Tuntunan Pengastawa Pemangku
Tuntunan Pengastawa Pemangku
1. Makna Mantra/Doa
Mantra atau doa sesungguhnya tidak lain ucapan dari keinginan manusia yang ditujukan kepada
Hyang Widhi atau Ida Bhatara. Bahasa yang dipakai untuk menyampaikan keinginan itu, bisa
dengan bahasa Bali (sehe), bahasa Kawi dan bahasa Sanskerta. Doa yang memakai bahasa
Sanskerta sering disebut mantra. Sedangkan yang memakai bahasa Bali dan Kawi sering disebut
sehe atau sesontengan. Jika memakai bahasa sanskerta cara mengucapkan dengan menyanyi
(seronca atau sruti), sedangkan jika doa dengan bahasa Kawi maka ucapannya dengan
menggunakan palawakia, dan jika berdoa dengan menggunakan bahasa Bali maka ucapannya
seperti berkomunikasi biasa dengan orang yang lebih tinggi (bahasa halus).
Masalah bahasa yang dipakai dalam berdoa sesungguhnya tidaklah merupakan masalah, karena
Hyang Widhi atau Ida Bhatara adalah Maha Tahu, Maha Pengasih, Maha Sakti dan Maha
Bijaksana. Yang terpenting sesungguhnya dalam berdoa itu hendaknya ucapan (doa) itu dilandasi
dan didorong oleh keyakinan (sraddha) yang kuat, kesucian pikiran (lascarya) dan pasrah. Namun
dalam rangka menyamakan persepsi serta peningkatan pengetahuan pemangku maka dalam
berdoa itu perlu menggunakan mantra-mantra atau bahasa Sanskerta, sehingga agama Hindu itu
universal tanpa menghilangkan konsep desa kala patra.
Mantra dalam konteks agama Hindu dikaitkan dengan penggunaannya dalam upacara agama
adalah untuk memuja Ida Hyang Widhi dengan segala manifestasinya. Dalam kaitan ini maka
mantra adalah ucapan yang merupakan rumus-rumus yang trdiri atas suatu rangkaian kata-kata
gaib yang dianggap mengandung kekuatan atau kesaktian untuk mencapai secara otomatis apa
yang dikehendaki oleh manusia. Mantra itu sering kata-katanya tidak dimengerti oleh sebagian
besar orang dalam masyarakat. Justru disitulah memberikan nilai magis atau suasana kramat dan
gaib, misalnya kata AUM atau Om atau Ong.
Om atau Ongkara adalah prenawa, yaitu simbol kehidupan. Dalam mantra om dianggap
mempunyai kekuatan gaib. Kata Om dimaksudkan widyasakti dari Hyang Widhi yang merupakan
dari unsur-unsur Tri Sakti yakni kesaktian untuk menciptakan disimbolkan dalam hurup atau
ucapan Ang, kesaktian untuk memelihara atau menghidupkan disimbolkan dalam ucapan Ung, dan
kesaktian untuk mengembalikan semua ciptaannya ke asalnya (pralina) diwujudkan dalam simbol
ucapan atau hurup Mang. Gabungan ketiga bunyi inilah (Ang, Ung, Mang) berubah menjadi Om
atau Ongkara. Ongkara adalah pranawa atau Bija Mantra dalam setiap doa atau mantra. Artinya
setia memulai mengucapkan bait mantra, selalu didahului dengan Om.
Rumus-rumus itu mengandung suasana sakral dan mempunyai kesaktian karena isinya, serta sifat
sakral atau kekuasaan magis dari orang yang memakainya dan karena bahasa yang dipakai dalam
mengucapkannya. Kegunaan mantra adalah untuk menurunkan dewa atau Ida Bhatara ke dalam
bentuknya yang sekala niskala. Menurut praktek yoga, untuk menurunkan Hyang Widhi ke dalam
bentuk skala-niskala ke dalam hati seorang yogi menggunakan sarana-sarana yang dapat disentuh
oleh panca indera, seperti pujian-pujian (stuti atau stawa) persembahan berupa bunga (puspanjali),
gerak tangan yang mempunyai arti mistik (mudra), suka kata atau rumus-rumus sakral (mantra).
