Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

Ny.s DENGAN KASUS DM TIPE 2

RSU MITRA DELIMA

Oleh:

IQBAL YUSRIL F.

(2130019)

PROGRAM STUDI PROGRAM NERS KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN

MALANG

2021
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELLITUS

A. KONSEP KASUS
1. DEFINISI
Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit menahun (kronis) berupa gangguan
metabolik yang ditandai dengan kadar gula darah yang melebihi batas normal.
Penyebab kenaikan kadar gula darah tersebut menjadi landasan pengelompokan
jenis Diabetes Mellitus (RISKESDAS, 2020).
Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit atau gangguan
metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
urin, kerja insulin, atau kedua-duanya (ADA, 2013).
2. ETIOLOGI
Diabetes Mellitus memiliki faktor risiko atau faktor pencetus yang
berkontribusi terhadap kejadian penyakit. Upaya pengendalian faktor risiko dapat
mencegah diabetes mellitus dan menurunkan tingkat fatalitas (RISKESDAS,
2020).
Faktor risiko diabetes terdiri dari faktor yang dapat dimodifikasi dan faktor
yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi yaitu:
a. Ras
b. Etnik
c. Umur
d. Jenis kelamin
e. Riwayat keluarga dengan diabetes mellitus
f. Riwayat melahirkan bayi > 4.000gram
g. Riwayat lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR atau < 2.500gram).
Sedangkan faktor risiko yang dapat dimodifikasi yaitu:
a. Berat badan lebih
b. Obesitas abdominal/sentral
c. Kurangnya aktifitas fisik
d. Hipertensi
e. Dislipidemia
f. Diet tidak sehat dan tidak seimbang (tinggi kalori)
g. Kondisi prediabetes yang ditandai dengan toleransi glukosa terganggu
(TGT 140-199mg/dl) atau gula darah puasa terganggu (GDPT <140mg/dl)
h. Merokok
3. EPIDEMIOLOGI
Diabetes Mellitus menjadi penyebab utama kebutaan, penyakit jantung dan
gagal ginjal. Organisasi Internasional Diabetes Federation (IDF) memperkirakan
sedikitnya terdapat 463 juta orang pada usia 20-79 tahun di dunia menderita
diabetes melitus pada tahun 2019 atau setara dengan angka prevalensi sebesar
9,3% dari total penduduk pada usia yang sama. IDF memperkirakan prevalensi
diabetes ditahun 2019 yaitu 9% pada perempuan dan 9,65% pada laki-laki,
prevalensi diabetes diperkirakan meningkat seiring penambahan usia penduduk.
IDF juga memproyeksikan jumlah penderita diabetes pada penduduk usia 20-
79 tahun pada beberapa negara di dunia yang telah mengindetifikasi 10 negara
dengan jumlah penderita tertinggi yaitu Cina, India dan Amerika serikat
menempati urutan tiga teratas dengan jumlah penderita 116,4 juta, 77 juta dan 31
juta. Indonesia berada diperingkat ke-7 diantara 10 negara dengan jumlah
penderita terbanyak yaitu sebesar 10,7 juta.
4. KLASIFIKASI
Terdapat beberapa jenis Diabetes Mellitus, diantaranya:
a. Diabetes Mellitus tipe 1
Diabetes yang disebabkan kenaikan kadar gula darah karena kerusakan sel
beta pankreas sehingga produksi insulin tidak ada sama sekali. Insulin adalah
hormon yang dihasilkan oleh pankreas untuk mencerna gula dalam darah.
Penderita diabetes tipe ini membutuhkan asupan insulin dari luar tubuhnya.
Diabetes tipe 1 biasanya terjadi pada remaja atau anak dan rentan terhadap
ketoasidosis, memiliki insidensi lebih sedikit dibandingkan diabetes tipe 2,
akan meningkat setiap tahun baik di negara maju maupun di negara
berkembang (IDF, 2015).
b. Diabetes Mellitus tipe 2
Diabetes yang disebabkan kenaikan gula darah karena penurunan sekresi
insulin yang rendah oleh kelenjar pankreas (RISKESDAS, 2020). Diabetes
tipe 2 biasanya terjadi pada usia dewasa. Seringkali diabetes tipe 2 didiagnosis
beberapa tahun setelah onset, yaitu setelah komplikasi muncul sehingga tinggi
insidensinya sekitar 90% dari penderita DM di seluruh dunia dan sebagian
besar merupakan akibat dari memburuknya faktor risiko seperti kelebihan
berat badan dan kurangnya aktifitas fisik (WHO, 2014).
c. Diabetes Mellitus tipe gestasional
Diabetes tipe ini ditandai dengan kenaikan gula darah selama masa kehamilan.
Gangguan ini biasanya terjadi pada minggu ke-24 kehamilan dan kadar gula
darah akan kembali normal setelah persalinan. Wanita dengan diabetes
gestasional memiliki peningkatan risiko komplikasi selama kehamilan dan saat
melahirkan, serta memiliki risiko diabetes tipe 2 yang lebih tinggi dimasa
depan (IDF, 2015).
d. Tipe diabetes lainnya
Diabetes melitus tipe khusus merupakan diabetes yang terjadi karena adanya
kerusakan pada pankreas yang memproduksi insulin dan mutasi gen serta
menganggu sel beta pankreas, sehingga mengakibatkan kegagalan dalam
menghasilkan insulin secara teratur sesuai kebutuhan tubuh (Suryaningsih,
2018). Sindrom hormonal yang dapat menganggu sekresi dan menghambat
kerja insulin yaitu sindrom chusing, akromegalo dan sindrom genetik (ADA,
2013).
5. PATOFOSIOLOGI
Diabetes Mellitus (DM) merupakan kelainan metabolisme yang disebabkan
