NIM : P2.06.20.1.19.018
Tingkat : 2A
Matkul : KMB I
Dosen : Ida Rosdiana, M.Kep., Ns.Sp.Kep.M.B
- Striktur urethra
- Ruptura urethra
- Infeksi uretra (relatif)
- gejala trauma pada traktus urinarius bagian bawah, misalnya terjadi robekan pada
uretra
2. Identifikasi komplikasi dari pemasangan kateter dan apa yang harus dilakukan untuk
mencegahnya!
Jawab :
Komplikasi :
Infeksi Saluran Kemih Terkait Pemasangan Kateter
Pencegahannya :
Strategi untuk pencegahan infeksi saluran kemih terkait pemasangan kateter disebut
dengan “bundle catheter”. Bundle catheter meliputi intervensi edukasi untuk memperbaiki
penggunaa kateter yang tepat dan keterampilan klinis dalam penempatan kateter,
intervensi praktek seperti pembatasan kateter dan protokol pelepasan, dan penggunaan
teknologi spesifik seperti ultrasound kandung kemih (Loveday et al., 2014, Abdella,
Banks & Wilmann, 2016). Pencegahan infeksi saluran kemih terkait pemasangan kateter
telah terbukti berhasil dalam tindakan pecegahan infeksi, misalnya memonitor
penggunaan kateter urin, praktek pemasangan urine yang tepat dan merubah kebiasaan
dan pola pikir perawat, dokter serta pasien tentang kebutuhan pemasangan kateter
(Medding et al., 2013). Dan diantaranya pencegahan dapat dilakukan dengan :
1. mengurangi pemakaian kateter jika memang tidak terlalu dibutuhkan
2. pelapasan waktu kateter yang tepat
3. perawatan kateter (teknik insersi, teknik pembersihan, mempertahankan sterilitas, dll)
4. pendidikan dan pelatihan (edukasi perawat, edukasi pasien, dan pembuatan pedoman)
Sebenarnya Komplikasi paska pemasangan kateter interkostal dapat dibedakan menjadi 2
berdasarkan waktu terjadinya: early (terjadi 24-48 jam pertama) dan late (terjadi >48
jam). [1-3,7]
Komplikasi Early
Komplikasi yang dapat terjadi pada 24-48 jam pertama pasca tindakan adalah sebagai
berikut:
Sindrom Horner: gejala miosis, ptosis, dan anhidrosis yang terjadi akibat trauma pada
trunkus simpatetik yang terjadi bila kateter interkostal masuk terlau dalam hingga ke
apeks, di mana terdapat ganglion simpatetik. Selang kateter ini menyebabkan kompresi
langsung ke simpatetik ganglion, menyebabkan inflamasi lokal, hematoma, fibrosis
pada serabut saraf.[1,2]
D. Persiapan Pasien
1. Jelaskan pada pasien tujuan dan tindakan yang akan diberikan
2. Pasien dalam keadaan tidur/ berbaring.
E. Langkah-langkah
1. Tutup tirai dan pintu kamar pasien
2. Perawat mencuci tangan
3. Bersihkan daerah perineum dengan sabun dan keringkan.
4. atur posisi untuk pemasangan kateter.
Wanita: dorsal recumbent
Pria :Supine
5. Letakkan set kateter diantara kedua tungkai bawah pasien dengan jaral min
45cm dari perineum pasien.
6. Buka set kateter
7. Gunakan sarung tangan steril.
8. pasang duk berlubang didaerah genitalia pasien.
9. Tes ballon kateter.
10.membuka daerah meatus
Wanita :B uka labia dengan menggunakan jari telunjuk dan ibu jari
tangan kiri lalu sedikit ditarik keatas
Pria : Pegang daerah dibawah glanda penis dengan jari dan
telukjuk, preputium ditarik keatas
11.Membersihkan daerah meatus dengan kapas sublimat dan pinset.
Wanita : Bersihkan daerah labia luar terakhir bagian meatus, kapas
hanya sekali dipakai.
Pria : Bersihkan dengan arah melingkar dari meatus keluar
minimum 3x
12.Lumasi ujung kateter dengan xylocain jelly
Wanita : 4-5 cm
Pria : 15-18 cm
13.Masukan kateter
Wanita :
Sepanjang 5-7 cm sampai urine keluar
Pria : sepanjang 18-20cm sampai urine keluar, tegakkan penis
dengan sudut 90° .
14.Jika waktu memasukkan kateter terasa adanya tahanan jangan dilanjutkan
15.selama pemasangan kateter anjurkan pasien untuk nafas dalam.
16.Masukkan kateter sepanjang 2cm sambil sedikit diputar.
17.isi ballon kateter dengan NaCL sebanyak yang ditentukan, menggunakan spuit
tanpa jarum.
18.Tarik kateter perlahan sampai ada tahanan ballon.
19.Fiksasi kateter menggunakan pl;ester.
20.gantung urine bag dengan posisi lebih rendah daripada vesikaurinaria.
21.beri posisi yang nyaman pada pasien.
22.Rapihkan alat simpan alat pada tempatnya.
23.Perawat/ bidan mencuci tangan.
24.Catat prosedur pelaksanaan, kondisi perineum dan meatus, waktu, konsistensi,
warna, bau, jumlah urine, reaksi pasien pada catatan perawat.