KATA PENGANTAR
Pengendalian Mutu, Waktu dan Biaya yang ditulis di sini merupakan uraian atau
prinsip-prinsip umum tentang mekanisme pengendalian mutu proyek jalan dan atau
jembatan yang pada umumnya dilakukan pada ruas-ruas jalan Nasional, Propinsi,
maupun Kabupaten / Kota.
Oleh karena tulisan tentang Pengendalian Mutu, Waktu dan Biaya ini hanyalah
merupakan contoh khusus pengendalian mutu untuk pelaksanaan Proyek Pembangunan
Underpass Ciputat - Ps. Jum’at Tahap II, Jakarta Selatan, tahun anggaran 2003, maka
untuk dapat melaksanakan pengendalian mutu proyek lainnya, Pelaksana Pekerjaan
T
Jalan harus "melihat" dokumen kontrak yang dijadikan rujukan sesuai dengan ikatan
kontrak yang telah disepakati oleh kontraktor dengan pemilik proyek. Sasaran yang harus
dijadikan fokus utama dalam pengendalian proyek pada dasarnya ada 3 hal yaitu tepat
mutu, tepat waktu dan tepat biaya. Ketiga sasaran tersebut harus diawasi secara cermat
oleh Pelaksana Pekerjaan Jalan dengan rambu-rambu utama Spesifikasi Teknik dan
Syarat-syarat Kontrak, dengan tetap memperhatikan pertanggungjawaban administrasi
yang berlaku di lingkungan pemilik proyek / pemberi kerja.
KATA PENGANTAR
5
Pelatihan Jab Kerja Kepala Pengawas Pek Jin dan Jbt Pengendalian Mutu, Waktu dan Biaya
DAFTAR 1SI
Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
LEMBAR TUJUAN v
y
DAFTAR ISI
Pelatihan Jab Kerja Kepala Pengawas Pek Jin dan Jbt Pengendalian Mutu, Waktu dan Blaya
DAFTAR ISI in
Pelatlhan Jab Kerja Kepala Pengawas Pek Jin dan Jbt Pengendalian Mutu, Waktu dan Biaya
DAFTAR ISI IV
Pelatihan Jab Kerja Kepala Pengawas Pek Jin dan Jbt Pengendalian Mutu, Waktu dan Blaya
LEWIBAR TUJUAN
TUJUAN PELATIHAN
Pada akhir pelatihan ini peserta diharapkan memahami prinsip-prinsip
penerapan Manajemen Mutu (Jalan dan Jembatan) untuk pengendalian mutu
pekerjaan serta mampu menerapkannya dalam pelaksanaan konstruksi jalan dan
jembatan.
LembarTujuan
DAFTAR MODUL
A. BATASAN
BAB 1
PENDAHULUAN
• Modul Pengendalian Mutu, Waktu dan Biaya merupakan modul yang fokus
utamanya adalah pengendalian mutu pekerjaan. Dengan demikian pokok
penjelasannya akan tergantung dari jenis maupun besaran proyek yang hanjs
ditangani oleh kontraktor. Modul ini mengambil contoh yang secara riil terjadi
di iapangan, yaitu berupa manual yang perlu dibuat untuk suatu proyek,
namun dikemas sedemikian agar para pihak terkait termasuk Pelaksana
Pekerjaan Jalan dapat memahami bagaimana menjalankan perannya daiam
pengendalian mutu untuk mencapai sasaran proyek dengan sebaik-baiknya.
Untuk selanjutnya daiam pedoman ini Pelaksana Pekerjaan Jalan daiam
menjalankan tugasnya akan dibantu oleh sejumlah petugas pengendali mutu.
• Daiam modul ini yang dijadikan rujukan adalah manual yang dipersiapkan
untuk pelaksanaan Proyek Pembangunan Underpass Ciputat - Ps. Jum’at
Tahap II , Jakarta Selatan, tahun anggaran 2003.