oleh terjadinya kerusakan pada sel-sel β pulau Langerhans dalam kelenjar
pankreas, sehingga hormon insulin disekresikan dalam jumlah yang sedikit,
bahkan tidak sama sekali. Diabetes mellitus juga dapat disebabkan oleh terjadinya
penurunan sensitifitas reseptor hormon insulin pada sel.
Metabolisme adalah proses pembentukan energi di dalam tubuh. Dalam proses
metabolisme insulin memegang peranan penting yaitu bertugas memasukkan
glukosa ke dalam sel, untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan bakar.
Insulin adalah suatu zat atau hormone yang disekresikan oleh sel–sel beta yang
salah satu dari empat tiap sel dalam pulau–pulau langerhans pankreas. Insulin
diumpamakan sebagai anak kunci yang dapat membuka pintu masuknya glukosa
ke dalam sel, untuk kemudian di dalam sel glukosa itu dioksidasi menjadi energi
atau tenaga.
Pada diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin
karena sel–sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Disamping
itu, glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun
tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia postprandial (sesudah
makan). Tidak adanya insulin disebabkan oleh reaksi autoimun yang disebabkan
karena adanya peradangan di sel beta pankreas. Ini menyebabkan timbulnya reaksi
antibodi terhadap sel beta yang disebut ICA (Islet Cell Antibody). Reaksi antigen
dengan antibodi yang ditimbulkan menyebabkan hancurnya sel beta. Apabila
konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa yang tersaring keluar. Akibatnya, glukosa tersebut muncul
dalam urine (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan diekskresikan ke dalam
urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan.
Keadaan ini dinamakan diueresis osmotic. Sebagai akibat dari kehilangan cairan
yang berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria)
dan rasa haus (polidipsia).
Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera
makan (polifagia) akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainya mencangkup
kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan normal insulin mengendalikan
glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis
(pembentukan glukosa baru dari asam–asam amino serta substansi lain). Namun
pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih
lanjut turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan
lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan
produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang
mengganggu keseimbangan asam–basa (penurunan pH) tubuh apabila jumlahnya
berlebihan. Keadaan ini disebut asidosis metabolic yang diakibatkanya dapat
menyebabkan tanda–tanda dan gejala seprti nyeri abdomen, mual, muntah,
hiperventilasi, nafas berbau aseton, dan bila tidak ditangani akan menimbulkan
perubahan kesadaran, koma, bahkan kematian.
Penderita Diabetes Mellitus dapat mengalami perubahan atherosklerotik pada
arteri-arteri besar, perubahan-perubahan ini sama seperti pada orang non diabetik,
insulin berperan utama dalam memetabolisme lemak atau lipida. Pada penderita
Diabetes Mellitus sering terjadi kelainan lipida. Hiperliproteinemia pada Diabetes
mellitus merupakan akibat dari adanya very low density lipoprotein yang
berlebihan. Pengecilan lumen pembuluh-pembuluh darah besar membahayakan
pengiriman oksigen ke jaringan dan dapat menyebabkan iskemia jaringan,
sehingga dapat timbul penyakit vaskuler seperti: penyakit cerebravaskuler,
penyakit arteri koroner, sternosis arteri renalis, vaskuler perifer dan penyakit
ekstermitas seperti gangren.
Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan
insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin
akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat
terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu reaksi dalam metabolisme
glukosa dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan
penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk
menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin, namun masih terdapat insulin
dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi
badan keton yang menyertainya. Karena itu ketoasidosis diabetik tidak terjadi
pada diabetes tipe II. Meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol
dapat meimbulkan masalah akut lainnyayang dinamakan sindrom hiperglikemik
hiperosmolar nonketotik (HHNK).
Untuk sebagian besar pasien (kurang lebih 75%), penyakit diabetes tipe II
yang didieritanya ditemukan secara tidak sengaja (misalnya, pada saat pasien
menjalani pemeriksaan laboratorium yang rutin). Salah satu konsekuensi tidak
terdeteksinya penyakit diabetes jangka bertahun–tahun adalah komplikasi diabetes
jangka panjang (misalnya, kelainan mata, neuropati perifer, kelainan vaskuler
perifer) mungkin sudah terjadi sebelum diagnosa ditegakan.
6. PATHWAY
DM TIPE 2
DM TIPE 1
Idopatik, usia,
Reaksi auto imun
genetik

