidak berharga (Glaiser & Gebbie,2005)

Stress kehidupan setengah baya dapat memperburuk menopause,

menghadapi anak remaja, emptynest syndrome, perpisahan atau ketidak

harmonisan perkawinan, sakit atau kematian teman dan keluarga,

kurangnya kepuasan pekerjaan penambahan berat badan atau kegemukan

adalah beberapa bentuk stress yang mengakibatkan resiko masalah

emosional yang serius (Bobak et al,2005)

f. Pengaruh Menopause Terhadap Seksual Wanita

Kehidupan seksual sesudah Menopause ternyata mengalami

perubahaans pada 60% perempuan 20% diantaranya mengalami

peningkatan keinginan seksual dan 20% lagi mengalami pengurangan

karena tidak ada resiko kehamilan banyak perempuan mempunyai

keinginan seksual yang lebih besar dan bahkan kadang memperbaiki

hubungan antara pasangan. Memang dalam kenyataannya nafsu seksual

tidak hubungannya dengan Produksi Hormon pada saat atau sesudah tidak
22

ada hubungannya dengan Produksi hormon pada saat atau sesudah

Menopause.

2. Konsep Kecemasan

a. Definisi Kecemasan

Kecemasan dapat disebut juga ansietas / anxiety adalah merupakan

gangguan alam perasaan (Affective) yang ditandai dengan perasaan

ketakutan atau kekawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak

mengalami gangguan dalam menilai realitas, kepribadian masih utuh,

perilaku terganggu tapi masih dalam keadaan normal (Hawari, 2011).

Stuart (2007) mendefinisikan kecemasan merupakan kekhawatiran

yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti

dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik

kecemasan dialami secara subyektof dan dikomunikasikan secara

interpersonal dan berada dalam suatu rentang yaitu :

Respon adaptif Respon maladaptif

Adaptasi Ringan Sedang Berat Panik

b. Kepribadian cemas

Hawari menyatakan seseorang yang menderita gangguan cemas

manakala seseorang tidak mampu mengatasi stressor psikososial yang

dihadapinya dia akan menyerah atau mepertahakan diri sekuat tenaganya.

Seseorang yang tanpa stressor juga dapat menjadi cemas dapat dinamakan

pribadi pencemas. Ciri-ciri dengan kepribadian cemas :


23

1) Cemas, khawatir, tidak tenang, ragu dan bimbang

2) Memandang masa depan dengan rasa was-was (Khawatir)

3) Kurang percaya diri, gugup apabila tampil dimuka umum

4) Sering merasa tidak bersalah, menyalahkan orang lain

5) Tidak mudah mengalah atau suka “Ngotot”

6) Gerakan sering serba salah, gelisah

7) Seringkali mengeluh, khawatir yang berlebih terhadap penyakit.

8) Mudah tersinggung, suka membesarkan masalah kecil

9) Dalam mengambil keputusan sering bimbang atau ragu

10) Kalau sedang emosi bertindak histeris.

c. Gejala Klinis Cemas

Keluhan keluahan yang sering diungkapkan oleh orang yang mengalami

gangguan kecemasan antara lain sebagai berikut (Hawari, 2011)

1) Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah

tersinggung

2) Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut

3) Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang

4) Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan

5) Gangguan konsentrasi dan daya ingat

6) Keluhan-keluhan somatik, misalnya sakit pada otot dan tulang,

pendengaran berdenging, berdebar-debar, sesak nafas, gangguan

pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala, dan lain sebagainya.

7) Selain keluhan cemas diatas ada kelompok cemas yang lebih berat
24

dari gangguan cemas menyeluruh, panik, gangguan Phobik, dan

gangguan obsesif kompulsif.

d. Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan

1) Faktor Presdiposisi

Stuart (2001) mengemukakan bahwa penyebab kecemasan dapat

dipahami melalui berbagai teori yaitu teori psikonalitis dimana

Sigmund freud mengidentifikasikan kecemasan sebagai konflik

emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian, yatu ide dan

superego. Ide mewakili dorongan insting dan impuls primitive,

sedang superego mencerminkan hati nurani dan dikendalikan oleh

norma budaya. Ego berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen

yang bertentangan tersebut dan fungsi kecemasan adalah

mengingatkan ego bahwa ada bahaya. Faktor predisposisi yang

meliputi :

a. Peristiwa traumatik yang dapat memicu terjadinya kecemasan

berkaitan dengan krisis yang dialami individu baik krisis

perkembangan atau situasional

b. Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan

dengan baik. Konflik antara id dan superego atau antara keinginan

dan kenyataan dapat menimbulkan kecemasan pada individu.

c. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidak mampuan

individu berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan

kecemasan.
25

d. Frustasi akan menimbulkan ketidakberdayaan untuk mengambil

keputusan yang berdampak terhadap ego.

e. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan

ancaman integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri

individu.

f. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani

kecemasan akan mempengaruhi individu dalam berespons terhadap

konflik yang dialami karena mekanisme koping individu banyak

dipelajari dalam keluarga

g. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi

respon individu dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi

kecemasannya.

h. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah

pengobatan yang mengandung benzodiazepin, karena benzodiapine

dapat menekan neurotransmitter gamma amino butyric acid

(GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di otak yang

bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.

2) Faktor Presipitasi

Stuart (2001) mengelompokan factor presipitasi menjadi dua yaitu :

a. Ancaman terhadap integritas fisik ketegangan yang mengancam

integritas fisik meliputi :

1. Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologi

system imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal.


26

Gejala fisiologis pada wanita klimakterium meliputi rasa panas

tubuh, munculnya keringat dingin, vagina yang mengering,

insomnia dan sebagainya.

2. Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan

bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi,

tidak adekuatnya tempat tinggal. Wanita yang mengalami

klimakterium akan merasa takut kehilangan, kehilangan

kepercayaan diri dan sebagainya

b. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan

eksternal

1. Sumber internal, meliputi kesulitan dalam berhubungan

interpersonal di rumah dan di tempat kerja, penyesuaian

terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap integritas fisik

juga dapat mengancam harga diri.

2. Sumber eksternal, meliputi kehilangan orang yang

dicintai,perceraian, perubahan status pekerjaan, tekanan

kelompok, sosial budaya.

e. Tingkat Kecemasan

Peplau membagi tingkat kecemasan menjadi empat (Stuart, 2001) yaitu

1) Kecemasan ringan yang berhubungan dengan ketegangan dalam

kehidupan sehari- hari. Kecemasan ini menyebabkan individu menjadi

waspada dan meningkatkan lapang persepsinya. Kecemasan ini dapat

memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.


27

2) Kecemasan sedang yang memungkinkan individu untuk berfokus pada

hal yang penting dan mengesampingkan hal yang lain. Kecemasan ini

mempersempit lapang persepsi individu. Dengan demikian individu

mengalami tidak perhatian yang selektif namun dapat berfokus pada

lebih banyak area jika diarahkan untuk melakukannya.

3) Kecemasan berat yang sangat mengurangi lapang persepsi individu.

Individu cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta

tidak berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditunjukkan untuk

mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak arahan

untuk berfokus pada area lain.

4) Tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan terperangah,

ketakutan dan teror. Hal yang rinci terpecah dari proporsinya. Karena

mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami panik tidak

mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan. Panik mencakup

disorganisasi kepribadian dan menimbulkan peningkatan aktivitas

motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang

lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang

rasional. Tingkat kecemasan ini sejalan dengan kehidupan, jika

berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan dan

kematian.

f. Skala kecemasan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)

Kecemasan dapat diukur dengan pengukuran tingkat kecemasan

menurut alat ukur kecemasan yang disebut HARS (Hamilton Anxiety


28

Rating Scale. Skala HARS merupakan pengukuran kecemasan yang

didasarkan pada munculnya symptom pada individu yang mengalami

kecemasan. Menurut skala HARS terdapat 14 symptom yang Nampak,

setiap item yang diobservasi diberi 5 tingkatan skor antara 0 (Nol Persent)

sampai dengan 4 (Servere) (Hidayat,2007).

Skala HARS pertama kali digunakan pada tahun 1959, yang

diperkenalkan oleh Max Hamilton dan sekarang telah menjadi standar

dalam pengukuran kecemasan terutama pada penelitian trial clinic. Skala

HARS telah dibuktikan memiliki validitas dan realibitas cukup tinggi

untuk melakukan pengukuran kecemasan pada trial cilinic yaitu 0,93 dan

0,97. Kondisi ini menunjukan bahwa pengukuran kecemasan dengan

menggunakan skala HARS akan diperoleh hasil yang valid dan reliable.

Skala HARS menurut Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) yang dikutip

Hidayat (2007) penelitian kecemasan terdiri dari 14 item, meliputi :

a. Perasaan cemas (ansietas) yang ditandai dengan cemas, firasat buruk,

takut akan pikiran sendiri, mudah tersinggung.

b. Ketegangan yang ditandai dengan merasa tegang, lesu, tidak dapat

istirshst tenang, mudah terkejut, mudah menangis, gemetar, gelisah.

c. Ketakut ditandai dengan ketakutan pada gelap, ketakutan di tinggal

sendiri, ketakutan pada orang asing, ketakutan pada binatang besar,

ketakutan pada keramaian, ketakutan pada kerumunan orang banyak.


29

d. Gangguan tidur ditandai dengan sukar masuk tidur, terbangun pada

malam hari, tidur tidak nyenyak, bangun dengan lesu, banyak mimpi-

mimpi, mimpi buruk, mimpi yang menakutkan.

e. Gangguan kecerdasan ditandai dengan sukar konsentrasi daya ingat

buruk daya ingat menurun.

f. Perasaan depresi ditandai dengan kehilangan minat, sedih, bangun diri

hari, kurangnya kesenangan pada hobi, perasaan berubah sepanjang

hari.

g. Gejala somatic ditandai dengan nyeri pada otot, kaku, kdutan otot, gigi

gemurutuk, suara tidak stabil.

h. Gejala sensorik ditandai oleh tinnitus, penglihatan kabur, muka merah,

dan pucat, merasa lemah, perasaan ditusuk-tusuk.

i. Gejala kardiovaskuler ditandai oleh takikardi (denyut jantung cepat),

berdebar-debar, nyeri dada, deyut nadi mengeras, rasa lesu/lemas

seperti mau pingsan, detak jantung berhenti sekejap.

j. Gejala pernapasan ditandai dengan rasa tertekan atau sempit di dada,

perasaan tercekik, merasa nafas pendek/sesak. Sering menarik nafas

panjang.

k. Gejala gastrointestinal ditandai dengan sulit menelan, mual, perut

melilit, gangguan pencernaan, nyeri lambung sebelum dan setelah

makan, rasa panas di perut, peut terasa kembung atau penuh, muntah,

buang air besar lembek, kehilangan berat badan, sukar buang air besar

(Konstipasi).
30

l. Gejala urogenital ditandai oleh sering buang air kecil, tidak dapat

menahan kencing, tidak datang bulan (tidak haid), darah haid

berlebihan, darah haid aman sedikit, masa haid berkepanjangan, masa

haid amat pendek, haid beberapa kali dalam sebulan, menjadi dingin

(Frigid), ejakulasi dini, ereksi melemah, ereksi hilang, impoten.

m. Gejala otonom ditandai dengan mulut kering, muka merah, mudah

berkeringat, pusing, sakit kepala, kepala terasa berat, bulu-bulu berdiri.

n. Perilaku sewaktu wawancara ditandai dengan gelisa, tidak tenang, jari

gemetar, mengerutkan dahi atau kening, muka tegang, tonus otot

meningkat, nafas pendek dan cepat, muka merah.