• Manual ini merupakan panduan tentang kelengkapan administrasi proyek
terhadap semua pengujian (quality control ) dan spesifikasi yang penting ( major
work ) yang tercantum daiam Spesifikasi Teknis, meliputi arti penting dari
pengujian mutu daiam hubungannya dengan kinerja jalan dan jembatan,
dengan tingkat bagian penting sedemikian rupa sehingga bermanfaat bagi
Pelaksana Pekerjaan Jalan. Manual ini disusun secara praktis.
• Semua unsur proyek yaitu Kontraktor Pelaksana, Konsultan Pengawas dan
Pemimpin Proyek harus benar-benar menguasai isi manual ini dan harus
memastikan bahwa manajemen kontraktor pelaksana tetah cukup terlatih
mengertai topik-topik yang ada daiam manual. Testing dan prosedurnya yang
terinci tidak diberikan daiam manual ini.
• Pelaksana Pekerjaan Jalan harus benar-benar menguasai buku spesifikasi
untuk pekerjaan yang dilakukan pengendaliannya. Buku Spesifikasi Teknis
tersebut mengatur jenis dan metode-metode pengujian yang disyaratkan dan
frekuensi pengujian minimum yang diperlukan. Juga menguraikan berapa nilai
dari hasil pengujian yang sebanding dengan bahan atau pembuatannya yang
memenuhi atau tidak memenuhi syarat .
• Sama pentingnya, pelaksana perlu mengetahui dan memahami Spesifikasi
agar mampu memberi penilaian kapan harus dilakukan tambahan pengujian
untuk mencegah terjadinya pekerjaan yang tidak memuaskan.
BAB 1 PENDAHULUAN 1-
Pefatihan Jab Keija Kepala Pengawas Pek Jin dan Jbt Pengendalian Mutu, Waktu dan Biaya
BAB 2
PERANAN DAN TUGAS-TUGAS
PENGENDALI MUTU
b Bila semua faktor ini dijadikan satu, kita akan menyadari betapa pentingnya
peranan Pengendali Mutu, dan jika ia bekerja dengan baik , ia dapat
menjadi salah seorang tenaga yang paling depan dalam memberikan
kontribusi untuk pembangunan nasional. (Seringkali dikemukakan bahwa
ekonomi Jepang yang kuat saat ini hasiinya sebagian besar erat
hubungannya dengan tingkat pengendalian mutu yang tinggi yang
dilaksanakan di negeri itu).
BAB 3
PENGAMBILAN CONTOH
Metode standar AASHTO yang relevan untuk pengambilan contoh material teknik
utama yang dipakai pada proyek-proyek jalan , tersusun sebagai berikut :
-
Agregat pada truck-truck harus diambil dari 3 atau lebih parit parit yang digali
memotong muatan tersebut pada titik-titik yang nampak di permukaan akan
mewakili material tersebut. Dasar parit harus tidak kurang dari 30 cm dibawah
permukaan agregat dan kira-kira lebar 30 cm juga dasar parit harus tampak rata.
Pindahkan 1 sekop penuh agregat dari setiap 7 titik yang beijarak sama
sepanjang dasar parit. 2 dari ke 7 titik pada setiap parit harus berada benar-benar
pada sisi truck. Usahakan untuk menekan sekop bawah material, jangan
mengorek dasar parit secara horizontal.
Untuk memperoleh bahan contoh agregat dari belt conveyor, matikan conveyor
dan pilih sepanjang belt yang memberikan jumlah contoh bahan yang diinginkan,
Kemudian harus memisahkan contoh bahan dari material yang lainnya pada belt
i
dengan mendorong keluar material pada ujung contoh bahan. Suatu pelat acuan
Agregat panas, demikian juga agregat dingin, harus diambil untuk pemeriksaan
gradasi. Agregat panas harus diambil dari masing-masing hot bin tersebut. Hot bin
mempunyai fasilitas untuk pengambilan contoh bahan yang berbeda dari alat satu
ke alat yang lainnya, jadi Pengendali Mutu harus membiasakan dengan peralatan
tersebut sebelum proyek dimulai.
Untuk setiap bin diperlukan peralatan pengambilan contoh bahan dan ember
untuk setiap bin dalam mendapatkan contoh bahan. Alat terbaik untuk
-
pengambilan contoh bahan adalah kotak logam dengan ukuran kira kira panjang
30 cm, lebar 30 cm dan tinggi 10 cm, yang dilengkapi dengan pegangan.
