Anda di halaman 1dari 12

INSTRUMEN

Pengkajian Paripurna Pasien


Geriatri
(P3G)

Nama Pasien : Ny SKYT


Umur : 63 th
Alamat : Pedurungan Semarang
Berat : 148
Tinggi : 39
Tensi : 140/70
Nama Pemeriksa : Ika Hayati
GERIATRI
Merupakan cabang ilmu kedokteran yg memperlajari kesehatan pada
warga yang lanjut usia. Termasuk pelayanan kesehatan pada usia lanjut dengan
mengkaji semua aspek kesehatan berupa promosi, pencegahan, diagnosis,
pengobatan, dan rehabilitasi. Pasien geriatri adalah pasien lanjut usia yang multi
penyakit akibat gangguan fungsi organ, psikologi, sosial, ekonomi dan
lingkungan.

Dalam pembahasan ini dilakukan salah satu point atau pengkajian pada
pasien geriatri yaitu pemeriksaan atau assessment pada pasien geriatri. Terdapat
banyak sekali pemeriksaan pada geriatric sebagai berikut:

1. Index Barthel
Index Barthel adalah suatu alat ukur atau instrumen pengkajian yang
berfungsi atau digunakan untuk mengetahui kemampuan fungsional pasien
dalam hal perawatan diri dan mobilitas. Indeks Barthel digunakan pada pasien
yang mengalami gangguan sistem saraf. Terdapat 59 item pengukuran yang
dikaji dalam 8 domain yaitu:
a. Strength (4 item) f. Emotion (9 item)
b. Hand Function (5 item) g. Memory dan Thingkin (7
c. ADL/IADI (10 item) item)
d. Mobility (9 item) h. Partisipasi (8 item)
e. Komunikasi (7 item)
Hasil dari pemeriksaan Indeks Barthel di kategorikan menjadi 5
kategori dengan rentang nilai berikut:
a. Skor 20 : Mandiri
b. Skor 12-19 : Ketergantungan Ringan
c. Skor 9-11 : Ketergantuangan Sedang
d. Skor 5-8 : Ketergantungan Berat
e. Skor 0-4 : Ketergantungan Total
NO FUNGS SKOR KETERANGA HASI
I N L
1 Mengendalikan rangsang 0 Tidak terkendali/tak teratur (perlu pencahar) 2
BAB 1 Kadang-kadang tak terkendali (1 x /
minggu)
2 Terkendali teratur
2 Mengendalikan rangsang 0 Tak terkendali atau pakai kateter 2
BAK 1 Kadang-kadang tak terkendali (hanya 1 x / 24 jam)
2 Mandiri
3 Membersihkan diri (mencuci 1
0 Butuh pertolongan orang lain
wajah, menyikat rambut,
mencukur kumis, sikat gigi) 1 Mandiri
4 Penggunaan WC (keluar 0 Tergantung pertolongan orang lain 2
masuk WC, 1 Perlu pertolongan pada beberapa kegiatan tetapi
melepas/memakai celana, dapat mengerjakan sendiri beberapa kegiatan yang
cebok, menyiram) lain
2 Mandiri
5 Makan minum (jika makan 0 Tidak mampu 2
harus berupa potongan, 1 Perlu ditolong memotong makanan
dianggap dibantu) Mandiri
2
6 Bergerak dari kursi roda ke 0 Tidak mampu 3
tempat tidur dan sebaliknya 1 Perlu banyak bantuan untuk bias duduk (2 orang)
(termasuk duduk di tempat
2 Bantuan minimal 1 orang
tidur)
3 Mandiri
7 Berjalan di tempat rata (atau 0 Tidak mampu 3
jika tidak bisa berjalan, 1 Bisa (pindah) dengan kursi roda
menjalankan kursi roda) Berjalan dengan bantuan 1 orang
2
3 Mandiri
8 Berpakaian (termasuk 0 Tergantung orang lain 1
memasang tali sepatu, 1 Sebagian dibantu (mis: mengancing baju)
mengencangkan sabuk)
2 Mandiri