Ini semua merupakan alat atau sarana untuk mengadakan kontak dengan Hyang Widhi yang
niskala, sekaligus juga merupakan wadah Hyang Widhi bersemayam. Hyang Widhi turun ke
dalam harumnya bau bunga, yang melambangkan kesucian pikiran si pemuja, ke dalam kata-kata
atau suku kata dalam bentuk mantra yang melambangkan kesucian perkataan si pemuja, dan
dalam bentuk lagu yang dilantumkan oleh si pemuja atau dalam bentuk syair dari si penyair.
Dengan demikian Tri Kaya Parisudha seharusnya sudah tersirat dan tersurat dalam setiap perlaku
dan tindakan pemangku sebagai pemimpin upacara. Pemilihan bunga sebagai sarana pemujaan
hendaknya bunga yang harum dengan warna sesuai dengan simbol warna dewa yang dipuja atau
yang diharapkan hadir dalam upacara tersebut seperti bunga putih untuk Dewa Siwa, bunga merah
untuk Brahma, bunga kuning untuk Dewa Mahadewa, bunga biru untuk Bhatara Wisnu dan
kalpika atau bunga campuran untuk bhatara Siwa atau semua dewa. Sangatlah kurang baik jika
memuja memakai bunga tidak harum dengan warna yang tidak sesuai.
Pemikiran-pemikiran yang demikian yang mendasari penggunaan mantra adalah dalam
mengantarkan persajian atau dalam ngawekasang persembahan sang Yajamana kepada Hyang
Widhi atau Ida Bhatara. Dengan pemahaman ini diharapkan para pemangku tidak ragu-ragu
menggunakan mantra. Suatu mantra dilandasi oleh keyakinan yang kuat tidak akan mancapai
tujuannya.
2. Langkah-langkah dalam Memimpin atau Ngawekasan Yadnya
Mempersiapkan Peralatan Nunas Tirtha
a. Sangku atau sibuh atau payuk tempat tirta. Bila upacara itu agak besar agar disiapkan dua
tempat tirta. Bila upacara kecil atau rerahinan biasa cukup satu tempat tirta.
b. Bija (aksata) dan ganda (air cendana) masing-masing satu tempat ditaruh berdekatan. Bija
adalah lambang benih. Bija hendaknya dicampur dengan air cendana agar harum. Kumara dalam
mantra yang menyertai kata aksata (Om Kumara aksata ya namah swaha) adalah anak Dewa Siwa.
Dengan demikian bija adalah simbol Dewa Siwa sendiri. Gandha, atau bau-bauan yang harum
adalah simbol amrtha (lambang kehidupan abadi). Dalam mantra gandha dihubungkan dengan
Siwa sebagai Iswara.
c. Puspa, adalah simbol suguhan, juga sebagai perwujudan perasaan manusia yang dapat
mendatangkan kepuasaan. Kembang atau puspa juga merupakan lambang dewa Siwa yang
niskala, khususnya berupa bau yang keluar dari puspa itu. Karena itu usahakan bunga yang
dipakai dipilih dari bunga-bunga yang berbau harum. Sebab bau juga melambangkan kesuciaan
manah manusia, makin harum bunga yang dipakai maka makin suci pikiran kita. Alangkah
baiknya jika dilengkapi dengan kalpika. Karena kalpika merupakan lambang Tri Murti.
d. Pasepan. Api dengan asapnya yang harum (harus mengharumkannya dipakai kemenyan atau
kayu cendana, atau kayu majegau) melambangkan akasa. Pasepan juga sebagai pengantar upacara,
yang menghubungkan manusia dengan Ida Bhatara. Api atau Dewa Agni adalah dewa yang
mengusir raksasa dan membakar habis semua mala, ia juga merupakan dewa pemimpin upacara
menurut kitab Weda. Karena itu setiap upacara yadnya selalu ada pasepan atau api, atau berupa
dupa.
e. Sirat toya (yang dibuat dari seetmimang) besarnya sesuai dengan kebutuhan.
f. Siwowista (dibuat untuk tempat tirta, untuk diri sendiri, untuk bajra bila memakai bajra)
adalah simbol penydhamala sahaning leteh.
g. Dulang, tempat menaruh semua peraltan pemangku ini, di atas dulang di alasi kapar.
h. Ghanta (bajra), bila memakai. Ghanta (simbol sumber bindhu nada (Hyang Widhi sendiri).