Ambit contoh bahan dari setiap bin, ratakan kelebihan agregat dengan menyikat
- -
bagian atas kotak setelah masing masing diisi. Kira kira 3 atau 4 kali jumlah
material yang diperlukan untuk pengujian harus diambil dari masing-masing bin.
Hindarkan tercampurnya contoh bahan dari bin yang berbeda. Tempatkan
masing-masing pada kantong bin tersendiri.
Tata cara pengambilan contoh bahan dari hot bin, dengan menjatuhkan agregat
melalui kotak penimbang dan pugmill kedalam truck, atau menempatkan shovel
dibawah lubang curahan, merupakan metoda yang tidak teliti dalam pengambilan
contoh bahan dan tidak boleh digunakan.
untuk pengujian. Oa(am hal ini ukuran contoh bahan tersebut harus dikurangi,
disamping masih tetap mewakili keseluruhan material . Hal ini dikerjakan dengan
membagi-baginya. Pembagian merupakan tata cara yang paling tepat jika
menggunakan alat pembagi mekanis untuk memperkecil contoh bahan.
Contoh alat pembagi : jenis riffle. Peluncur dengan arah yang berlawanan. Aliran
material yang merata melintang pada arah keseluruhan lebar peluncur , akan
dibagi diantara 2 kotak penampung.
• Petugas Pengendali Mutu harus ada pada waktu truck pengangkut tiba di
lokasi AMP atau distributor bitumen tiba di jalan. Petugas Pengendali Mutu
harus mertunggu sampai tidak kurang sepertiga tetapi tidak lebih dari dua
pertiga bitumen tersebut dibongkar dari tangki pengangkut, lalu alirkan tidak
kurang 4 liter material dari keran (alat pengambilan oontoh bahan) sebelum
mengambii samplenya. Alirkan 4 liter atau lebih material tersebut untuk
menjamin bahwa keran dalam keadaan bersih dan buang setiap sisa cairan
yang tercecer. Disini terjamin bahwa contoh bahan tersebut representatif.
• Sekarang Petugas Pengendali Mutu mengambii cukup material untuk mengisi
tempat contoh bahan. Juga drvyaratkan untuk memperoleh 1 contoh bahan
untuk check. Tidak diperkenankan memindahkan contoh bahan dari satu
tempat ke tempat lainnya .
Nama Pemasok
Nomor Truck
Jenis bitumen
Hari / waktu
Nomor kontrak
Contoh bahan cadangan disimpan di laboratorium lapangan bila hal ini diperlukan
sebagai cadangan bagi contoh bahan asli. Contoh bahan cadangan boleh dibuang
bila telah diterima laporan yang memuaskan untuk bahan contoh asli.
Diperlukan bahan contoh campuran panas yang baru keluar dari bukaan kira-kira
seberat 15 kg. Bahan contoh harus diambil dari AMP. Pada beberapa unit, bahan
contoh dapat diambil sementara truck masih ida dibawah AMP.
Agar dapat diperoleh bahan contoh yang mewakili, keseluruhan bahan contoh
yang kira-kira seberat 15 kg harus terdiri dari paling sedikit 3 sub-contoh. Pada
unit batch , satu sub bahan contoh harus diperoleh dari setiap 3 batch berturut-
turut yang jatuh ke truck. Pada AMP continue, tiga sub bahan contoh harus
diambil pada selang waktu 1 menit sewaktu campuran mengalir pencampuran
kedalam truck , Gunatcen sekop mengambil campuran segera setelah jatuh
kedalam truck , isilah ember dengan sub bahan contoh sampai seluruhnya
mencapai berat kira-kira 15 kg.
Untuk memperoleh bahan contoh dari truck setelah keluar dari bawah
pencampuran (AMP), prosedur berikut harus diikuti :
menghasiikan hasil pengujian yang berarti dan Pengendali Mutu harus tidak
mengijinkan dilakukannya hal tersebut.