Cara penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai

dengan kaegori :

0 = Tidak ada gejala sama sekali

1 = Satu dari gejala yang ada

2 = Sedang/separuh dari gejala yang ada

3 = Berat/lebih dari ½ gejala yang ada

4 = Sangat berat semua gejala ada

Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlahkan nilai

skor dan item 1-14 dengan hasil :

1. Skor kurang dari 14 = Tidak ada kecemasan

2. Skor 14-20 = Kecemasan ringan

3. Skor 21-27 = Kecemasan sedang

4. Skor 28-41 = Kecemasan berat


31

5. Skor 42-56 = Kecemasan berat sekali/panik

g. Respon Terhadap Kecemasan

Menurut Stuart (2001) respon terhadap kecemasan meliputi respon

fisiologis, perilaku, kognitif dan afektif yaitu :

a) Respon fisologis

Respon kecemasan terhadap kardiovaskular adalah palpitasi,

jantung berdebar, tekanan darah meningkat, rasa ingin pingsan,

pingsan, tekanan darah menurun. Respon kecemasan terhadap sistem

pernapasan adalah napas cepat, sesak napas, tekanan pada dada, napas

dangkal, pembengkakan pada tenggorokan, sensasi tercekik, terengah

engah. Respon kecemasan tehadap sistem neuromuskular adalah reflek

meningkat, reaksi terkejut, mata berkedip-kedip, insomia, tremor,

rigiditas, gelisah, mondar-mandir, wajah tegang, kelemahan umum,

tungkai lemah, gerakan yang janggal. Respon kecemasan terhadap

sistem gastrointestinal adalah kehilangan nafsu makan, menolak

makan, rasa tidak nyaman pada abdomen, nyeri abdomen, mual, nyeri

ulu hati, diare. Respon kecemasan terhadap sistem perkemihan adalah

tidak dapat menahan kencing, sering berkemih. Respon kecemasan

terhadap kulit adalah wajah kemerahan, berkeringat setempat (telapak

tangan), gatal, rasa panas dan dingin pada kulit, wajah pucat,

berkeringat seluruh tubuh.


32

b) Respon Perilaku

Respon kecemasan terhadap perilaku adalah gelisah,

ketegangan fisik, tremor, reaksi terkejut, bicara cepat, kurang

koordinasi, cenderung mengalami cidera, menarik diri dari hubungan

interpersonal, inhibisi, melarikan diri dari masalah, menghindar,

hiperventilasi, sangat waspada

c) Respon Kognitif

Respon kecemasan pada kognitif adalah perhatian terganggu,

konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam memberikan penilaian,

preokupasi, hambatan berfikir, lapang persepsi menurun, kreativitas

menurun, produktivitas menurun, bingung, sangat waspada, kesadaran

diri, kehilangan objektivitas, takut kehilangan kendali, takut pada

gambaran visual, takut cedera atau kematian, kilas balik, mimpi buruk.

d) Respon Afektif

rRespon kecemasan pada afektif adalah mudah terganggu, tidak

sabar, gelisah, tegang, gugup, ketakutan, waspada, kengerian,

kekhawatiran, kecemasan, mati rasa, rasa bersalah, malu.

3. Konsep Diri

a. Definisi Konsep Diri

Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang

diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam

berhubungan dengan orang lain (Stuart dan Sudeen, 1991). Menurut Bell

(1996) menyatakan bahwa konsep diri adalah cara individu memandang


33

dirinya secara utuh, baik fisikal, emosional intelektual, sosial dan spiritual

(Bell, dkk, 1996).

Konsep diri merupakan gambaran yang bersifat individu dan sangat

pribadi, dinamis dan evaluatif yang masing-masing orang

mengembangkannya di dalam transaksi-transaksinya dengan lingkungan

kejiwaannya dan yang dia bawa-bawa di dalam perjalanan hidupnya.

Konsep diri adalah satu gambaran campuran dari apa yang kita pikirkan,

pendapat orang-orang mengenai diri kita, dan seperti apa diri kita yang kita

inginkan (Burns, 1993 ).

Konsep diri merupakan aspek kritikal dan dasar dari perilaku

individu. Individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih

efektif yang terlihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual

dan penguasaan lingkungan. Konsep diri yang negative dapat dilihat dari

hubungan individu dan sosial yang maladaptive (Keliat, 1992)

Combs (1994) mengemukakan bahwa tingkah laku seseorang

merupakan hasil dari bagaimana dia mengamati situasi dan dirinya sendiri.

Konsep diri merupakan sebuah organisasi yang stabil dan berkarakter yang

disusun dari persepsi-persepsi yang tampaknya bagi individu yang

bersangkutan sebagai hal yang mendasar baginya (Burns, 1993).

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri

Menurut Stuart dan Sundeen (1991) ada beberapa faktor yang

mempengaruhi perkembangan konsep diri. Faktor-foktor tersebut terdiri


34

dari teori perkembangan, Significant Other (orang yang terpenting atau

yang terdekat) dan Self Perception (persepsi diri sendiri).

c. Teori Perkembangan
Konsep diri belum ada waktu lahir, kemudian berkembang secara

bertahap sejak lahir seperti mulai mengenal dan membedakan dirinya dan

orang lain. Dalam melakukan kegiatannya memiliki batasan diri yang

terpisah dari lingkungan dan berkembang melalui kegiatan eksplorasi

lingkungan melalui bahasa, pengalaman atau pengenalan tubuh, nama

panggilan, pangalaman budaya dan hubungan interpersonal, kemampuan

pada area tertentu yang dinilai oleh diri sendiri atau masyarakat serta

aktualisasi diri dengan merealisasi potensi yang nyata.

1) Significant Other ( orang yang terpenting atau yang terdekat )

Dimana konsep diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman dengan

orang lain, belajar diri sendiri melalui cermin orang lain yaitu dengan

cara pandangan diri merupakan interprestasi diri pandangan orang lain

terhadap diri, anak sangat dipengaruhi orang yang dekat, remaja

dipengaruhi oleh orang lain yang dekat dengan dirinya, pengaruh orang

dekat atau orang penting sepanjang siklus hidup, pengaruh budaya dan

sosialisasi.

2) Self Perception ( persepsi diri sendiri )

Yaitu persepsi individu terhadap diri sendiri dan penilaiannya, serta

persepsi individu terhadap pengalamannya akan situasi tertentu. Konsep

diri dapat dibentuk melalui pandangan diri dan pengalaman yang positif.

Sehingga konsep merupakan aspek yang kritikal dan dasar dari prilaku
35

individu. Individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih

efektif yang dapat berfungsi lebih efektif yang dapat dilihat dari

kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual dan penguasaan

lingkungan. Sedangkan konsep diri yang negatif dapat dilihat dari

hubungan individu dan sosial yang terganggu.

3) Pengukuran Konsep Diri

William H.Fitts (1971) mengemukakan bahwa konsep diri merupakan

aspek penting dalam diri seseorang. Karena konsep diri berpengaruh

kuat terhadap tingkah laku seseorag. Kita akan lebih mudah meramalkan

dan memahami tingkah laku orang tersebut. Pada umumnya tingkah laku

orang tersebut. Pada umunya tingkah laku individu berkaitan dengan

gagasan-gagasan tentang dirinya sendiri. Fits (1975) membagi aspek-

aspek konsep diri individu menjadi dua dimensi besar, yaitu :

a) Dimensi internal , terdiri atas tigas bagian :

1. Dimensi identitas, yaitu label ataupun symbol yang dikenakan oleh

seseorang untuk menjelaskan dirinya dan membentuk identitasnya.

Label-label ini akan terus bertambah seiring dengan bertumbuh dan

meluasnya kemampuan seseorang dalam segala bidang.

2. Diri pelaku, yaitu adanya keinginan pada diri seseorang untuk

melakukan sesuatu sesuai. Dengan dorongan rangsang internal

maupun eksternal. Konsekuensi perilaku tersebut akan berdampak

ada lanjut tidaknya perilaku tersebut, sekaligus akan menentukan

apakah suatu perilaku akan diabstrasikan, disimbolisasikan, dan


36

digabungkan dalam diri identitas. Diri penilai, yang lebih berfungsi

sebagai pengamat, penentu standar, penghayal, pembanding dan

terutama sebagai penilai. Disamping fungsinya sebagai jembatan

yang menghubungkan kedua diri sebelumnya.

b) Dimensi Eksternal (terkait dengan konsep diri postif dan negative)

terdiri dari enam bagian :

1. Konsep diri fisik, yaitu cara seseorang dalam memandang dirinya

dari sudut pandang fisik, kesehatan, penampian keluar dan gerak

motoriknya. Konsep diri seseorang dianggap positif apabila ia

memilki pandangan yangpositif terhadap kondisi fisiknya,

penampilannya, kondisi kesehatannya, kulitnya, tampan atau

cantiknya, serta ukuran tubuh yang ideal. Dianggap sebaga konsep

diri yang negative apabila ia memandag rendah ata memandang

sebelah mata kondisi yang melekat pada fisiknya, penampilannya.

2. Konsep diri pribadi, yaitu cara seseorang dalam menilai

kemampuan yang ada pada dirinya dan menggambarkan identitas

dirinya. Konsep diri seseorang dapat dikatakan positif apabila ia

memandang dirinya sebagai pribadi yang penuh kebahagiaan,

memiliki optimism dalam menjalani hidup, mampu mengontrol

diri sendiri, dan sarat akan potensi. Dapat dianggap sebagai

konsep diri negative apabila ia memandang dirinya sebagai

individu yang tidak pernah (jarang) merasakan kebahagiaan,

pesimis dalam menjalani kehidupan, kurang memiliki control


37

terhadap dirinya sendiri, dan potensi diri yang tidak ditumbuh

kembangkan secara optimal.

3. Konsep diri sosial, yaitu persepsi, pikiran, perasaan, dan evaluasi

seseorang terhadap kecenderungan sosial yang ada pada dirinya

sendiri, berkaitan dengan kapasitasya dalam berhubungan dengan

dunia di luar dirinya, perasaan mampu dan berharga dalm linkup

interaksi sosialnya. Konsep diri dapat diangap positif apabila ia

merasa sebagai pribadi yang hangat, penuh keramahan, memiliki

minat terhadap orang lain, memiliki sikap empati, supel, merasa

diperhatikan, memiliki sikap tenggang rasa, peduli akan nasib

orang lain, dan aktif dalam berbagai kegiatan sosial di

lingkungannya. Dapat dianggap sebagai konsep diri yang negative

apabila ia merasa tidak berminat dengan keberadaan orang lain,

acuh tak acuh, tidak memiliki empati pada orang lain, tidak

(Kurang) ramah, kurang peduli terhadap perasaan dan nasib orang

lain, dan jarang atau bahkan tidak pernah melibatkan diri dalam

aktivitas-aktivitas sosial.

4. Konsep diri moral etik, berkaitan dengan persepsi, pikiran

perasaan, serta penilaian seseorang terhadap moralitas dirinya

terkait dengan relasi personalnya dengan tuhan, dan segala hal

yang bersifat normatif, baik nilai mupun prinsip yang memberi

arti dan arah bagi kehidupan seseorang. Konsep diri seseorang

dapat dikatakan positif apabila ia mampu memandang untuk


38

kemudian mengarahkan dirinya untuk menjadi pribadi yang

percaya dan berpegang teguh pada nilai-nilai moral etik, baik

yang dikandung oleh agama yang dianutnya. Maupun oleh tatanan

atau norma sosial tempat dimana dia tinggal. Sebaliknya konsep

diri individu dapat dikategorikan sebagai konsep diri yang

negative bila ia menyimpang dan tidak mengindahkan nilai-nilai

moral etika yang berlaku baik nilai-nilai agama maupun tahanan

sosial yang seharusnya dia pahami.

5. Konsep diri keluarga, berkaitan dengan persepsi, perasaan, pikiran

dan penilaian seseorang terhadap keluarganya sendiri, dan

keberadaan dirinya sendiri sebagai bagian integral dari sebuah

keluarga. Seseorang dianggap memiiki konsep diri yang positif

apabila ia mencintai sekaligus di cintai oleh keluarganya, merasa

bahagia berada di tengah-tengah keluarganya, merasa bangga

dengan keluarga yang dimilikinya, dan mendapat banyak bantuan

seta dukungan dari keluarganya. Dianggap negative apabila ia

merasa tidak mencintai sekaligus tidak dicintai oleh keuarganya,

tidak merasa bahagia berada ditengah-tengah keluarganya, tidak

memiliki kebanggaan pada keluarganya, serta tidak banyak

memperoleh bantuan dari keluarganya.