Juga sebagai sarana untuk memudahkan untuk memanggil ida Bhatara untuk hadir dalam upacara
itu. Sekaligus juga sebagai sarana untuk memudahkan pemusatan pikiran karena dituntun oleh
getaran suara nada dari ghanta ini.
i. Dalam rangka nunas tirtha dihadapan pemangku hendaknya disediakan daksina sebagai
tempat linggih ida bhatara. Bila tidak ada daksina juga dipakai kain putih kuning (rantasan putih
kuning) dilengkapi dengan canang sari, burat wangi dan canang pesucenan dan sesarin banten.
Langkah untuk Memimpin atau Ngawekasan yadnya
a. Penyucian diri
b. Penyucian peralatan upacara pemangku
c. Nunas panugrahan ida bhatara
d. Nunas tirta pengelukatan banten
e. Ngelukat diri
f. Penyucian eteh-eteh pangeresikan yang telah disiapkan
g. Ngemargiang pangeresikan banten muah pelinggih Ida Bhatara
h. Ngelinggihang Ida Bhatara
i. Ngayabang aturan /banten dengan urutan sebagai berikut:
1) Surya
2) Sor Surya
3) Lebuh
4) Banten piodalan (ring ajeng) Ida Bhatara
5) Sor (segehan)
6) Pelinggih sami
j. Persembahyangan bersama (mebakti)
1) tanpa serana sekar miwah puyung
2) sekar putih ring Siwa Raditya
3) kwangen bhatara Samodaya
4) Kwangen nunas panugarahan
5) Tanpa serana sekar (Dewa Suksma)
A. menyucikan Diri
Perbuatan pembersihan diri meliputi:
a. Sabda, bayu, idep, merupakan tiga aspek yang harus disakralkan (disucikan) penyucian
idep melalui mantra utpathi, dan sthiti yaitu proses menghayalkan dan pemusatan pikiran kepada
Ida Bhatara.
b. Pengisian/penyucian diri dengan melakukan pranayama, memohon perlindungan kepada
Hyang Widhi.
Proses penyucian diri ini dimulai dari mengambil tempat duduk. Bentuk penyucian diri ini berupa
beberapa sikap tangan dan disertai dengan mengucapkan mantra-mantra sesuai dengan tujuannya
dengan urutan-urutan sebagai berikut:
1) Mencaci tangan dengan air Ma: Om hrahphat astra ya namah
2) Berkumur : Om Um hrahphat astra ya namah
3) Masila pened : Om Padmasana ya namah swaha
4) Pranayama : a.Puraka : Om Am namah (mengisap udara)
b.Kumbhaka : Om, Um namah (menahan nafas)
c.Rechaka : Om Mam Namah (mengeluarkan nafas)
Om Um phat astra ya namah
Atma tattwama suddhamam swaha
Om ksama sampurna ya namah swaha
5) Ngastiti mantra: Om Sa Ba Ta A I NA MA SI WA YA AM UM MAM
6) Mantrani sarira (mensakralkan badan: Om prasaddha sthiti sarira Siwa suci nirmala ya
namah swaha.
7) Penyucian angga sarira: Om Siwa, Sada Siwa, Parama Siwa ring bayu sabda idep suddha
nirmala ya namah swaha.
8) Ngleng patitis kayun : Om sah sapariyoga ya namah swaha
9) Ngili atma (mempertemukan atma dengan Siwa): Om Siwa, amrtha ya namah. Om Sada
Siwa amrtha ya namah. Om parama Siwa amrtha ya namah.
B. Nunas Pangarahan
1. Ring Bethara Siwa (sarana bunga putih)
Om awignam astu nama siddham. Nian panugrahan sarana toya raup akna.
Om, Am, Um, Mam, Siwa, Sada Siwa, Parama Siwa ring bayu sabda idep suddhanta nirwignam
ya namah
Om siddhi swaha ya namah
Idep dewa Siwa malingga ring baunta tengen, Dewa Sada Siwa malingga ring baunta kiwa. Dewa
Parama Siwa mungguh ring siwadwaranta, pada nyuksma ring raga sariranta kabeh, tunggal sira.