Sel β pankreas Jumlah sel


rusak pancreas menurun

Defisiensi
insulin

Hiperglikemia:
Katabolisme Liposis
ketidakstabilan kadar gula
protein meingkat meningkat
darah

Penurunan
Fleksibilitas Pembatasan
BB
darah merah diit

Pelepasan O2 Intake tidak Resiko nutrisi


adektuat kurang

Perfusi Poliuri
Hipoksia
jaringan
perifer
tidak efektif

Defisit volume
Nyeri cairan

Gangguan
Mobilitas
Fisik
7. MANIFESTASI KLINIS
Beberapa gejala umum yang dapat ditimbulkan oleh penyakit DM diantaranya:
a. Polyuria (peningkatan pengeluaran urin), Hal ini disebabkan oleh karena kadar
glukosa darah meningkat sampai melampaui daya serap ginjal terhadap
glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula banyak menarik
cairan dan elektrolit sehingga penderita mengeluh banyak kencing.
b. Polidipsi (peningkatan rasa haus) akibat volume urin yang sangat besar dan
keluarnya air ang menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehidrasi intrasel
mengikuti dehidrasi ekstrasel akan berdifusi keluar sel emngikuti penurunan
gradient konsentrasi ke plasma yang hipertonik (sangan pekat). Dehidrasi
intrasel menrangsang pengeluaran ADH (Antidiureti Hormone) dan
menimbulkan haus
c. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran darah pada pasien
diabetes lama, katabolisme protein di otot dan ketidakmampuan sebagian sel
untuk mengguanakan glukosa sebagai energi.
d. Polifagia (peningkatan rasa lapar), Hal ini disebabkan karena glukosa tidak
sampai ke sel-sel mengalami starvasi (lapar).
e. Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan pembentuk
antibody, peningkatan konsentrasi glukosa disekresi mucus, gangguan fungsi
imun, dan penurunan aliran darah pada penderita diabetes kronik
f. Kelainan kulit: gatal-gatal, bisul
Kelainan kulit berupa gatal-gatal, baiasanya terjadi didaerah ginjal. Lipatan
kulit seperti diketiak dan dibawah payudarah. Baisanya akibat tumbuh jamur.
g. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang. Hal ini disebabkan
kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh berusama
mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein.
h. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi)
yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan
sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.
8. KOMPLIKASI
a. Akut
1. Hypoglikemia, kondisi ketika kadar gula didalam darah berada dibawah
normal kondisi ini bisa dialami penderita DM akibat dari penggunaan
obat-obatan yang dikonsumsi
2. Ketoasidosis, sering dialami penderita diabetes yang ditandai dengan
tingginya kadar keton didalam tubuh. Salah satu tanddantan adalah
munculnya bau mulut beraroma buah
b. Kronik
1. Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah jantung
pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak.
2. Mikroangiopati mengenai pembuluh darah kecil retinopati diabetik,
nefropati diabetic.
3. Neuropati diabetic merupakan gangguan saraf akibat penyakit diabetis
yang ditandai dengan kesemutan, nyeri, atau mati rasa. Neuropatik diabetic
sering menyerang saraf kaki.
9. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Gula Darah Puasa (GDO) 70-11 mg/dl
Kriteria diagnostic untuk diabetes mellitus >140mg/dl paling sedikit dua kali
pemeriksaan atau >140mg/dl disertai gejala klasik hiperglikemia
b. Gula darah 2 jam prandial <140mg/dl
Digunakan untuk skrining atau evaluasi pengobatan bukan diagnostic
c. Dula darah sewaktu <140mg/dl
Digunakan untuk skrining bukan diagnostic
d. Tes toleransi glukosa oral (TTGO)
GD <115 mg/dl setengah jam, 1 jam, 1½ jam < 200mg/dl, 2 jam <140mg/dl.
Dilakukan hanya pada pasien yang telah bebas dan diet. Beraktifitas fisik 3
hari sebelum tes tidak dianjurkan pada :
- Hiperglikemi yang sedang puasa
- Orang yang mendapat thiazide, Dilantin, propranolol, lasik, thyroid.
Estrogen, pil KB, steroid
- Pasien yang dirawat atau sakit akut
e. Tes toleransi glukosa intravena (TTGI)
Dilakukan jika TTGO merupakan kontrs indikasi atau terdapat kelainan
gastrointestinal yang mempengaruhi absorpsi glukosa
f. Glyeisatet hemoglobin
Berguna untuk memantau kadar glukosa darah rata-rata selama lebih dari tiga
bulan.