Alat ukur yang dikembangkan oleh Wiliiam H.Fitts pada tahun

1965 adalah Tennessee Self Concept Scale (TSCS) merupakan alat untuk

mengukur konsep diri secara umum, alat ukur ini dapat diberikan secara
39

individual maupun kelompok.

Tennessee Self Concept Scale (TSCS) terdiri atas 100 item

mengenai konsep diri, 10 diantaranya merupakan pernyataan yang

bersifat negative, namun dinyatakan sedemikian rupa sehingga oleh

kebanyakan orang akan diterima sebagai suatu kebenaran dan bertujuan

untuk mengukur derajat defensive atau kapasitas keterbukaan dan

pengakuan terhadap kelemahan diri yang meliputi dimensi internal dan

eksternal sekaligus (Burns,1993). Sedangkan 10 item lainya secara

seimbang dibagi antara item-item positif dan negative meliputi suatu

aspek dari dimensi interna dan dimensi eksternal.

Bagian-bagian internal dan eskternal tersebut saling berinteraksi

satu sama lain, sehingga dari 3 dimensi internal dan 5 dimensi eskternal

akan diperoleh 15 kombinasi yaitu identitas fisik, identitas moral etik,

identitas pribadi, identitas keluarga, identitas sosial, tingkah laku fisik,

tingkah laku pribadi, tingkah laku keluarga, tingkah laku sosial,

penerimaan fisik, penerimaan moral eti, penerimaan pribadi, penerimaan

keluarga, dan penerimaan sosial (Agustiani,2006)

Dari 15 kombinasi, masing-masing terdiri dari 6 item yaitu 3 item

positif dan 3 item negative, jadi keseluruhanya berjumlah 90 item, dan

sisanya 10 item merupakan item-item untuk menjaring kritik diri

individu. Berikut adalah kisi-kisi instrument konsep diri yang tersaji

pada tabel Tabel 1 :


40

Tabel 1
Kisi-Kisi Instrumen Konsep Diri
(Tennesse Self Concept Scale)
Variabel Dimensi internal
Konsep Identitas peneriman Tingkah
Diri laku

Fisik (+): 1,2,18 (+): 35,36,52 (+):


(-): 3,19,20 (-): 37,53,54 69,70,85
(-):
71,86,87
Moral-etik (+): 4,5,21 (+): 38,39,55 (+):
(-): 6,22,23 (-): 40,56,57 72,73,88
(-):
74,89,90
Personal (+): 7,8,24 (+): 41,42,58 (+):
(-): 9,25,26 (-): 43,59,60 75,76,91
(-):
Dimensi 77,92,93
Eksternal Keluarga (+): (+): 44,45,61 (+):
10,11,27 (-): 46,62,63 78,79,94
(-): (-):
12,28,29 80,95,96
Sosial (+): (+): 47,48,64 (+):
13,14,30 (-): 49,65,66 81,82,97
(-): (-):
15,31,32 83,98,99
Kritik diri (-):16,17,33,34,50,51,67,68,84,100

Skala konsep Diri TSCS ini disusun dengan menggunakan Skala

Likert, dimana responden diminta untuk menyatakan sikapnya terhadap

pernyataan yang diberikan dalam lima kategori jawaban, yaitu :

SS = Sangat Sesuai

S = Sesuai

R = Ragu-Ragu

TS = Tidak Sesuai

STS = Sangat Tidak Sesuai


41

Jawaban setiap instrument yang menggunakan Skala Likert

diberi bobot skor dalam rentang 1-5 dan terdapat item yang bernilai

favorable (+) dan Unfavorable (-) yang diuraikan pada Tabel Gambar 2 :

Tabel 2
Sistem Penilaian Alternative Jawaban Berdasarkan Skala Likert
Bentuk Item Pola Skor

SS S R TS STS
Favorable (+) 5 4 3 2 1
Unfavorable (-) 1 2 3 4 5

d. Komponen Konsep Diri

Konsep diri terbagi menjadi beberapa komponen yang menyusunnya.

Komponen Konsep diri tersebut di kemukakan oleh Stuart and Sundeen

(1991), yang terdiri dari :

1. Gambaran Diri (Body Image)

Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara

sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan

tentang ukuran, bentuk, fungsi penampilan dan potensi tubuh saat ini

dan masa lalu yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan

pengalaman baru setiap individu (Stuart and Sundeen, 1991).

Gambaran diri (Body Image) berhubungan dengan kepribadian.

Cara individu memandang dirinya mempunyai dampak yang penting

pada aspek psikologinya. Pandangan yang realistis terhadap dirinya

manarima dan mengukur bagian tubuhnya akan lebih rasa aman,

sehingga terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri. Sejak
42

lahir individu mengeksplorasi bagian tubuhnya, menerima stimulus

dari orang lain, kemudian mulai memanipulasi lingkungan dan mulai

sadar dirinya terpisah dari lingkungan (Keliat, 1992 ).

Individu yang stabil, realistis dan konsisten terhadap gambaran

dirinya akan memperlihatkan kemampuan yang mantap terhadap

realisasi yang akan memacu sukses dalam kehidupan. Beberapa

gangguan pada gambaran diri tersebut dapat menunjukan tanda dan

gejala, seperti:

1) Syok Psikologis.

Syok Psikologis merupakan reaksi emosional terhadap dampak

perubahan dan dapat terjadi pada saat pertama tindakan.

2) Menarik diri.

Klien menjadi sadar akan kenyataan, ingin lari dari kenyataan,

tetapi karena tidak mungkin maka klien lari atau menghindar

secara emosional. Klien menjadi pasif, tergantung, tidak ada

motivasi dan keinginan untuk berperan dalam perawatannya.

3) Penerimaan atau pengakuan secara bertahap.

Setelah klien sadar akan kenyataan maka respon kehilangan atau

berduka muncul. Setelah fase ini klien mulai melakukan reintegrasi

dengan gambaran diri yang baru (Stuart and Sundeen, 1991).

Tanda dan gejala dari gangguan gambaran diri di atas adalah

proses yang adaptif, jika tampak gejala dan tanda-tanda berikut secara

menetap maka respon klien dianggap maladaptif sehingga terjadi


43

gangguan gambaran diri yaitu: menolak untuk melihat dan menyentuh

bagian yang berubah, tidak dapat menerima perubahan struktur dan

fungsi tubuh, mengurangi kontak sosial sehingga terjadi menarik diri,

perasaan atau pandangan negatif terhadap tubuh, preokupasi dengan

bagian tubuh atau fungsi tubuh yang hilang, mengungkapkan

keputusasaan, mengungkapkan ketakutan ditolak, depersonalisasi, dan

menolak penjelasan tentang perubahan tubuh.

2. Ideal Diri

Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus

berperilaku berdasarkan standart, aspirasi, tujuan atau penilaian personal

tertentu. Standar dapat berhubungan dengan tipe orang yang akan

diinginkan atau sejumlah aspirasi, cita-cita, nilai- nilai yang ingin di

capai. Ideal diri akan mewujudkan cita-cita, nilai- nilai yang ingin

dicapai. Ideal diri akan mewujudkan cita–cita dan harapan pribadi

berdasarkan norma sosial (keluarga budaya) dan kepada siapa ingin

dilakukan (Stuart and Sundeen, 1991)

Menurut Keliat (1992) ada beberapa faktor yang mempengaruhi

ideal diri yaitu : kecenderungan individu menetapkan ideal pada batas

kemampuannya, faktor budaya akan mempengaruhi individu

menetapkan ideal diri, ambisi dan keinginan untuk melebihi dan

berhasil; kebutuhan yang realistis, keinginan untuk mengklaim diri dari

kegagalan; perasan cemas dan rendah diri, kebutuhan yang realistis,


44

keinginan untuk menghindari kegagalan, dan perasaan cemas dan rendah

diri.

Agar individu mampu berfungsi dan mendemonstrasikan

kecocokan antara persepsi diri dan ideal diri. Ideal diri ini hendaknya

ditetapkan tidak terlalu tinggi, tetapi masih lebih tinggi dari kemampuan

agar tetap menjadi pendorong dan masih dapat dicapai (Keliat, 1992 ).

3. Harga Diri

Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai

dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (Stuard

dan Sundeen, 1991). Frekuensi pencapaian tujuan akan menghasilkan

harga diri yang rendah atau harga diri yang tinggi. Jika individu sering

gagal, maka cenderung harga diri rendah. Harga diri diperoleh dari diri

sendiri dan orang lain. Aspek utama adalah di cintai dan menerima

penghargaan dari orang lain (Keliat, 1992).

Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan

negatif terhadap diri sendiri termasuk hilangnya percaya diri dan harga

diri. Harga diri rendah dapat terjadi secara situasional (trauma) atau

kronis (negatif self evaluasi yang telah berlangsung lama). Dan dapat di

ekspresikan secara langsung atau tidak langsung (nyata atau tidak nyata)

(Bell, dkk, 1996).

Menurut Burn (1993) terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi

gangguan harga diri, seperti :


45

a. Perkembangan individu.

Faktor predisposisi dapat dimulai sejak masih bayi, seperti

penolakan orang tua menyebabkan anak merasa tidak dicintai dan

mengkibatkan anak gagal mencintai dirinya dan akan gagal untuk

mencintai orang lain.Pada saat anak berkembang lebih besar, anak

mengalami kurangnya pengakuan dan pujian dari orang tua dan orang

yang dekat atau penting baginya. Ia merasa tidak adekuat karena

selalu tidak dipercaya untuk mandiri, memutuskan sendiri akan

bertanggung jawab terhadap prilakunya. Sikap orang tua yang terlalu

mengatur dan mengontrol, membuat anak merasa tidak berguna.

b. Ideal Diri tidak realistis.

Individu yang selalu dituntut untuk berhasil akan merasa tidak

punya hak untuk gagal dan berbuat kesalahan. Ia membuat standart

yang tidak dapat dicapai, seperti cita –cita yang terlalu tinggi dan

tidak realistis. Yang pada kenyataan tidak dapat dicapai membuat

individu menghukum diri sendiri dan akhirnya percaya diri akan

hilang.

c. Gangguan fisik dan mental

Gangguan ini dapat membuat individu dan keluarga merasa

rendah diri.

d. Sistim keluarga yang tidak berfungsi.

Orang tua yang mempunyai harga diri yang rendah tidak

mampu membangun harga diri anak dengan baik. Orang tua memberi
46

umpan balik yang negatif dan berulang-ulang akan merusak harga diri

anak. Harga diri anak akan terganggu jika kemampuan menyelesaikan

masalah tidak adekuat. Akhirnya anak memandang negatif terhadap

pengalaman dan kemampuan di lingkungannya.

e. Pengalaman traumatik yang berulang, misalnya akibat aniaya

fisik, emosi dan seksual.

Penganiayaan yang dialami dapat berupa penganiayaan fisik,

emosi, peperangan, bencana alam, kecelakan atau perampokan.

Individu merasa tidak mampu mengontrol lingkungan. Respon atau

strategi untuk menghadapi trauma umumnya mengingkari trauma,

mengubah arti trauma, respon yang biasa efektif terganggu.

Akibatnya koping yang biasa berkembang adalah depresi dan denial

pada trauma.

4. Peran

Peran adalah pola sikap, perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan

dari seseorang berdasarkan posisinya dimasyarakat (Bell, dkk, 1996).

Banyak faktor yang mempengaruhi dalam menyesuaikan diri dengan

peran yang harus dilakukan yaitu: kejelasan perilaku dan pengetahuan

yang sesuai dengan peran, konsistensi respon orang yang berarti

terhadap peran yang dilakukan, kesesuaian dan keseimbantgan antar

peran yang diemban, keselarasan budaya dan harapan individu terhadap

perilaku peran, dan pemisahan situasi yang akan menciptakan

ketidaksesuaian perilaku peran.


47

Peran yang ditetapkan adalah peran dimana seseorang tidak punya

pilihan, sedangkan peran yang diterima adalah peran yang terpilih atau

dipilih oleh individu. Posisi dibutuhkan oleh individu sebagai aktualisasi

diri. Harga diri yang tinggi merupakan hasil dari peran yang memenuhi

kebutuhan dan cocok dengan ideal diri. Posisi di masyarakat dapat

merupakan stresor terhadap peran karena struktur sosial yang

menimbulkan kesukaran, tuntutan serta posisi yang tidak mungkin

dilaksanakan (Keliat, 1992).