Apupul kabeh, umungguh tungtunging papusuh. (sekar sumpangang ring tengahing lelata mwah
ubun-ubun, mwah ungkur destar)
2. Nunas Panugrahan ring Bhatara Hyang Guru:
Pakulun SangHyang Guru Reka, SangHyang Kawiswara, SangHyang Saraswati, Ginalina sung
nugraha solah ulun ing kawenang. Lampah tan wigna paripurna yanamah swaha Om Am Um
Mam.
3. Nunas Panugrahan ring Bathara Tiga Sakti
Pakulun Padukuh Bethara Durga, paduka bhatara, guru, paduka bhatara Brahma, anyusup ring
adnyaning hening. Bhatara Durga malinggih ring bongkol lidah hulun, bhatara guru malinggih
ring madyaning lidah hulu, bathara Brahma malinggih ring pucuking lidah hulun. Om Tri Lingga
jumeneng neneng. Om Am Um, Am Um, Am Um Am Ah.
5.Ngastiti Mantra
Ngalinggihang Hyang Widhi dalam manifestasinya, berupa dasa aksara. Pikiran dipusatkan
dan seolah-olah Ida Bhatara turun dari akasa dan malingga di prahyangan atau daksina ajeng
pemangku dan berkenan memberikan panugrahan air suci yang kita mohon dengan mengucapkan
bait-bait mantra. Sikap tangan angranasika. Sarana sekar putih. Ma:
Om anantasana ya namah. Om padmasana ya namah.
Om, I Ba Sa Ta, A. Om Ya, Na, Ma, Si, Wa
Om Mang, Um, Ang Namah (Upatthi)
Om, Sa, Ba, Ta, A, I. Om, Na, Ma, Si, Wa, Ya
Om, Am, Um, Mang. (sthiti)
(Sekare peletikang ke ajeng)
C. Nunas Tirta
a. Jika pemangku tidak memakai ghanta, maka sikap kedua tangan angransika sambil
memegang bunga. Pandangan dan pikiran dipusatkan kepada bunga yang merupakan simbul
Hyang Widhi/Idha Bhatara yang kita mohoni tirtha.
b. Jika pemangku memakai ghanta, tangan kiri memegang ghanta tangan kanan memegang
bunga dengan sikap angransika, tangan kanan yang memegang bunga setinggi hulu hati, demikian
juga posisi ghanta setinggi hulu hati.
c. Sebelum mengucapkan mantra bunga yang dipakai sebagai sarana mohon tirta setiap kali
memakainya hendaknya dicelupkan dulu ke dalam air cendan (gandha) agar harum baru tangan
angranasika. Dan setiap selesai mengucapkan bait-bait mantra sesuai dengan nama jenis
mantranya, bunga selalu dimasukkan ke dalam sangku yang berisi titha (air) sebagai simbolis
bahwa beliau (Ida Bhatara) telah mengubah air itu menjadi tirtha yang kita inginkan.
Dari seluruh kegiatan pemujaan, memohon air suci (tirtha) merpakan proses yang amat penting.
Tirtha merupakan produk terakhir dari suatu pemujaan. Tirtha dipandang sebagai air suci yang
mengandung tuah kekuatan yang berasal dari Ida Bhatara, yang memberikan perasaan bersih dan
terlindung serta kebahagiaan bagi yang memohonnya. Juga yang mampu menghilangkan segala
mala atau kotoran yang melekat pada semua peralatan upacara. Cara memohonnya dengan
menggunakan sarana bunga yang telah dicelupkan ke dalam air cendana, bija dan kemudian
diasapi. Selanjutnya disertai dengan mengucapkan bait-bait mantra sesuai dengan tujuan. Setiap
selesai mengucapkan bait-bait mantra bunga kemudian dimasukkan ke dalam sangku atau payuk
tirtha. Demikian seterusnya sampai semua bait mantra selesai diucapkan sesuai dengan tujuan
permohonan air suci itu. Proses mohon tirtha itu sesuai dengan urutan mantra di bawah ini.
Proses nunas tirtha di mulai dari
1. Ngambil kalpika, sikap angranasika. Astra Mantra
Om rahphat astra ya namah. Atma tattwama suddham swaha
Om ksama sampurna ya namah
Om sripasupataye Um phat
Om sriyam bhawantu,
Om sukham bhawantu,
Om purnam bhawantu ya namo namah swaha
(sekare ranjingang ke sangku)
Penjelasan: Mantra di atas (no. 1) Astra Mantra. Pada halaman-halaman berikutnya mantra ini
sering dipergunakan pada saat maketis atau menyucikan peralatan upacara. Untuk selanjutnya
akan ditulis nama mantranya saja. Yang dimaksud adalah mantra di atas.
