Anda di halaman 1dari 55

CSE : 13 / PENGENDALIAN MUTU, WAKTU DAN BIAYA

KEPALA PENGAWAS PEKERJAAN JALAN


DAN JEMBATAN
(CHIEF SUPERVISION ENGINEER)

DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER D A Y A MANUSIA
PUSAT PELATIHAN JASA KONSTRUKSI (PUSLATJAKONS)
PROYEK PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN KONSTRUKSI
Pe/atihan Jab Kerja Kepala Pengawas Pek Jin dan Jbt Pengendalian Mutu, Waktu dan Biaya

KATA PENGANTAR

Pengendalian Mutu, Waktu dan Biaya yang ditulis di sini merupakan uraian atau
prinsip-prinsip umum tentang mekanisme pengendalian mutu proyek jalan dan atau
jembatan yang pada umumnya dilakukan pada ruas-ruas jalan Nasional, Propinsi,
maupun Kabupaten / Kota.
Oleh karena tulisan tentang Pengendalian Mutu, Waktu dan Biaya ini hanyalah
merupakan contoh khusus pengendalian mutu untuk pelaksanaan Proyek Pembangunan
Underpass Ciputat - Ps. Jum’at Tahap II, Jakarta Selatan, tahun anggaran 2003, maka
untuk dapat melaksanakan pengendalian mutu proyek lainnya, Pelaksana Pekerjaan
T

Jalan harus "melihat" dokumen kontrak yang dijadikan rujukan sesuai dengan ikatan
kontrak yang telah disepakati oleh kontraktor dengan pemilik proyek. Sasaran yang harus
dijadikan fokus utama dalam pengendalian proyek pada dasarnya ada 3 hal yaitu tepat
mutu, tepat waktu dan tepat biaya. Ketiga sasaran tersebut harus diawasi secara cermat
oleh Pelaksana Pekerjaan Jalan dengan rambu-rambu utama Spesifikasi Teknik dan
Syarat-syarat Kontrak, dengan tetap memperhatikan pertanggungjawaban administrasi
yang berlaku di lingkungan pemilik proyek / pemberi kerja.

Untilk dapat melaksanakan pekeijaan proyek dengan sebaik-baiknya, banyak hal


yang harus dipahami oleh Pelaksana Pekerjaan Jalan, mulai dari aspek teknis, aspek
administratif, menata dan menggerakkan sumber-sumber daya yang berada di bawah
-
kewenangannya sesuai dengan fungsi fungsi manajemen, sampai dengan pengawasan
terhadap seluruh item pekerjaan agar memenuhi standar mutu yang dipersyaratkan.
Semua langkah-langkah yang dilakukan tersebut pada akhirnya harus dievaluasi dari
sudut pandang tepat mutu, tepat waktu dan tepat biaya saja, di dalam koridor administrasi
yang diberlakukan. Jika ini tidak dicapai berarti Pelaksana Pekerjaan Jalan perlu
mengambil pelajaran, di titik-titik mana pelaksanaan pengendalian mutu proyek berada
pada posisi belum/tidak efisien.

Demikian mudah-mudahan Modul ini dapat dimanfaatkan bagi yang memerlukannya.

KATA PENGANTAR
5
Pelatihan Jab Kerja Kepala Pengawas Pek Jin dan Jbt Pengendalian Mutu, Waktu dan Biaya

DAFTAR 1SI
Halaman

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
LEMBAR TUJUAN v

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 2 PERANAN DAN TUGAS-TUGAS PENGENDALI MUTU 2- 1

Pengendalian mutu bahan 2-1


Pengendalian mutu pengeifcan (atau penerimaan) 2-1

BAB 3 PENGAMBILAN CONTOH 3-1

3.1 Standar pengambilan contoh I sampling 3-1


3.2 Pengambilan contoh bahan dari truck 3-1
3.3 Pengambilan contoh bahan dari belt conveyor 3- 1
3.4 Pengambilan contoh dari hot bln AMP 3-2
3.5 Kontainer contoh agregat aspal .3-2
3.6 Mengurangl ukuran contoh bahan agregat 3-2
3.7 Pengambilan contoh bitumen 3-3
38 Pengambilan contoh aspal campuran panas 3-4
39 Teknik pengambilan contoh bahan secara acak 3- 5
3.10 Ukuran contoh bahan 3-6
3.11 Memberi label bahan contoh 3-6
3.12 Segregasi agregat 3-6

BAB 4 MANAJEMEN PENGENDALIAN MUTU 4-1

4.1 PEMERIKSAAN PENGENDALIAN MUTU ACAK 4- 1

4.2 ADMINISTRASI TEKNIK PENGENDALIAN MUTU 4-1

4.2. 1 Komponen utama aspek pengendalian mutu 4-1


4.2.2 Peralatan laboratorium dan personil 4-2
4.2.3 Penyimpanan bahan / material 4-2
4.2.4 Cara pengangk4-utan material / campuran 4- 3
4.2.5 Pengujian material yang akan digunakan 4- 3
4.2.6 Job Mix Formula 4-4
4.2.7 Pengujian rutin laboratorium 4-4
4.2. 8 Test lapangan 4-4
4.2 .9 Admintstrasi dan formulir-formullr 4-4

BAB 5 KETENTUAN TEKNIS PENGENDALIAN MUTU 5- 1

5.1 PENGENDALIAN MUTU PEKERJAAN TANAH 5- 1

5.1. 1 Material 5-1


5.1.2 Frekuensi pengujian 5-1

y
DAFTAR ISI
Pelatihan Jab Kerja Kepala Pengawas Pek Jin dan Jbt Pengendalian Mutu, Waktu dan Blaya

5.1.3 Pemadatan 5-1


5.1 . 4 Toldransi dimensi 5- 1

5.2 PENGENDALIAN MUTU PEKERJAAN SIRTU 5-2

5.2.1 Gradasl sirtu 5-2


5.2 . 2 Sifat material 5-2
5.2. 3 Frekuensi dan jumlah pengujian 5-2
5.2.4 Pemadatan 5-3
5.2.5 Toleransi dimensi 5-3

5.3 PENGENDALIAN MUTU


PEKERJAAN AGREGAT LAPIS PONDASI BAWAH KELAS B 5-3

5.3. 1 Material 5-3


5.3.2 Toleransl dimensi 5-4
5.3.3 Pemadatan 5-4

5.4 PENGENDALIAN MUTU


PEKERJAAN AGREGAT LAPIS PONDASI ATAS KELAS A 5-4

5.4.1 Material 5-4


5.4 . 2 Toleransl dimensi 5-5
5.4.3 Pemadatan 5-5

5.5 PENGENDALIAN MUTU


PEKERJAAN ASPHALT TREATED BASE (ATB) 5-6

5.5. 1 Agregat 5-6


5.5 .2 Material aspal 5-6
5.5 . 3 Kadar aspal 5-6
5.5. 4 Sifat campuran 5-6
5.5.5 Toleransi komposisi campuran 5-7
5.5.6 Toleransi temperatur 5-7
5.5.7 Pemadatan 5-7
5.5.8 Pengujian rutin campuran 5-7

5.6 PENGENDALIAN MUTU


PEKERJAAN ASPHALT CONCRETE (AC) 5-8

5.6. 1 Agregat kasar 5-8


5.6. 2 Agregat halus 5-8
5.6.3 Bahan penglsl 5-8
5.6.4 Bahan aspal 5-8
5.6.5 Sifat campuran 5-9
5.6 .6 Toleransl komposisi campuran 5-9
5.6.7 Toleransi temperatur 5-9
5.6 . 8 Pemadatan 5- 9
5.6.9 Pengujian rutin campuran 5- 10
5.6. 10 Viskositas bitumen dan temperatur campuran 5-10

DAFTAR ISI in
Pelatlhan Jab Kerja Kepala Pengawas Pek Jin dan Jbt Pengendalian Mutu, Waktu dan Biaya

5.7 PENGENDALIAN MUTU PEKERJAAN JALAN BETON 5-11

5.7 . 1 Toleransi 5-11


5.7 . 2 Semen 5-11
5.7. 3 Air 5-11
5.7.4 Membran kedap air 5-11
5.7.5 Tulangan baja 5-11
5.7. 6 Persyaratan sifat campuran 5-12
5.7.7 Perawatan 5-12
5.7.8 Persyaratan permukaan -
5 13
5.7.9 Sambungan ( joints) 5-13
5.7 . 10 Pengendalian kualitas 5-17

BAB 6 TABEL DAN DAFTAR SIMAK PENGENDALIAN MUTU 6-1

6.1 DAFTAR ADMINISTRASI TEKNIK PENGENDALIAN MUTU 6-1

6.2 CHECK LIST (DAFTAR SIMAK) 6-1

Tabel 1 Daftar pengendalian mutu pekerjaan Urugan biasa -


62
Tabel 2 Daftar pengendalian mutu pekerjaan Urugan pilihan 6-2
Tabel 3 Daftar pengendalian mutu pekerjaan Sirtu 6-3
Tabel 4 Daftar pengendalian mutu
pekerjaan Agregat lapis pondasi bawah kelas B 6-3
Tabel 5 Daftar pengendalian mutu
pekerjaan Agregat lapis pondasi atas kelas A 6-4
Tabel 6 Daftar pengendalian mutu pekerjaan ATB 6-4
Tabel 7 Daftar pengendalian mutu pekerjaan AC 6-5
Tabel 8 Daftar pengendalian mutu pekerjaan Jalan baton 6-6

Daftar 1 Daftar simak pengawasan pekerjaan Tanah dasar 6-7


Daftar 2 Daftar simak pengawasan pekerjaan Sirtu 6-8
Daftar 3 Daftar simak pengawasan
pekerjaan Agregat lapis pondasi bawah kelas B 6-9
Daftar 4 Daftar simak pengawasan
pekerjaan Agregat lapis pondasi atas kelas A 6-10
Daftar 5 Daftar simak pengawasan pekerjaan ATB 6-11
Daftar 6 Daftar simak pengawasan pekerjaan AC 6- 12

DAFTAR ISI IV
Pelatihan Jab Kerja Kepala Pengawas Pek Jin dan Jbt Pengendalian Mutu, Waktu dan Blaya

LEWIBAR TUJUAN

JUDUL PELATIHAN : Kepala Pengawas Pekerjaan Jalan


dan Jembatan

TUJUAN PELATIHAN
Pada akhir pelatihan ini peserta diharapkan memahami prinsip-prinsip
penerapan Manajemen Mutu (Jalan dan Jembatan) untuk pengendalian mutu
pekerjaan serta mampu menerapkannya dalam pelaksanaan konstruksi jalan dan
jembatan.

NONIOR DAN JUDUL MODUL : CSE - 13 Pengendalian Mutu, Waktu dan


Biaya

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)


-
Setelah modul ini dipelajari, peserta mampu memahami prinsip prinsip penerapan
Manajemen Pengendalian Mutu (Jalan dan Jembatan) untuk pengendalian mutu
pekerjaan serta mampu menerapkannya dalam pelaksanaan konstruksi jalan dan
jembatan.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)


Pada akhir pelatihan peserta mampu :
1. Memahami lingkup Manajemen Mutu untuk keperluan pengendalian mutu
pekerjaan jalan dan jembatan.
2. Memahami apa yang harus dilakukan oleh Quality Control Engineer
sehubungan dengan cakupan pekerjaan yang ada, baik yang berkaitan
dengan penyiapan Sumber Daya (manusia, uang, peralatan, bahan)
maupun keterkaitannya dengan fungsi-fungsi manajemen ,

3. Memahami filosofi kerja bahwa Quality Control Engineer harus


mengindahkan aspek legal yang dijadikan acuan pelaksanaan pekerjaan
berupa dokumen kontrak, yang mengikat para pihak terkait secara hukum.
4. Memahami adanya kewajiban Quality Control Engineer sebagai komponen
penyedia jasa sesuai ikatan kontrak , untuk secara konsisten menerapkan
prosedur pengendalian mutu produk proyek di lapangan, sebagai upaya
mencapai tepat mutu, tepat waktu dan tepat biaya di daiam kortdor
administrasi penyelenggaraan proyek.