10. PENATALAKSANAAN
Ada empat komponen dalam penatalaksanaan diabetes mellitus :
a. Diet
Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari penatalaksanaan
diabetes. Penatalaksanaan nutrisi pada penderita diabetes diarahkan untuk
mencapai tujuan berikut:
1) Memberikan semua unsur makanan esensial (misalnya vitamin dan
mineral)
2) Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai
3) Memenuhi kebutuhan energi
4) Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan
mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-
cara yang aman dan praktis
5) Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat
b. Latihan
Latihan sangat penting dalam penatalaksanaan diabetes karena efeknya
dapat menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi faktor risiko
kardiovaskuler. Latihan akan menurunkan kadar glukosa darah dengan
meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian
insulin. Sirkulasi darah dan tonus otot juga diperbaiki dengan berolahraga.
Latihan dengan cara melawan tahanan (resistance training) dapat
meningkatkan lean body mass dan dengan demikian menambah laju
metabolisme istirahat (resting metabolic rate). Semua efek ini sangat
bermanfaat pada diabetes karena dapat menurunkan berat badan, mengurangi
rasa stress dan mempertahankan kesegaran tubuh. Latihan juga akan
mengubah kadar lemak darah yaitu meningkatkan kadar HDL kolesterol dan
menurunkan kadar kolesterol total serta trigliserida. Semua manfaat ini sangat
penting bagi penyandang diabetes mengingat adanya peningkatan risiko untuk
terkena penyakit kardiovaskuler pada diabetes.
c. Terapi
Pada diabetes tipe II, insulin mungkin diperlukan sebagai terapi jangka
panjang untuk mengendalikan kadar glukosa darah jika diet dan obat
hipoglikemia oral tidak berhasil mengontrolnya. Disamping itu, sebagian
pasien diabetes tipe II yang biasanya mengendalikan kadar glukosa darah
dengan diet atau dengan obat oral kadang membutuhkan insulin secara
temporer selama mengalami sakit, infeksi, kehamilan, pembedahan atau
beberapa kejadian stress lainnya. Penyuntikan insulin sering dilakukan dua
kali per hari (atau bahkan lebih sering lagi) untuk mengendalikan kenaikan
kadar glukosa darah sesudah makan dan pada malam hari. Karena dosis
insulin yang diperlukan masing-masing pasien ditentukan oleh kadar glukosa
darah yang akurat sangat penting.
d. Pendidikan Kesehatan
Diabetes mellitus merupakan sakit kronis yang memerlukan perilaku
penanganan mandiri yang khusus seumur hidup. Pasien bukan hanya belajar
keterampilan untuk merawat diri sendiri guna menghindari penurunan atau
kenaikan kadar glukosa darah yang mendadak, tetapi juga harus memiliki
perilaku preventif dalam gaya hidup untuk menghindari komplikasi jangka
panjang yang dapat ditimbulkan dari penyakit diabetes mellitus.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

DIABETES MELITUS

A. PENGKAJIAN

1. Riwayat penyakit sekarang: keadaan pasien mulai dari saat datang ke IGD RS,
keluhan pasien saat itu (lemas, tidak berdaya, kepala pusing, mual, muntah, sesak
nafas), pemeriksaan yang dilakukan sebelum dibawa ke RS tersebut (sebelumnya
pernah dibawah ke bidan dikasih obat tetapi tidak sembuh)
2. Riwayat penyakit dahulu: Adakah penyakit hipertensi, asma, diabetes, jantung dll
3. Riwayat penyakit keluarga: Adakah keluarga yang menderita penyakit yang sama
dengan pasien, menderita penyakit hipertemsi, DM, asmam, jantung dll.
4. Pemeriksaan fisik
a. Kulit dan rambut
Inspeksi:
Kulit: pucat, tidak ada lesi, turgot kulit menurun, edema
Rambut: tidak rontok, berwarna hitam/coklat, bersih/kotor
Palpasi: akral teraba dingin
b. Kepala
Inspeksi: Bentuk simetris atau tidak, bentuk kepala bulat/lontong, terdapat lesi
atau tidak, bentuk bola mata, sclera mata ikhterik, ukuran telinga, telinga
simtris atau tidak antara kanan dan kiri, terdapat serumen atau tidak pada
telinga, terdapat benjolan atau tidak pada area teling, bentuk hidung simetris
atau tidak, pada hidung terdapat secret/ lesi atau tidak, bentuk mulut simetris
atau tidak, lidah bersih atau tidak, gigi bersih atau tidak mukosa bibir
Palpasi: Terdapat nyeri tekan/tidak pada kepala, terdapat benjolan atau tidak
pada hidung
c. Leher
Inspeksi: Bentuk leher simetris, terdapat benjolan dilehar/tidak
Palpasi: Tidak ada/ada pembesaran kelenjar tyroid
d. Paru
Inspeksi: Simetris antara kanan dan kiri, tidak cekung ataupun menonjol
Palpasi: Getaran local femitus sama antara kanan dan kiri
Auskultasi: Bunyi suara paru vasikuler atau tidak
Perkusi: Resonan
e. Abdomen
Inspeksi: Perut simetris atau tidak, terdapat luka atau tidak
Palpasi: Terdapat nyeri tekan atau tidak
Auskultasi: Terdapat suara bising usus atau tidak
Perkusi: Resonan
f. Ekstremitas
Inspeksi: Terdapat luka atau tidak di ekstremitas atas muapun bawah
Palpasi: Terdapat nyeri tekan atau tidak di ekstremitas atas maupun bawah