2. Puja mantra pangider bhuwana (nunas tirtha ring idha bhatara ngider bhuwana)
Om Iswara purwa bajrantu. Dupa agnya mahesora
Danda Brahma daksinanca. Nirityam Rudra Muksalam
Om pascimantu Mahadewa. Wabhyan angkus Sangkara
Cakra Wisnu Utaram desa. Ersanya Sambhu Tri Sulam
Om padma madya Siwam dewa. Taya Sada Siwa
Stata urdhaparam Siwasca. Sarwa dewata uciate
(sekare ranjingang ke sangku).
*Jangkep lan dewinya
Om Iswara Uma dewisca. Mahesora Laksmi dewi
Brahma Saraswati dewi. Rudra Santani Dewi
Om Mahedewa Saci dewi. Sangkara Warahi dewi
Wisnu bhatara Sri dewi. Sambhu dewa Uma dewisca
Om padma madya Sawitri Gaytri Uma. Tattwa Mahadewisca
Om Am, Um, Am Um, Am Um,.
Om Sri dewi Sangkara swaha
3. Sirat tirta ke ajeng sebanyak baris mantra
Om pang padya ya namah. Om am argha dwaya ya namah
Om yam jiwa suddha ya namah. Om cam camanya ya namah
Om grim Siwa griwaya namah. Om dewa bathara sampurna ya namah. Om toyam gangga
pawitrani ya namah
4. Sangkepi dengan gandha, aksata dan dupham. Masukan semua unsur tersebut ke dalam
sangku. Ma:
Om Sri Gandhaswari byo amertha namah swaha
Om kum Kumara wija ya namah. Om puspa dantha ya namah
Om Dupham samar payami ya namah
5. Pranayama. Heningkan pikiran dan pusatkan kepada Hyang Widhi (ida Bhatara Susuhunan
di Parhyangan. Ma:
Om Am namah (menarik nafas). Om Um namah (menahan nafas). Om Mam Namah (mngeluarkan
nafas).
6. Sirat ring kunda rashsya (ubun-ubun. Ma:
Om Am Siwa amertha ya namah. Om Am sada Siwa amertha ya namah . Om Am parama Siwa
amrtha ya namah
Om Am Ksama sampurna ya namah.
7. Sirat tirtha ke ajeng: astra mantra, lan sangkepi
8. Sangkepi dengan gandha, akasata dan dupham. Masukan semua unsur tersebut ke dalam
sangku. Ma:
Om Sri gandhaswari byo amertha namah swaha
Om Kum Kumara wija ya namah. Om puspa dantha ya namah
Om Dupham samar payamai ya namah
Lanjut mengambil ghanta
(apabila pemangku menggunakan ghanta dalam memuja). Seblum memulai membunyikan gantha
maka tahap-tahap di bawah ini haru diikuti, tetapi apabila tidak memakai gantha mantra no. 9
dengan no. 16 di bawah ini tidak perlu diikuti.