5. Identitas Diri

Identitas adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari

observasi dan penilaian, yang merupakan sintesa dari semua aspek

konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh (Stuard dan

Sundeen,1991).

Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat

akan yang memandang dirinya berbeda dengan orang lain. Kemandirian

timbul dari perasaan berharga (aspek diri sendiri), kemampuan dan

penyesuaian diri. Seseorang yang mandiri dapat mengatur dan menerima

dirinya. Identitas diri terus berkembang sejak masa kanak-kanak

bersamaan dengan perkembangan konsep diri. Hal yang penting dalam

identitas adalah jenis kelamin (Keliat,1992).

Identitas jenis kelamin berkembang sejak lahir secara bertahap

dimulai dengan konsep laki-laki dan wanita banyak dipengaruhi oleh

pandangan dan perlakuan masyarakat terhadap masing-masing jenis


48

kelamin tersebut. Perasaan dan perilaku yang kuat akan indentitas diri

individu dapat ditandai dengan: memandang dirinya secara unik,

merasakan dirinya berbeda dengan orang lain, merasakan otonomi;

menghargai diri, percaya diri, mampu diri, menerima diri dan dapat

mengontrol diri. Mempunyai persepsi tentang gambaran diri, peran dan

konsep diri (Keliat,1992)

Karakteristik identitas diri dapat dimunculkan dari prilaku dan

perasaan seseorang, seperti : individu mengenal dirinya sebagai makhluk

yang terpisah dan berbeda dengan orang lain, individu mengakui atau

menyadari jenis seksualnya, individu mengakui dan menghargai

berbagai aspek tentang dirinya yang terdiri dari peran, nilai dan prilaku

secara harmonis. Individu mengaku dan menghargai diri sendiri sesuai

dengan penghargaan lingkungan sosialnya, individu sadar akan

hubungan masa lalu, saat ini dan masa yang akan datang, individu

mempunyai tujuan yang dapat dicapai dan di realisasikan (Stuart and

Sudeen, 1991)

B. Hasil Penelitian Yang Mendukung

Judul Hasil
Hubungan Konsep Diri Dengan Berdasarkan hasil pengujian statistic

Tingkat Kecemasan Pada Ibu diperoleh hasil sebesar ( p< 0,05)

Menopause Di Dusun Polaman sehingga dapat disimpulkan bahwa

Wilayah Kerja Puskesmas Sedayu Hα diterima dan Ho ditolak yang

II Bantul Yogyakarta artinya bahwa ada hubungan antara

konsep diri dengan tingkat


49

kecemasan pada wanita menopause

di Dusun Polaman Wilayah Kerja

Puskesmas Sedayu II Bantul,

Yogyakarta. Sedangkan untuk hasil

nilai keeratan korelasi sebesar

-0,574 yang berarti memiliki

keeratan hubungan yang kuat dan

terdapat hubungan negative antara

konsep diri dengan tingkat

kecemasan pada ibu menopause,

semakin rendah konsep diri ibu

menopause maka tingkat kecemasan

ibu semakin tinggi, begitu juga

sebaliknya semakn tinggi konsep

diri ibu menopause semakin ringan

tingkat kec emasan ibu menopause


Hubungan Konsep Diri Dengan Berdasarkan hasil penelitian yang

Tingkat Kecemasan Pada Ibu dilakukan Triani Rosanti, Tri

Menopause Di Tlogosuryo anjaswani, Novita Dewi 2017. Hasil

Kelurahan Tlogosuryo Kecamatan yang diperoleh dengan

Lowokwaru Malang menggunakan uji korelasi

Spearman Rank didapatkan nilai

Pvalue=0,000, α= 0,05, r= -0,675,

dengan derajat bebas (n-2= 28).


50

Nilai Pvalue lebih kecil dari α

(0,000 < 0,05) sehingga dapat

disimpulkan H0 ditolak. Dari hasil

pengujian ini disimpulkan bahwa

terdapat hubungan yang kuat antara

konsep diri dengan tingkat

kecemasan pada ibu menopause.

Koefesien korelasi yang negative

mengindikasikan bahwa terdapat

hubungan yang negative

(berlawanan arah) antara gambaran

diri dengan tingkat kecemasan.

Semakin positif konsep diri

seseorang maka tingkat kecemasan

akan semakin normal.

C. Teori dan Peran Keperawatan

1. Teori Keperawatan

Dikutip dari jurnal dan buku Peran perawat menurut Roy adalah

meningatkan respon adaptif individuan menurunkan respon inepektif

individu, dalam kondisi sakit maupun sehat. Selain meningkatan kesehatan

di semua proses kehidupan. Keperawatan juga bertujuan untuk menantarkan

individu meninggal dengan damai. Untuk mencapai hal tersebut perawat

harus dapat mengantar stimulus fokal. Kontekstual dan residual yang ada
51

individu, Dengan menitihberatkan pada stimulus fokal, yang merupakan

stimulus tertinggi.

a. Teori adaptasi Callista Roy merupakan suatu teori yang di turunkan dari

teori sebelumnya, di antara teori Harry Helson mengenai psikofisika

yang diperrluas menjadi ilmu sosial dan perilaku (Hamid dan

Kusman,2017). Proses adaptasi menurut teori adaptasi Helson, adaptasi

merupakan fungsi dari stimulus yang datang dan tingkat adaptif .

stimulus menurut Roy adalah factor pencetus respon, stimulus dapat

muncul dari lingkungan internal maupun eksternal. Roy (Hamid dan

Kusman,2017) menyatakan bahwa tujuan dari keperawatan adalah

meningkatkan adaptasi individu dan kelompok pada keempat mode

adaptif , sehingga dapat berkontribusi pada kesehatan, kualitas hidup dan

meninggal dengan terhormat. Roy (Hamid dan Kusman,2017)

menyatakan bahwa manusia merupakan sistiem Holistik dan adaptif .

sistem manusia meliputi manusia sebagai individu atau kelompok,

termasuk keluarga, organisasi, komunitas, dan masyarakat sebagai satu

keseluruhan. Sistem manusia memiliki kemampuan berfikir dan

merasakan, yang berawal dari kesadaran dan makna, dimana keduanya

menyesuaikan diri secara efektif terhadap perubahan lingkungan dan

akhirnya juga akan mempengaruhi lingkungan tersebut.

Kesehatan merupakan status dan proses ada atau menjadi seseorang yang

utuh dan menyeluruh. Andrew dan Roy menyatakan bahwa kesehatan

mencerminkan adatapsi, yaitu interaksi antara orang dan lingkungannya.


52

Kesehatan dan penyakit merupakan satu dimensi yang tidak dapat

dihindari, dapat saling berdampingan dan dari pengalaman hidup

seseorang.

b. Lingkungan adalah semua kondisi, keadaan, dan berdampak pada

perkembangan dan perilaku seseorang atau kelompok, dengan

pertimbangan khusus pada hubugan timbal antara manusia dan sumber-

sumber bumi yang meliputi stimulus fokal, kontekstual dan residual.

Manusia mengalami stimulus lingkungan secara terus menerus, kemudian

manusia memberikan respond dan terjadi proses adaptasi. Respon ini dapat

berupa adaptif dan infektif . respon adaptif ini meningkatkan integritas

seseorang yang akan membawanya menuju sehat, sedangkan respon

infektif akan mengarahpada gangguan integritas seseorang. Input

Menurut Hamid dan Kusman (2017) input yaitu tingkat adaptasi

merupakan gabungan dari tiga kelas stimulus berikut ini :

1. Stimulus Fokal

Stimulus internal atau eksternal bagi sistem manusia yang muncul

dengan tiba-tiba.

2. Stimulus konstektual

Stimulus yang muncul pada situasi yang turut menjadi akibat dari

stimulus fokal. Stimulus konstektual merupakan semua factor

lingkungan yang muncul bagi seseorag dari dalam atau dari sesuatu

yang bukan pusat perhatian atau energy orang tersebut

3. Stimulus Residual
53

Stimulus residual merupakan factor lingkungan dari dalam maupun

luar sistem manusia yang memiliki dampak tidak jelas pada situasi

saat ini.

c. Proses control

a) Mekanisme Koping

Mekanisme koping dalam individu dibagi menjadi dua yaitu

mekanisme koping intrinsic dan mekanisme koping yang didapat.

Mekanisme koping intrinsic merupakan mekanisme yang didapat

secara genetic atau dalam bentuk tubuh individu, otomatis dan

individu tidak perlu berfikir untuk menggunakan cara-cara tersebut.

Sedangkan mekanisme koping yang didapatkan dikembangkan

melalui strategi-strategi tertentu misalnya belajar. Roy memandang

regulator dan kognator sebagai metode koping.

1. Subsistem regulator

Subsistem regulator merupakan proses koping utama yang

melibatkan sistem saraf, kimiawi, dan hormonal

2. Subsistem kognator

Proses koping yang melibatkan empat saluran kognitif-emosi :

proses persepsi dan informasi, belajar, menilai, dan emosi

d. Efektor

1. Mode fisiologis-fisik
54

Mode ini berhubungan dengan proses fisk dan kimia yan

terlibat daam fungsi dan aktifitas organisme hidup. Lima kebutuhan

yang diidentifikasi dalam mode fisologis-fisik berhubungan dengna

kebutuhan dasar integritas fisiologis-fisik yaitu oksigen, nutrisi,

eliminasi, aktivitas dan istirahat perlindungan. Mode fisik merupakan

cara dimana sistem adaptif manusia secara kolektif terwujud dalam

hubungan adaptas dengan sumber-sumber operasional dasar, peserta.

2. Model identitas konsep diri-kelompok

Mode ini merupakansatu dari tiga mode psikososial yang

berfokus pada aspek pskologis dan spiritual sistem manusia. Konsep

diri merupakan sekumpulan kepercayaan dan perasaaan tentang diri

sendiri pada waktu tertentu yang terbentuk dari persepsi internal dan

persepsi dari reaksi orang lain. Komponen konsep diri terdiri dari :

fisik diri yaitu citra tubuh, personal diri yaitu konsistensi diri, ideal

diri, atau harapan diri dan moral etik spiritual diri. Mode identitas

kelompok terbentuk dari hubungan interpersonal, citra diri kelompok,

lingkungan sosial dan buday.

e. Mode fungsi peran

Mode ini satu atau dua mode sosial yang fokus pada peran

seseorang di masyarakat. Kebutuhan dasar yang mendasari mode fugsi

peran yaitu integrasi sosial. Hal ini untuk mengetahui bahwa seseorang

memiliki suatu hubungan dengan orang lain sehingga orang itu bertindak

berdasarkan hubungan tersebut.


55

f. Mode interdependasi

Metode ini berfokus pada hubungan yang erat dari orang-orang,

tujuan, struktur serta perkembangan mereka. Hubungan interdepensi

melibatkan keinginan dan kemauan untuk memberi dan menerima satu

sama lain aspek semacam rasa cinta, rasa hormat, merawat, pengetahuan,

keterampilan, komitmen, kepemilikan barang waktu dan bakat. Kebutuhan

dasar dari mode ini diistilahkan sebagai integritas hubungan. Hubungan

yang pertama dengan orang terdekat, yaitu seseorang yang di anggap

paling penting bagi invidu tersebut. Hubungan yang kedua yaitu dengan

sistem pendukung, sistem pendukungnya yaitu orang lain yang

berkontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan independensi.

g. Output

Menurut Hamid dan Kusman (2017) output terdiri dari dua yaitu:

1. Respon adaptif

Respon ini merupakan respon yang meningkatkan integritas

dalammencapai tujuan sistem manusia ( Roy dan Andrews)

2. Respon inefektif

Respon yang tida turut menigkatkan integritas dalam mencapai tujuan

sistem manusia.

h. Bagan Konsep Teori Callista Roy

Gambar 1
Bagan Konsep Teori Callista Roy
56

(Model Roy Berfous Pada Konsep Adaptasi Manusia)


Input proses control efektor output
Tingkat Meknisme Fungsi fisiologis Respon
adaptasi koping Konsep diri Adaptif
stimulus Regulator Fungsi peran Inefektif
Kogntor interdepensi

Umpan Balik
Gambar 1 Manusia Sebagai sistem adaptif Hamid dan
Kusman (2017)

Integrasi model keperawatan Callista Roy pada wanita menopause menitik

beratkan pada kemampuan wanita menopause dalam melakukan adaptasi terhadap

stimulus fokal, stimulus konstektual, dan stimulus residual melalui proses control

dalam bentuk mekanisme koping yang digunakan. Mekanisme control ini dibagi

atas subsistem regulator dan kognator. Respon subsistem tersebut dapat terlihat

pada perubahan yang ada pada perempuan menopause yaitu fungsi fisiologis

berupa perubahan fisik dan seksual. Output dari suatu sistem adalah perilaku

yangdapat diamati , diukur, dapat dilaporkan baik berasal dari dalam maupun luar

( Tomey and Aligood, 2011).