Sebagai aturan umum, contoh-contoh bahan harus selalu sebesar seperti yang
dapat dilaksanakan karena hal ini memungkinkan mereka mendapatkan material
yang mewakili sumbernya. Juga jika masalah-masalah atau pertanyaan-
pertanyaan timbul seiama atau sesudah pengujian, sangat bermanfaat untuk
mempunyai suatu bagian yang mewakili dari bahan contoh asli yang siap untuk
pengujian kembali.
Bahan contoh harus selalu diberi label yang jelas di lapangan dan label tersebut
-
harus memperlihatkan lebih kurang keterangan keterangan sebagai berikut :
• Lokasi dari pengambilan contoh bahan.
• Daerah jalan dimana contoh bahan / material telah diambil dari atau
dimaksudkan untuk lapisan atau tingkatan konstruksi.
• Tanggal pengambilan contoh bahan.
• Keterangan singkat tentang tipe contoh bahan dan sifat visual.
• Tiap contoh bahan harus juga diberi nomor, yang harus terlihat pada label.
Kejadian segregasi bisa terjadi pada timbunan agregat, pada aspal campuran
-
panas dan di truck atau seiama penghamparan .
Karena material dalam sebuah borrow pit atau dalam sebuah timbunan stock
bervariasi dari titik ke titik, Petugas Pengendali Mutu harus mengawasi dengan
cermat untuk memastikan bahwa contoh- contoh yang diambil tersebut adalah
benar-benar mewakili keadaan material yang diambil dari sumbemya.
Jika bahan itu mengaiami segregasi berat, ia tidak boleh digunakan, dalam hal
mana adalah tidak beralasan untuk mengambil contoh dan menguji bahan
tersebut. Sebaliknya Petugas Pengendali Mutu harus memberitahu Pemimpin
Proyek / Pengawas Teknik untuk menolak usulan Kontraktor dalam menggunakan
sumber tersebut kecuali material dicampur kembali secara merata dan ditimbun
kembali dengan cara sedemikian rupa sehingga akan mengurangi segregasi lagi.
Tak dapat diberikan penekanan yang terlalu tinggi bahwa hasil pengujian adalah
sepenuhnya bergantung pada keahlian pengambilan contoh yang mewakili.
Mengawasi prosedur pengujian dengan cermat hanya membuang waktu saja jika
staff yang mengambil contoh tidak diawasi dan dilatih dengan cermat.
Untuk mendapatkan contoh bahan yang mewakili dari stock pile normal (tidak
terlalu ter-segregasi) gunakan sekop berujung persegi yang sisinya dibengkokkan
keatas untuk membentuk sekop dan papan rata yang bersih. Ikuti iangkah-
langkah berikut ini :
Ulangi langkah-langkah ini untuk ketiga tempat lokasi pengambilan contoh bahan
pada tempat penimbunan. Yakinkan bahwa tempat pengambilan contoh bahan
tidak satu garis vertikal. Hal ini harus berpencar disekitar timbunan atau terpencar
dlmanapun dalam timbunan itu yang harus terwakili oleh contoh bahan ini.
BAB 4
PENGENDALIAN MUTU
Adalah sangat panting bagi Pengendali Mutu untuk tidak mengawasi tugas
tersebut pada waktu yang bersamaan dalam 1 hari atau pada lokasi yang sama.
Kadang-kadang pekerja-pekerja di lokasi produksi bisa sangat hati-hati apabila
mereka pikir pemeriksaan akan dilakukan sebentar lagi dan kemudian relax
setelah Petugas Pengendali Mutu pergi. Apabila ini terjadi, maka pemeriksaan
akan menjadi sia-sia .
Personil / tenaga yang terkait untuk pengendalian mutu harus berpengalaman dan
mengenal dengan baik tentang testing laboratorium maupun lapangan.
• Bahan-bahan harus disimpan dengan suatu cara yang sedemikian rupa untuk
menjamin perlindungan kualitas.
-
Administrasi, tata cara pengendalian mutu pekerjaan serta formulir-formulir yang
akan digunakan mengikuti yang sudah baku, dan atau yang telah ditetapkan dan
disepakati oleh unsur proyek.