9 Naik turun tangga 0 Tidak mampu 1


1 Butuh pertolongan
2 Mandiri
10 Mandi 0 Tergantung orang lain 1
1 Mandiri
Skor Total 17
Kesimpulan: Berdasarkan hasil dari pemeriksaan indeks bharthel pada pasien
diatas menunjukkan skor 17, artinya kondisi pasien dalam katagori
ketergantungan ringan.
2. IADL Lawton
Instrumental Activities of Daily Living (Lawton IADL) diterapkan untuk
menilai gangguan fungsional dalam melakukan aktivitas instrumental sehari-
hari (graf et al, 2013) kuesioner IADL terdiri dari 8 pertanyaan berupa
kemampuan dalam menggunakan telepon, berbelanja, menyiapkan makanan,
melakukan pekerjaan rumah tangga, mencuci pakaian, kemampuan
bertransportasi, tanggung jawab dalam mengonsumsi obat, dan kemampuan
untuk mengatur keuangan. Pilihan jawaban menggunakan skoring trikotomi
dimana: 1= tidak mampu sama sekali, 2 = mampu dengan sedikit bantuan, 3 =
mampu tanpa bantuan. Semakin dekat skor responden dengan skor maksimal
(skor=24), maka semakin tinggi derajat kemandiriannya atau semakin tidak
memiliki gangguan, begitu juga sebaliknya.
Seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Ran, L. et al. (2017)
kemampuan Instrumental Activities of Daily Living (IADL) pada lansia
minoritas rendah, sedangkan pada Activities of Daily Living (ADL) lansia
bisa melakukannya. Rendahnya tingkat IADL menunjukkan bahwa lansia
memiliki resiko tinggi pada kerusakan kognitif (Ran, L. et al., 2017)

Skor Hasil
Dapat menggunakan telepon
Mengoperasikan telepon sendiri dan mencari dan menghubungi 1 3
nomor
Menghubungi beberapa nomor yang diketahui 1 3
Menjawab telepon tetapi tidak menghubungi 1 3
Tidak bisa menggunakan telepon sama sekali 0
Mampu pergi ke suatu tempat
Berpergian sendiri menggunakan kendaraan umum atau menyetir 1 2
sendiri
Mengatur perjalanan sendiri 1 2
Perjalanan menggunakan transportasi umum jika ada yang menyertai 0
Tidak melakukan perjalanan sama sekali 0
Dapat berbelanja
Mengatur semua kebutuhan belanja sendiri 1 1
Perlu bantuan untuk mengantar belanja 0
Sama sekali tidak mampu belanja 0
Dapat menyiapkan makanan
Merencanakan, menyiapkan, dan menghidangkan makanan 1 1
Menyiapkan makanan jika sudah tersedia bahan makanan 0
Menyiapkan makanan tetapi tidak mengatur diet yang cukup 0
Perlu disiapkan dan dilayani 0
Dapat melakukan pekerjaan rumah tangga
Merawat rumah sendiri atau bantuan kadang-kadang 1 3
Mengerjakan pekerjaan ringan sehari-hari (merapikan tempat tidur, 1 5
mencuci piring)
Perlu bantuan untuk semua perawatan rumah sehari-hari 1 2
Tidak berpartisipasi dalam perawatan rumah 0
Dapat mencuci pakaian
Mencuci semua pakaian sendiri 1 2
Mencuci pakaian yang kecil 1 2
Semua pakaian dicuci oleh orang lain 0
Dapat mengatur obat - obatan
Meminum obat secara tepat dosis dan waktu tanpa bantuan 1 4
Tidak mampu menyiapkan obat sendiri 0
Dapat mengatur keuangan
Mengatur masalah finansial (tagihan, pergi ke bank) 1 2
Mengatur pengeluaran sehari-hari, tapi perlu bantuan untuk ke bank 1 2
untuk transaksi penting
Tidak mampu mengambil keputusan finansial atau memegang uang 0
Total 28

Kesimpulan: Berdasarkan hasil test IADL Lawton pada pasien diatas


didapatkan skor 28, sehingga tingkat kemandirian pasien dalam kondisi
yang baik

3. Fall Morse Scale (FMS)


Merupakan sebuah metode yang cepat dan sederhana untuk menilai
kemungkinan jatuh klien lansia. Penilaiandengan Fall Morse Scale terdiridari
6 bagian yang meliputi riwayat jatuh, diagnosis penyakit, bantuan
berjalan,terapi intravena, gaya berjalan dan status mental. Skala FMS dinilai
secara menyeluruh dan berkala, diidentifikasi dari tingkatan jatuh skor >45
risiko tinggi, skor 25–44 risiko sedang, skor 0–24 risiko ringan dan mewakili
6 faktor yang berkontribusi signifikan terhadap kemungkinan pasien jatuh.
Tujuan digunakan intrumen ini untuk mengidentifikasi resiko jatuh
klien, membantu mengenali intervensi yang dibutuhkan untuk mencegah
resiko jatuh pada klien, mengurangi resiko jatuh pada klien.