LembarTujuan
DAFTAR MODUL

Jabatan Kerja : Kepala Pengawas Pekeriaan Jalan dan Jembatan

Nomor Kode Judul Modul


Modul
1 CSE - 1 UUJK, Etika Profesi dan Etos Kerja
2 CSE - 2 K3, Pengendalian Pencemaran Lingkungan,
Pengaturan Lalu Lintas dan Keamanan
3 CSE - 3 Spesifikasi Jalan
4 CSE - 4 Spesifikasi Jembatan
5 CSE - 5 Perhitungan Biaya Konstruksi Jalan
6 CSE - 6 Perhitungan Biaya Konstruksi Jembatan
7 CSE - 7 Value Engineering dan Desain Ulang
8 CSE - 8 Dokumen Kontrak Proyek
9 CSE - 9 Rekayasa Lapangan
10 CSE - 10 Memeriksa Kesiapan Kontraktor
11 CSE - 11 Supervisi Penerapan Methode Kerja Pelaksanaan
l Jalan
12 CSE - 12 j ^Supervisi Penerapan Methode Keija Pelaksanaan
Jembatan
13 CSE - 13 Pengendalian IWutu, Waktu dan Biaya
14 CSE - 14 Pengukuran Hasil Pekerjaan Untuk Pembayaran
15 CSE - 15 Administrasi Proyek
PANDUAN INSTRUKTUR

A. BATASAN

1 . Serie / Judul CSE 13 / Pengenduiian mutu, waktu dan biaya


2. skripsi -
Materi ini berisi tentang prinsip prinsip pengawasan
mutu , waktu dan biaya pekerjaan jalan dan jembalan
3. Tempat Kegiatan Di daiam ruang kelas lengkap dengan fasiiitasnya
4 Waktu pembelajaran 4 jam pelajaran ( I jp = 45 menit )
B. PANDUAN PEMBELAJARAN

Kegiatan Instruktur Kegiatan Peserta Penduknng


1. Ceramah Pembelajaran • Mengikuti penjelasan, pengantar, TIU, OHT
• Pengantar T1K, dan pokok bahasan.
• Penjelasan TIU dan TIK • Mengajukan pertanyaan apabila kurang
serta pokok bahasan jelas atau sangat berbeda dengan
• Merangsang motivasi . pengalaman,
peserta untuk
mengerti/memahami dan
membandingkan
pengalamannya
Waktu = 10 menit
2. Ceramah Bab I Pendahuluan • Mendalami isi pembelajaran dan isi OHT
Waktu : 10 menit materi serahan
• Saling tanya jawab acara terbuka dan
sating memberikan informasi dan
pengalamannya,
3. Ceramah Bab II Mekanisme Mendalami isi pembelajaran dan isi OHT
Pengawasan materi serahan
• Persiapan Dokumen • Saling tanya jawab acara terbuka dan
• Persiapan lapangan saling memberikan informasi dan
• Proses pembayaran pengalamannya.
• Pekerjaan tambah kurang
• Peyelesaian perseisihan
kontrak
• Serah terima

Waktu : 120 menit


4, Ceramah Bab III Prinsip
pengamatan mutu
• Mendalami isi pembelajaran dan isi OHT
materi serahan
• Saling tanya jawab acara terbuka dan
Waktu ; 15 menit saling memberikan informasi dan
pengalamannya.
5. Penutup • Mendalami isi pembelajaran dan isi OHT
• Review materi dan proses materi serahan
pembelajaran • Saling tanya jawab acara terbuka dan
• Diskusi umum saling memberikan informasi dan
Waktu : 15 menit pengalamannya.
Pelatihan Jab Kerja Kepala Pengawas Pek Jin dan Jbt Pengendalian Mutu, Waktu dan Biaya

BAB 1
PENDAHULUAN

• Modul Pengendalian Mutu, Waktu dan Biaya merupakan modul yang fokus
utamanya adalah pengendalian mutu pekerjaan. Dengan demikian pokok
penjelasannya akan tergantung dari jenis maupun besaran proyek yang hanjs
ditangani oleh kontraktor. Modul ini mengambil contoh yang secara riil terjadi
di iapangan, yaitu berupa manual yang perlu dibuat untuk suatu proyek,
namun dikemas sedemikian agar para pihak terkait termasuk Pelaksana
Pekerjaan Jalan dapat memahami bagaimana menjalankan perannya daiam
pengendalian mutu untuk mencapai sasaran proyek dengan sebaik-baiknya.
Untuk selanjutnya daiam pedoman ini Pelaksana Pekerjaan Jalan daiam
menjalankan tugasnya akan dibantu oleh sejumlah petugas pengendali mutu.
• Daiam modul ini yang dijadikan rujukan adalah manual yang dipersiapkan
untuk pelaksanaan Proyek Pembangunan Underpass Ciputat - Ps. Jum’at
Tahap II , Jakarta Selatan, tahun anggaran 2003.
• Manual ini merupakan panduan tentang kelengkapan administrasi proyek
terhadap semua pengujian (quality control ) dan spesifikasi yang penting ( major
work ) yang tercantum daiam Spesifikasi Teknis, meliputi arti penting dari
pengujian mutu daiam hubungannya dengan kinerja jalan dan jembatan,
dengan tingkat bagian penting sedemikian rupa sehingga bermanfaat bagi
Pelaksana Pekerjaan Jalan. Manual ini disusun secara praktis.
• Semua unsur proyek yaitu Kontraktor Pelaksana, Konsultan Pengawas dan
Pemimpin Proyek harus benar-benar menguasai isi manual ini dan harus
memastikan bahwa manajemen kontraktor pelaksana tetah cukup terlatih
mengertai topik-topik yang ada daiam manual. Testing dan prosedurnya yang
terinci tidak diberikan daiam manual ini.
• Pelaksana Pekerjaan Jalan harus benar-benar menguasai buku spesifikasi
untuk pekerjaan yang dilakukan pengendaliannya. Buku Spesifikasi Teknis
tersebut mengatur jenis dan metode-metode pengujian yang disyaratkan dan
frekuensi pengujian minimum yang diperlukan. Juga menguraikan berapa nilai
dari hasil pengujian yang sebanding dengan bahan atau pembuatannya yang
memenuhi atau tidak memenuhi syarat .
• Sama pentingnya, pelaksana perlu mengetahui dan memahami Spesifikasi
agar mampu memberi penilaian kapan harus dilakukan tambahan pengujian
untuk mencegah terjadinya pekerjaan yang tidak memuaskan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1-
Pefatihan Jab Keija Kepala Pengawas Pek Jin dan Jbt Pengendalian Mutu, Waktu dan Biaya

BAB 2
PERANAN DAN TUGAS-TUGAS
PENGENDALI MUTU

, Dalam pembangunan jalan dan jembatan, hasil penelitian di Indonesia


maupun negeri-negeri lainnya dengan jelas menunjukkan bahwa
pengendalian mutu yang baik dapat sangat meningkatkan kinerja jalan dan
.
jembatan Sesungguhnyalah bahwa, pengendalian mutu yang baik juga
akan menghemat biaya.

b Bila semua faktor ini dijadikan satu, kita akan menyadari betapa pentingnya
peranan Pengendali Mutu, dan jika ia bekerja dengan baik , ia dapat
menjadi salah seorang tenaga yang paling depan dalam memberikan
kontribusi untuk pembangunan nasional. (Seringkali dikemukakan bahwa
ekonomi Jepang yang kuat saat ini hasiinya sebagian besar erat
hubungannya dengan tingkat pengendalian mutu yang tinggi yang
dilaksanakan di negeri itu).

u. Ada 2 fungsi utama dan percobaan pengendalian mutu berdasarkan kontrak,


dan sangat penting bagi Pengendali Mutu untuk mengerti betul betul -
perbedaan antara kedua fungsi-fungsi ini, yaitu :

1). Pengendalian mutu bahan


Dilaksanakan untuk memastikan bahwa bahan-bahan yang dipakai
(oleh Kontraktor) adalah cocok dan memuaskan. Ini jelas sangat
penting bahwa bahan-bahan untuk pengujian kualitas (Batas Atterberg,
Gradasi, CBR, dll. ) dilaksanakan dan dilaporkan dengan baik kepada
Pemimpin Proyek / Pengawas Teknik sebelum dan sesudah bahan-
bahan itu dikerjakan.

2) . Pengendalian mutu pengerjaan ( atau penerimaan )


Dilaksanakan untuk memastikan bahwa hasil pekerjaan dari Kontraktor
memenuhi standar yang telah ditentukan. Hasil dari pekerjaan tersebut
(seperti kadar aspal efektif, tingkat kepadatan, dll.) diperlukan oleh

BAB 2 PERANAN DAN TUGAS-TUGAS PENGENDALI MUTU 2-1


Pelatihan Jab Keija Kepala Pengawas Pek Jin dan Jbt Pengendaiian Mutu, Waktu dan Biaya

Pemimpin Proyek / Pengawas Teknik untuk menentukan apakah


pekerjaan itu diterima atau tidak .

Catatan penting yang perlu mendapat perhatian bagi 3 unsur proyek


(Pemimpin Proyek - Konsultan Pengawas - Kontraktor) adalah : Hindari
penofakan (rejected) pekeijaan setelah produk terpasang Untuk
mengantisipasi hal ini dapat dilakukan tindakan-tindakan pencegahan,
dengan komitmen dan kemauan bersama untuk menghasilkan mutu yang
baik , seperti uraian lanjutan berikut ini.

d. Pengendali Mutu hams memastikan semua pengujian yang diperlukan


menurut spesifikasi atau menurut keperluan Pemimpin Proyek / Pengawas
Teknik dilaksanakan secepat mungkin, semua keputusan / hasil dicatat
dengan sempuma, disimpan, dan secepatnya akan diserahkan kepada
Pengendali Mutu Lapangan supaya pekerjaan berkualitas jeiek (tidak
diterima) dapat diketahui lebih dini. Untuk mencapai tujuan diatas,
Pengendali Mutu hams melaksanakan tugas berikut :
• Mengawasi terus-menerus Lab. Technician Kontraktor dalam
melaksanakan pengujian yang telah ditentukan, pengawasan
pengambilan bahan contoh, ketelitian pengujian, pelaporan.
• Memberi petunjuk kepada staff Kontraktor dimana contoh yang cocok
harus diambil dan menentukan bahwa frekuensi pengambilan contoh dan
pengujian adalah mencukupi dan memenuhi persyaratan frekuensi yang
ditetapkan.
• Tentukan bahwa semua pengujian pada semua material dan pekerjaan
lapangan telah dicatat dengan sempurna oleh Lab. Technician
Kontraktor kedalam Laporan Harian dan disimpan secara tersendiri,
simpanan terpisah yang terdiri dari semua laporan-laporan dan hasil-
hasil pengujian.
• Pastikan bahwa Lab. Technician Kontraktor melaporkan hasil-hasil dari
semua pengujian dengan menggunakan formulir laboratorium standar.
• Serahkan ringkasan Laporan Mingguan untuk semua hasil pengujian
kepada Pengawas Teknik Lapangan bersama dengan saran-saran
mengenai diterima atau ditolaknya material atau pekerjaan, berdasarkan
pada hasil pengujian dan pengamatan prosedur yang dilaksanakan oleh
Lab. Technician Kontraktor.
BAB 2 PERANAN DAN TUGAS-TUGAS PENGENDALI MUTU 7 -2
Pelatban Jab Keija Kepala Pengawas Pek Jin dan Jbt Pengendalian Mutu, Waktu dan Biaya

• Laksanakan secara terpisah dari pekerjaan Lab. Technician Kontraktor,


tiap pengambilan contoh dan pengujian yang mungkin diperintahkan oleh
Pemimpin Proyek untuk maksud mendapatkan pemeriksaan yang
terpisah dari hasil pengujian yang disediakan oleh Kontraktor.

e. Sebagai Pengendali Mutu harus memberi petunjuk kepada staff Kontraktor


dalam pengambilan contoh dan harus juga bekerja-sama dengan Lab.
Technician Kontraktor melakukan pengujian. Kontraktor bertanggung-jawab,
dibawah ketetapan-ketetapan kontrak , untuk bekerja-sama dengan waki
yang diberi kuasa dari Pemimpin Proyek dalam melaksanakan pengujian-
pengujian yang ditentukan. Pengendali Mutu tidak harus melakukan sendiri
pekerjaan pengambilan bahan contoh atau pengujian, tetapi secara
seksama mengawasi Lab. Technician Kontraktor sewaktu mereka
menjalankan pekerjaan. Pengendali Mutu harus melaporkan secepat
mungkin kepada Site Manager untuk kemudian diteruskan kepada
Construction Manager jika terdapat :
• Ketidak-cukupan jumlah pengujian yang telah dilakukan.
• Prosedur pengambilan contoh yang digunakan adalah salah.
• Prosedur pengujian yang digunakan adalah salah.
• Alat-alat di laboratorium Kontraktor dibawah . standar yang sepantasnya
atau tidak mencukupi, atau tidak bekerja .
• Pencatatan atau pelaporan untuk hasil-hasil pengujian adalah salah atau
dipaisukan dengan berbagai cara .

BAB 2 PERANAN DAN TUGAS-TUGAS PENGENDALI MUTU 2-3


Pelatiban Jab Kerja Kepala Pengawas Pek Jin dan Jbt Pengendalian Mutu, Waktu dan Biaya

BAB 3
PENGAMBILAN CONTOH

3.1 Standar pengambilan contoh / sampling

Metode standar AASHTO yang relevan untuk pengambilan contoh material teknik
utama yang dipakai pada proyek-proyek jalan , tersusun sebagai berikut :

• Batu, kerikil, pasir (T2).


• Bahan bitumen (T40).
• Campuran bitumen (T168).
» Beton (T141).
• Tanah (T86).

Standar-standar tersebut harus dipelajari dengan baik oteh seluruh Petugas


Pengendali Mutu, karena pengambilan contoh yang benar adalah sama
pentingnya dengan percobaan yang tepat dalam mencapai hasil pengujian akhir.

Pengambilan contoh bahan dari truck

-
Agregat pada truck-truck harus diambil dari 3 atau lebih parit parit yang digali
memotong muatan tersebut pada titik-titik yang nampak di permukaan akan
mewakili material tersebut. Dasar parit harus tidak kurang dari 30 cm dibawah
permukaan agregat dan kira-kira lebar 30 cm juga dasar parit harus tampak rata.
Pindahkan 1 sekop penuh agregat dari setiap 7 titik yang beijarak sama
sepanjang dasar parit. 2 dari ke 7 titik pada setiap parit harus berada benar-benar
pada sisi truck. Usahakan untuk menekan sekop bawah material, jangan
mengorek dasar parit secara horizontal.

3.3 Pengambilan contoh bahan dari belt conveyor

Untuk memperoleh bahan contoh agregat dari belt conveyor, matikan conveyor
dan pilih sepanjang belt yang memberikan jumlah contoh bahan yang diinginkan,
Kemudian harus memisahkan contoh bahan dari material yang lainnya pada belt
i
dengan mendorong keluar material pada ujung contoh bahan. Suatu pelat acuan

BAB 3 PENGAMBILAN CONTOH 3-1


Pelatlhan Jab Kerja Kepala Pengawas Pek Jin dan Jbt Pengendalian Mutu, Waktudan Biaya

atau pemisah ditempatkan pada permukaan belt dapat menolong dalam


memisahkan contoh bahan.
Kumpulkan semua agregat didalam alat pemisah atau daerah contoh bahan.
Usahakan untuk mengambil juga semua material halus.