BAB 5
KETENTUAN TEKNIS PENGENDALIAN MUTU
5.1. 1 Material
a. Urugan biasa
• Bahan tidak termasuk tanah klasifikasi A-7-6 atau CH.
• CBR 6%
5.1.3 Pemadatan
• Kadar air : pada rentang 3 % kurang dari kadar air optimum sampai dengan 1
% lebih dari kadar air optimum.
• Lapisan pada kedalaman > 30 cm dibawah elevasi akhir harus dipadatkan 95
%.
• Lapisan pada kedalaman < 30 cm dibawah elevasi akhir harus dipadatkan 100
%.
• Test kepadatan dengan sand-cone : 1 titik setiap jarak 100 m per lajur lalu -
lintas per lapis pemadatan atau setiap 100 m . 3
• Seluruh permukaan akhir urugan yang terbuka harus cukup rata dan hams
memiliki kelandaian yang cukup.
• Ketebalan pemadatan maximum 20 cm padat.
Sifat Sirtu
Abrasi 0 - 40 %
Indeks Plastisitas 0 - 10
Batas Cair 0 - 35
Bagian yang lunak 0- 5 %
CBR 50 % (min)
Rongga dalam agregat mineral pada 10 (min)
kepadatan max .
5.2 . 4 Pemadatan
• Kadar air : pada rentang 3 % kurang dari kadar air optimum sampai dengan 1
% lebih dari kadar air optimum.
5.3. 1 Material
a. Pengujian awal bahan paling sedikit 3 contoh yang mewakili dari sumber
bahan yang diusulkan.
• Gradasi 5 test
• Kepadatan kering max. laboratorium 1 test
• CBR 1 test
c. Gradasi :
50 100
25 65 - 100
9 , 50 35 - 65
4 ,75 20 - 50
2,00 10 - 40
0, 425 -
5 25
0 , 075 2 - 15
d. Sifat agregat :
Sifat Kelas B
• Permukaan akhir tidak lebih dari 1 cm diatas atau dibawah elevasi rencana.
• Penyimpangan maximum kerataan permukaan 2 cm (arah sejajar as jalan)
yang diukur dengan straight edge 3 m, dan 1,25 cm pada arah metintang.
• Ketebalan minimum tidak kurang 1 cm dari tebal rencana.
• -
Tebal penghamparan : 10 20 cm tebal padat.
5.3.3 Pemadatan
• Pengujian kepadatan dengan sand-cone setiap 200 m per tebal satu lapis
hamparan per lajur, atau setiap 150 m3.
5.4. 1 Material
a. Pengujian awal bahan paling sedikit 3 contoh yang mewakili dari sumber
bahan yang diusulkan.
b. Pengujian pengendalian mutu secara rutin setiap 1.000 m3 bahan :
• Indek Plastisitas 5 test
• Gradasi 5 test
• Kepadatan kering max. laboratorium : 1 test
• CBR 1 test
c. Gradasi :
50 100
25 65 - 90
9, 50 40- 60
4 ,75 25- 45
2,00 12- 30
0,425 6- 16
0,075 0-8
d Sifat agregat :
Sifat Kelas A
Abrasi dari agregat kasar 0- 40 %
Indeks Piastisitas 0-6
Batas cair 0- 2 5
Bagian yang lunak 0- 5 %
CBR 80 (min)
Rongga dalam agregat mineral pada kadar 14 (min)
air optimum
• Permukaan akhir tidak lebih dari 1 cm diatas atau dibawah elevasi rencana .
5.4.3 Pemadatan
5.5. 1 Agregat
a. Abrasi : < 40 % (dianjurkan < 30 %).
b. Sodium Sulphate Soundness Test : < 12 %.
c. Coating and Stripping Test : > 95 %.
d. Gradasi campuran agregat :
Sifat Persyaratan
5.5.7 Pemadatan
• Kepadatan : 98 %.
3/ 4 " 100
’/a”
3 /8 “
-
30 100
9 - 55
No 4 . 0- 10
No. 200 0-1
3/8“ 100
No. 4 90 - 100
No. 8 -
80 100
No. 30 25 - 100
No. 70 7 - 60
No. 200 5 - 11
b. Agregat haius harus bereih, kuat, bebas dari gumpalan dan tanah liat.