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG SERING MUNCUL


1. Ketidakstabilan kadar gula darah
2. Perfusi perifer tidak efektif
3. Resiko nutrisi kurang
4. Gangguan mobilitas fisik
5. Defisit volume cairan
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi keperawatan merupakan segala bentuk terapi yang dikerjakan oleh perawat
yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai peningkatan,
pencegahan, pemulihan, kesehatan klien individu, keluarga, dan komunitas (TIM
POKJA SIKI DPP PPNI, 2018)
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status
kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Ukuran
intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan dukungan dan
tindakan untuk memperbaiki kondisi dan pendidikan untuk klien-keluarga ataupun
tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul dikemudian hari.
prosesnya harus berpusat pada kebutuhan klien dan faktor-faktor yang mempengaruhi
kebutuhan keperawatan, strategi implemetasi keperawatan dan kegiatan komunikasi.

E. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi keperawatan adalah suatu usaha untuk mengukur dan memberi nilai
secara obyektif pencapaian hasil-hasil yang telah direncanakan sebelumnya. Evalusi
merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah tindakan keperawatan
yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk mengatasi masalah. Pada tahap ini
perawat dapat mengetahui seberapa jauh diagnose keperawtan, rencana tindakan dan
pelaksanaan telah tercapai.
DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association (ADA). (2013, juni 11). Diabetes basic. Retrieved mei 28,
2021, from diabetes-basic: http://www.diabetes.org/diabetes-basics

International Diabetes Federation (IDF). (2015, juli 8). Diabetes atlas sixth edition. Retrieved
mei 28, 2021, from diabetes atlas: www.idf.org/diabetesatlas

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). (2020, Oktober 21). Tetap Produktif, cegah dan atasi
Diabetes Mellitus. Retrieved mei 27, 2021, from infodatin-2020-diabetes-melitus:
https://pusdatin.kemkes.go.id

Suryaningsih, T. (2018). Asuhan Keperawatan pada Tn. T dengan diabetes melitus pada
stroke non hemoragik. Karya tulis ilmiah.

TIM POKJA SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

World Health Organization (WHO). (2014). Commission on Ending childhood obesity.


departement of noncommunicable disease surveillance.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
Ny.S DENGAN KASUS DM TIPE 2

Oleh:

IQBAL YUSRIL F.

(2130019)

PROGRAM STUDI PROGRAM NERS KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN

MALANG

2021
Nama Mahasiswa : Iqbal yusril Tempat Praktik : R. Mawar
NIM : 21.300.19 Tgl. Praktik : 22-09-2021

A. Identitas Klien
Nama : Ny. S No RM : 1272282
Usia : 76 th Tgl MRS :22 juni
Jenis Kelamin : Perempuan Tgl Pengkajian :23 juni
Alamat : pagelaran Sumber informasi : Pasien
Status Pernikahan: Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : tidak terkaji
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
B. Status Kesehatan Saat Ini
1. Keluhan utama : Pasien mengatakan pusing cekot-cekot, lemas, dan ada
luka di pantat kanan
2. Keluhan penyerta : Tidak ada
3. Diagnose medis : Diabetes Melitus tipe II +ulkus dekubitus
C. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Pasien datang ke IGD RSU Mitra Delima pada tanggal 22 Juli 2021 dengan keluhan
lemas dan mual , dan nyeri di bagian luka di pantat sebelah kanan luka terjadi karena
pasien terjatuh kurang lebih 10hari yang lalu . kemudian pasien MRS di RSU mitra
delima .
D. Riwayat Kesehatan Terdahulu
1. Penyakit yang pernah dialami :
a. Kecelakaan (jenis&waktu) : pasien terjatuh 10 hari yang lalu
b. Oprasi (jenis&waktu) : tidak terkaji
c. Penyakit : pasien mempunyai riwayat penyakit DM
d. Terakhir masuk RS : tidak terkaji
2. Alergi (obat, makanan, plester dll): tidak ada alergi obat dan plester,
makanan: -
3. Imunisasi: lengkap
E. Riwayat Keluarga :

GENOGRAM

X X
X X

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
X : Meninggal
: Pasien
------- : Tinggal serumah
: Garis pernikahan
: Garis keturunan