3.4 Pengambilan contoh dari hot bin AMP

Agregat panas, demikian juga agregat dingin, harus diambil untuk pemeriksaan
gradasi. Agregat panas harus diambil dari masing-masing hot bin tersebut. Hot bin
mempunyai fasilitas untuk pengambilan contoh bahan yang berbeda dari alat satu
ke alat yang lainnya, jadi Pengendali Mutu harus membiasakan dengan peralatan
tersebut sebelum proyek dimulai.
Untuk setiap bin diperlukan peralatan pengambilan contoh bahan dan ember
untuk setiap bin dalam mendapatkan contoh bahan. Alat terbaik untuk
-
pengambilan contoh bahan adalah kotak logam dengan ukuran kira kira panjang
30 cm, lebar 30 cm dan tinggi 10 cm, yang dilengkapi dengan pegangan.
Ambit contoh bahan dari setiap bin, ratakan kelebihan agregat dengan menyikat
- -
bagian atas kotak setelah masing masing diisi. Kira kira 3 atau 4 kali jumlah
material yang diperlukan untuk pengujian harus diambil dari masing-masing bin.
Hindarkan tercampurnya contoh bahan dari bin yang berbeda. Tempatkan
masing-masing pada kantong bin tersendiri.
Tata cara pengambilan contoh bahan dari hot bin, dengan menjatuhkan agregat
melalui kotak penimbang dan pugmill kedalam truck, atau menempatkan shovel
dibawah lubang curahan, merupakan metoda yang tidak teliti dalam pengambilan
contoh bahan dan tidak boleh digunakan.

3.5 Kontainer contoh agregat aspal

Kantong contoh bahan yang mampu menampung 30 kg agregat digunakan untuk


menyerahkan contoh bahan ke laboratorium . Label contoh bahan dilampirkan
pada kantong untuk tanda pengenal contoh.

3.6 Mengurangl ukuran contoh bahan agregat

Biasanya tata cara pengambilan contoh bahan memeriukan pengambilan agregat


dengan kuantitas yang lebih besar dari pada ukuran sebenarnya yang digunakan

BAB 3 PENGAMBILAN CONTOH 3- 2


Pelatihan Jab Keija Kepala Pengawas Pek Jin dan Jbt PengendaJian Mutu, Waktu dan Biaya

untuk pengujian. Oa(am hal ini ukuran contoh bahan tersebut harus dikurangi,
disamping masih tetap mewakili keseluruhan material . Hal ini dikerjakan dengan
membagi-baginya. Pembagian merupakan tata cara yang paling tepat jika
menggunakan alat pembagi mekanis untuk memperkecil contoh bahan.
Contoh alat pembagi : jenis riffle. Peluncur dengan arah yang berlawanan. Aliran
material yang merata melintang pada arah keseluruhan lebar peluncur , akan
dibagi diantara 2 kotak penampung.

3.7 Pengambilan contoh bitumen

AASHTO T 40 mencakup pengambilan contoh bitumen. Petugas Pengendali Mutu


harus memeriksa AMP (Asphalt Mixing Plant ) Kontraktor apakah dilengkapi
dengan peralatan yang memadai untuk dapat dengan mudah mengambii contoh
yang mewakili.
Contoh bahan aspal semen diperoleh dengan alat pengambilan contoh bahan,
keran-keran yang melengkapi truck-truck tangki pengangkut atau tangki-tangki
distribusi. Ada berbagai jenis alat-alat pengambilan contoh bahan yang telah
disetujui.
Contoh bahan dituangkan dari alat pengangkut atau tangki-tangki distributor
kedalam kontainer contoh bahan. Tempat penyimpanan ini harus baru, bersih dan
kering. Tempat-tempat tersebut tidak boleh dicuci atau dibilas.

Untuk mendapatkan contoh bahan bitumen, ikuti langkah-langkah berikut ini :

• Petugas Pengendali Mutu harus ada pada waktu truck pengangkut tiba di
lokasi AMP atau distributor bitumen tiba di jalan. Petugas Pengendali Mutu
harus mertunggu sampai tidak kurang sepertiga tetapi tidak lebih dari dua
pertiga bitumen tersebut dibongkar dari tangki pengangkut, lalu alirkan tidak
kurang 4 liter material dari keran (alat pengambilan oontoh bahan) sebelum
mengambii samplenya. Alirkan 4 liter atau lebih material tersebut untuk
menjamin bahwa keran dalam keadaan bersih dan buang setiap sisa cairan
yang tercecer. Disini terjamin bahwa contoh bahan tersebut representatif.
• Sekarang Petugas Pengendali Mutu mengambii cukup material untuk mengisi
tempat contoh bahan. Juga drvyaratkan untuk memperoleh 1 contoh bahan
untuk check. Tidak diperkenankan memindahkan contoh bahan dari satu
tempat ke tempat lainnya .

BAB 3 PENGAMBILAN CONTOH 3-3


Pelatihan Jab Kerja KepaJa Pengawas Pek Jin dan Jbt Pengendalian Mutu, Waktu dan Biaya

• Petugas Pengendafi Mutu harus segera memberi label kontainer-kontainer


contoh. Label contoh harus berisi informasi sebagai berikut :

Nama Pemasok
Nomor Truck
Jenis bitumen
Hari / waktu
Nomor kontrak

Contoh bahan cadangan disimpan di laboratorium lapangan bila hal ini diperlukan
sebagai cadangan bagi contoh bahan asli. Contoh bahan cadangan boleh dibuang
bila telah diterima laporan yang memuaskan untuk bahan contoh asli.

3.8 Pengambilan contoh aspal campuran panas

Seperti halnya prosedur pengambilan contoh yang lain, prosedur pengambilan


contoh campuran panas bertujuan untuk mendapat bahan contoh yang mewakili.
Peralatan pengambilan contoh yang diperlukan adalah sekop , sendok, ember,
sarung tangan.
Alat harus bersih , alat yang kotor akan menghasilkan bahan contoh yang jelek
dan bahan contoh yang jelek akan menghasilkan pengujian yang jelek. Pengujian
yang baik dan andal sangat penting, oleh karena itu harus digunakan alat yang
bersih. Langkah-langkah untuk memperoleh bahan contoh sebagai berikut :

Diperlukan bahan contoh campuran panas yang baru keluar dari bukaan kira-kira
seberat 15 kg. Bahan contoh harus diambil dari AMP. Pada beberapa unit, bahan
contoh dapat diambil sementara truck masih ida dibawah AMP.

Agar dapat diperoleh bahan contoh yang mewakili, keseluruhan bahan contoh
yang kira-kira seberat 15 kg harus terdiri dari paling sedikit 3 sub-contoh. Pada
unit batch , satu sub bahan contoh harus diperoleh dari setiap 3 batch berturut-
turut yang jatuh ke truck. Pada AMP continue, tiga sub bahan contoh harus
diambil pada selang waktu 1 menit sewaktu campuran mengalir pencampuran
kedalam truck , Gunatcen sekop mengambil campuran segera setelah jatuh
kedalam truck , isilah ember dengan sub bahan contoh sampai seluruhnya
mencapai berat kira-kira 15 kg.

BAB 3 PENGAMBILAN CONTOH 3-4


Pelatihan Jab Kerja Kepala Pengawas Pek Jin dan Jbt Pengendalian Mutu, Waktu dan Biaya

Untuk memperoleh bahan contoh dari truck setelah keluar dari bawah
pencampuran (AMP), prosedur berikut harus diikuti :

• Dengan menggunakan sekop, garuk campuran sampai didapat tempat


pengambllan contoh yang agak rata.

• Ambil 1 sekop penuh campuran dan masukkan kedalam ember.


• Ulangi langkah diatas paling sedikit di 2 lokasi, jika muatan berbentuk kerucut,
ambil sub bahan contoh dari titik puncak, ditengah dan paling bawah dari
kerucut itu.

Catatan : Sebaiknya memakai sarung tangan bila mengambil atau memindahkan


bahan contoh, karena campuran itu panas.

3, 9 Teknik pengambllan contoh bahan secara acak

Pengendali Mutu tidak boleh mengijinkan bahan-bahan contoh untuk selalu


diambii tepat pada jarak maximum yang diijinkan didalam spesrfikasi. Apabila
material tersebut kelihatannya bervariasi tidak seperti biasanya atau sebagian
nampaknya berkualitas buruk, maka akan diperlukan pengambllan contoh bahan
yang lebih sering di daerah tersebut. Tetapi setelah menentukan jarak
pengambilan contoh bahan yang tepat untuk suatu daerah yang disediakan, maka
hal yang paling penting adalah mengambil contoh bahan tepat pada jarak tersebut
-
selama pekerjaan. Apabila hal ini dilakukan, contoh contoh bahan yang diperoleh
-
tersebut akan benar benar merupakan suatu contoh bahan pekerjaan yang acak
-
(yaitu akan benar benar mewakili) dan pada pengujian akan menghasilkan
- .
statistik yang berarti (harga rata rata, standar deviasi, dlsb)

Sebaliknya apabila Pengendali Mutu mengijinkan setiap lokasi pengambilan


contoh bahan yang akan diseleksi berdasarkan suatu penilaian visual tempat
yang bagus untuk pengambilan contoh, maka contoh-contoh tersebut tidak akan
mewakili pekerjaan tetapi menggambarkan penilaian dari orang yang menyeleksi
pengambilan contoh tersebut. Misalnya seluruh contoh bahan bisa diambii dari
-
bagian bagian pekerjaan yang bagus yang tidak biasa, menuju ke suatu
kesimpulan yang salah berkenaan dengan kualitas pekerjaan secara keseluruhan.
Pengambilan contoh bahan yang dikeijakan dengan cara demikian tidak akan

BAB 3 PENGAMBILAN CONTOH 3-5


Pelatihan Jab Kerja Kepala Pengawas Pek Jin dan Jbt Pengendalian Mutu, Waktu dan Blaya

menghasiikan hasil pengujian yang berarti dan Pengendali Mutu harus tidak
mengijinkan dilakukannya hal tersebut.

3.10 Ukuran contoh bahan

Sebagai aturan umum, contoh-contoh bahan harus selalu sebesar seperti yang
dapat dilaksanakan karena hal ini memungkinkan mereka mendapatkan material
yang mewakili sumbernya. Juga jika masalah-masalah atau pertanyaan-
pertanyaan timbul seiama atau sesudah pengujian, sangat bermanfaat untuk
mempunyai suatu bagian yang mewakili dari bahan contoh asli yang siap untuk
pengujian kembali.

3.11 Memberl label bahan contoh

Bahan contoh harus selalu diberi label yang jelas di lapangan dan label tersebut
-
harus memperlihatkan lebih kurang keterangan keterangan sebagai berikut :
• Lokasi dari pengambilan contoh bahan.
• Daerah jalan dimana contoh bahan / material telah diambil dari atau
dimaksudkan untuk lapisan atau tingkatan konstruksi.
• Tanggal pengambilan contoh bahan.
• Keterangan singkat tentang tipe contoh bahan dan sifat visual.
• Tiap contoh bahan harus juga diberi nomor, yang harus terlihat pada label.

3.12 Segregasi agregat

Material yang akan digunakan dalam konstruksi jalan sebaiknya se seragam -


mungkin. Tetapi terdapat beberapa alasan mengapa ini tidak selalu terjadi .
Bahan-bahan mentah, seperti kerikil sungai bisa bermacam-macam, unit pemecah
batu atau pencampur bisa beriaku tidak menentu atau material menjadi terpisah-
pisah. Segregasi terjadi jika bagian-bagian berbeda dari campuran material
sebagian terpisah seperti material dalam timbunan persediaan, pengangkutan
atau penghamparan.

Kejadian segregasi bisa terjadi pada timbunan agregat, pada aspal campuran
-
panas dan di truck atau seiama penghamparan .

BAB 3 PENGAMBILAN CONTOH 3- 6


Pelatihan Jab Kerja Kepate Pengawas Pek Jin dan Jbl Pengendatian Mutu, Waktu dan Biaya

Karena material dalam sebuah borrow pit atau dalam sebuah timbunan stock
bervariasi dari titik ke titik, Petugas Pengendali Mutu harus mengawasi dengan
cermat untuk memastikan bahwa contoh- contoh yang diambil tersebut adalah
benar-benar mewakili keadaan material yang diambil dari sumbemya.

Jika bahan itu mengaiami segregasi berat, ia tidak boleh digunakan, dalam hal
mana adalah tidak beralasan untuk mengambil contoh dan menguji bahan
tersebut. Sebaliknya Petugas Pengendali Mutu harus memberitahu Pemimpin
Proyek / Pengawas Teknik untuk menolak usulan Kontraktor dalam menggunakan
sumber tersebut kecuali material dicampur kembali secara merata dan ditimbun
kembali dengan cara sedemikian rupa sehingga akan mengurangi segregasi lagi.

Tak dapat diberikan penekanan yang terlalu tinggi bahwa hasil pengujian adalah
sepenuhnya bergantung pada keahlian pengambilan contoh yang mewakili.
Mengawasi prosedur pengujian dengan cermat hanya membuang waktu saja jika
staff yang mengambil contoh tidak diawasi dan dilatih dengan cermat.

Untuk mendapatkan contoh bahan yang mewakili dari stock pile normal (tidak
terlalu ter-segregasi) gunakan sekop berujung persegi yang sisinya dibengkokkan
keatas untuk membentuk sekop dan papan rata yang bersih. Ikuti iangkah-
langkah berikut ini :

• Pilih tempat pengambilan contoh bahan pada tempat penimbunan dan


masukkan papan kedalam timbunan diatasnya dengan tegak.
• Buang agregat pada daerah miring dibawah papan hingga diperoleh tempat
yang rata dan horizontal untuk pengambilan contoh.
• Masukkan sekop kedalam daerah yang mendatar dan pindahkan satu sekop
penuh agregat, kerjakan dengan hati-hati jangan sampai jatuh butiran-
butlrannya. Tempatkan agregat kedalam ember.