9. Memasang sirowista pada ghanda. Sirati tirtha sirowista. Ma: Om dewa pratistha ya namah
swaha
10. Mensucikan sirowista. Ma:
Om mejung wausat Siwaya sampurna ya namah swaha
Om rim kawaca ya namah (sirowista pasang ring gentha)
11. Ambil ghanta lan ketisin tirtha. Ma:
Om dewa prathista ya namah swaha
12. Ghanta di asapi. Ma:
Om Am dhupa astra ya namah
13. Ngastawa ghanta (mensucikan ghanta). Tangan kiri memegang ghanta, tangan kanan
memegang kalpika. Pikiran dipusatkan pada ghanta. Ngastitiyang mangda Ida Bhatara tedun tur
malingga ring bajra , muah suaran bajra. Suaran bajra silih sinunggil nyasa Hyang Widdhi marupa
windu nada. Ma:
Om Omkarah Sada Siwa sthah. Jagat natha hitangkarah
Abihiwade wadaniyah. Ghanta sabda praksyate
Ghanta sabdda maha srethah. Om karah parikertitah
Candrardha bindu nadantam. Spulingga Siwa tattwanca
Om ghantayur pujyate dewah. Abhawya bhawya karmesu
Waradah labda sandheyah. Wara siddhir nursangsayam
Selesai mengucapkan mantra di atas peletik pelit ghanta ping 3. setiap selesai meletik pelit ghanta,
tangan kanan di putar tiga kali mengitari ghanta dengan mengikuti arah jarum jam, perilaku ini
mewujudkan atau menstanakan Hyang Widhi dalam wujud Tri Aksara dalam suara nada ghanta,
sekaligus menuntun pemusatan pikiran kita kepada Hyang Widhi untuk memberikan berkah
kepada air suci (tirtha) yang kita yang kita mohon kepada Ida Bhatara. Ma.:
Peletik ping 1: Am. Peletik ping 2: UM. Peletik ping 3 : Mam
Setiap selesai putaran sentuhkan bunga yang ada pada tangan kanan pada ujung ghanta sebagai
simbolis menstanakan Ida Bhatara pada ghanta.
14. Membunyikan ghanta. Ma:
Om tam tat purusa ya namah
Om Bam Bamadewa ya namah
Om Am Agora ya namah
Om Sam sadia ya namah
Om rengkayase sirase ya namah
Om Bhur bhwah swah jwalini ya namah
Om rum kawaca ya namah
15. Sangkepi. Ma:
Om gandham (siratin toya cendana bajrane)
Om Akasata (mijain bajra). Om dhupam astra ya namah (asepin bajrane). Om Am Kasolkaya
Iswara ya namah (wajikin tangane aji toya wajik tangan, lan bajra genahang ring genahe).
16. Pangaksama. Agem ghanta Ma:
Om ksama swamam Mahadewa. Sarwa prani hitangkara. Mam moca sarwe papebyah. Palaya
swa Sada Siwa1
Papo ham papa karmaham. Papatma papa sambhawah. Trahi mam sarwo papebyah. Kanancin
mam ca raksanthu2
Ksantawyah kayiko dosah. Ksantawyo waciko mamah. Ksantawyo manaso dosah. Tat
prasiddhantu ksama swamam3
Hinaksaram hina padam. Hinan mantram tathaiwa ca. Hina Bhaktim hina wrdhim.Sada Siwa
namo stute4
Mantram hinam kriyam hinam. Bhaktinam Maheswara. Ya pujitnam Maha dewa. Paripurnam tad
astu me5. (sekare ranjingang ring sangku)
17. Puja Apsu Dewa (sikap sama dengan di atas). Ma:
Om apsu dewa pawitrani. Gangga dewi namo stute. Sarwa klesa winasanam. Toyem
Parusddhyate1
Sarwa papa winasini. Sarwa roga wimocane. Sarwa klesa winasanam. Sarwa bhogam awapnuyat2
Om Sri kare sapahut kare. Roga dose winasanam. Siwa logam maha yaste. Mantre manah pape
kelah3
Sindyan tri sandya sapaha. Sakala mala malahar. Siwamrtha manggalan ca. Nadinimdam namah
swaha4
18. Pancak saram stutti (sikap sama dengan di atas). Ma:
Om pancaksaram Maha Tirtham. Pawitram papa nasanam. Papa koti saha sranam. Aganam bhawet
segaram1
Pancaksaram parama jnanam. Pawitram papa nasanam. Mantramtham parama jnanam. Siwa loka
pratham subham2
Namah siwaya ity evam. Para brahmatmane wandam. Para saktih panca diwah. Pasca Rsyam
bhawed Agni3
A-karas-ca U-karas-ca. Makaro winddhu nadakam. Pancaksaram maya proktam. Om kara Agni
matrake4
19. Puter air (we) ring sangku ping 3 arah tengen memutarnya pakailah sesirat tirtha. Ma: Om
bhur bhwah swah swaha maha Ganggayai tirtha pawitrani swaha.