D. Kerangka Teori
Factor yang mempengaruhi
konsep diri menopause
1. perubahan fisik
2. Psikologis
3. Spiritual
57

Kecemasan
Teori Model Keperawatan Model Pada Wanita
Adaptasi ( Sister Callista Roy ) Menopause

Factor yang mempengaruhi kecemasan


pada menpause
1. Predisposisi
a.Peristiwa traumatic
b.Konflik emosional
c.Konsep diri
d.Frustasi
e.Gangguan fisik
f.Riwayat gangguan kecemasan

2. Presitipasi
a. Ancaman terhadap integritas fisik
b. Ancaman terhadap harga diri

Keterangan :

: diteliti

: tidak diteliti

Gambar 2 : kerangka teori Sumber :


Potter and Perry(2002), Stuart and Sundeen (1991),Hawari (2011), Sister
Callista Roy
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian merupakan hasil akhir dari suatu tahap

keputusan yang dibuat oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana suatu

penelitian bisa diterapkan. (Nursalam,2013)

Jenis penelitian yang digunakan penelitian ini adalah studi korelasi

(Correlation study), hal ini dilakukan untuk melihat hubungan antara

gejala satu dengan gejala yang lain, atau variabel satu dengan variabel

yang lain (Notoatmodjo,2018) dengan menggunakan pendekatan cross

sectional atau potong silang, yaitu suatu penelitian dimana variabel yang

termasuk factor resiko dan variabel yang termasuk efek observasi

sekaligus pada waktu yang sama (Notoatmodjo,2018)

B. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel dependen dan

independen, dimana variabel independen adalah variabel yang

mempengaruhi atau nilai nya menentukan variabel lain sedangkan variabel

dependen yaitu variabel yan dipengaruhi nilainya ditentukan oleh variabel

lain. Pada variabel jenis penelitian ini dimana variabel dependen konsep

diri mempengaruhi variabel independen kecemasan. Rancangan penelitian

ini untuk mengetahui adanya hubungan antara variabel bebas yaitu konsep

diri dengan variabel terkait adalah kecemasan yang akan dilakukan

pengukuran secara bersamaan di RW 04 Desa Batujajar Timur.

58
59

C. Definisi operasional

1. Konsep Diri

Untuk dapat secara jelas definisi operasional dari penelitian ini dapat

terlihat pada table berikut.

Tabel 3 : Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara Hasil Skala


penelitian operasional Ukur Ukur
Variabel Konsep diri adalah Kuesioner Konsep Diri Ordinal
independe semua ide, pikiran, Rendah
n kepercayaan dan Skor
Konsep pendirian yang X < 72
diri diketahui individu
tentang dirinya dan Konsep Diri
mempengaruhi Sedang
individu dalam 72 ≤ X ≤ 82
berhubungan
dengan orang lain Konsep Diri
(Stuart dan Tinggi
Sudeen, 1991).
Instrument X ≥ 82 =
penelitian yang Konsep Diri
digunakan dalam Tinggi
penelitian ini (P
adalah dengan roverawati,
menggunakan 2010)
lembar kuisoner.
Kuesioner
merupakan daftar
pertanyaan yang di
isi oleh peneliti
berdasarkan
jawaban lisan yang
diberikan oleh
responden atau
responden mengisi
kuisoner secara
mandiri
(Notoatmodjo,
2010). Isi konsep
diri yang akan
diteliti pada
60

penelitian ini
sesuai dengan
kuisoner yang
dijawab oleh
responden adalah
Citra tubuh, ideal
tubuh, harga diri,
peran diri, dan
identitas diri
Variabel Kecemasan pada Kuesioner tidak ada Ordinal
dependen wanita menopause kecemasan
kecemasan adalah keadaan Skor kurang
psikologis dimana dari 6
seorang wanita
merasa khawatir,
gelisah dan kecemasan
ketakutan dengan ringan
perubahan- Skor 7 – 14
perubahan fisik
maupun psikis
selama menopause. Kecemasan
Kecemasan dalam sedang
masa menopause Skor 15-27
dalam penelitian
ini adalah respon
yang tampak pada Kecemasan
pasien atas apa berat
yang telah terjadi Skor lebih
pada dirinya dalam dari 27
masa menopause.
Isi kecemasan (Hawari,
yang akan diteliti 2011)
pada penelitian ini
sesuai dengan
kuisoner yang
dijawab oleh
responden adalah
Waniita
menghadapi
perasaan cemas,
ketegangan,
ketakutan,
gangguan
kecerdasan,
perasaan depresi,
gejala somatic,
61

gejala sensorik,
gejala
cardiovaskuler,
gejala pernafasan,
gejala saluran
pencernaan, gejala
urogenital, gejala
otonom, perilaku
sewaktu
wawancara

D. Populasi dan Sampel

a. Populasi Penelitian

Populasi adalah subjek yang mempunyai kuantitas dan

karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk di pelajari

dan kemudian di tarik kesimpulan (Sugiono dalam Hidayat, 2007).

Populasi penelitian ini adalah wanita menopause yang tinggal di RW

04 Desa Batujajar Timur yang berjumlah 85 orang.

b. Sampel Penelitian

Donsu (2016) menyatakan bahwa sampel merupakan bagian dari

jumlah populasi. Sampel dalam ilmu keperawatan ditentukan oleh

kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.

a. Besaran Sampel

N
n=
1+ N (d) ²

85
n=
1+85 (0.1)²

85
n=
1+85 (0,01)
62

85
n=
1+0,85

85
ո=
1,85

n=45,9 dibulatkan menjadi 45 orang

Jadi untuk sampel nya sebanyak 45 orang

Keterangan :

n : besar sampel

N : besar populasi

d :tingkat signifikan

c. Teknik Pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah

purposive sampling yaitu didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu

yang dibuat oleh penelti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat

populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo,2018)

d. Kriteria Sampel

1. Kriteria Inklusi

(Notoatmodjo,2018) kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri

yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat

diambil sebagai sampel.

a. Wanita menopause yang berumur 40-60 tahun

b. Wanita menopause yang mampu berkomunikasi

c. Wanita menopause yang bersedia menjadi responden


63

2. Kriteria eksklusi

(Notoatmodjo,2018) kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota

populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel.

a. Wanita menopause yang menolak

E. Alat Pengumpulan Data

Penelitian untuk mengetahui konsep diri menggunakan Instrumern

kuesioner, yang diadaptasi dan dikembangkan dari teori William H.Fitts, .

Pada skala ini sampel diminta untuk menjawab pertanyaan yang ada

dengan memilih salah satu jawaban dari beberapa alternative jawaban

yang tersedia skala ini menggunakan skala model likert yang terdiri dari

empat alternative dengan kriteria ekstrim positif ke ekstrim negative yaitu

Tabel 4 Skor Untuk Respon Jawaban Pertanyaan Konsep Diri

Respon Favourabel Unfavourabel


Sangat Setuju 4 1
Setuju 3 2
Tidak Setuju 2 3
Sangat Tidak Setuju 1 4

Intrumen tentang konsep diri pada penelitian ini dibuat oleh Imran

(2002) yang telah di modifikasi dan pernah digunakan oleh kurniasari

(2007). Yang seluruh nya berjumlah 25 butir pertanyaan yang terdiri dari

butir Favourabel dan unfavourabel setiap jawaban nya menggunakan

metode skala likert. Adapun blue print konsep diri adalah sebagai berikut :
64

Tabel 5 Blueprint Sebaran Item Skala Konsep Diri


Item Pernyataan Favourabel Unfaurabel
Gambaran Diri 5 1,2,3,4
Ideal Diri 9 6,7,8
Harga Diri 10,15,16 11,12,13,14
Penampilan Peran 19,20 17,18
Identitas Personal 25 21,22,23,24
Adapun penentuan skor tersebut untuk item adalah :

a. Favourabel (pernyataan positif) yaitu pernyataan yang mendukung

jawaban

4 = Sangat Setuju

3 = Setuju

2 = Tidak Setuju

1 = Sangat Tidak Setuju

b. Unfavourabel (pernyataan negative) yaitu pernyataan yang tidak

mendukung jawaban

4 = Sangat Tidak Setuju

3 = Tidak Setuju

2 = Setuju

1 = Sangat Setuju

Untuk mengetahui kecemasan menggunakan alat ukur kecemasan yang

disebut HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale) . cara penilaian

kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan kategori :

0 = tidak ada

1 = dari gejala yang ada

2 = sedang/separuh dari gejala yang ada

3 = berat/lebih dari setengah gejala yang ada


65

4 = sangat berat semua gejala ada

Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan

item 1-14 dengan hasil :

a) Skor <6 = tidak ada kecemasan

b) Skor 7-14 = kecemasan ringan

c) Skor 15-27 = kecemasan sedang

d) Skor >27 = kecemasan berat

a. Uji Validitas

Validitas merupakan suatu indeks yang menunjukan alat ukur itu

benar-benar mengukur apa yang di ukur (Notoatmodjo,2018)

Instrument yang digunakan oleh peneliti adalah :

- Instrument kuesioner untuk konsep diri menggunakan alat ukur

Tennesee Self Concept Scale (TSCS) yang diadaptasi dan

dikembangkan dari teori William H.Fitts

- Untuk mengetahui kecemasan menggunakan alat ukur HARS

(Hamilton Anxiety Rating Scale)

- Prinsip validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti

prinsip keandalan instrument dalam data. Instrument harus dapat

mengukur apa yang harus diukur. Ada dua hal penting yang harus

di penuhi dalam menentukan validitas pengukuran, yaitu

instrument harus (1) relevan isi dan (2) relevan cara dan sasaran

(Nursalam, 2008, p.104). berdasarkan tabel validitas maka taraf

signifikan 5% dengan 10 responden angka kritis adalah 0.632 bila


66

nilai korelasi dari pernyataan dalam kuesioner adalah 0.632 atau

diatas 0.632 maka kuesioner tersebut adalah signifikan. Hal ini

juga menyatakan bahwa pernyataan-pernyataan itu valid,

sebaliknya jika korelasi dibawah 0.632 maka pernyataan dalam

kuesioner tersebut tidak signifikan (tidak valid)

b. Uji reliabilitas

Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukan sejauh mana suatu

alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan

- Instrument kuesioner untuk konsep diri menggunakan alat ukur

Tennesee Self Concept Scale (TSCS) yang diadaptasi dan

dikembangkan dari teori William H.Fitts

- Untuk mengetahui kecemasan menggunakan alat ukur kecemasan

yang disebut HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale

F. Prosedur Pengumpulan Data

1) Persiapan penelitian

a. Pemilihan lahan penelitian

b. Melakukan study pendahuluan

c. Menyusun proposal penelitian

d. Seminar proposal

e. Proses Etichal Clearance

2) Pelaksanaan Penelitian

a. Ijin penelitian

b. Melakukan pengumpulan data


67

c. Melakukan pengolahan data dan analisa data

d. Menyusun laporan penelitian.