Ketiga tahap tersebut diperlihatkan sebagai berikut :

Ulangi langkah-langkah ini untuk ketiga tempat lokasi pengambilan contoh bahan
pada tempat penimbunan. Yakinkan bahwa tempat pengambilan contoh bahan
tidak satu garis vertikal. Hal ini harus berpencar disekitar timbunan atau terpencar
dlmanapun dalam timbunan itu yang harus terwakili oleh contoh bahan ini.

BAB 3 PENGAMBILAN CONTOH 3-7


Pelatihan Jab Keija Kepala Pengawas Pek Jin dan Jbt Pengendatian Mutu, Waktu dan Biaya

BAB 4
PENGENDALIAN MUTU

4.1 PEMERIKSAAN PENGENDALIAN MUTU ACAK

Adalah sangat panting bagi Pengendali Mutu untuk tidak mengawasi tugas
tersebut pada waktu yang bersamaan dalam 1 hari atau pada lokasi yang sama.
Kadang-kadang pekerja-pekerja di lokasi produksi bisa sangat hati-hati apabila
mereka pikir pemeriksaan akan dilakukan sebentar lagi dan kemudian relax
setelah Petugas Pengendali Mutu pergi. Apabila ini terjadi, maka pemeriksaan
akan menjadi sia-sia .

4.2 ADMINISTRASITEKNIK PENGENDALIAN MUTU


Dalam menerapkan masalah pengendalian mutu mengacu kepada spesifikasi
yang telah disetujui oleh Pengguna Jasa , pedoman pengendalian mutu ini
disiapkan dalam rangka tertib administrasi dan tertib implementasi masalah mutu ,
dan yang mampu menjawab masalah :

• Pengendalian mutu untuk item pekerjaan apa .


• Jenis pengujian apa saja yang harus dilakukan.
• Cara / metode pengujian apa yang dipakai.
• Persyaratan kualitas yang harus dipenuhi.
• Berapa jumlah contoh test atau frekuensi pengujian.
• Kapan harus dilakukan pengujian pengendalian mutu.
• Formuiir standar laboratorium yang digunakan.

4.2. 1 Komponen utama aspek pengendalian mutu

Guna menjamin bahwa semua pekerjaan dilaksanakan dengan baik, tepat


kualitas, aspek- aspek pengendalian mutu yang perlu diperhatikan dalam
pelaksanaan konstruksi antara lain sebagai berikut dibawah ini namun tidak
terbatas pada :

• Peralatan laboratorium dan personil .


* Penyimpanan bahan / material.

BAB 4 PENGENDALIAN MUTU 4-1


Peiatihan Jab Keija Kepala Pengawas Pek Jin dan Jbt Pengendalian Mutu, Waklu dan Biaya

• Cara pengangkutan material / campuran ke lokasi kerja.


• Pengujian material yang akan digunakan.
• Penyiapan job mix formula campuran.
• Pengujian rutin laboratorium selama pelaksanaan.
• Test lapangan.
• Administrasi dan formulir-formulir .

4.2.2 Peralatan laboratorium dan personil

Peralatan laboratorium yang perlu dipergunakan untuk pekerjaan utama (major


work ) , kalau tidak ditentukan lain adalah sebagai berikut :

Atterberg limit test .


Hidrometer.
CBR .
Kepadatan proctor.
Kepadatan lapangan dengan sand cone.
Los Angeles abrasion test .
Berat Jenis .
Analisa saringan.
Marshall Test.
Test Ekstraksi.
Kadar Rongga Udara Campuran.
Termometer Logam.
Core Drill.
Test Beton, slump, kuat tekan, flexural strppght .
Dan Iain-lain seperti disebutkan dalam Spesifikasi.

Personil / tenaga yang terkait untuk pengendalian mutu harus berpengalaman dan
mengenal dengan baik tentang testing laboratorium maupun lapangan.

4.2.3 Penyimpanan bahan / material

• Bahan-bahan harus disimpan dengan suatu cara yang sedemikian rupa untuk
menjamin perlindungan kualitas.

BAB 4 PENGENDALIAN MUTU 4-2


Pelatihan Jab Kei]a Kepala Pengawas Pek Jin dan Jbt Pengendalian Mutu, Waklu dan Blaya

• Bahan-bahan yang disimpan harus ditempatkan sedemikian rupa yang mudah


dapat diperiksa oleh Pemimpin Proyek / Pengawas Teknik / Petugas
Pengendali Mutu.
• Tempat penyimpanan harus bebas dan tumbuh-tumbuhan dan puing, harus
mempunyai drainase yang lancar.
• Bahan-bahan yang yang diletakkan langsung di atas tanah tidak boleh
digunakan dalam pekerjaan kecuali tempat kerja tersebut telah dipersiapkan
dan diberi lapisan atas dengan suatu lapisan pasir atau kerikil setebal 10 cm.

- Bahan-bahan harus disimpan dengan cara yang sedemikian rupa untuk


mencegah segregasi dan untuk menjamin gradasi yang sesuai serta
mengontrol kadarair. Tinggi maximum tumpukan 5 m .
• Penumpukan berbagai ragam agregat untuk hotmix, beton, harus dipisahkan
dengan papan pembatas guna mencegah pencampuran bahan-bahan.
• Tumpukan agregat harus dilrndungi dari hujan untuk mencegah kejenuhan
agregat yang akan mengakibatkan penurunan kualitas.

4.2.4 Cara pengangkutan material / campuran

• Pemimpin Proyek 1 Pengawas Teknik dapat mengenakan pembatasan bobot


pengangkutan untuk perlindungan terhadap setiap jalan atau struktur yang ada
disekitar proyek.
• Pengangkutan hotmix perlu ditutup dengan terpal guna mempertahankan suhu
campuran.

4.2.5 Pengujian material yang akan digunakan

• Semua material dari setiap bagian pekerjaan akan di inspeksikan oleh


Pengendali Mutu. Staf anggota team Pengendali Mutu setiap saat akan
membuat rencana untuk menginspeksi material yang akan digunakan
berdasarkan atas jadwal kerja kontraktor.
• Walaupun bahan-bahan yang disimpan telah disetujui sebelum penyimpanan,
namun dapat diperiksa ulang dan di-test kembali oleh Petugas Pengendali
Mutu ,

BAB 4 PENGENDALIAN MUTU 4-3


Pelatihan Jab Kerja Kepala Pengawas Pek Jin dan Jbt Pengendalian Mutu, Waktu dan Biaya

Material yang akan digunakan harus ditest di laboratorium untuk mendapat


persertujuan dari Petugas Pengendali Mutu, jenis dan jumlah test seperti yang
disebutkan dalam spesifikasi.

4.2.6 Job Mix Formula

Agar mendapatkan campuran yang baik dan memenuhi persyaratan spesifikasi,


sebelum pekerjaan dimulai perlu dibuatkan dahulu suatu Job Mix Formula yang
disetujui Petugas Pengendali Mutu, antara lain untuk pekerjaan : Hotmix, Beton.

4.2.7 Pengujlan rutin laboratorium

• Selama pelaksanaan seperti yang disebutkan dalam spesifikasi, bahan-bahan


-
atau campuran campuran perlu dilakukan pengujian rutin harian atau selama
pekerjaan berlangsung guna menjamin kualitas sesuai dengan persyaratan.
• Jenis dan frekuensi / jumlah test rutin ini seperti yang disebutkan dalam
spesifikasi.

4.2.8 Test lapangan

Setelah pekerjaan selesai dilaksanakan, produk tersebut perlu diadakan pengujian


/ tes lapangan seperti apa yang disebutkan dalam persyaratan pengujian.

4.2. 9 Administrasi dan formulir-formulir

-
Administrasi, tata cara pengendalian mutu pekerjaan serta formulir-formulir yang
akan digunakan mengikuti yang sudah baku, dan atau yang telah ditetapkan dan
disepakati oleh unsur proyek.

BAB 4 PENGENDALIAN MUTU 4- 4


Pelatlhan Jab Kerja Kepala Pengawas Pek Jin dan Jbt Pengendalian Mutu, Waktu dan Biaya

BAB 5
KETENTUAN TEKNIS PENGENDALIAN MUTU

5.1 PENGENDALIAN MUTU PEKERJAAN TANAH

5.1. 1 Material
a. Urugan biasa
• Bahan tidak termasuk tanah klasifikasi A-7-6 atau CH.
• CBR 6%

• Nilai aktif > 1,25, tidak boleh digunakan.


3
Pengujian material dilakukan sekurang-kurangnya setiap 1.000 m stock
- -
material, jumlah benda ujl masing masing 3 buah, masing masing 50 kg tiap
jenis material. Contoh tanah @ 50 kg (2 karung) disimpan Direksi.
b. Urugan pilihan
• CBR > 10 %.
• Indeks Plastisitas 6%
Pengujian material dilakukan sekurang-kurangnya 1 test setiap 200 m3

5.1.2 Frekuensi pengujian


Pengujian material dilakukan ulang sekurang-kurangnya setiap 1.000 m3, jumlah
-
benda uji masing-masing 3 buah, masing masing contoh 50 kg tiap jenis material.

5.1.3 Pemadatan
• Kadar air : pada rentang 3 % kurang dari kadar air optimum sampai dengan 1
% lebih dari kadar air optimum.
• Lapisan pada kedalaman > 30 cm dibawah elevasi akhir harus dipadatkan 95
%.

• Lapisan pada kedalaman < 30 cm dibawah elevasi akhir harus dipadatkan 100
%.
• Test kepadatan dengan sand-cone : 1 titik setiap jarak 100 m per lajur lalu -
lintas per lapis pemadatan atau setiap 100 m . 3

5.1.4 Toleransi dimensi


• Permukaan dan ketinggian akhir setelah pemadatan harus tidak lebih tinggi 1
cm atau lebih rendah 2 cm dari yang ditentukan.

BAB 5 KETENTUAN TEKNIS PENGENDALIAN MUTU 5-1


Pelatihan Jab Keija Kepala Pengawas Pek Jin dan Jbt Pengendalian Mutu, Waktu dan Blaya

• Seluruh permukaan akhir urugan yang terbuka harus cukup rata dan hams
memiliki kelandaian yang cukup.
• Ketebalan pemadatan maximum 20 cm padat.

5.2 PENGENDALIAN MUTU PEKERJAAN SIRTU

5.2. 1 Gradasl sirtu

ASTM sieve Prosen lolos


3" 100
1, 5 " 60- 90
r 45 - 78
3/4” 4 0- 7 0
3/8” 24 - 56
No. 4 13- 45
No. 30 6- 36
No. 50 2 - 22
No. 100 2- 18
No. 200 0- 1 0

5.2. 2 Sifat material

Sifat Sirtu
Abrasi 0 - 40 %
Indeks Plastisitas 0 - 10
Batas Cair 0 - 35
Bagian yang lunak 0- 5 %
CBR 50 % (min)
Rongga dalam agregat mineral pada 10 (min)
kepadatan max .

*) Dianjurkan persyaratan abrasi lebib kacil dari 30 %.

5.2. 3 Frekuensi dan jumlah pengujian

a. Pengujian awai bahan paling sedikit 3 contoh yang mewakili.


b. Pengujian pengendalian mutu secara rutin setiap 1.000 m3 :
• Indeks Plastisitas 5 test
• Gradasi 5 test
i

• Kepadatan kering maximum laboratorium : 1 test


• CBR 1 test

BAB 5 KETENTUAN TEKNIS PENGENDALIAN MUTU 5-2


Pelatftian Jab Kerja Kepala Pengawas Pek Jin dan Jbt Pengendalian Mutu, Waktu dan Biaya

5.2 . 4 Pemadatan
• Kadar air : pada rentang 3 % kurang dari kadar air optimum sampai dengan 1
% lebih dari kadar air optimum.

• Kepadatan : 100 % dari kepadatan kering maksimum.


• Pengujian kepadatan sand-cone berselang 200 m.

5.2.5 Toleransi dlmensi


• Permukaan akhir harus tidak berbeda lebih/kurang dari 1 cm.
• Kerataan permukaan maximum 2 cm arah memanjang.

• Toleransi ketebalan : 1 cm.

5.3 PENGENDALIAN MUTU PEKERJAAN AGREGAT LAPIS PONDASI


BAWAH KELAS B

5.3. 1 Material

a. Pengujian awal bahan paling sedikit 3 contoh yang mewakili dari sumber
bahan yang diusulkan.

b. Pengujian pengendalian mutu secara rutin : setiap 1.000 m3 bahan, perlu


dilakukan pengujian :

• tndek Plastisitas 5 test

• Gradasi 5 test
• Kepadatan kering max. laboratorium 1 test

• CBR 1 test

c. Gradasi :

Ayakan (mm) % Lolos

50 100
25 65 - 100
9 , 50 35 - 65
4 ,75 20 - 50
2,00 10 - 40
0, 425 -
5 25
0 , 075 2 - 15

BAB 5 KETENTUAN TEKNIS PENGENDALIAN MUTU 5-3


PeJatihan Jab Kerja Kepala Pengawas Pek Jin dan Jbt Pengendalian Mutu, Waktu dan Biaya

d. Sifat agregat :

Sifat Kelas B

Abrasi dan agregat kasar 0- 4 0 %


Indeks Plastisitas 0 - 10
Batas cair 0- 35
Bagian yang lunak 0- 5 %
CBR 60 ( min)
Rongga dalam agregat mineral pada kadar air 10 (min)
optimum

5.3.2 Toleransl dimensi

• Permukaan akhir tidak lebih dari 1 cm diatas atau dibawah elevasi rencana.
• Penyimpangan maximum kerataan permukaan 2 cm (arah sejajar as jalan)
yang diukur dengan straight edge 3 m, dan 1,25 cm pada arah metintang.
• Ketebalan minimum tidak kurang 1 cm dari tebal rencana.
• -
Tebal penghamparan : 10 20 cm tebal padat.

5.3.3 Pemadatan

• Kepadatan : 100 % dari kepadatan kering maksimum.


• Kadar air : pada rentang 3 % kurang dari kadar air optimum sampai dengan 1
% lebih dan kadar air optimum.