F. Pola Aktifitas-Latihan
Pola Makan dan Minum

Rumah Rumah sakit


Jenis diit/makaan Nasi, sayur, lauk pauk diit DM
Frekuensi/pola 3x sehari (sedang) 3x sehari (porsi RS)
ditambah banyak
nyemil
Porsi yang dihabiskan 1 piring tiap makan 1 porsi
Komposisi menu Nasi, sayur, lauk pauk Karbohidrat, protein,
lemak
(nabati/hewani)
Pantangan Tidak ada Diit DM (rendah
gula)
Nafsu makan Stabil Bertambah
Fluktusasi BB 6 bulan 70kg 67kg
terakhir
Jenis minuman Air putih Air putih
Frekuensi/pola minum Ketika haus dan setelah Ketika haus dan
makan setelah makan
Berapa gelas yang 3 gelas ±3 botol 1500ml
dihabiskan (4500ml)
Sukar menelan (padat/cair) Tidak ada Tidak ada
Pemakaian gigi palsu Tidak ada Tidak ada
G. Pola Eliminasi

Rumah Rumah sakit


BAB
Frekuensi pola 1x/hari 1x/hari
Konsistensi Padat/ normal feses Padat/normal feses
Warna & bau Tidak terkaji Tidak terkaji
Kesulitan Tidak ada Tidak ada
Upaya mengatasi Tidak ada Tidak ada
BAK
Frekuensi pola 1-2x kali/hari Lebih dari 7x/hari
Konsistensi Cair (cairan urin Cair
normal)
Warna bau Kuning bening (khas Kuning bening (khas
urin) urin)
Kesulitan Tidak ada BAK terus-menerus
Upaya mengatasi Tidak ada Tidak ada

H. Pola Tidur dan Istirahat

Rumah Rumah sakit


Tidur siang lamanya: Kurang lebih 1-2 jam 1-2 jam (sering bangun)
Jam s/d Jam 12.00-13.00 Jam 13.00-14.00
Kenyamanan setelah tidur Nyaman Tidak nyaman
Tidur malam lamanya: Kurang lebih 8 jam 5-6 jam (sering bangun)
Jam s/d Jam 9-4 pagi Jam 10-4 sering bangun
Kenyamanan setelah tidur Nyaman seperti biasa Badan masih terasa lemas
Kebiasaan sebelum tidur Tidak ada Tidak ada
Kesulitan Tidak ada Sering terbangun karena badan
rasanya tidak enak

I. Pola Kebersihan Diri

Rumah Rumah sakit


Mandi: frekuensi 2x sehari Diseka 1 kali sehari
Keramas: frekuensi 2 hari 1 kali Belum keramas
Gosok gigi : frekuensi 2 kali sehari -
Ganti baju : frekuensi 2 kali sehari 1 kali sehari
Memotong kuku: 1 minggu sekali Belum potong kuku
frekuensi
Kesulitan Tidak ada Dibantu keluarga
Upaya yang dilakukan Tidak ada Dibantu keluarga

J. Pola Toleransi-Koping Stres


1. Pengambilan keputusan: ( ) sendiri (√ ) dibantu orang lain (anak)

2. Masalah utama terkait dengan perawatan di RS atau penyakit (biaya, perawatan


diri, dll):

3. Yang biasa dilakukan apabila stress/mengalami masalah: Bercerita dengan


keluarga

4. Harapan setelah menjalani perawatan: semakin sehat dan membaik

5. Perubahan yang dirasa setelah sakit: Badan terasa lemas

K. Pola Nilai dan Kepercayaan


1. Apakah Tuhan, agama, kepercayaan penting untuk Anda, Ya/Tidak
2. Kegiatan agama/kepercayaan yg dilakukan dirumah (jenis & frekuensi):

Pasien sholat lima waktu, ikut tahlilan

3. Kegiatan agama/kepercayaan tidak dapat dilakukan di RS: tidak bisa melakukan

4. Harapan klien terhadap perawat untuk melaksanakan ibadahnya: -

L. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum :
a. Kesadaran: 4,5,6 Composmentis
b. Tanda-tanda vital:
TD: 126/23 mmHg
N: 113x/mnt
S: 36’C
RR: 24x/mnt
SPO2: 99%
GDA : 262

2. Kepala dan Leher


1. Kepala
Rambut: Rambut klien tampak berminyak, rambut klien tampak lurus,
tekstur rambut kasar dan berminyak.
Mata : Bentuk mata simetris kiri dan kanan, klien tidak ada
menggunakan alat bantu penglihatan
Telinga :Bentuk telinga simetris kiri dan kanan,tidak ada pembengkakan,
klien tidak ada gangguan pendengaran.
Hidung :Simetris kiridan kanan, tidak ada serumen
Mulut dan Gigi: Mukosa bibir kering

2. Leher : Tidak ada pembengkakan pada leher, tidak ada pembesaran


kelenjer thyroid.
3. Dada
Bentuk : Simetris
Pergerakan Dada :ekspansi dinding dada normal
Nyeri/nyeri tekan : (-) Massa : (-) Peradangan : (-)
Ictus Cordis : ICS V ( Tidak mengalami pembesaran )

Paru : Inspeksi : Simestris


Perkusi : Sonor

Palpasi : Vocal Vermitus(Vibrasi normal)