3) Alur penelitian

Alur dalam penelitian ini dijelaskan dalam bagan kolom berikut :


68

Gambar 3 Alur Penelitian

Hubungan Konsep Diri dengan


Tingkat Kecemasan Wanita
Menopause

Latar Belakang

Rumusan

Pengambilan Data

Tujuan

Primer Sekunder

Data Dinkes Jurnal


KBB Buku

Pengolahan Data

Analisis

a. Pengolahan Data Dan Analisa Data


Kesimpulan Hasil Penelitian

1. Pengolahan Data
69

Menurut Notoadmojo (2018) pengolahan data sebagai berikut

a. Editing

Hasil wawancara angket, atau pengamatan dari lapangan dilakukan

penyuntingan (editing) terlebih dahulu. Editing adalah pengecekan

atau perbaikan isi kuesioner yang di isi oleh responden. Yang

dimaksud editing adalah seperti berikut :

1. Apakah semua pertanyaan terisi

2. Apakah ada jawaban atau tulisan masing- masing

3. Pertanyaan cukup jelas atau terbaca

4. Apakah jawaban relevan dengan pertanyaan nya

5. Apakah jawaban konsisten dengan jawaban pertanyaanyang lain

b. Coding

Setelah semua kuisoner di edit atau disunting selanjutnya diberikan

kode pada setiap data, dengan mengubah yang tadinya kalmat

menjadi sebuah angka

c. Memasukan Data atau Processing

Jawaban dari masing-masing responden yang berbentuk angka

dimasukan kedalam softwere computer.

d. Pembersihan Data (Cleaning)

Apabila semua data telah dimasukan, perlu di cek kembali untuk

melihat kemungkinan adanya kesalahan kode.

e. Analisa Data

Analisa data ini menggunakan analisa data univariate dan bivariate


70

1. Analisa Univariate

Analisa univariate bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian

(Notoatmodjo, 2018). Pada analisa data univariate ini digunakan

untuk menganalisis Hubungan Konsep Diri Dengan Tingkat

kecemasan Wanita Menopause Di RW 04 Desa Batujajar Timur.

Pada penelitian ini meliputi data umum dan data khusus yang

termasuk data umum meliputi usia, , pendidikan, pekerjaan, dan

status pernikahan. Sedangkan data khusus meliputi konsep diri

dan tingkat kecemasan.

2. Analisa Bivariate

Analisa bivariate dapat dilakukan setelah melakukan analisa

univariate. Analisa bivariate yang dilakukan dua variabel yang

diduga berhubungan atau berkolerasi dengan menggunakan uji

statistic (Notoatmodjo, 2018). Dalam penelitian ini analisa

bivariate dilakukan untuk mengetahui Hubungan Konsep Diri

Dengan Tingkat Kecemasan Pada Wanita Menopause Di RW 04

Desa Batujajar Timur.

G. Lokasi dan Waktu Penelitian


71

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di RW 04 Desa Batujajar Timur

Kelurahan Batujajar Kecamatan Batujajar Kab.Bandung Barat.

Pengambilan data diambil dari bulan Maret sampai dengan bulan

September 2020.

H. Etika Penelitian

1. Izin etik

Nomor :24/D/KEPK-STIKes/VII/2020

2. Penjelesan dan pesetujuan (informed consen)

Informed consent di berikan sebelum melakukan penelitian. Informed

consentni berupa lembar pesetujuan untuk menjadi responden.

sebelumnya peneliti memberi penjelasan terlebih dahulu tentang

prosedur penelitin, manfaan dalam penelitian setelah itu peneliti

meminta izin responden untuk berpartisipasi, jika ada yang menolak

maka peneliti tidak akan memaksa.

3. Kerahasiaan (confidentiality)

Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi dan

kebebasan individu dalam memberikan informasi. Setiap orang berhak

untuk tidak memberikan apa yang di ketahuinya kepada orang lain

4. Manfaat (benefit)

Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal

mungkin bagi masyarakat pada umumnya, dan subjek penelitian pada

khususnya. Peneliti hendaknya berusaha meminimalisir dampak yang

merugikan bagi subjek.


72

Mengacu pada prinsip-prinsip penelitian tersebut. Maka setap

penelitian yang di lakukan oleh siapa aja, termasuk ara peneliti

kesehatan hendaknya :

a. Memenuhi kaidah ke ilmuan untuk mewujudkan dan di lakukan

berdsarkan hati nurani, moral, kejujuan, kebebasan, dan tanggung

jawab

b. Keadilan (justice)

Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh penliti dengan

kejujuran, keterbukaan, dan kehati-hatian. Untk itu lingkungan

peneliti di kondisikan sehingga memenuhi prinsip keterbukaan,

yakni dengan menjelaskan prosedur penelitian. Prinsip keadilan ini

menjamin bahwa semua subjek penelitian memperoleh perlakuan

dan ke untungan yang sama tanpa membedakan gender, agama,

etnis, dan sebagainya.


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada wanita menopause disasaran dalam

penelitian ini adalah lansia di RW 04 Desa Batujajar Timur, dengan

jumlah responden sebanyak 45 lansia. Data hasil penelitian ini diperoleh

dengan menggunakan instrument berupa kuisoner. Hasil penelitian ini

ditampilkan berdasarkan distribusi frekuensi dari setiap variabel dan

hubungan masing-masing variabel penetian dijelaskan sebagai beriut :

1. Analisa Univariat

Responden dalam penelitian ini adalah Penderita Menopause di

RW 04 Desa Batujajar Timur yang mengalami Kecemasan

Adapun hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Variabel penelitian

Variabel yang di teliti adalah varibel konsep diri, tingkat

kecemasan. Distribusi Frekuensi variabel penelitian dapat dilihat pada

tabel tersebut.

b. Gambaran Responden Berdasarkan Konsep Diri

Hasil penelitian diperoleh data Konsep Diri yang telah di uji

dengan analisa univariat untuk melihat persentase distribusi frekuensi

45 reponden seperti yang tertera pada tabel 6 berikut ini :

73
74

Table 6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasakan


Konsep Diri

Konsep Diri Jumlah Responden Persentase (%)


Tinggi 7 15.6
Sedang 6 13.3
Rendah 32 71.1

Total 45 100
Sumber : Data Primer 2020
Berdasarkan hasil univarat yang tertera tabel 6 pada 45

responden tentang distribusi konsep diri pada wanita Menopause,

didapatkan konsep diri tinggi (15.6%) konsep diri sedang (13,3%) dan

konsep diri rendah (71.1%)

c. Gambaran Responden Berdasarkan Tingkat Kecemasan

Hasil penelitian diperoleh data Tingkat Kecemasan yang telah di

ujidengan analisa univariat untuk melihat persentase distribusi

frekuensi 45 reponden seperti yang tertera pada tabel 7 berikut ini

Tabel 7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat


Kecemasan

Tingkat Kecemasan Jumlah Persentase (%)


Tidak Ada 1 2.2
Ringan 6 13.3
Sedang 9 20
Berat 29 64.4

Total 45 100.0
Sumber : Data Primer 2020

Berdasarkan hasil analisa univariate yang tertera pada tabel 8 pada

45 responden tentang tingkat kecemasan didapatkan tidak ada

kecemasan (2.2%) dan kecemasan ringan (13.3%) dan kecemasan

sedang (20%) sedangkan kecemasan berat (64.4%).


75

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

hubungan konsep diri dengan tingkat kecemasan pada wanita menopause

di rw 04 desa batujajar timur.

a. Hubungan Konsep Diri Dengan Tingkat Kecemasan Pada Wanita

Menopause Di RW 04 Desa Batujajar Timur

Hasil penelitian diperoleh data hubungan konsep diri dengan tingkat

kecemasan di rw 04 desa batujajar timur yang telah di uji coba dengan

uji korelasi spearman untuk melihat presentase distribusi frekuensi pada

45 responden seperti yang tertera pada tabel 8 berikut

ini :

Table 8 Distribusi Uji Korelasi Spearman Hubungan Konsep Diri


Dengan Tingkat Kecemasan Pada Wanita Menopause di
RW 04 Desa Batujajar Timur

Tingkat Kecemasan

Konsep Diri R 0.385


P 0.009
N 45

Dari hasil uji statistik pada tabel diatas diperoleh, nilai p=0.009 <α (0.05)

r=385 maka Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan antara

konsep diri dengan tingkat kecemasan.

Nilai korelasi r = 0.009 menunjukan bahwa hubungan antara konsep diri

dengan tingkat kecemasan kuat, dan berpola negatif artinya semakin rendah

konsep diri maka semakin meningkat tingkat kecemasan.


76

B. Pembahasan

Pembahasan pada penelitian ini difokuskan pada pembahasan tentang

hubungan konsep diri dengan tingkat kecemasan pada wanita menopause di

RW 04 Desa Batujajar Timur. Pada masa menopause terjadi perubahan-

perubahan fisik dan psikologis yang menimbulkan perubahan-perubahan

pada konsep diri sehingga dapat menyebabkan kecemasan. Perubahan

psikologis sangat mempengaruhi kualitas hidup wanita menopause seperti

perubahaan mood, kecemasan, labilitas emosi, merasa tidak berdaya,

gangguan daya ingat dan merasa tidak berharga. Konsep diri wanita

menopause sangat berkaitan dengan kecemasan yang dialaminya, konsep diri

yang terganggu akan menyebabkan wanita tidak berfikir realistis sehingga

akan terjadi kecemasan. Wanita yang sudah mengalami menopause merasa

sangat stress dan depresi dengan kondisi yang mereka alami. Depresi yang

dialami oleh wanita yang menopause akan sangat berdampak pada konsep

diri wanita tersebut. Hal ini berkenaan dengan kehilangan peran nya sebagai

wanita dan harus menghadapi masa tuanya,

1. Analisa Univariat Mengenai Gambaran Responden Berdasarkan


Konsep Diri
Calhoun dan acocella (2011) mendefinisikan konsep diri sebagai

gambaran mental diri seseorang. Hurlock mengatakan bahwa konsep diri

merupakan gambaran seseorang mengenai diri sendiri yang merupakan

gabungan dari keyakinan fisik, psikologis, sosial, emosional aspiratif, dan

prestasi yang mereka capai.


77

Orang dengan konsep diri negatif akan cenderung bersikap

pesimistik terhadap kehidupan dan kesempatan yang di hadapinya ia tidak

melihat tantangan sebagai kesempatan namun lebih sebagai halangan.

Orang dengan konsep diri negatif akan “mudah menyerah sebelum

perang”, dan jika gagal akan ada dua pihak yang disalahkan, entah itu

menyelahkan diri sendiri (secara negatif) atau menyalahkan orang lain.

Sebaliknya seseorang dengan konsep diri yang positif akan

terlihat lebih optimis, penuh percaya diri dan selalu bersikap positif

terhadap segala sesuatu, juga terhadap kegagalan, namun lebih

menjadikanya sebagai penemuan dan pelajaran berharga untuk

melangkah kedepan. Orang dengan konsep diri positif akan mampu

menghargai dirinya dan melihat hal-hal yang positif yang dapat dilakukan

demi keberhasilan dimasa yang akan datang.

Reaksi-reaksi psikis wanita pada usia menopause itu sangat

bergantung pada pandangan hidup serta eksistensi (Konsep) diri yaitu

bagaimana individu berpikir dan menilai dirinya sendiri. Jika ia tidak bisa

menemukan harmoni dan keseimbangan, maka terjadilah trauma biologis

dan trauma psikis. Terjadi pula perasaan degradasi diri, disertai tingkah

laku yang aneh-aneh, tidak pantas dan cenderung tidak terkendali.

Hasil penelitian terhadap wanita menopause terhadap konsep diri

di RW 04 Desa Batujajar Timur didapatkan hasil konsep diri responden

adalah dalam kategori konsep diri tinggi sebanyak 7 responden (15,6%),

konsep diri sedang sebanyak 6 orang (13,3%), konsep diri rendah


78

sebanyak 32 orang (71,1%). Peneliti berpendapat bahwa konsep diri

tinggi dan rendah dipengerahui oleh faktor usia dan pekerjaan. Pada

penelitian ini usia terbanyak 60 tahun sebanyak 24 responden (53%). Hal

ini sesuai dengan teori blackburnd dan davidson (1990) faktor yang

mempengarahui menopause yaitu umur waktu mendapat haid pertama

kali dimana usia menopause dimulai pada saat umur 50 tahun berhenti

siklus haid.