• Pengujian kepadatan dengan sand-cone setiap 200 m per tebal satu lapis
hamparan per lajur, atau setiap 150 m3.

5.4 PENGENDALIAN MUTU PEKERJAAN AGREGAT LAPIS PONDASI


ATAS KELAS A

5.4. 1 Material

a. Pengujian awal bahan paling sedikit 3 contoh yang mewakili dari sumber
bahan yang diusulkan.
b. Pengujian pengendalian mutu secara rutin setiap 1.000 m3 bahan :
• Indek Plastisitas 5 test

• Gradasi 5 test
• Kepadatan kering max. laboratorium : 1 test
• CBR 1 test

BAB 5 KETENTUAN TEKNIS PENGENDALIAN MUTU 5-4


Pelatihan Jab Kerja Kepala Pengawas Pek Jin dan Jbt Pengendalian Mutu, Waktu dan Blaya

c. Gradasi :

Ayakan (mm) % Lolos

50 100
25 65 - 90
9, 50 40- 60
4 ,75 25- 45
2,00 12- 30
0,425 6- 16
0,075 0-8

d Sifat agregat :

Sifat Kelas A
Abrasi dari agregat kasar 0- 40 %
Indeks Piastisitas 0-6
Batas cair 0- 2 5
Bagian yang lunak 0- 5 %
CBR 80 (min)
Rongga dalam agregat mineral pada kadar 14 (min)
air optimum

5.4.2 Toleransi dimensi

• Permukaan akhir tidak lebih dari 1 cm diatas atau dibawah elevasi rencana .

• Penyimpangan maximum kerataan permukaan 1 cm (arah sejajar as jalan)


yang diukur dengan straightedge 3 m, dan 1,25 cm pada arah melintang.
• Ketebalan minimum tidak kurang 1 cm dari tebal rencana.
• Tebal penghamparan : 10 - 20 cm tebal padat.

5.4.3 Pemadatan

• Kepadatan : 100 % dari kepadatan kering maksimum.


• Kadar a i r : pada rentang 3 % kurang dari kadar air optimum sampai dengan 1
% lebih dari kadar air optimum.
• Pengujian kepadatan dengan sand-cone setiap 200 m per tebal satu lapis
hamparan per lajur, atau setiap 150 m3 .

BAB 5 KETENTUAN TEKNIS PENGENDALIAN MUTU 5-5


Pelatihan Jab Keija Kepala Pengawas Pek Jin dan Jbt Pengendallan Mutu, Waktu dan Biaya

5.5 PENGENDALIAN MUTU PEKERJAAN ASPHALT TREATED BASE


(ATB)

5.5. 1 Agregat
a. Abrasi : < 40 % (dianjurkan < 30 %).
b. Sodium Sulphate Soundness Test : < 12 %.
c. Coating and Stripping Test : > 95 %.
d. Gradasi campuran agregat :

Ukuran saringan % Lolos


r 100
3/4 " 95 - 100
Vi
3/8"
-
66 100
52 - 78
No. 4 4 7 - 57
No. 8 4 2 - 56
No. 30 1 3 - 54
No. 100 4 - 31
No. 200 3- 8

5.5.2 Material aspal


AC-10 atau AC-20.

5.5.3 Kadar aspal


• Kadar aspal dari berat total campuran : 6,0 7,0 % -
• Kadar aspal efektif 5, 5 %

5.5 .4 Sffat campuran

Sifat Persyaratan

Stabilitas 450 kg, min.


Angka perbandingan Marshall 1 , 8 - 4 ,0 kN/mm
Kadar rongga udara (dari volume 4- 8 %
campuran total)

BAB 5 KETENTUAN TEKNIS PENGENDALIAN MUTU 5-6


Pelatihan Jab Kerja Kepala Pengawas PeK Jin dan Jbt Pengendalian Mutu, Waktu dan Biaya

5.5.5 Toteransi kompostsi campuran


Agregat gabungan yang lolos (terhadap berat jumlah campuran) :
• Saringan 10 mm : ± 7,0 %.
• No. 8 ± 5,0 %.
• No. 100 ± 2,0 %.

• No. 200 ± 1,5 %.

• Kadar aspal, tertiadap berat jumlah campuran : + 0,5 %.

5.5.6 Toteransi temperatur


• Bahan yang keluar dari AMP : ± 10 °C

* Bahan yang dikirim ketempat penghamparan : ± 10 °C

5.5.7 Pemadatan
• Kepadatan : 98 %.

• Pengujian dilakukan dengan jarak setiap 100 m per lajur.

5.5 . 8 Pengujian rutin campuran


• Analisa saringan : 2 contoh dari setiap hot bin, untuk setiap hari produksi atau
1 contoh setiap 200 ton.
• Analisa saringan : 2 contoh dari gabungan agregat panas untuk setiap hari
produksi.
• Temperatur dari campuran sewaktu pengambilan contoh di AMP dan diatas
jalan : setiap 1 jam .
• Uji Marshall : 2 contoh per hari, atau 1 contoh setiap 200 ton.

• Kepadatan : 2 contoh per hari, atau 1 contoh setiap 200 ton.


• Stabilitas Marshall serta leleh (flow) nya dan angka perbandingan Marshall : 2
contoh per hari, atau 1 contoh setiap 200 ton.
• Kadar aspal dan gradasi aggregat dari campuran dengan pengujian ekstraksi :
2 kali per hari produksi dan paling sedikit 1 contoh setiap 200 ton.
• Rongga udara : 2 kali per hari produksi atau 1 kali setiap 200 ton .
• Bitumen yang di-absorpsi : 2 kali per hari produksi atau 1 kali setiap 200 ton.

BAB 5 KETENTUAN TEKNIS PENGENDALIAN MUTU 5-7


Jab Karfa Kepala Pangawas Pek Jin dan Jbt Pengendelian Mutu, Waktu dan Biay

5.6 PENGENDALIAN MUTU PEKERJAAN ASPHALT CONCRETE (AC)

5.6.1 Agregat kasar


a. Abrasi : < 40 % (dianjurkan < 30 %).
b. Sodium Sulphate Soundness Test : < 12 %.
c. Coating and Stripping Test : > 95 %.
d. Agregat kasar terdiri dari batu pecah, dengan gradasi sebagai berikut :

Ukuran saringan % Lotos

3/ 4 " 100
’/a”
3 /8 “
-
30 100
9 - 55
No 4 . 0- 10
No. 200 0-1

5.6 .2 Agregat haius


a. Agregat haius terdiri dari pasir alam atau saringan / abu batu pecah atau
kombinasinya, dengan gradasi sebagai berikut :

Ukuran saringan % Lotos

3/8“ 100
No. 4 90 - 100
No. 8 -
80 100
No. 30 25 - 100
No. 70 7 - 60
No. 200 5 - 11

b. Agregat haius harus bereih, kuat, bebas dari gumpalan dan tanah liat.

5.6.3 Bahan pengisl

* Bahan pengisi : dari abu batu kapur, abu dolomite, semen portland, atau
bahan mineral non plastis yang disetujui oleh Pemimpin Proyek.
• Lotos saringan No. 200 : > 75 % (lebih disukai > 85 %).

5.6. 4 Bahan aspal


a. -
Pen 60/70 (AC-20) atau Pen 80/100 (AC 10).
b. Pernyataan dari sumbernya dengan data pengujian yang terdiri :
• Penetrasi pada 25 °C.

BAB 5 KETENTUAN TEKNIS PENGENDALIAN MUTU


Pelatihan Jab Kerja Kepala Pangawas Pek Jin dan Jbt PengendaHan Mutu, Waktu dan Biaya

• Penetrasi pada 35 °C.


• Ring & ball softening point.
• Viskositas pada 60 °C.
• Viskositas pada 135 °C.
c. Penetrasi pada 25 °C : > 70 %.
d. Penetrasi pada 35 °C : > 50 %.
e. Daktilitas ; > 40 mm

5.6.5 Slfat campuran

Sifat AC

Kadar bitumen efektif, % > 6 ,2


Kadar bitumen yang diabsorpsi, % berat 0 - 1 ,7
campuran
Jumlah kadar bitumen sebenarnya, % berat > 6, 7
campuran ;
Kadar rongga udara, % 3- 6
Ketebalan lapisan tipis bitumen , mikron > 8
Angka perbandingan Marshall , kN /mm 1 , 8 - 5 ,0
Stabiiitas Marshall, kg 550 - 1250
Stabilitas sisa, perendaman 24 jam, pada suhu > 75
60 °C, %

5.6.6 Toleransi komposfsi campuran


Agregat gabungan yang lolos (terhadap berat jumlah campuran) :
• Saringan 10 mm ± 7 ,0 % .

• No. 8 ± 5,0 %.

• No. 100 ± 2,0 %.

• No. 200 ± 1 ,5 %.

• Kadar aspal, terhadap berat jumlah campuran : + 0,5 %.

5.6. 7 Toleransi temperatur


• Bahan yang keluar dari AMP : ± 1 0 °C

• Bahan yang dikirim ketempat penghamparan : ± 1 0 °C

5.6. 8 Pemadatan
• Kepadatan : 98 %.
• Pengujian difakukan dengan jarak setiap 100 m per iajur .

BAB 5 KETENTUAN TEKNIS PENGENDAHAN MUTU 5-9


Pelatihan Jab Kerja Kepala Pengawas Pek Jin dan Jbt Pengendalian Mutu , Waktu dan Biay

5.6 . 9 Pengujian rutin campuran

• Analisa saringan : 2 contoh dari setiap hot bin, untuk setiap hari produksi atau
1 contoh setiap 200 ton.
• Analisa saringan : 2 contoh dari gabungan agregat panas untuk setiap hari
produksi.

• Temperatur campuran sewaktu pengambilan contoh di AMP dan diatas jalan :


setiap 1 jam.
• Uji Marshall : 2 contoh per hari, atau 1 contoh setiap 200 ton.

• Kepadatan : 2 contoh per hari, atau 1 contoh setiap 200 ton.


• Stabilitas Marshall serta leleh (flow) nya dan angka perbandingan Marshall : 2
contoh per hari, atau 1 contoh setiap 200 ton.
• Kadar aspal dan gradasi aggregat dari campuran dengan pengujian ekstraksi :
2 kali per hari produksi dan pafing sedikit 1 contoh setiap 200 ton.
• Rongga udara : 2 kali per hari produksi atau 1 kali setiap 200 ton.
• -
Bitumen yang di absorpsi : 2 kali per hari produksi atau 1 kali setiap 200 ton.

5.6.10 Viskositas bitumen dan temperatur campuran

Prosedur pelaksanaan Viskositas Suhu campuran aspal


(°Cj
(centistokes) -
AC 20 AC-10

Pencampuran benda uji Marshall 170 ± 20 155 145


Pemadatan benda uji Marshall 180 ± 30 140 130
Suhu pencampuran maximum di AMP < 165 < 155
Mengosongkan pencampur AMP 100 - 400 > 135 > 125
kedalam truck
Hotmix di paver 400 - 1.000 150 - 120 140 -
110
Penggilasan awal (breakdown rolling) 1.000 - 1.800 125 - 110 111 - 100
Penggilasan sekunder (intermediate
rolling)
1.800 - 10.000 -
110 95 104 - 83

Penggilasan akhir (finishing rolling) 10.000 - 95 - 80 83 63-


100.000

BAB 5 KETENTUAN TEKNIS PENGENDALIAN MUTU -


5 10
Pelatihan Jab Kerja Kepata Pengawas Pek Jin dan Jbt Pengendalian Mutu, Waktu dan Biaya

5.7 PENGENDALIAN MUTU PEKERJAAN JALAN BETON

5.7. 1 Toleransi

Pelat perkerasan jalan I Pelat perkerasan jalan


Pemeriksaan sebagai wearing course ; sebagal basecburse
{jgpis aus) (lapis pondasi atas)
^

Ketebaian
+ 6 mm + 10 mm
- 0 mm - 0 mm
+ 10 mm ± 15 mm
Dari Ketinggian rencana
- 5 mm - 5 mm
Diukur dengan straight edge
± 4 mm ± 6 mm
panjang 3 m
Camber ± 6 mm ± 10 mm

% Kelandaian dalam 30 m 0.1 0.1

5.7.2 Semen
• Semen harus merupakan semen portland jenis I, II atau III.
• Hanya produk dan satu pabrik atau satu jenis merk semen portland yang boleh
digunakan, kecuali diperkenankan lain oleh Pemimpin Proyek .

5.7. 3 Air
Air harus bersih dan bebas dan bahan-bahan minyak , garam, asam, alkali, gula
-
atau bahan bahan organik. Air yang diketahui bermutu dapat diminum dapat
dipakai dengan tanpa pengujian.

5.7.4 Membran kedap air


Lapisan bawah yang kedap air harus terdiri dari lembaran plastik yang kedap
setebal 125 mikron.

5.7 . 5 Tulangan baja


a. Tulangan baja untuk jalur kendaraan harus berupa anyaman baja atau
batang baja berprofil sebagaimana diperlihatkan dalam Gambar.
b. Dowel harus berupa batang bulat biasa. Batang Dowel berlapis plastik dapat
digunakan.
c. Batang pengikat harus berupa batang baja berulir .

BAB 5 KETENTUAN TEKNIS PENGENDALIAN MUTU 5-11


Pelatihan Jab Kerja Kepala Rangewas Pak Jin dan Jbt Pengendalian Mutu, Waktu dan Blaya

d. Selimut beton minimum dari baja tulangan untuk beton tidak tertindung tetapi
dapat dicapai :

Ukuran batang baja tulangan Selimut bersih


yang diselimuti (mm) minimum
(mm)

Batang baja 16 mm dan lebih 35


kecil
Batang baja 19 mm dan 22 50
mm
Batang baja 25 mm dan lebih 60
besar

e Baja tulangan : batang baja billet polos atau berulir grade U24 atau batang
berulir grade U40, kecuali jika disetujui lain oleh Pemimpin Proyek atau
diperlihatkan lain dalam Gambar.