Sampai di sini selesailah proses nunas tirtha untuk keperluan sehari-hari. Apabila pemangku
ngawekasang yadnya yang agak besar (tiga bulanan, piodalan dsb) maka proses nunas tirtha
dilanjutkan kembali dengan mengikuti mantra-mantra di bawah. Untuk nunas tirtha ini harus
tridatu. Proses nunas tirtha ring payuk merajah ini mulai dari mantra:
20. Pemendak dewa atau peganggaan atau Stawa Bhatara
Sikap sama seperti di atas. Sarana Kalpika bija. Ma:
Om pranamya bhaskara dewam. Sarwa klesa winasanam. Pranamya ditya sewartham. Bhukti-
mukti warapradam1
Om gangga Saraswati Sindhu. Wipasa kausiki nadi. Yamuna maha srestha. Sarayus ca Mahanadi2
Gangga Sindhu Saraswati. Suyamuna Godawari Narmada. Kaweri Serayuh Mahendra tenaya.
Carmawati winuka3
Badra Netrawati Maha Suranadi. Kyata caya gandhaki. Punyah purna jalah samudra. Sahitah
kurwamtu te manggalam4
21. Stawa Sad Gangga
Om Gangga Dewi maha punye. Namaste wisma brahmini
Yamuna parame punye. Namas te Parameswari
22. Sabda dewata. Ma:
Sarwa wighna winasayantu. Sarwa klesa winasyatu
Sarwa dukha winacaya.Sarwa papam winasaya namo namah swaha (t)
23. Tibeni kembang. Tanpa ghanta. Sarana sekar lan bija. Sikap menyembah. Ma:
Om Om I A KA SA MA RA LA WA YA Om swaha
Om Om kumuda jayai yiwa sarira ksanda disima
24. Mrtyun Jaya Stawa (pujian kepada penakluk kematian) pakai ghanta jika ada ghanta. Jika
tidak pakai ghanta sikap angranasika.
Om Dhirgayur bala wrdi sakti karanam. Mrtyun jaya saswatam. Rogadi ksaya kustha . dustha
kelusam. Candra phraba bhawaram1
Hrim mantram cacatur bhujam, Trinayana wiyalo pawitam siwam. Swetan camrta madyagam.
Sukha karam pawitram jiwa ksaya wiyansakam2
Swetham bhoruha karnikorpari gatam. Dewasuraih pujitam. Mrtyu krodabalam maha-krty mayam.
Karpura-renu prabham3
Twam wande hradaya bhakti saranam. Prappyam maha prastumaih. Santam sarwagatam nirantam
abhawam. Bhutatma kam nirganam4
Sraddha bhakti kriam wimukti karanam. Wyaptam jagat dharanam. Mauli bandha kirita kundala
dharam. Caitanya dustha ksayam5
Wande mrtyu-jitam sayapya maraho. Mantra di-dewo Harih. Mukta twam jagat twam semadi
satatam. Catanya dustha ksayam6
(sekare ranjingang ke tirta ring payuk)
25. Mrtyun Jaya Stawa (sabda pemberi restu). Ma:
Om mrtyun jayasya dewasya. Ye namany anukirtiayet
Dirghayusyam awapnoti. Sanggrama wijayi bhawet
Om Atma Tattwatma suddha mam swaha
(sekar ranjingang ke tirta ring payuk)
26. Pemarisudha (ketisang tirtha ring sangku ke tirtha ring payuk). Ma:
Om pertama sudha, dwitya sudha, trtya sudha, caturti sudha, pancami sudha, sadmi sudha, saptani
sudha, sudha, sudha sudha wariastu tat astu astu ya namah swaha.
27. Tambah Ayu Wrdhi. Sarana sekar lan bija. Ma:
Om ayur wrddhi yaso wrddhih. Wrddhih pradnya sukha sriyam. Dharma santana wrddhisyat.