Auskultasi : Tidak ada BJ tambahan

Wheezing

- -
- -
- -

Ronchie - -
- -
- -

4. Payudara Dan Ketiak :


Benjolan/massa : (-) Nyeri/nyeri tekan : (-)
Bengkak : (-) Kesimetrisan : (-)
Edema : (-) Lesi : (-)
5. Abdomen :
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada bekas luka
Auskultasi : tidak terkaji
Palpasi : tidak terkaji
Perkusi : tidak terkaji
6. Genetalia : Tidak terkaji
7. Ekstremitas : Kekuatan otot :
5 5
5 4
Keterangan Kekuatan Otot :
0 : Paralisi, Tidak ada kontraksi otot sama sekali
1 : Teraba dan terlihat getaran kontraksi otot tetapi tidak ada gerakan sama sekali
2 : Dapat menggerakkan anggota gerak tanpa gravitasi
3 : Dapat menggerakkan anggota gerak untuk menahan berat (gravitasi)
4 : Dapat menggerakkan sendi dengan aktif dan melawan tahanan dengan minimal
5 : Dapat menggerakkan sendi dengan aktif dan melawan tahanan dengan maksimal
(kekuatan normal)
Kontraktur : (-) Pergerakan: normal
Deformitas : (-) Pembengkakan: (+)
Edema : - -
- -
Nyeri/nyeri tekan : (-) Pus : (-) Luka : (-)
8. Kulit dan kuku :
Kulit : warna : Sawo matang Jaringan parut : (-)

Lesi : (-) Suhu : 37 ºC

Tekstur : Halus Turgor : < 3 detik

Kuku : Warna : merah muda Lesi : (-) kuku bersih

Pengisian kapiler : <2 detik Bentuk : lonjong

M. Hasil Pemeriksaan Penunjang


a. Laboratorium

Hasil Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai
Rujukan
Hematologi
Darah rutin
Hemoglobin 10,3 g/dL 11.4-
15.1
Hematokrit 30.0 % 38-42
Lekosit 11.750 Sel/uL 4.700-
11300
Eritrosit 3,8 10^6/uL 3.5-5.5
Trombosit 265.000 /ᵤl 150000-
450000
Indeks Eritrosit
MCV 78,6 fL 82-92
MCH 29,6 Pg 27-31
MCHC 34,3 % 32-37
RDW-CV 11.3 % 11-17
Hitung jenis leukosit
Neutrofil 81,1 % 43-76
Limfosit 9,7 % 15-45
Monosit 7,5 % 4-12
Eosinofil 1,1 % 0,5-7,0
Basofil 0,4 % 0,0-2.0
LIC 0,7 % 0,0-1.0
Kimia Klinik
AST (SGOT) 16 U/L 10-35
ALT (SGPT 14 U/L 10-50
Ureum 64 Mg/dl 10-50
Kreatinin 1,1 Mg/dl 0,5-1,1
Glukosa Darah 198 Mg/dl <200
Sewaktu
IMONUSEROLOGI
Anti SARS_cov Non reaktif

b. Terapi pengobatan

-infuse NS 20 tpm
-inj cefoperazone 2x1 gr
-inj norages 3x1 amp
ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI SDKI
1 DS : Diabetes mellitus Ketidakseimbangan
- Pasien mengatakan badan kadar glukosa darah
lemas Gula darah b.d disfungsi
- mual meningkat pankreas d.d kadar
glukosa darah
DO : Suplai darah tinggi
- Warna kulit pucat menurun (D.0027)
- Mukosa bibir kering
Ketidakstabilan
TD : 120/23 mmHg
kadar glukosa darah
Nadi : 103 x/mnt

Suhu :36,6 ˚c

SPO2 :99%

RR :20x/mnt

GDA : 262
2 DS : Diabetes mellitus Gangguan
- Pasien mengatakan lemas mobilitas fisik b.d
- Pasien mengatakan sulit peningkatan gula hemiparase d.d
beraktivitas karena terdapat darah fisik lemah
luka di pantat (D.0054)
DO : penurunan
- Tonus Otot kekuatan otot
5 4
4 3 Gangguan mobilitas
fisik
- Aktivitas dibantu

TD : 130/65 mmHg

Nadi : 111 x/mnt

Suhu :36,6 ˚c

SPO2 :97%

RR :20x/mnt

……

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.Ketidakseimbangan kadar glukosa darah b.d disfungsi pankreas d.d kadar glukosa darah
tinggi (D.0027)
2.Gangguan mobilitas fisik b.d hemiparase d.d fisik lemah (D.0054)
INTERVENSI KEPERAWATAN