5.7. 6 Persyaratan slfat campuran


(a) Beton harus dari kelas K350 kecuali jika diperlihatkan lain dalam gambar
atau diarahkan lain oleh Pemimpin Proyek .
(b) Kuat lentur karakteristik harus 45 kg/cm2
(c) Slump optimum harus tidak kurang dari 20 mm dan tidak lebih besar dari 60
mm. Slump tersebut harus dipertahankan dalam batas toleransi + 20 mm
dari slump optimum yang disetujui oleh Pemimpin Proyek . Beton yang tidak
memenuhi persyaratan-persyaratan slump tersebut tidak boleh digunakan
untuk pelat-pelat perkerasan beton.

5.7 .7 Perawatan
• Segera setelah penyapuan dan perapian tepi selesai perawatan beton harus
dimulai.
• Permukaan terbuka beton yang baru dicor harus dilindungi dengan
menggunakan rangka-rangka yang ditutup dengan bahan-bahan yang bersifat
merefleksi panas dan hujan.
• Bahan perawatan ini harus berupa dua lapisan kain goni , atau selapis pasir
atau bahan bersifat sangat menyerap lainnya yang disetujui. Bahan apapun
yang digunakan harus dijaga agartetap basah untuk waktu tidak kurang dari 5
hari. Kegiatan pengecoran beton harus ditunda jika penyediaan air tidak cukup
baik untuk perawatan dan pengecoran.

BAB 5 KETENTUAN TEKN1S PENGENDALIAN MUTU 5-12


Pelatihan Jab Kerja Kepala Pengawas Pek Jin dan Jbt Pengendalian Mutu, Waktu dan Biaya

5.7.8 Persyaratan permukaan


• Setelah beton cukup mengeras, permukaan yang bersangkutan selanjutnya
harus diuji untuk diperiksa kebenarannya (trueness), dengan menggunakan
straight edge berukuran 3 m.
• Setiap bagian permukaan dalam arah membujur, perbedaan hams tidak
melebihi 4 mm. Bila perbedaan atau penyimpangan dari alat penguji lebih dari
8 mm maka perkerasan hams dibongkar dan diganti oleh kontraktor atas biaya
sendiri. Bagian-bagian yang dibongkar itu harus sekurang-kurangnya
sepanjang 3 m dan untuk seluruh tebal dan lebar pelat yang bersangkutan.
• Penyimpangan permukaan maksimum yang diperbolehkan di bawah alat
straight edge 3 m yang ditempatkan dalam segala arah beton yang akan
dilapis ulang dengan suatu lapisan aspal tidak boleh melebihi 10 mm.

5.7.9 Sambungan (joints)


Sambungan hams dibuat dengan tipe, ukuran dan pada lokasi seperti yang
ditentukan dalam Gambar. Semua sambungan harus dilindungi agar tidak
kemasukan material yang tidak dikehendaki sebelum ditutup dengan bahan pengisi.

1). Bahan penyegel sambungan


Bahan penyegel sambungan hams berupa Expandite Plastic , senyawa
gabungan bitumen karet Grade 99 yang dituangkan dalam keadaan panas,
atau bahan serupa yang disetujui. Bahan primer sambungan harus
sebagaimana dianjurkan oleh pabrik pembuat.

2). Sambungan memanjang (longitudinal joints)


Batang baja ulir (deformed ) dengan panjang, ukuran, dan jarak seperti yang
ditentukan harus diletakkan tegak lurus dengan sambungan longitudinal atau
dipasang dengan besi penahan (chair) atau penahan lainnya yang disetujui,
untuk mencegah perubahan tempat.
Sambungan longitudinal acuan (longitudinal form joint) terdiri dari takikan / alur
ke bawah memanjang pada permukaan jalan. Sambungan tersebut hams
dibentuk dengan alat mekanikal atau dibuat secara manual dengan ukuran
dan garis sesuai Gambar , sewaktu beton masih mudah dibentuk. Alur ini
hams diisi dengan kepingan (filler) material yang telah tercetak (premolded)
atau dicor (poured) dengan material penutup sesuai yang disyaratkan.

BAB 5 KETEIMTUAN TEKNIS PENGENDALIAN MUTU 5-13


Pelatihan Jab Kerja Kepala Pengawas Pek Jin dan Jbt Pengendalian Mutu, Waktu dan Biaya

Sambungan longitudinal gergajian (longitudinal sawn joint) harus dibuat


dengan pemotongan beton dengan gergaji beton yang disetujui sampai
kedalaman, lebar dan garis sesuai Gambar. Untuk menjamin pemotongan
sesuai dengan garis pada Gambar, harus digunakan alat bantu atau garis
bantu yang memadai. Sambungan longitudinal ini harus digergaji sebelum
berakhimya masa perawatan beton, atau segera sesudahnya sebelum
peralatan atau kendaraan diperbolehkan memasuki perkerasan beton baru
tersebut. Daerah yang akan digergaji harus dibersihkan dan sambungan harus
segera diisi dengan material penutup (sealer) sesuai dengan yang
disyaratkan.

3) . Sambungan ekspansi melintang (transverse expansion joints)


Filler (bahan pengisi) untuk sambungan ekspansi (expansion joint filler)
harus menerus dari acuan ke acuan, dibentuk sesuai dengan subgrade dan
takikan sepanjang acuan.

Filler sambungan pracetak (freform joint filler) harus disediakan dengan


panjang yang sama dengan lebar jalan atau sama dengan lebar satu lajur.

4). Sambungan kontraksi melintang (transverse contraction joints)


-
Sambungan ini terdiri dari bidang bidang yang diperiemah dengan membuat
takikan / alur dengan pemotongan permukaan perkerasan, disamping itu bila
tertera pada Gambar juga harus mencakup pasangan alat transfer beban
(load transfer assemblies).

a. Takikan / alur (formed grooves)


Takikan ini harus dibuat dengan menekankan alat kedalam beton yang
masih plastis. Alat tersebut harus tetap ditempat sekurang-kurangnya
sampai baton mencapai pengerasan awal, dan kemudian harus dilepas
tanpa merusak beton didekatnya.

b. Sambungan gergajian (sawn contraction joints)


Sambungan ini harus dibuat dengan membuat alur dengan gergaji pada
permukaan perkerasan dengan lebar, kedalaman, jarak dan garis sesuai
yang tercantum pada Gambar, dengan gergaji beton yang disetujui.

BAB 5 KETENTUAN TEKNIS PENGENDALIAN MUTU 5-14


Pelatihan Jab Kerja Kepala Pengawas Pek Jin dan Jbt Pengendalian Mutu, Waktu dan Biaya

Setelah sambungan digergaji, bekas gergajian dan permukaan beton


yang berdekatan harus dibersihkan.
Penggergajian hams dilakukan secepatnya setelah beton cukup keras
agar penggergajian tidak menimbulkan keretakan, dan jangan lebih dari
18 jam setelah pemadatan akhir beton.

c. Sambungan kontraksi acuan melintang (transverse formed


contraction joints)
Sambungan ini hams sesuai dengan ketentuan untuk sambungan
acuan longitudinal (longitudinal formed joints).

5). Sambungan membujur

• Bila perkerasan dibangun dengan lebar lebih dari lebar satu jaiur dalam
satu operasi, maka suatu crack inducer berupa batang tipis dari kayu
atau bahan sintetis atau pelat tipis yang disetujui harus dipasang pada
badan jalan sepanjang garis sambungan dalam batas toleransi horizontal
+ 5 mm, dan dicetak ke dalam dasar pelat yang bersangkutan .
• Suatu alur harus dibuat pada puncak pelat tersebut dan ditempatkan
vertikal di atas sumbu pelat tipis tersebut dengan suatu batas toleransi
horizontal 12 mm.
• Kedalaman gabungan alur dan crack inducer hams berada antara
seperempat dan sepertiga dari ketebalan pelat yang bersangkutan dan
perbedaan antara kedalaman alur puncak dan tinggi crack inducer pada
dasar hams tidak lebih besar dan 12 mm.
• -
Jika alur alur dibuat dengan menggergaji, maka kedalaman alur tersebut
harus antara seperempat dan sepertiga ketebalan pelat.

6). Alur pada sambungan


• -
Alur-alur di permukaan beton pada sambungan sambungan hams
dibentuk dengan cara yang disetujui oleh Pemimpin Proyek.
• -
Alur alur tersebut dapat dibentuk pada waktu beton masih dalam
keadaan plastis atau digergaji setelah beton mengeras.
• -
Bagian alur yang akan ditutup / disegel harus mempunyai sisi sisi yang
benar-benar vertikal dan sejajar.
• -
Alur alur harus ditutup / disegel.

BAB 5 KETENTUAN TEKNIS PENGENDALIAN MUTU 5-15


Pelatihan Jab Kerja Kepata Pengawaa Pek Jin dan Jbt Pengendalian Mutu, Waktu dan Biaya

Jika alur-alur tersebut dibuat dengan digergaji, maka kontraktor harus


membentuknya sebagai berikut ;

a). Sambungan kontraksi


Celah-celah harus digergaji sampai kedalaman yang disyaratkan dan
harus mempunyai lebar yang memadai tidak lebih dari 20 mm.
b). Sambungan ekspansi
Celah-celah harus digergaji sampai kedalaman dan lebar penuh yang
diperlukan untuk segel seperti diperlihatkan dalam gambar.

Bila perkerasan lentur dan pelat beton berbatasan dalam arah membujur
pada elevasi permukaan jalan, maka suatu alur selebar 10 mm dan sedalam
20 sampai 25 mm harus dibentuk atau digergaji, kemudian disegel / ditutup
dengan menuang suatu bahan segel yang cocok untuk kedua perkerasan
tersebut.

7). Penyegelan (penutup alur)


• -
Sebelum lalu lintas diperkenankan mempergunakan perkerasan jalan
dan sebelum penyegelan permanen, alur-alur harus dibersihkan dari
setiap kotoran atau bahan lepas dan harus dilindungi dengan
memasukkan suatu kepingan penyegel sementara sebagaimana
disetujui oleh Pemimpin Proyek.
• Penyegelan permanen sambungan-sambungan harus dilaksanakan
dalam waktu 28 hari sejak pengecoran beton.

8). Alat transfer beban (load transfer devices)


* Bila digunakan dowel {batang baja polos) , maka harus dipasang sejajar
dengan permukaan dan garis sumbu perkerasan beton, dengan
memakai pengikat / penahan logam yang dibiarkan terpendam dalam
perkerasan.

• VJjung dowel harus dipotong agar permukaannya rata. Ukuran bagian


dowel yang harus dilapisl aspal atau pelumas lain harus sesuai yang
tertera pada Gambar, agar bagian tersebut tidak ada lekatan dengan
beton, penutup (selubung) dowel dari PVC atau logam, yang disetujui
Konsultan Pengawas, harus dipasang pada setiap batang dowel pada

BAB 5 KETENTUAN TEKNIS PENGENDALIAN MUTU 5-16


Pelatihan Jab Ker]a Kepala Pengawas Pek Jin dan Jbt Pengendalian Mutu, Waktu dan Biaya

sambungan ekspansi. Penutup itu harus berukuran pas dengan dowel dan
bagian ujung yang tertutup harus tahan air.

9). Menutup sambungan (sealing joint)


• Sambungan harus ditutup segera sesudah selesai proses perawatan
(curing) beton dan sebelum jalan terbuka untuk lalu lintas.

• Material penutup (joint sealer) yang digunakan pada setiap sambungan


harus sesuai dengan yang tertera pada Gambar atau perintah Konsultan
Pengawas.

5.7.10 Pengendalian kualltas

1 ). Pengujian untuk sifiat kemudahan pengerjaan


Satu atau lebih pengujian ‘slump’ sebagaimana diperintahkan oleh
Pemimpin Proyek harus dilaksanakan untuk setiap takaran beton yang
dihasilkan.

2). Pengujian kekuatan


• 1 pengujian kekuatan untuk setiap 20 m3.
• Setiap pengujian harus termasuk pembuatan 3 contoh yang identik untuk
diuji pada umur 3, 7 dan 28 hari.

3). 1
Pengujian tambahan
Kontraktor harus melaksanakan suatu pengujian tambahan yang mungkin
diperlukan untuk menetapkan kualitas, campuran atau pekerjaan beton yang
telah selesai sebagaimana diarahkan oleh Pemimpin Proyek. Pengujian
tambahan ini dapat meliputi :
• Pengujian yang bersifat tidak merusak dengan menggunakan
sderometer atau alat penguji lainnya.
• Pengambilan dan pengujian inti-inti beton.
• Pengujian lain semacam itu sebagaimana ditetapkan Pemimpin Proyek .

4). Persyaratan gradasi agregat


Bahan-bahan yang tidak memenuhi persyaratan gradasi ini dapat tidak
ditolak asalkan kontraktor dapat menunjukkan bahwa persyaratan kekuatan
-
beton dapat dipenuhi jika menggunakan bahan bahan tersebut.

BAB 5 KETENTUAN TEKNIS PENGENDALIAN MUTU 5- 17


Pelatihart Jab Kerja Kepala Pengawas Pek Jin dan Jbt Pengendaiian Mutu, Waktu dan Biaya

Tabel 12.10.4. : Persyaratan gradasi agregat.

Ukuran a akan Persentase berat yang lolos


Standar Inch (in) Agregat Pilihan agregat kasar
(mm) halus

50 2 100
37 1,5 95 - 100 100
25 1 95 - 100
100
19 % 35- 70 50 - 100
100
13 ’/* 25 - 60 90-
100
10 3/ 8 100 10- 30 2 0- 5 5 40- 70
475 it 4 95 - 100 0- 5 0 - 10 0 - 10 0- 15
2 , 36 #8 0- 5 0-5 0- 5
1 18 # 16 45 - 80
0 , 30 it 5 0 10- 30
0 , 15 # 100 2 - 10

Agregat kasar harus dipilih sedemikian rupa sehingga ukuran partikel


terbesar tidak lebih besar dari pada V jarak bersih minimum antara batang
*
tulangan atau antara batang tersebut dengan acuan.