Wanita pada usia 40 sampai 50 tahun mengalami masa peralihan

dari siklus haid yang rutin setiap bulan ke masa menopause dimana

terjadi perubahan-perubahan fisik dan juga kejiwaan pada diri seseorang

wanita yang mempengaruhi kualitas hidup wanita menopause. Oleh

karena itu memasuki usia 40-50 tahun sering dijadikan sesuatu yang

menakutkan bagi wanita. Kekhawatiran yang mungkin muncul dari

pemikiran bahwa dirinya akan menjadi tidak sehat dan tidak cantik.

(Baziad, 2002).

Ciri-ciri orang yang menerima dirinya adalah menerima diri

sendiri apa adanya, tidak menolak diri sendiri, apabila memiliki

kelemahan dan kekurangan memiliki keyakinan bahwa untuk mencintai

diri sendiri. Wanita yang mengalami menopause digambarkan banyak

mengalami masalah-masalah antara lain marasakan perubahan psikis dan

fisik yang mempengaruhi kualitas hidup wanita menopause

(Johnson,1993)
79

Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Hill, dalam penelelitian

tahun 2005 sindroma menopause dialami oleh wanita seluruh dunia.

Sekitar 70-80% wanita eropa, 60% di amerika, 57% di malaysia, 18%

dicina, dan 10% di indonesia. Setiap tahunnya diperkirakan 25 juta wanta

diseluruh dunia akan memasuki masa menopause. Jumlah wanita yang

berusia 50 tahun ke atas di seluruh dunia akan meningkat 500 juta lebih

dari satu miliar pada tahun 2030.

Peneliti berpendapat bahwa faktor usia mempengaruhi konsep diri

wanita menopause. Semakin menua dinyatakan adanya beberapa

perubahan kualitas hidup seperti mulai menarik diri dari pergaulan sosial

karena merasa dirinya tidak ada harganya dan merasa tidak berguna lagi,

membatasi untuk berinteraksi sosial dengan teman maupun keluarga.

Mereka lebih suka menyendiri jauh dari keramaian. Wanita menopause

akan membutuhkan keluarga dan teman-teman terdekat sebagai dukungan

agar tidak minder dalam beradaptasi dengan lingkungan selain itu adanya

motivasi dari dirinya untuk menjalani hidupnya yang baik.

2. Analisa Univariat Gambaran Responden Berdasarkan Tingkat

Kecemasan

Berdasarkan penelitian ini responden dengan tingkat kecemasan nya

diketahui bahwa sebanyak tidak ada sebanyak 1 orang (2.2%), ringan 6

orang (13.3%), sedang sebanyak 9 orang (20%), dan berat sebanyak 29

orang (64.4%). Dengan pendidikan responden pendidikan terbanyak

adalah pendidikan pada pendidikan tingkat SD yang sebanyak 26 orang


80

(57.8%). Responden yang dikategorikan memiliki pengetahuan baik

maka akan lebih mampu mengatasi kecemasan yang dialaminya.

Sedangkan responden yang dikategorikan memiliki pengetahuan kurang

cenderung mengalami kecemasan berat. Kecemasan bukan hanya sakit

secara emosional tapi karena ada kesalahan dalam pengetahuan, semakin

banyak pengetahuan yang diketahuinya maka kecemasan akan lebhih

mudah untuk di atasi. Setiap wanita yang akan memasuki masa

menopause harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang

menopause agar dapat menjalani masa tersebut dengan lebih tenang

sehingga wanita tersebut tidak mengalami kecemasan (Kasdu, 2002).

Ancok (1985) dalam Notoadmodjo (2005) bahwa bukan berarti

seseorang yang berpendidikan rendah pastilah berpengetahuan rendah

pula. Karena peningkatan pengetahuan seorang tidak mutlak diperoleh di

pendidikan formal tetapi juga bisa diperoleh dari sumber informasi lain.

3. Analisa Bivariat Mengenai Hubungan Konsep Diri Dengan Tingkat

Kecemasan Pada Wanita Menopause Di RW 04 Desa Batujajar

Timur

Berdasarkan hasil analisa uji spearman diperoleh nilai

Pvalue=0.009, α= 0.05 r=385 sehinga 0.009<0.05 yang artinya ada

hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan tingkat kecemasan di

rw 04 desa batujajar timur. Hasil penelitian ini sejalan denan penelitian

yang dilakukan Triani Rosanti, Tri Anjaswani, Novita dewi 2017 yang

menunjukan uji korelasi spearman didapatkan Hasil yang diperoleh


81

dengan menggunakan uji korelasi Spearman Rank didapatkan nilai

Pvalue=0,000, α= 0,05, r= -0,675, dengan derajat bebas (n-2= 28). Nilai

Pvalue lebih kecil dari α (0,000 < 0,05) sehingga dapat disimpulkan Ho

ditolak. Dari hasil pengujian ini disimpulkan bahwa terdapat hubungan

yang kuat antara konsep diri dengan tingkat kecemasan pada ibu

menopause. Koefesien korelasi yang negative mengindikasikan bahwa

terdapat hubungan yang negative (berlawanan arah) antara gambaran diri

dengan tingkat kecemasan. Semakin positif konsep diri seseorang maka

tingkat kecemasan akan semakin normal.

Berdasarkan penjelasan di atas peneliti simpulkan bahwa konsep

diri memiliki korelasi yang sangat erat dengan kecemasan jadi apabila

konsep diri seseorang positif maka kecemasan akan teratasi, dan

pengetahuan tentang kecemasan merupakan hal penting karena semakin

banyak pengetahuan yang diketahuinya maka kecemasan akan lebhih

mudah untuk di atasi.

Berdasarkan hasil penelitian sebagian responden yang memiliki

konsep diri rendah sebanyak 32 orang (71,1%) sedangkan responden

yang tingkat kecemasan berat sebanyak 29 orang (64.4%). Konsep diri

responden diukur berdasarkan kemampuan menjawab pertanyaan tentang

konsep diri meliputi perubahan-perubahan yang terjadi saat mengalami

masa menopause fisik atau psikis, harga diri, gambaran diri, ideal diri,

peran, identitas diri. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Putri Verinia di Puskesmas Sedayu II Bantul Yogyakarta,


82

dengan jumlah responden 34 ibu menopause konsep diri rendah 13 orang

(24,52%) dengan tingkat kecemasan berat 1 orang (1,88%). Dari hasil

tersebut terlihat bahwa konsep diri rendah kurang nya menerima diri

sendiri, bersikap yang berlebihan sehingga merasa segala tindakan nya

perlu mendapat penghargaan.

Dalam penelitian ini telah dilakukan pembagian yang telah uji

valid untuk mengukur konsep diri dan tingkat kecemasan responden pada

konsep diri yang pertama dari hasil penelitian diperoleh sebanyak

(71,1%) memiliki konsep diri rendah dengan tingkat kecemasan berat

(64.4%). Dari hasil tersebut terlihat bahwa mayoritas wanita menopause

memiliki konsep diri yang rendahdengan tngkat kecemasan yang berat.

Hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu tingkat

pendidikan, pekerjaan. Tingkat pendidikan responden yang mayoritasnya

SD sehingga tingkat pengetahuan nya rendah dan mengakibatkan tidak

bisa mengatasi tingkat kecemasan yang berat, status pekerjaan terhadap

tingkat kecemasan menopause, karena sebagian besar responden

berprofesi ibu rumah tangga. Aktifitas wanita sehari-hari dapat

mempengaruhi kualitas hidup yang dimiliki, seorang wanita yang

berperan hanya sebagai ibu rumah tangga saja tingkat pengetahuan yang

dimiliki cenderung tidak banyak perubahan.

Namun demekian, pekerjaan adalah suatu yang dilakukan untuk

mecari nafkah atau pencaharian (Notoatmodjo, 2005). Dalam pengertian

tersebut terdapat suatu unsur keharusan sehingga ada kemungknan


83

kecemasan tersebut berasal dari pekerjaan itu sendiri dan bukan berasal

dari proses menuju menopause menurut darmojo dan hadi (2006) seorang

wanita yang mempunyai aktifitas sosial diuar rumah akan lebih banyak

mendapat informasi baik misalnya dari teman bekerja atau teman dalam

aktifitas sosial.

Adapun hasil kuesioner mengenai konsep diri responden pada

kategori konsep diri rendah dan tingkat kecemasan berat. Pada kuesioner

konsep diri didapatkan 71.1% memiliki konsep diri rendah. Kebanyakan

responden menjawab sesuai dengan apa yang responden alami selama

masa menopause pada pertanyaan tentan perubahan-perubahan yang

terjadi pada masa menopause seperti harga diri, ideal diri, gambaran diri,

peran, identitas diri. Sehingga mayoritas reponden mengalami konsep diri

yang rendah karena responden sebagian besar tidak mengetahui konsep

diri secara lebih. Terjadi karena memang faktor pendidikan responden

rendah yang menyebabkan kurangnya pengetahuan tentang konsep diri

pada masa menopause ditambah dengan infomasi yang kurang dari

kerabat dan keluarga. Padahal pengetahuan dan informasi tentang konsep

diri pada manopause sangat penting untuk meningkatkan konsep diri

responden mengenai konsep diri pada masa menopause.

Sedangkan pada kuesioner tingkat kecemasan yang didapatkan

hampir seluruhnya dari responden memiliki tingkat kecemasan yang berat

sebanyak 64,4% hal ini terjadi karena dari mereka menjawab ada gejala

yang responden alami selama menopause. Padahal jika pengetahuan


84

responden tinggi mereka dapat mengatasi kecemasan begitupun

sebaliknya jika responden pengetahuan responden kurang maka

responden tidak dapat mengatasi kecemasan saat masa menopause karena

perubahan-perubahan yang terjadi pada masa menopause.

C. Keterbatasan

Keterbatasan dalam penelitian ini sulitnya mengumpulkan responden

di setiap RW sehingga ada beberapa yang harus door to door dan tidak ada

warga yang menolak walaupun dalam kondisi pandemic covid-19, Karena

peneliti dalam melakukan penelitian mematuhi protocol kesehatann.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan terhadap 45

responden mengenai “Hubungan Konsep Diri Dengan Tingkat

Kecemasan Pada Wanita Menopause Di RW 04 Desa Batujajar Timur”

maka dapat disimpulkan :

1. Gambaran konsep diri pada wanita menopause di rw 04 desa

batujajar timur memiliki konsep diri rendah sebanyak 32 lansia

(71.1%).

2. Gambaran tingkat kecemasan pada wanita menopause di rw 04

desa batujajar timur memiliki tingkat kecemasan berat sebanyak 29

lansia (64.4%).

3. Terdapat hubungan antara konsep diri dengan tingkat kecemasan di

rw 04 desa batujajar timur diperoleh, nilai p=0.009 <α (0.05)

B. Saran

1. Bagi Wanita

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi wanita sebagai

bahan informasi dan wawasan tentang menopause sehingga mereka

dapat lebih siap baik segi fisik maupun psikologis dalam

menghadapi menopause.

85
86

2. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat menjadi sumbangan literature, di

perpustakaan STikes Budi Luhur Cimahi. Menambah sumber

infomasi, referensi jurnal, dan dapat dijadikan alternative untuk

mahasiswa STikes Budi Luhur Cimahi sehingga dapat berguna

bagi pembaca untuk mengatasi masalah kondep diri pada wanita

menopause

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini dilaksanakan untuk menambah pengetahuan

dan wawasan peneliti tentang hubungan konsep diri dengan

kecemasan dalam menghadapi menopause.