Indikasi

a. Klien dengan gangguan muskuloskeletal, gangguan kardiovaskuler,


penurunan pandangan, menggunakan alat bantu berjalan, gangguan status
mental.
b. Klien dalam masa perawatan akut baik dirumah sakit maupun perawatan
jangka panjang di rumah
c. Klien yang mengalami perubahan kondisi kesehatan
d. Klien yang mengalami perubahan pada aturan pengobatan yang membuat
klien memiliki risiko jatuh

NO PENGKAJIAN SKALA NILAI KET.


1. Riwayat jatuh: apakah lansia pernah jatuh Tidak 0 25
dalam 3 bulan terakhir? Ya 25

2. Diagnosa sekunder: apakah lansia memiliki Tidak 0 15


lebih dari satu penyakit? Ya 15

3. Alat Bantu jalan: 15


- Bed rest/ dibantu perawat 0
- Kruk/ tongkat/ walker 15
- Berpegangan pada benda-benda di sekitar 30
(kursi, lemari, meja)
4. Terapi Intravena: apakah saat ini lansia Tidak 0 0
terpasang infus? Ya 20

5. Gaya berjalan/ cara berpindah: 20


- Normal/ bed rest/ immobile (tidak dapat 0
bergerak sendiri)
- Lemah (tidak bertenaga) 10
- Gangguan/ tidak normal (pincang/ diseret) 20
6. Status Mental 0
- Lansia menyadari kondisi dirinya 0
- Lansia mengalami keterbatasan daya ingat 15

Total Nilai 75

Kesimpulan : Berdasarkan hasil test Fall Morse Scale (FMS) pada pasien
diatas menunjukkan skor 75, artinya resiko jatuh pada pasien memiliki
cukup tinggi

4. Geriatric Depression Scale (GDS)


Menurut kemenkes(2017), GDS (Geriatric Despression Scale) adalah
suatu instrumen yang sering digunakan untuk melakukan diagnosis pada usia
lanjut. GDS dipakai untuk membedakan tingkat kerusakan kognitif lansia,
baik lansia dengan tanpa gangguan kognitif, lansia dengan perubahan kognitif
sedang, dimendia tipe alzeimer, serta dimensia vaskuler.
Geriatric Depression Scale tersedia dalam long form yang berisi 30
pertanyaan dan short form yang berisi 15 pertanyaan yang lebih umum
digunakan untuk mengidentifikasi depresi secara efektif. GDS terdiri dari
pertanyaan yang menilai tingkat kesenangan, minat, interaksi sosial seseorang,
dan lain – lain
Kategori skor pada test adalah :
0 – 4 : normal, tergantung pada usia, pendidikan, dan keluhan
5 – 8 : depresi ringan
9 – 11 : depresi sedang
12 – 15 : depresi parah

No Pertanyaan Skor
1 Apakah anda pada dasarnya puas dengan kehidupan anda? YA TIDAK Y
2 Apakah anda sudah meninggalkan banyak kegiatan dan minat YA TIDAK T
/kesenangan anda?
3 Apakah anda merasa kehidupan anda hampa? YA TIDAK T
4 Apakah anda sering merasa bosan? YA TIDAK T
5 Apakah anda mempunyai semangat baik setiap saat? YA TIDAK Y
6 Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada anda? YA TIDAK T
7 Apakah anda merasa bahagia pada sebagian besar hidup anda? YA TIDAK Y
8 Apakah anda sering merasa tidak berdaya? YA TIDAK T
9 Apakah anda lebih senang tinggal di rumah daripada pergi ke luar dan YA TIDAK Y
mengerjakan sesuatu hal yang baru?
10 Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan daya ingat anda YA TIDAK T
dibandingkan kebanyakan orang?
11 Apakah anda pikir hidup anda sekarang ini menyenangkan? YA TIDAK Y
12 Apakah anda merasa tidak berharga seperti perasaan anda saat kini? YA TIDAK T
13 Apakah anda merasa penuh semangat? YA TIDAK Y
14 Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada harapan? YA TIDAK T
15 Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih baik keadaannya dari anda? YA TIDAK T
TOTAL SKOR 1