5). Slfat agregat


Agregat harus bersih dan keras yang diperoleh dari pemecahan batu, atau
dengan menyaring dan mencuci (bila perlu) kerikil dan pasir sungai.

Tabel 12.10.5. : Slfat agregat beton.

Sifat Batas maximum yang


diijinkan
Agregat Agregat
halus kasar

Kehilangan akibat abrasi pada 500 putaran 40 %


dengan mesin Los Angeles .
Kehilangan akibat penentuan kualitas 10 % 12 %
dengan Sodium sulfat setelah 5 siklus.
Persentase gumpalan tanah liat dan partikel 0,50 % 0,25 %
yang dapat pecah dalam agregat.
Bahan-bahan yang lolos ayakan # 200 3% 1%

BAB 5 KETENTUAN TEKNIS PENGENDALIAN MUTU 5-18


Pelatihan Jab Keija Kepala Pengawas Pek Jin dan Jbt Pengendalian Mutu , Waktu dan Biaya

6). Persyaratan Bifat campuran


a). Bila hasil pengujian 7 hari menghasilkan kekuatan beton lebih rendah
dari ketentuan, maka kontraktor tidak boleh mengecor beton lebih
lanjut sampai penyebab hasil yang rendah tersebut telah diketahui
dengan pasti dan sampai telah diambii langkah langkah untuk -
menjamin produksi beton memenuhi spesifikasi
b) Kekuatan karakteristik berbagai kelas beton ditentukan berdasarkan
serangkaian hasil pengujian kuat tekan yang dilaksanakan terhadap
benda-benda uji yang dibuat dari contoh yang sama. Kekuatan
karakteristik beton diperoleh sebagai fungsi dari rata-rata nilai kekuatan
yang diperoleh dari percobaan, jumlah pengujian yang dilaksanakan
dan penyebaran hasil-hasil yang diperoleh, dengan menggunakan
rumus berikut :
fc - Uv - k.s, dimana :

If,
n

fw = —
n

1*1
n-1
fc Kekuatan beton sebenarnya.
fav = Kekuatan rata-rata hasil percobaan.
s = Penyimpangan standar,
f[ Kuat tekan benda uji.
n Jumlah contoh yang diuji.
k
dalam tabel berikut
-
Angka koefisien yang mengasumsikan nilai nilai yang terlihat

n 4 6 8 10 12 14 16
1,17 0,83 0,67 0,58 0,52 0,48 0,44

Agar memenuhi syarat :


• Kekuatan rata-rata yang ditentukan dari suatu kelompok hasil
pengujian yang berurutan harus melampaui kekuatan karakteristik
yang ditetapkan tidak kurang dari 5 N/mm2
• Setiap hasil pengujian harus lebih besar dari pada 90 % kekuatan
karakteristik yang ditetapkan.

BAB 5 KETENTUAN TEKNIS PENGENDALIAN MUTU 5-19


Pelatihan Jab Keija Kepala Pengawas Pak Jin dan Jbt Pengendalian Mutu, Waktu dan Biaya

BAB 6
TABEL DAN DAFTAR SIMAK PENGENDALIAN MUTU

6.1 DAFTAR ADMINISTRASI TEKNIK PENGENDALIAN MUTU

Jenis, persyaratan, jumlah dan frekuensi serta ketentuan pengendalian mutu


dirangkum seperti pada Tabel 1 - 8 :

• Tabel 1 Daftar pengendalian mutu pekerjaan Urugan biasa.


• Tabel 2 Daftar pengendalian mutu pekerjaan Urugan pilihan.
• Tabel 3 Daftar pengendalian mutu pekerjaan Sirtu.
• Tabel 4 Daftar pengendalian mutu pekerjaan Agregat lapis pondasi
bawah kelas B.
• Tabel 5 Daftar pengendalian mutu pekerjaan Agregat lapis pondasi atas
kelas A.
• Tabel 6 Daftar pengendalian mutu pekerjaan ATB .
• Tabel 7 Daftar pengendalian mutu pekerjaan AC.
• Tabel 8 Daftar pengendalian mutu pekerjaan Jalan beton.

6.2 CHECK LIST (DAFTAR SIMAK)

• Daftar 1 Daftar simak pengawasan pekerjaan Tanah dasar.


• Daftar 2 Daftar simak pengawasan pekerjaan Sirtu.
• Daftar 3 Daftar simak pengawasan pekerjaan Agregat lapis pondasi
bawah kelas B.
• Daftar 4 : Daftar simak pengawasan pekerjaan Agregat lapis pondasi atas
kelas A.
• Daftar 5 : Daftar simak pengawasan pekerjaan ATB.
• Daftar 6 : Daftar simak pengawasan pekerjaan AC.

BAB 6 TABEL DAN DAFTAR SIMAK PENGENDALIAN MUTU 6- 1


Pelatihan Jab Kerja Kepala Pengawas Pek Jin dan Jbt Pengendalian Mutu, Waktu dan Biaya

Tabel 1. : Daftar pengendalian mutu pekerjaan Urugan biasa.

No. Uraian / jenis pengujian Persyaratan Jumlah Keterangan


contoh f test

1. Contoh tanah @ 50 kg 2 karung Disimpan pengawas


3
2. Atterberg limit test 3 test Setiap 1.000 m
3
3. Analisa saringan 3 test Setiap 1.000 m
3
4 Klasifikasi tanah Bukan A-7-6 / 3 test Setiap 1.000 m
CH
3
5. CBR >6 3 test Setiap 1.000 m
3
6. Nilai aktive < 1,25 3 test Setiap 1.000 rr»
7. Kepadatan proctor standar 3 test Setiap 1.000 m3
8 Kepadatan sand cone : Setiap panjang <
100 m
3
- Kedalaman > 30 cm 95 % atau setiap 100 m
- Kedalaman 30 cm 100 %
9 Kadar air pemadatan 3 % - Wopt - 1 Setiap panjang <
% 100 m

Tabel 2. : Daftar pengendalian mutu pekerjaan Urugan pilihan.

NO. Uraian / jenis pengujian Persyaratan Jumlah Keterangan


contoh / test

1. Contoh tanah @ 50 kg 2 karung Disimpan pengawas


3
2 Atterberg limit test 1 test Setiap 200 m
3
3 Analisa saringan 1 test Setiap 200 m
3
4 Indeks plastisitas 56 1 test Setiap 200 m
3
5 CBR i 10 1 test Setiap 200 m
3
6 Kepadatan proctor standar 1 test Setiap 200 m
7. Kepadatan sand cone : Setiap panjang <
100 m
3
- Kedalaman > 30 cm > 95 % atau setiap 100 m
-Kedalaman < 30 cm 100 %
a. Kadar air pemadatan 3 % - Wopt - 1 Setiap panjang <
% 100 m

BAB 6 TABEL DAN DAFTAR SIMAK PENGENDALIAN MUTU


Pelatihan Jab Kerja Kepala Pengawas Pek Jin dan Jbt Pengendalian Mutu , Waktu dan Biaya

Tabel 3. : Daftar pengendalian mutu pekerjaan Slrtu.

No. Uraian / jenis pengujian Persyaratan Jumlah Keterangan


contoh / test

1. Keausan dengan Los Angeles 40 % 3 test Per sumber.


3
2. Atterberg limit test 5 test Setiap 1.000 m
3
3. Indeks plastisitas < 10 5 test Setiap 1.000 m
3
4. Batas cair < 35 5 test Setiap 1.000 m
5. Bagian yang lunak 55% 3 test Per sumber.
3
6, CBR 50 (min) 1 test Setiap 1.000 m
7. Rongga dim agregat mineral pd 10 ( min)
kepadatan max
3
8. Gradasi Lihat syarat 5 test Setiap 1.000 m
3
9. Kepadatan proctor modified . 1 test Setiap 1.000 m
10. Kepadatan sand cone 100 % Setiap panjang <
200 m.
3
11. Kadar air pemadatan 3 % - Wopt - 1 atau setiap 150 m
%

Tabel 4. : Daftar pengendalian mutu pekerjaan Agregat lapis pondasi bawah


Kelas B.

No. Uraian / jenis pengujian Persyaratan Jumlah Keterangan


contoh /
test

1. Keausan dengan Los Angeles 5 40 % 3 test Per sumber .


3
2. Atterberg limit test 5 test Setiap 1.000 m
3
3. Indeks plastisitas 10 5 test Setiap 1.000 m
3
4. Batas cair 35 5 test Setiap 1.000 m
5. Bagian yang lunak 55 % 3 test Per sumber.
3
6. CBR 60 (min) 1 test Setiap 1.000 m
7. Rongga dim agregat mineral pd 10 (min)
kepadatan max
8. Gradasi Lihat syarat 5 test Setiap 1.000 m3
3
9. Kepadatan proctor modified . 1 test Setiap 1.000 m
10. Kepadatan sand cone 100 % Setiap panjang <
200 m.
3
11. Kadar air pemadatan 3 % - Wopt - 1 % atau setiap 150 m

BAB 6 TABEL DAN DAFTAR SIMAK PENGENDALIAN MUTU 6-3


Pelatihan Jab Kerja Kapala Pangawas Pek Jin dan Jbt Pengendalian Mutu, Waktu dan Biaya

Tabel 5. : Daftar pengendalian mutu pekerjaan Agregat lapis pondasi atas


Kelas A.

No. Uraian / Jenis pengujian Persyaratan Jumlah Keterangan


contoh /
test

1. Keausan dengan Los Angeles 5 40 % 3 test Per sumber.


3
2. Atterberg limit test 5 test Setiap 1.000 m
3
3. Indeks plastisitas 56 5 test Setiap 1.000 m
3
4. Batas cair 25 5 test Setiap 1.000 m
5. Bagian yang lunak 55 % 3 test Per sumber.
3
6. CBR 80 (min) 1 test Setiap 1.000 m
7. Rongga dim agregat mineral pd 14 (min)
kepadatan max 3
8. Gradasi Lihat syarat 5 test Setiap 1.000 m
3
9. Kepadatan proctor modified. 1 test Setiap 1.000 m
10. Kepadatan sand cone 100 % Setiap panjang <
200 m.
3
11. Kadar air pemadatan 3 % - Wopt - 1 % atau setiap 150 m

Tabef 6. : Daftar pengendalian mutu Asphalt Treated Base (ATB).

No. Uraian / jenis pengujian Persyaratan Jumlah Keterangan


Contoh /
test

1. Keausan agregat kasar < 40 % 3 test Per sumber.


2, Soundness test , kehilangan berat < 12 % 3 test Per sumber.
3. Coating & stripping test > 95 % 3 test Per sumber.
4. Bitumen AC- 10 atau AC-
20
5. Job mix formula (JMF ) :
- Kadaraspal :
Kadar aspal dari berat total 6 , 0 - 7, 0 %
campuran
Kadar aspal efektlf 5 ,5 %
- Stabilitas Marshall > 450 kg
- Marshall quotient 1,8 - 4 ,0 kN/ mm
- Rongga dalam campuran 4-8%
6. Analisa saringan :
- Dari setiap hotbin Lihat grading 1 test Setiap 200 ton
- Campuran agregat panas Lihat grading 2 test Setiap harl produksi
7. Ekstraksi :
- Analisa saringan Lihat grading 1 test Setiap 200 ton
- Kadar aspal JMF 1 test Setiap 200 ton
8, Marshall test Lihat JMF 1 test Setiap 200 ton
9. Density > 98 % 1 test Setiap 100 m

BAB 6 TABEL DAN DAFTAR SIMAK PENGENDALIAN MUTU 6-4


Pelatlhan Jab Kecja Kepala Pengawas Pek Jin dan Jbt Pengendalian Mutu, Waktu dan Biaya

Tabel 7. : Daftar pengendalian mutu Asphalt Concrete (AC).

No. Uraian / jenis pengujian Persyaratan Jumlah Keterangan


Contoh /
test

1. Keausan agregat kasar < 40 % 3 test Per sumber.


2. Soundness test, kehilangan berat < 12 % 3 test Per sumber .
3. Coating & stripping test > 95 % 3 test Per sumber .
4. Lolos pengayakan basah No 200 > 75 % 3 test Per sumber .
5. Bitumen AC-10 atau AC- 1 test Per sumber.
20
- Penetrasi pada 25 °C > 70 %
- Penetrasi pada 35 °C > 50 %
- Daktilitas > 40 mm

6. Job mix formula ( JMF) : 1 test Per sumber.


- Penyerapan aspai 0 - 1,7 %
- Kadar aspai efektif > 6,2 %
- Kadar aspai total > 6, 7 %
- Rongga dalam campuran 3-6 %
- Ketebalan lapisan tipis bitumen > 8 mikron
- Marshall quotient 1 , 8 - 5 , 0 kN/mm
- Stabilitas Marshall 550 - 1.250 kg
- Stabilitas tersisa > 75 %

7. Suhu campuran :
- Pencampuran uji Marshall Sesuai jenis 2 kali Per hari
aspai
- Pemadatan benda uji Marshall Sesuai jenis 2 kali Per hari
aspai
- Pencampuran max . di AMP Sesuai jenis 1 kali Setiap 1 jam
aspai
- Dari AMP ke Truck Sesuai jenis 1 kali Setiap 1 jam
aspai
- Hotmix di paver Sesuai jenis 1 kali Setiap 1 jam
aspai
- Breakdown rolling Sesuai jenis 1 kali Setiap 1 jam
aspai
- Secondary rolling Sesuai jenis 1 kali Setiap 1 jam
aspai
• Finishing rolling Sesuai jenis 1 kali Setiap 1 jam
aspai
8. Analisa saringan :
- Dari setiap hotbin Lihat grading 1 test Setiap 200 ton
- Campuran agregat panas Lihat grading 2 test Setiap hari produksi
9. Ekstraksi :
- Analisa saringan Lihat grading 1 test Setiap 200 ton
- Kadar aspai > JMF 1 test Setiap 200 ton
10. Marshall test Lihat JMF 1 test Setiap 200 ton
11. Density > 98 % 1 test Setiap 100 m

BAB 6 TABEL DAN DAFTAR SIMAK PENGENDALIAN MUTU 6-5


PelatJhan Jab Keija Kepala Pongawa 9 Pek Jin dan Jbt Pengendalran Mutu, Waktu dan Biaya

Tabel 8. : Daftar pengendalian mutu Jalan baton.