4. Bagi Peneliti Berikutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk

melakukan penelitian tentang faktor-faktor konsep diri terhadap

wanita menopause

5. Bagi Puskesmas

Hasil penelitian ini dapat dijadikan evaluasi bagi tenaga

kesehatan puskesmas dalam memberikan pendidikan kesehatan di

pelayanan posbindu lansia bahwa perubahan-perubahan yang

terjadi pada masa menopause adalah proses fisiologis alamiah agar

dapat diterima oleh wanita menopause dan tidak menimbulkan

kecemasan.
DAFTAR PUSTAKA

[1] Notoatmodjo, Metodelogi Penelitian Kesehatan. jakarta: Rineka Cipta,


2018.
[2] narusalam, metodelogo penelitian ilmu keperawatan pendekatan praktisi.
jakarta: salemba medika, 2017.
[3] R.B Burns, Konsep Diri, Teori, Pengukuran, Perkembangan, dan Prilaku.
jakarta: Arcan, 1993.
[4] Nina Siti Mulyani, Menopause. Yogyakarta: Nuha Medika, 2013.
[5] A. Baziad, Menopause Andropause. jakarta pusat: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohrjo, 2003.
[6] Savutri Ramahaiah, Kecemasan. jakarta: Pustka Obor Populer, 2003.
[7] Atikah Proverawati, Menopause dan Sindrom Pre Menopause. jkarta: Muha
Medika, MPH 2010.
[8] Dadang Hawar, Manajemen Stress, Cemas, dan Depresi.: FKUI jakarta,
2011.
[9] Lestry D, Seluk Beluk Menopause. Yogyakarta: Muha , 2010.
[10] T Rostiana, "WANITA YANG MENGHADAPI MENOPAUSE," Jurnal
psikologi, vol. 3, p. NO 1, April 2020 2009.
[11] Rina Kundre dan Rivelino s Hamel, "HUBUNGAN ANTARA KONSEP
DIRI DENGAN TINGKA KECEMASAN PADA WANITA
MENOPAUSE," vol. 7, no. 1, p. 1, November 2019.
[12] Cut muslihat Minda Septiani, "FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KECEMASAN DALAM MENGHADAPI
MENOPAUSE DI DESA MEUNASAH DAYAH KECAMATAN
PEUSANGKAN KABUPATEN BIREUEN," vol. 5, no. 2, p. 2, OTOBER
2019.
[13] Novita Lusiana, "FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
DENGAN KECEMASAN WANITA DALAM MENGHADAPI
MENOPAUSE DI PUSKESMAS MELUR PEKANBARU TAHUN 2014,"
vol. 2, no. 5, p. 5, 2014.
[14] Nunuik Puspitasari Nur Isyana Aprilia. (2007, Juli) Faktor Yang
Mempengaruhi Tingkat Kecemasan Pada Wanita Perimenopause. [Online].

85
http://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://media.neliti.com/media/publications/38
76-ID-factor-yang-mempengaruhi-tingkat-kecemasan-pada-wanita-
perimenopause.pdf&ved=2ahUKEwi8zcfL_PjoAhUXdCsKHSurD8wQFjA
AegQIBhAC&usg=AOvV0W221aEXvxI9rPnBcmAo2
[15] S. Dwi Suliseliawaty. (2007) Dampak Menopause Terhadap Konsep Diri
Wanita Yang Mengalami Menopause di Kelurahan Trengguli, Kecamatan
Jenawi, Kabupaten Karanganyar. [Online]. http://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/1
23456789/64151/cover.pdf%3D7%26isAllowed%3Dy
%ved=2ahUKEewjWp6m7gvnoAhUTfX0KHcDhCqsQFJCegQBhAB&US
G=AOvVawFR89vZU8nVWYKYKYJOLgy8d&cshid=1587455156955
[16] E. Lukyta. (2006) Kecemasan Menjelang Masa Menopause Ditinjau Dari
konsep Diri Wanita Dewasa Madya. [Online]. http://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.wima.ac.id/3114/&ved=2ah
UKEwiDjbv_g_noAhUZA3IKHXMw804ChAWMAB6BAgAEAE&usg=A
OvVaw2Z2plI6rfhMkmilM8de3ISV
[17] Nur Hasan. (2012) Teori dan Model Keperawatan Callsta Roy. [Online].
http://www.google.com/ur?sa=web&rct=j&url=http://nurhasan-
unija.blogspot.com/2012/12/teori-dan-model-keperawatan-callista-roy.html
%3Fm%3D1&ved=2ahUKEwjDweD_hfnoAhUEg-
YKHWtOBrQQFjAMegQCRAB&usg=AOvVawOa_mud4OgRZp3L2Q2w
M3lc&cshid=1587456011477
[18] Ika Erika. (2000) Hubungan antara Konsep Diri dengan derajat stress pada
masa menopause. [Online]. http://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.untar.ac.id/8513/&ved=2ah
UKEwiq1OO5iPnoAhUUWXOKHaYICOUQFjANegQICBAB&usg=AOv
VawOnNOCVVVQPgdOC1m_jggzG
[19] M A Rosyada. (2015) Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Usia
Menopause. [Online]. http://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://media.neliti.com/media/publications/18
410/-ID-faktor-faktor-yang-berhubungan-dengan-usia-menopause-studi-di-
puskesmas-bangetay.pdf&ved=2ahUKEwjavOWTifnoAhWwIEsFHasMC-
kQFjAGegQIBRAB&usg=AOvVaw1Xagx

PERSETUJUAN KESEDIAAN MENJADI

RESPONDEN(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertandatangan dibawah ini telah bersedia untuk


diwawncara atau menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh
peneliti dengan sebenar-benarnya tanpa ada kebohongan dalam
penelitian yang berjudul “HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN
TINGKAT KECEMASAN PADA WANITA MENOPAUSE”
Nama/Inisial :
Umur :
Jenis kelamin :
Alamat :
Menyatakan bersedia / tidak bersedia menjadi responden dalam
penelitian dari
Nama : Agam Ismail Nugraha
Nim : C.0105.16.002
Status : Mahasiswa
Program studi : Pendidikan Ners
Judul : Hubungan Konsep Diri Dengan Tingkat
Kecemasan Pada Wanita Menopause Di RW 04
Desa Batujajar Timur
Dengan demikian saya menyatakan secara sukarela untuk ikut
sebagai responden dalam penelitian ini serta bersedia menjawab
pertanyaan dengan sadar dan sebenar-benarnya.

Cimahi, Juli 2020

(…………….)

LEMBAR KUESIONER DATA DEMOGRAFI

1. Jenis Kelamin : Perempuan

2. Usia : …… tahun

3. Tempat tinggal :
4. Pendidikan : Tidak sekolah

SD

SMP

SMA

Perguruan Tinggi

5. Pekerjaan :

PNS

Pegawai Swasta

Lain-lain, sebutkan

………………….

6. Status Perkawinan :

Menikah

Janda

KUISONER TINGKAT KECEMASAN HARS (HAMILTON ANXIETY

RATING SCALE)

A. Penilaian

0 : Tidak ada (Tidak ada gejala sama sekali)


1 : Ringan (Satu gejala dari pilihan yang ada)

2 : Sedang (Separuh dari gejala yang ada)

3 : Berat (Lebh dari separuh gejala yang ada)

4 : Sangat Berat (Semua gejala ada)

B. Berilah tanda (√) pada salah satu kolom yang tersedia sesuai dengan

pilihan anda saat ini

No Pernyataan 0 1 2 3 4
1 Perasaan Cemas

a. Saya mempunyai firasat cemas

b. Saya takut akan fikiran sendiri

c. Saya mudah tersinggung

2 Ketegangan

a. Saya merasa tegang bila ada

masalah

b. Saya sering merasa lesu


3 Ketakutan

a. Saya takut berada di tempat

gelap

b. Saya takut jika keluarga saya

meninggalkan saya sendirian

c. Orang asing bagi saya

menakutkan

d. Saya takut pada binatang besar


e. Saya tidak berani lagi melintas

dikeramaian lau lintas

f. Saya takut pada kerumunan

orang
4 Gangguan tidur

a. Saya susah memulai tidur

b. Saya sering terbangun dimalam

hari

c. Tidur saya sudah tidak nyenyak

lagi

d. Saya sering mimpi buruk

e. Saya sering mimpi yang

menakutkan
5 Gangguan Kecerdasan

a. Daya ingat saya menurun

b. Saya sulit berkonsentrasi

c. Saya bingung terhadap sesuatu


6 Perasaan depresi

a. Sejak saya tahu diri saya

menopause sayake kehilangan

minat

b. Saya merasa sedih jika

memikirkan usia saya yang

sudah menopause

c. Saya sering bangun dini hari


d. Saya berkurang kesukaan

terhadap hobi yang dulu saya

sering lakukan

e. Perasaan saya berubah-rubah


7 Gejala pada sistem tubuh

a. Saya merasakan nyeri otot

b. Kaku pada otot sering saya

alami

c. Suara saya sering tidak stabil

d. Saya merasakan kedutan otot


8 Gejala sensorik

a. Telinga saya sering berdengung

b. Penglihatan saya kabur

c. Muka saya merah pucat

d. Saya merasa lemah


9 Gejala pada jantung

a. Denyut nadi saya cepat

b. Jantung saya berdebar-debar

c. Denyut nadi saya mengeras

d. Saya sering merasa lemah

seperti mau pingsan

e. Saya merasakan nyeri dada jika

memikirkan sesuatu

f. Detuk jantung saya menghilang

sekejap
10 Gejala pernafasan

a. Bila bernafas, saya seperti ada

rasa tertekan didada

b. Pernafasan saya seperti tercekik

bila bernafas

c. Saya merasakan sesak nafas

pendek/sesak

d. Saya sering menarik nafas

panjang
11 Gejla sistem pencernaan

a. Saya kesulitan menelan

b. Saya merasa mual dan mutah

c. Berat badan saya menurun sejak

memasuki usia menopause

d. Saya sulit buang air besar

e. Perut saya seing melilit

f. Saya mengalami gangguan

pencernaan

g. Saya mengalami nyeri lambung

sebelum/sesudah makan

h. Saya merasakan panas di perut

i. Perut saya terasa kembung


12 Gejala pada sistem perkemihan

a. Saya sering kencing


b. Saya tidak dapat menahan

kencing
13 Gejala autonomy

a. Mulut saya terasa kering

b. Muka saya terasa kering

c. Saya mudah berkeringat

KUISONER KONSEP DIRI

TSCS (TENNESSEE SELF CONCEPT SCALE)


A. Keterangan

SS : Sangat Sesuai

S : Sesuai

TS : Tidak sesuai

STS : Sangat tidak sesuai

B. Berilah tanda (√) pada salah satu kolom yang tersedia sesuai dengan

pilihan anda saat ini

No Pertanyaan SS S TS STS
1 Saya dapat menjalani menopause

dengan baik
2 Saya yakin semua masalah dalam

masa menopause ini bisa saya hadapi


3 Saya sering merasa murung selama

menopause
4 Seburuk apapun kondisi menopause
saya saya akan tetap tenang
5 Saya tidak terganggu dengan

keluhan-keluhan yang saya rasakan

selama menopause
6 Saya merasa penampilan saya tidak

menarik seperti teman-teman

seumuran saya
7 Saya sering mengalami kesulitan

tidur
8 Saya merasa gelisah saat memikirkan

kondsi tubuh saya


9 Menopause adalah hal biasa yang

harus dilalui oleh setiap wanita

dimasa hidupnya
10 Menopause membuat saya tidak

tenang
11 Saya puas dengan diri saya sekarang

walaupun saya sudah menopause


12 Walaupun saya sudah menopause

saya bisa mengurus diri saya sendiri


13 Saya dapat tenang walaupun bentuk

tubuh saya tidak seperti dulu


14 Saya memiliki keluarga yang selalu

siap untuk membantu ketika saya

dalam kesulitan menghadapi masa

menopause
15 Saya tetap disayangi walaupun sudah

menopause oleh keluarga dan teman

saya
16 Saya tidak dicintai oleh keluarga saya

karena sudah menopause


17 Saya mudah tersinggung ketika ada

yang sedang menceritakan masalah

menopause di depan saya


18 Saya ingin lebih diperhatikan oleh

orang-orang disekeliling saya


19 Kondisi fisik saya tidak menghalangi

saya untuk bekerja


20 Saya sangat sensitive terhadap apa

yang keluarga saya katakana tentang

saya pada saat saya dalam masa

menopause
21 Saya harus meningkatkan

kepercayaan saya terhadap keluarga

saya walaupun saya sudah

menopause
22 Menopause membuat saya merasa

nyaman dan bebas melakukan semua

kegiatan saya
23 Selera makan saya berkurang karena

memikirkan menopause yang saya

alami
24 Apakah setelah menopause ibu
merasa senang karena tidak
memikirkan lagi repotnya menstruasi
25 Apakah aktivitas dan hubungan sosial

ibu menjadi terganggu setelah

mengalami masa menopause

Anda mungkin juga menyukai