Kesimpulan: berdasarkan hasil test Geriatric Depression Scale (GDS) pada


pasien di atas menunjukkan skor 1, yang artinya kognitif pasien dalam
keadaan normal atau pasien tidak mengalami depresi.
5. Clock Drawing Test
Clock Drawing Test merupakan tes untuk mendeteksi gangguan
visuospasial, konstruksional praxis dan frontal/eksekutif pada pasien usia
lanjut berhubungan dengan gangguan kognitif. Tujuan Clock Drawing Test ini
sebagai alat pendeteksi untuk gangguan diantaranya pemeriksaanya cepat,
dapat diterima oleh pasien, hasil mudah dinilai, tidak bergantung pada budaya,
bahasa, dan tingkat pendidikan, memiliki reabilitas yang baik, memiliki nilai
sensitivitas dan spesifisitas tinggi, dapat berkorelasi dengan tingkat keparahan
dan nilai skoring demensia lain.
Interpretasi hasil pemeriksaan Mini Cog dan Clock Drawing Test (CDT4)
•0 Dikatakan curiga fungsi kognitifnya menurun apabila tidak dapat
mengingat satu atau lebih kata yang diberikan sebelumnya dan atau tidak
mampu menggambar jam dengan sempurna (skor 4)
•1 Tetapi apabila dapat mengingat tiga kata yang diberikan sebelumnya dan
atau mampu menggambar jam dengan sempurna (skor 4): kemungkinan
fungsi kognitif dalam batas normal.

Hasil
Poin Penilaian :
Penilaian
1. Gambar lingkaran utuh 1

2. Menulis angka lengkap 1-12 1

3. Angka berurutan dan tepat letaknya 1

4. Jarum jam menunjukkan pukul 11.10 1

Kesimpulan : berdasarkan hasil tes Clock Drawing Test pada pasien diatas
didapatkan skor 4, sehingga kognitif pasien dikatagorikan dalam batas
normal

6. Mini Mental State Examination (MMSE)


MMSE adalah tes fungsi kognitif sederhana yang dikembangkan oleh
Folstein et al. MMSE merupakan skala dengan 5 cakupan fungsi kognitif
(orientasi, registrasi, perhatian dan kalkulasi, mengingat kembali dan bahasa)
yang terdiri dari 11 sub-item yang mengukur berbagai fungsi otak.
Pemeriksaan ini diindikasikan terutama pada pasien lanjut usia yang
mengalami penurunan fungsi kognitif, kemampuan berpikir, dan kemampuan
untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Berikut adalah Skor dari MMSE:
 Nilai 24-30 = Normal
 Nilai 17-23 = Kemungkinan gangguan kognitif
 Nilai 0-16 = Pasti gangguan kognitif

Butir TES NILAI NILAi


MAKS
ORIENTASI

1 Sekarang (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), hari apa? 5 4


2 Kita berada dimana? (negara), (propinsi), (kota), (gedung), (ruang) (tanyakan 5 4
pada responden)
REGISTRASI

3 Pemeriksa menyebut 3 benda yang berbeda kelompoknya selang 1 detik 3 3


(missal apel, uang, meja), responden diminta mengulanginya. Nilai 1 untuk
tiap nama benda yang benar. Ulangi sampai responden dapat menyebutkan
dengan benar dan catat jumlah pengulangan
ATENSI DAN KALKULASI

4 Pengurangan 100 dengan 7 secara berturutan. Nilai 1 untuk tiap jawaban yang 5 2
benar. Hentikan setelah 5 jawaban. Atau responden diminta mengeja terbalik
kata “ WAHYU” (nilai diberi pada huruf yang benar sebelum kesalahan;
misalnya uyahw=2 nilai)
MENGINGAT KEMBALI (RECALL)

5 Responden diminta menyebut kembali 3 nama benda di atas 3 3


BAHASA

6 Responden diminta menyebutkan nama benda yang ditunjukkan 2 2


(perlihatkan pensil dan jam tangan )
7 Responden diminta mengulang kalimat:” tanpa kalau dan atau tetapi” 1 1
8 Responden diminta melakukan perintah: “ Ambil kertas ini dengan tangan 3 3
anda, lipatlah menjadi dua dan letakkan di lantai”.
9 Responden diminta membaca dan melakukan yang dibacanya:“Pejamkanlah 1 1
mata anda”
10 Responden diminta menulis sebuah kalimat secara spontan 1 1