No. Uraian / jenis pengujian Persyaratan Jumlah Keterangan


Contoh /
test

1. Slump test 2 - 6 cm 2 kali Per hari


2
2. Test kuat tekart : K350 (kubus 15 cm) 350 kg/cm
- Urnur 3 hari 1 test Per 20 m3
2 3
- Umur 7 hari > 70 % K kg/cm 1 test Per 20 m
2 3
- Umur 28 hari > 90 % K kg/cm 1 test Per 20 m
3. Test kuat lentur (flexural strength) .
- Umur 3 hari 1 test Per 20 m3
3
- Umur 7 hari > 70 % Sc’ 1 test Per 20 m
kg/cm2
- Umur 28 hari 45 kg/cmz 1 test Per 20 m3
4. Agregat kasar :
- Keausan dengan mesin Los Angeles < 40 % 3 test Per sumber .
- Kehilangan berat dg sodium suifat < 12 % 3 test Per sumber.
- Gumpalan tanah liat < 0, 25 % 3 test Per sumber .
- Bahan yang lolos ayakan No. 200 <1% 3 test Per sumber.
5. Agregat halus :
- Kehilangan berat dg sodium suifat < 10 % 3 test Per sumber.
- Gumpalan tanah liat < 0, 50 % 3 test Per sumber.
- Bahan yang lolos ayakan No. 200 <3% 3 test Per sumber .
6 . Gradasi agregat Lihat tabel 1 test Per 20 m
3

gradasi

BAB 6 TABEL DAN DAFTAR SIMAK PENGENQALiAN MUTU a-s


Pelatlhan Jab Kerja Kepala Pengawas Pek Jin dan Jbt Pengendalian Mutu, Waktu dan Biaya

DAFTAR 1. : DAFTAR SIMAK PENGAWASAN PEKERJAAN TANAH DASAR

NO URAIAN PERSYARATAN CHECK KOMENTAR

I. MATERIAL KONSTRUKSI URUGAN


BIASA
1. Klasifikasi tanah. Bukan A-7-6 atau
CH
2. CBR. 6%
3. Nilai aktif. 5 1,25
II. MATERIAL KONSTRUKSI URUGAN
PILIHAN
1. CBR. 10 %
2. Indeks plastisitas. 56 %
III. PENGENDALIAN MUTU
1. Pengujian ulang setiap 1.000 m3 (200 m3) 3 benda uji (1 benda
uji)
2. Kepadatan kering max. laboratorium.
3 Test kepadatan sand cone : > 30 cm 95 % n
4 Test kepadatan sand cone r 30 cm 100 %
5. Jumlah test kepadatan sand cone Setiap jarak 100 m
IV , PERALATAN
1. Jenis dan jumlah sesual atau tidak.
V. TATA CARA PELAKSANAAN
1. Cuaca
2 Keamanan pekerjaan.
3 Keberadaan bangunan utilitas.
4 Pembuangan bahan galian. n
5, Pemulihan lokasi.
6 Persiapan lokasi pekerjaan.
7 Pemeriksaan tebal hamparan. n
B. Kadar air pemadatan.
9 Pemadatan
10. Drainase
VI. TOLERANSI DIMENSI
1 Permukaan dan ketinggian akhir. -
t + 1, t 2 cm
2 Rata dan kelandaian cukup.

Keterangan :
V ; Dilaksanakan, approved. Persyaratan lain yang tidak tercantum dalam
X : Tidak dilaksanakan, disapproved . Check List ini„ diberiakukan secara tersendiri

BAB 6 TABEL DAN DAFTAR SIMAK PENGENDALIAN MUTU -


67
Peiatlhan Jab Kerja Kepala Pengawas Pek Jin dan Jbt Pengendaiian Mutu, Wektu dan Biaya

DAFTAR 2. : DAFTAR SIMAK PENGAWASAN PEKERJAAN SIRTU

NO URAIAN PERSYARATAN CHECK KOMENTAR

I. MATERIAL KONSTRUKSI
1. Gradasi. Lihat persyaratan
2 Abrasi < 40 %
< 10 %
n
3 Indeks plastisitas
4. Batas cair < 35 %
5, Bagian yang lunak <5%
6 CBR. 50 %
7 Rongga dim agregat pd kepadatan max. > 10 %
II . PENGENDALIAN MUTU
1 Pengujian awai 3 contoh
3
2. Pengujian ulang/rutin setiap 1.000 m
Indeks plastisitas 5 test
Gradasi 5 test
Kepadatan kering max. laboratorium. 1 test
CBR 1 test
3 Test kepadatan sand cone. 100 %
4 Jumlah test kepadatan sand cone. Setiap jarak 200 m
III. PERALATAN
1 Jenis dan jumlah sesuai atau tidak.
IV. TATA CARA PELAKSANAAN
1 Cuaca
2. Kondisi stock material (kering atau basah).
3. Pemeriksaan tebal hamparan.
4. Kadar air pemadatan.
5.
V.
Pemadatan
TOLERANSI DIMENSI
n
1. Permukaan dan ketinggian akhir. ± 1 cm
2. Kerataan memanjang. < 2 cm
3. Kerataan melintang. < 1,25 cm
4. Ketebalan minimum -
T 1 cm

Keterangan :

V : Dilaksanakan, approved. Persyaratan lain yang tidak tercantum dalam


X : Tidak dilaksanakan, disapproved. Check List ini, diberlakukan secara tersendiri

BAB 6 TABEL DAN DAFTAR SIMAK PENGENDALIAN MUTU 6-8


Pelatlhan Jab Kerja Kepala Pengawas Pek Jin dan Jbt Pengendalian Mutu, Waktu dan Biaya

DAFTAR 3. : DAFTAR SIMAK PENGAWASAN PEK . AGREGAT LAPIS


PONDASI BAWAH KELAS B

NO URAIAN PERSYARATAN CHECK KOMENTAR

i MATERIAL KONSTRUKSI
1 Gradasi. Lihat persyaratan
2. Abrasi < 40 %

3. Indeks plastisitas < 10 %


4. Batas cair < 35 %
5. Bagian yang lunak <5%
6 CBR . > 60 %
7 * Rongga dim agregat pd kepadatan max. > 10 %
II. PENGENDALIAN MUTU
1. Pengujian awal 3 contoh
3
2. Pengujian ulang /mtin setiap 1.000 m
Indeks plastisitas 5 test
Gradasi 5 test
Kepadatan kering max. laboratorium . 1 test
CBR 1 test
3. Test kepadatan sand cone. 100 %
4 Jumlah test kepadatan sand cone. Setiap jarak 200 m
III. PERALATAN
1 Jenis dan jumlah sesuai atau tidak .
IV . TATA CARA PELAKSANAAN
1. Cuaca
2. Kondisi stock material (kering atau basah).
3. Pemeriksaan tebal hamparan.
4. Kadar air pemadatan.
5 Pemadatan
V. TOLERANSi OIMENSI
1. Permukaan dan ketinggian akhir . ± 1 cm
Z Kerataan memanjang. 2 cm
3, Kerataan melintang . < 1 , 25 cm
4. Ketebalan minimum. T - 1 cm

Keterangan :
Persyaratan lain yang tidak tercantum dalam
V : Diiaksanakan, approved.
X : Tidak diiaksanakan, disapproved. Check List ini, diberiakukan secara tersendiri

BAB 6 TABEL DAN DAFTAR SIMAK PENGENDALIAN MUTU 6-9


Pelatihan Jab Keija Kepala Pengawas Pek Jin dan Jbt Pengendalian Mutu, Waktu dan Biaya

DAFTAR 4. : DAFTAR SIMAK PENGAWASAN PEK. AGREGAT LAPIS


PONDASI BAWAH KELAS A

NO URA 1 AN PERSYARATAN CHECK KOMENTAR

I. MATERIAL KONSTRUKSI
1 Gradasi. Lihat persyaratan
2 Abrasi < 40 %
3. Indeks plastisitas <6%

4 Batas cair < 25 %


5. Bagian yang lunak <5%

6 CBR . 80 %
7. Rongga dim agregat pd kepadatan max. > 14 %
II. PENGENDALIAN MUTU
1 Pengujian awal 3 contoh
2 Pengujian ulang/rutin setiap 1.000 m3
Indeks plastisitas 5 test
Gradasi 5 test
Kepadatan kering max. laboratorium. 1 test
CBR 1 test
3. Test kepadatan sand cone. 100 %
4. Jumlah test kepadatan sand cone. Setiap jarak 200 m
III. PERALATAN
1. Jenis dan jumlah sesuai atau tidak .
IV. TATA CARA PELAKSANAAN
1. Cuaca
2. Kondisi stock material (kering atau basah).
3. Pemeriksaan tebal hamparan.
4. Kadarairpemadatan.
5. Pemadatan
V. TOLERANSIDIMENSI
1. Permukaan dan ketinggian akhir. ± 1 cm
2. Kerataan memanjang <1 cm
3. Kerataan melintang . 1,25 cm
4. Ketebalan minimum. T - 1 cm

Keterangan :

V : Oiiaksanakan, approved. Persyaratan tain yang tidak tercantum da/am


X : Tidak dilaksanakan, disapproved. Check List ini, diberlakukan secara tersendiri

BAB 6 TABEL DAN DAFTAR SIMAK PENGENDALIAN MUTU 6-10


Pelatihan Jab Kerja Kepala Pengawas Pek Jin dan Jbt Pengendalian Mutu, Waktu dan Biaya

DAFTAR 5. : DAFTAR SIMAK PENGAWASAN PEKERJAAN ATB

NO URAIAN PERSYARATAN CHECK KOMENTAR

.
[ MATERIAL KONSTRUKSI
1. Gradasi. Lihat persyaratan
2. Abrasi. < 40 %
3. Sodium sulphate soundness test < 12 %
4. Coating & stripping. > 95 %
5. Material aspal. AC-10 atau AC-20
6. Kadar aspal 6,0 - 7,0 %
7. Toteransi komposisi campuran & Lihat persyaratan
temperatur
8. Sifat campuran. Lihat persyaratan
II. PENGENDALIAN MUTU
1. Analisa saringan. 2 contoh per hari {4001)
2.
3.
Temperatur campuran.
Uji Marshall.
Setiap 1 jam
2 contoh per hari (4001)
n
4. Kepadatan 98 % 2 contoh per hari (4001)
5. Extraction test. 2 contoh per hari (4001)
6. Core drill. 2 titik per lane per 100 m
»1. PERALATAN
1. Jenis dan jumlah sesuai atau tidak. n
IV. TATA CARA PELAKSANAAN
1. Cuaca.
2. Penyiapan permukaan.
3 . Pengangkutan dan penyerahan hotmix.
4. Penimbangan di truck scale.
5. Batang perata tepi.
6. Penghamparan dan pembentukan.
7. Pemadatan.
8. -
Sambungan sambungan.
V. TOLERANSI DIMENSI
1. Ketebalan. T - 0,5 cm u
2. Kerataan permukaan. < 1 cm
3. Ketinggian akhir. ± 1 cm
4. Kemiringan/kelandaian.

Keterangan .
V ; Dilaksanakan, approved. Persyaratan lain yang tidak tercantum dalam
X : Tidak dilaksanakan, disapproved. Check List ini, dibertakukan secara tersendiri

BAB 6 TABEL DAN DAFTAR SIMAK PENGENDALIAN MUTU 6-11


Pelatitian Jab Kerja Kepala Pengawas Pek Jin dan Jbt Pengendalian Mutu, Waktu dan Biaya

DAFTAR 6. : DAFTAR SIMAK PENGAWASAH PEKERJAAN AC

NO URAiAN PERSYARATAN CHECK KOMENTAR

1. MATERIAL KONSTRUKSI
1. Gradasi. Lihat persyaratan
2. Abrasi. < 40 % n
3. Sodium sulphate soundness test < 12 %
4. Coating & stripping. > 95 %

5. Material aspal. AC- 10 atau AC-20


6. Kadaraspal > 6, 7 %
7. Toleransi komposisi campuran & Lihat persyaratan
temperatur
8. Sifat campuran. Lihat persyaratan
II. PENGENDALIAN MUTU
1. Analisa saringan. 2 contoh per hari (4001)
2. Temperatur campuran. Setiap 1 jam
3. Uji Marshall. 2 contoh per hari (4001)
4. Kepadatan 98 % 2 contoh per hari (4001) I I
5. Extraction test. 2 contoh per hari (4001)
6.
III.
Core drill.
PERALATAN
2 titik per lane per 100 m n
1. Jenis dan jumlah sesuai atau tidak.
IV. TATA CARA PELAKSANAAN
1. Cuaca. n
2. Penyiapan permukaan.
3. Pengangkutan dan penyerahan
hotmix.
4. Penimbangan di truck scale.
5. Batang perata tepi.
6. Penghamparan dan pembentukan.
7. Pemadatan.
8. Sambungan-sambungan .
V. TOLERANSI DIMENSI
1. Ketebalan. > T - 0,5 cm
2. Kerataan permukaan. 0,5 cm
3. Ketinggian akhir. (+ ) 1 cm & (-) 0,5 cm
4. Kemiringan/kelandaian.

Keterangan :
V : Dilaksanakan, approved. Persyaratan lain yang tidak tercantum dalam
X ; Tidak dilaksanakan, disapproved. Check List ini, diberlakukan secara tersendiri

BAB 6 TABEL DAN DAFTAR SIMAK PENGENDALIAN MUTU 6-12

Anda mungkin juga menyukai