* Bahan pengisi : dari abu batu kapur, abu dolomite, semen portland, atau
bahan mineral non plastis yang disetujui oleh Pemimpin Proyek.
• Lotos saringan No. 200 : > 75 % (lebih disukai > 85 %).
Sifat AC
• No. 8 ± 5,0 %.
• No. 200 ± 1 ,5 %.
5.6. 8 Pemadatan
• Kepadatan : 98 %.
• Pengujian difakukan dengan jarak setiap 100 m per iajur .
• Analisa saringan : 2 contoh dari setiap hot bin, untuk setiap hari produksi atau
1 contoh setiap 200 ton.
• Analisa saringan : 2 contoh dari gabungan agregat panas untuk setiap hari
produksi.
5.7. 1 Toleransi
Ketebaian
+ 6 mm + 10 mm
- 0 mm - 0 mm
+ 10 mm ± 15 mm
Dari Ketinggian rencana
- 5 mm - 5 mm
Diukur dengan straight edge
± 4 mm ± 6 mm
panjang 3 m
Camber ± 6 mm ± 10 mm
5.7.2 Semen
• Semen harus merupakan semen portland jenis I, II atau III.
• Hanya produk dan satu pabrik atau satu jenis merk semen portland yang boleh
digunakan, kecuali diperkenankan lain oleh Pemimpin Proyek .
5.7. 3 Air
Air harus bersih dan bebas dan bahan-bahan minyak , garam, asam, alkali, gula
-
atau bahan bahan organik. Air yang diketahui bermutu dapat diminum dapat
dipakai dengan tanpa pengujian.
d. Selimut beton minimum dari baja tulangan untuk beton tidak tertindung tetapi
dapat dicapai :
e Baja tulangan : batang baja billet polos atau berulir grade U24 atau batang
berulir grade U40, kecuali jika disetujui lain oleh Pemimpin Proyek atau
diperlihatkan lain dalam Gambar.
5.7 .7 Perawatan
• Segera setelah penyapuan dan perapian tepi selesai perawatan beton harus
dimulai.
• Permukaan terbuka beton yang baru dicor harus dilindungi dengan
menggunakan rangka-rangka yang ditutup dengan bahan-bahan yang bersifat
merefleksi panas dan hujan.
• Bahan perawatan ini harus berupa dua lapisan kain goni , atau selapis pasir
atau bahan bersifat sangat menyerap lainnya yang disetujui. Bahan apapun
yang digunakan harus dijaga agartetap basah untuk waktu tidak kurang dari 5
hari. Kegiatan pengecoran beton harus ditunda jika penyediaan air tidak cukup
baik untuk perawatan dan pengecoran.
• Bila perkerasan dibangun dengan lebar lebih dari lebar satu jaiur dalam
satu operasi, maka suatu crack inducer berupa batang tipis dari kayu
atau bahan sintetis atau pelat tipis yang disetujui harus dipasang pada
badan jalan sepanjang garis sambungan dalam batas toleransi horizontal
+ 5 mm, dan dicetak ke dalam dasar pelat yang bersangkutan .
• Suatu alur harus dibuat pada puncak pelat tersebut dan ditempatkan
vertikal di atas sumbu pelat tipis tersebut dengan suatu batas toleransi
horizontal 12 mm.
• Kedalaman gabungan alur dan crack inducer hams berada antara
seperempat dan sepertiga dari ketebalan pelat yang bersangkutan dan
perbedaan antara kedalaman alur puncak dan tinggi crack inducer pada
dasar hams tidak lebih besar dan 12 mm.
• -
Jika alur alur dibuat dengan menggergaji, maka kedalaman alur tersebut
harus antara seperempat dan sepertiga ketebalan pelat.
Bila perkerasan lentur dan pelat beton berbatasan dalam arah membujur
pada elevasi permukaan jalan, maka suatu alur selebar 10 mm dan sedalam
20 sampai 25 mm harus dibentuk atau digergaji, kemudian disegel / ditutup
dengan menuang suatu bahan segel yang cocok untuk kedua perkerasan
tersebut.
sambungan ekspansi. Penutup itu harus berukuran pas dengan dowel dan
bagian ujung yang tertutup harus tahan air.