NO SDKI SLKI SIKI


1 Ketidakseimbangan Tujuan : Manajemen hiperklemia
kadar glukosa darah Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam (I.15506)
b.d disfungsi pankreas diharapkan kadar glukosa darah normal Observasi:
d.d kadar glukosa Kriteria hasil perfusi perifer: 1. Identifikasi penyebab
darah tinggi - Warna kulit pucat menurun (5) hiperklemia
(D.0027) - Lesu (5) 2. Monitor suhu tubuh
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun Terapeutik:
meningkat menurun
Warna 1 2 3 4 5 3. Berikan cairan oral.
Kulit Edukasi:
Pucat 4. Anjurkan tirah
Lesu 1 2 3 4 5
baring
5. Ajarkan program diet
untuk memperbaiki
sirkulasi

2 Gangguan mobilitas Tujuan : Dukungan Mobilisasi


fisik b.d hemiparase Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam (I.05173)
d.d fisik lemah diharapkan mobilitas fisik membaik Observasi:
(D.0054) Kriteria hasil : - Identifikasi adanya
- Pergerakan ekstremitas meningkat (5) nyeri atau keluhan fisik
- Kekuatan otot meningkat (5) lainnya
- Nyeri menurun (5) - Identifikasi toleransi
- Kelemahan Fisik menurun (5) fisik melakukan
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun pergerakan
meningkat menurun
Nyeri 1 2 3 4 5 Terapeutik:
Kelemahan 1 2 3 4 5 - Libatkan keluarga
Fisik
untuk membantu pasien
dalam meningkatkan
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
menurun meningkat pergerakan
Pergerakan 1 2 3 4 5
Edukasi:
ekstremita
- Anjurkan mobilisasi
s
Kekuatan 1 2 3 4 5 dini
otot
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Tgl SDKI IMPLEMENTASI EVALUASI


22/9/21 Ketidakseimbangan Manajemen S:
kadar glukosa hiperklemia (I.15506) - Pasien
darah b.d disfungsi Observasi: mengatakan
pankreas d.d kadar 1. Identifikasi badan masih
glukosa darah penyebab hiperklemia lemas
tinggi 2. Monitor suhu tubuh - Tidak mual
(D.0027) Terapeutik: O:
3. Berikan cairan oral. - K/u cukup
Edukasi: - Warna kulit
4. Anjurkan tirah pucat
baring
TD : 120/23
5. Ajarkan program diet
mmHg
untuk memperbaiki
sirkulasi Nadi : 111x/mnt

Suhu :36,6 ˚c

SPO2 :99%

RR :20x/mnt

A: masalah teratasi
sebagian
P : lanjutkan
intervensi
22/9/21 Gangguan Dukungan Mobilisasi S:
mobilitas fisik b.d (I.05173) - Pasien
hemiparase d.d Observasi: mengatakan
fisik lemah 1. Mengidentifikasi masih lemas
(D.0054) adanya nyeri atau dan sedikit
keluhan fisik lainnya pusing
2. Mengidentifikasi - Aktivitas
toleransi fisik masih di bantu
melakukan pergerakan O:
Terapeutik: - Mukosa bibir
3. Melibatkan keluarga kering
untuk membantu - Warna kulit
pasien dalam pucat
meningkatkan
TD :
pergerakan
Edukasi: 130/64mmHg
4. Menganjurkan
Nadi : 90x/mnt
mobilisasi dini
Suhu :36,6 ˚c

SPO2 :97%

RR :20x/mnt

A: masalah teratasi
sebagian
P : lanjutkan
intervensi nomer 1-
4
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Tgl SDKI IMPLEMENTASI EVALUASI


23/9/21 Ketidakseimbangan Manajemen S:
kadar glukosa darah hiperklemia (I.15506) - Pasien
b.d disfungsi Observasi: mengatakan
pankreas d.d kadar 1. Identifikasi badan masih
glukosa darah tinggi penyebab hiperklemia lemas
(D.0027) 2. Monitor suhu tubuh O:
Terapeutik: - K/u cukup
3. Berikan cairan oral.
TD : 95/60
Edukasi:
mmHg
5. Anjurkan tirah baring
Nadi : 105 x/mnt

Suhu :36,6 ˚c

SPO2 :98%

RR :21x/mnt

GD1 :114

GD2 : 119

A: masalah teratasi
sebagian
P : lanjutkan
intervensi
23/9/21 Gangguan mobilitas Dukungan Mobilisasi S:
fisik b.d hemiparase (I.05173) - Pasien
d.d fisik lemah Observasi: mengatakan
1.Mengidentifikasi adanya masih lemas ,
nyeri atau keluhan fisik nyeri
lainnya berkurang ,
2.Mengidentifikasi toleransi mual
fisik melakukan pergerakan berkurang
Terapeutik: O:
3.Melibatkan keluarga untuk - K/u cukup
membantu pasien dalam
TD : 120/60
meningkatkan pergerakan
mmHg
Edukasi:
8.Menganjurkan mobilisasi Nadi : 105 x/mnt
dini
Suhu :36,6 ˚c

SPO2 :99%

RR :22x/mnt

A: masalah teratasi
sebagian
P : lanjutkan
intervensi

Anda mungkin juga menyukai