Santute sapta wrdaydhah1
Yawan mero stitho dewah. Yawad gangga mahitale. Candrarko gagane yawat. Tawat wa wijayi
bhawet2
Om dirghayur astu tathastu. Om awighnam astu tathastu. Om subham astu tathastu. Om sukham
bhawantu
Om purnam bhawantu. Om sreyo bhawantu3. (sekare ranjingang ke tirtha ring Payuk)
28. Mensakralkan tirtha. Sarana sekar lan bija. Ambil bunga setiap baris mantra lalu masukkan ke
payuk. Om Siwa amrtha ya namah
Om sada Siwa amrtha ya namah
Om Parama Siwa amrtha ya namah
29. Lajut sangkepi Ma:
Om Sri gandha suci nirmala ya namah (masukkan air cendana ke payuk)
Om Kum Kumara wija byo ya namah swaha (masukkan bija ke payuk)
Om Om puspa dantha ya namah swaha (masukkan puspa ke payuk)
Om dhupam astraya namah swaha (putar pasepan ping 3 di atas payuk)
30. Ngelukat diri dengan tirtha pelukatan. Sirat ubun-ubun ping 3. Ma:
Om Budha maha pawitra ya namah
Om dharma maha tirtham ya namah
Om Sang Hyang Maha Toyam ya namah
31. Nunas tirtha ping 3. Ma: Om Brahma pawaka ya namah
Om Wisnu Amrtha ya namah
Om Siwa adnyana ya namah
32. Meraup muka ping 3 Ma: Om Siwa sampurna ya namah
Om sada Siwa pari purna ya namah
Om Para Siwa Ksama sampurna ya namah
33. Mabija, Ma: ambil bija dan taruh pada telapak tangan kiri, kemudian berikan mantra: Om
idem bhasma param guyam
Sarwa papa winasanam
Sarwa raga praca manam
Sarwa kelusa nanasanam
34. Raris genahang ring:
Ubun-ubun : Om Am Isana ya namah
Tengahing lelata Ma : Om tam tat purusa ya namah
Ulun hati Ma : Om Am Agora ya namah
Bahu tengen : Om Bam Bama Dewa ya namah
Bahu kiwa : Om Sam Sadaya namah
Kama maka kalih : Om Um rah Astraya namah
35. Masang sirowistha
Sirati tirtha sirowistha Ma: Om dewa pratistha ya namah swaha
Asepi srowistha Ma: Om dupham astra ya namah swaha
Mantrani sirowistha:
Om sirowistha maha diwyam. Pawitram papa nasanam
Nityam kusagram tisthati. Sidantam pratigrnati
Om hrum rah phat astra ya namah (pasang sirowistha ring lelata)
36. Menyuntingkan bunga ring ungkur destar. Ma:
Om Sri ksamara ya namah
37. Mesesirat ke awang-awang. Ma: pakai Astra mantra lanjut Sangkepi (lihat di depan).
Selesai sudah proses nunas tirtha pengelukatan untuk dipakai ngelukat banten, parhyangan Ida
Bhatara mwah semua peralatan upacara. Catatan penting: proses nunas tirtha ini dari mantra
nomor 1 sampai dengan nomor 37 selalu dilaksanakan setiap akan memulai memimpin upacara
yadnya apapun. Karena sebelum banten itu dipersembahkan kehadapan Hyang Widhi atau Ida
Bhatara, banten tersebut terlebih dahulu harus disucikan dengan air suci yang kita mohon
kehadapan Ida Bhatara.
Selesai proses nunas tirtha barulah ngilenang upacara yadnya apapun namanya yang patut
diselesaikan oleh Jro Mangku.
PUPUT
Ring Pemerajan
Om Brahma Wisnu Iswara Dewah
Jiwatmanam Tri Lokanam
Om catur diwya mahasakt Sarwa
Jagat pratistanam
Om guru paduka dipataya namah
Puja Ring Dewi Sri (Rainan soma ribek/mantenin padi ring lumbung)
Om Sridewimaha waktram. Catur warna catur buja. Pradnya wirya siradnyenyah. Cintamani kuru
samretah.
Sri Canduli maha dewi. Sri matha maha sobitem. Dadi sime sika nityem. Niwitam certa kencanam
Sri dadia bajia twa dewam. Prana tanduli sadnyikah. Mani ratna tata puniyem. Sarwa ratna tata
puniyem. Sarwa ratna guna nitah
Sri dana dewi kebamiem. Sarwa rupa wati tasia. Sarwadnya kamita datiyam. Sri Sri dewi
namostute.
Masila pened : Om Padmasana ya namah swaha
10) Pranayama : a.Puraka : Om Am namah (mengisap udara)
b.Kumbhaka : Om, Um namah (menahan nafas)
c.Rechaka : Om Mam Namah (mengeluarkan nafas)
Om Um phat astra ya namah
Atma tattwama suddhamam swaha
Om ksama sampurna ya namah swaha
Puja Trisandya