Kesimpulan : Berdasarkan hasil test Mini Mental State Examination (MMSE)


pada pasien di atas didapatkan skor 25, sehingga fungsi kognitif pasien
dikategorikan normal.
7. Abbreviated Mental Test Score
Merupakan test untuk menilai dengan cepat padapasien lanjut usia
dengan kemungkinan demensia dan digunakan untuk menilai kebingungan
mental (delerium) dan juga gangguan kognitif. Sensitivitas = 70-80%,
Specificity = 71-90%. Interpretasi Abbreviated Mental Test Score yaitu:
a. Skor 8-10 menunjukkan normal
b. Skor 4-7 gangguan ingatan sedang
c. Skor 0-3 gangguan ingatan berat
Salah = 0 Benar = 1
A Berapakah umur Anda? 1

B Jam berapa sekarang? 1

C Di mana alamat rumah Anda? 1

D Tahun berapa sekarang? 1

E Saat ini kita sedang berada di mana? 1

F Mampukah pasien mengenali dokter atau perawat? 1

G Tahun berapa Indonesia merdeka? 1

H Siapa nama presiden RI sekarang? 1

I Tahun berapa Anda lahir? 1


j Menghitung mundur dari 20 sampai 1 0

Jumlah skor: 9

K Perasaan hati (afek): pilih yang sesuai dengan kondisi pasien


1. Baik 2. Labil 3. Depresi 4. Gelisah 5. Cemas

Kesimpulan : Berdasarkan hasil test Abbreviated Mental Test Score pada


pasien di atas menunjukkan skor 9, sehingga pasien dalam kondisi normal

8. Mini Nutritional Assesment (MNA)


Mini-Nutritional Assessment Short-Form adalah alat screening yag
digunakan untuk mengidentifikasi lansia (> 65 tahun) yang kekurangan gizi
atau berisiko kekurangan gizi. MNA memiliki 18-item kuesioner yang
diterbitkan pada tahun 1994 oleh Guigoz, et al. Versi terbaru dari MNA
dikembangkan pada tahun 2009 (Kaiser et al., 2009) dan terdiri dari 6
pertanyaan yaitu
a. asupan makanan
b. penurunan berat badan
c. mobilitas
d. stres psikologis atau penyakit akut
e. kehadiran demensia atau depresi
f. indeks massa tubuh (BMI).

Hasil
Penilaian
A. Apakah anda mengalami penurunan asupan makanan dalam 3 bulan terakhir
disebabkan kehilangan nafsu makan, gangguan saluran cerna, kesulitan 2
mengunyah atau menelan?
0 = kehilangan nafsu makan berat (severe)
1 = kehilangan nafsu makan sedang (moderate)
2 = tidak kehilangan nafsu makan
B. Kehilangan berat badan dalam tiga bulan terakhir ?
3
0 = kehilangan BB > 3 kg
1 = tidak tahu
2 = kehilangan BB antara 1 – 3 kg
3 = tidak mengalami kehilangan
BB
C. Kemampuan melakukan mobilitas ?
0 = di ranjang saja atau di kursi roda 2
1 = dapat meninggalkan ranjang atau kursi roda namun tidak bisa pergi/
jalan-jalan ke luar
2 = dapat berjalan atau pergi dengan leluasa
D. Menderita stress psikologis atau penyakit akut dalam tiga bulan terakhir ?
2
0 = ya
2 = tidak
E. Mengalami masalah neuropsikologis?
2
0 = dementia atau depresi berat
1 = demensia sedang (moderate)
2 = tidak ada masalah psikologis
F. Nilai IMT (Indeks Massa Tubuh) ?
2
0 = IMT < 19 kg/m2
1 = IMT 19 - 21
2 = IMT 21 – 23
3 = IMT > 23
SUB TOTAL 13
Kesimpulan : Berdasarkan hasil test Mini Nutritional Assesment (MNA) pada
pasien di atas menunjukkan nilai 13, sehingga pasien dikategorikan malnutrisi

Anda mungkin juga menyukai