3). 1
Pengujian tambahan
Kontraktor harus melaksanakan suatu pengujian tambahan yang mungkin
diperlukan untuk menetapkan kualitas, campuran atau pekerjaan beton yang
telah selesai sebagaimana diarahkan oleh Pemimpin Proyek. Pengujian
tambahan ini dapat meliputi :
• Pengujian yang bersifat tidak merusak dengan menggunakan
sderometer atau alat penguji lainnya.
• Pengambilan dan pengujian inti-inti beton.
• Pengujian lain semacam itu sebagaimana ditetapkan Pemimpin Proyek .
50 2 100
37 1,5 95 - 100 100
25 1 95 - 100
100
19 % 35- 70 50 - 100
100
13 ’/* 25 - 60 90-
100
10 3/ 8 100 10- 30 2 0- 5 5 40- 70
475 it 4 95 - 100 0- 5 0 - 10 0 - 10 0- 15
2 , 36 #8 0- 5 0-5 0- 5
1 18 # 16 45 - 80
0 , 30 it 5 0 10- 30
0 , 15 # 100 2 - 10
If,
n
fw = —
n
1*1
n-1
fc Kekuatan beton sebenarnya.
fav = Kekuatan rata-rata hasil percobaan.
s = Penyimpangan standar,
f[ Kuat tekan benda uji.
n Jumlah contoh yang diuji.
k
dalam tabel berikut
-
Angka koefisien yang mengasumsikan nilai nilai yang terlihat
n 4 6 8 10 12 14 16
1,17 0,83 0,67 0,58 0,52 0,48 0,44
BAB 6
TABEL DAN DAFTAR SIMAK PENGENDALIAN MUTU
7. Suhu campuran :
- Pencampuran uji Marshall Sesuai jenis 2 kali Per hari
aspai
- Pemadatan benda uji Marshall Sesuai jenis 2 kali Per hari
aspai
- Pencampuran max . di AMP Sesuai jenis 1 kali Setiap 1 jam
aspai
- Dari AMP ke Truck Sesuai jenis 1 kali Setiap 1 jam
aspai
- Hotmix di paver Sesuai jenis 1 kali Setiap 1 jam
aspai
- Breakdown rolling Sesuai jenis 1 kali Setiap 1 jam
aspai
- Secondary rolling Sesuai jenis 1 kali Setiap 1 jam
aspai
• Finishing rolling Sesuai jenis 1 kali Setiap 1 jam
aspai
8. Analisa saringan :
- Dari setiap hotbin Lihat grading 1 test Setiap 200 ton
- Campuran agregat panas Lihat grading 2 test Setiap hari produksi
9. Ekstraksi :
- Analisa saringan Lihat grading 1 test Setiap 200 ton
- Kadar aspai > JMF 1 test Setiap 200 ton
10. Marshall test Lihat JMF 1 test Setiap 200 ton
11. Density > 98 % 1 test Setiap 100 m
gradasi
Keterangan :
V ; Dilaksanakan, approved. Persyaratan lain yang tidak tercantum dalam
X : Tidak dilaksanakan, disapproved . Check List ini„ diberiakukan secara tersendiri
I. MATERIAL KONSTRUKSI
1. Gradasi. Lihat persyaratan
2 Abrasi < 40 %
< 10 %
n
3 Indeks plastisitas
4. Batas cair < 35 %
5, Bagian yang lunak <5%
6 CBR. 50 %
7 Rongga dim agregat pd kepadatan max. > 10 %
II . PENGENDALIAN MUTU
1 Pengujian awai 3 contoh
3
2. Pengujian ulang/rutin setiap 1.000 m
Indeks plastisitas 5 test
Gradasi 5 test
Kepadatan kering max. laboratorium. 1 test
CBR 1 test
3 Test kepadatan sand cone. 100 %
4 Jumlah test kepadatan sand cone. Setiap jarak 200 m
III. PERALATAN
1 Jenis dan jumlah sesuai atau tidak.
IV. TATA CARA PELAKSANAAN
1 Cuaca
2. Kondisi stock material (kering atau basah).
3. Pemeriksaan tebal hamparan.
4. Kadar air pemadatan.
5.
V.
Pemadatan
TOLERANSI DIMENSI
n
1. Permukaan dan ketinggian akhir. ± 1 cm
2. Kerataan memanjang. < 2 cm
3. Kerataan melintang. < 1,25 cm
4. Ketebalan minimum -
T 1 cm
Keterangan :
i MATERIAL KONSTRUKSI
1 Gradasi. Lihat persyaratan
2. Abrasi < 40 %
Keterangan :
Persyaratan lain yang tidak tercantum dalam
V : Diiaksanakan, approved.
X : Tidak diiaksanakan, disapproved. Check List ini, diberiakukan secara tersendiri
I. MATERIAL KONSTRUKSI
1 Gradasi. Lihat persyaratan
2 Abrasi < 40 %
3. Indeks plastisitas <6%
6 CBR . 80 %
7. Rongga dim agregat pd kepadatan max. > 14 %
II. PENGENDALIAN MUTU
1 Pengujian awal 3 contoh
2 Pengujian ulang/rutin setiap 1.000 m3
Indeks plastisitas 5 test
Gradasi 5 test
Kepadatan kering max. laboratorium. 1 test
CBR 1 test
3. Test kepadatan sand cone. 100 %
4. Jumlah test kepadatan sand cone. Setiap jarak 200 m
III. PERALATAN
1. Jenis dan jumlah sesuai atau tidak .
IV. TATA CARA PELAKSANAAN
1. Cuaca
2. Kondisi stock material (kering atau basah).
3. Pemeriksaan tebal hamparan.
4. Kadarairpemadatan.
5. Pemadatan
V. TOLERANSIDIMENSI
1. Permukaan dan ketinggian akhir. ± 1 cm
2. Kerataan memanjang <1 cm
3. Kerataan melintang . 1,25 cm
4. Ketebalan minimum. T - 1 cm
Keterangan :
.
[ MATERIAL KONSTRUKSI
1. Gradasi. Lihat persyaratan
2. Abrasi. < 40 %
3. Sodium sulphate soundness test < 12 %
4. Coating & stripping. > 95 %
5. Material aspal. AC-10 atau AC-20
6. Kadar aspal 6,0 - 7,0 %
7. Toteransi komposisi campuran & Lihat persyaratan
temperatur
8. Sifat campuran. Lihat persyaratan
II. PENGENDALIAN MUTU
1. Analisa saringan. 2 contoh per hari {4001)
2.
3.
Temperatur campuran.
Uji Marshall.
Setiap 1 jam
2 contoh per hari (4001)
n
4. Kepadatan 98 % 2 contoh per hari (4001)
5. Extraction test. 2 contoh per hari (4001)
6. Core drill. 2 titik per lane per 100 m
»1. PERALATAN
1. Jenis dan jumlah sesuai atau tidak. n
IV. TATA CARA PELAKSANAAN
1. Cuaca.
2. Penyiapan permukaan.
3 . Pengangkutan dan penyerahan hotmix.
4. Penimbangan di truck scale.
5. Batang perata tepi.
6. Penghamparan dan pembentukan.
7. Pemadatan.
8. -
Sambungan sambungan.
V. TOLERANSI DIMENSI
1. Ketebalan. T - 0,5 cm u
2. Kerataan permukaan. < 1 cm
3. Ketinggian akhir. ± 1 cm
4. Kemiringan/kelandaian.
Keterangan .
V ; Dilaksanakan, approved. Persyaratan lain yang tidak tercantum dalam
X : Tidak dilaksanakan, disapproved. Check List ini, dibertakukan secara tersendiri
1. MATERIAL KONSTRUKSI
1. Gradasi. Lihat persyaratan
2. Abrasi. < 40 % n
3. Sodium sulphate soundness test < 12 %
4. Coating & stripping. > 95 %
Keterangan :
V : Dilaksanakan, approved. Persyaratan lain yang tidak tercantum dalam
X ; Tidak dilaksanakan, disapproved. Check List ini, diberlakukan secara tersendiri