Anda di halaman 1dari 6

Raissa Mutiara Gayatri

NIS 202110023

XI MIPA 1

Bab 1 : Harmonisasi Hak dan Kewajiban Asasi Manusia dalam Perspektif Pancasila

A. Makna dari konsep Hak Asasi Manusia

Hak asasi manusia merupakan hak yang dimiliki oleh manusia, yang tidak dapat dilanggar dan
dipisahkan. Hak asasi manusia bersumber pada pokok pikirannya yang terdapat dalam kitab suci yang
menyatakan bahwa manusia diciptakan Tuhan dengan hak dan kewajiban yang sama. Tuhan
melarang memperlakukan manusia dengan sewenang-wenang. Tidak ada satu bangsa pun di dunia ini
yang rela dijajah bangsa lain. Negara-negara yang pernah dijajah pun selalu berusaha membebaskan
diri dari belenggu penjajahan tersebut. Tiada seorang manusia pun yang ingin hidup sengsara. Ia akan
selalu berusaha mencapai kesejahteraan bagi dirinya lahir maupun batin.

Ciri-ciri khusus HAM sebagai berikut:

Hakiki, artinya hak asasi manusia adalah adalah hak asasi semua umat manusia yang sudah ada
sejak lahir.

Universal, artinya hak asasi manusia berlaku untuk semua orang tanpa memandang status, suku
bangsa, gender atau perbedaan lainnya.

Tidak dapat dicabut, artinya hak asasi manusia tidak dapat dicabut atau diserahkan kepada pihak
lain.

Tidak dapat dibagi, artinya semua orang berhak mendapatkan semua hak, apakah hak sipil dan
politik, atau hak ekonomi, sosial dan budaya.

2. Makna Kewajiban Asasi Manusia

Kewajiban secara sederhana dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang harus dilaksanakan dengan
penuh tanggung jawab. Dengan demikian, kewajiban asasi dapat diartikan sebagai kewajiban dasar
setiap manusia. Ketentuan pasal 1 ayat (2) Undang-Undang RI Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia menyatakan, kewajiban dasar manusia adalah seperangkat kewajiban yang apabila
tidak dilaksanakan, tidak memungkinkan terlaksananya dan tegaknya hak asasi manusia. Hak dan
kewajiban asasi juga tidak dapat dipisahkan, karena bagaimana pun dari kewajiban itulah muncul
hak-hak dan sebaliknya.

B. Substansi Hak dan Kewajiban Asasi Manusia dalam Pancasila


Salah satu karakteristik hak dan kewajiban asasi manusia adalah bersifat universal. Artinya, hak dan
kewajiban asasi merupakan sesuatu yang dimiliki dan wajib dilakukan oleh setiap manusia di dunia
tanpa membeda-bedakan suku bangsa, agama, ras, maupun golongan. Oleh karena itu, setiap negara
wajib menegakkan hak asasi manusia.

1. Hak dan kewajiban Asasi Manusia dalam Nilai Dasar Pancasila

Nilai dasar berkaitan dengan hakikat kelima sila Pancasila. Berikut Hubungan antara hak dan
kewajiban asasi manusia dengan Pancasila dapat dijabarkan secara singkat sebagai berikut.

1) Ketuhanan Yang Maha Esa menjamin hak kemerdekaan untuk memeluk agama, melaksanakan
ibadah dan kewajiban untuk menghormati perbedaan agama.

2) Kemanusiaan yang adil dan beradab menempatkan hak setiap warga negara pada kedudukan
yang sama dalam hukum serta memiliki kewajiban dan hak-hak yang sama untuk mendapat jaminan
dan perlindungan hukum.

3) Persatuan Indonesia mengamanatkan adanya unsur pemersatu di antara warga negara dengan
semangat gotong royong, saling membantu, saling menghormati, rela berkorban, dan menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.

4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan


dicerminkan dalam kehidupan pemerintahan, bernegara, dan bermasyarakat yang demokratis.

5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia mengakui hak milik perorangan dan dilindungi
pemanfaatannya oleh negara serta memberi kesempatan sebesar-besarnya.

2. Hak dan Kewajiban Asasi Manusia dalam Nilai Instrumental Pancasila

Nilai instrumental merupakan penjabaran dari nilai-nilai dasar Pancasila. Nilai instrumental sifatnya
lebih khusus dibandingkan dengan nilai dasar. Dengan kata lain, nilai instrumental merupakan
pedoman pelaksanaan kelima sila Pancasila. Perwujudan nilai instrumental pada umumnya berbentuk
ketentuan-ketentuan konstitusional mulai dari Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 sampai dengan peraturan daerah. Hak dan kewajiban asasi manusia juga dijamin dan
diatur oleh nilai-nilai instrumental Pancasila. Adapun, peraturan perundang-undangan yang menjamin
hak asasi manusia di antaranya sebagai berikut.

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28 A – 28 J.

b. Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia.

c. Ketentuan dalam undang-undang organik, yaitu:


1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1998 tentang Konvensi Menentang Penyiksaan
dan Perlakuan atau Penghukuman yang Kejam, Tidak Manusiawi, atau Merendahkan Martabat
Manusia.

2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia.

4) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2005 tentang Kovenan Internasional tentang
Hak-hak Sipil dan Politik.

5) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2005 tentang Kovenan Internasional Hak-hak
Ekonomi, Sosial dan Budaya. d. Ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang
(Perppu) Nomor 1 Tahun 1999 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia.

e. Ketentuan dalam Peraturan Pemerintah.

1) Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2002 tentang Tata Cara Perlindungan terhadap Korban dan
Saksi dalam pelanggaran Hak Asasi Manusia yang Berat.

2) Peraturan Pemerintah Nomor 3 tahun 2002 tentang Kompensasi, Restitusi, Rehabilitasi terhadap
Korban Pelanggaran Hak Asasi Manusia Berat.

f. Ketentuan dalam Keputusan Presiden (Kepres).

1) Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 1993 tentang Komisi Nasional Hak Asasi Manusia.

2) Keputusan Presiden Nomor 83 Tahun 1998 tentang Pengesahan Konvensi Nomor 87 tentang
Kebebasan Berserikat dan Perlindungan untuk Berorganisasi.

3) Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 2001 tentang Pembentukan Pengadilan HAM pada
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Pengadilan Negeri Surabaya, Pengadilan Negeri Medan, dan
Pengadilan Negeri Makassar.

4) Keputusan Presiden Nomor 96 Tahun 2001 tentang Perubahan Keppres Nomor 53 Tahun 2001
tentang Pembentukan Pengadilan Hak Asasi Manusia pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

5) Keputusan Presiden Nomor Nomor 40 Tahun 2004 tentang Rencana Aksi Nasional Hak Asasi
Manusia Indonesia Tahun 2004 - 2009
3. Hak dan Kewajiban Asasi Manusia dalam Nilai Praksis Sila-Sila Pancasila

Nilai praksis merupakan realisasi nilai-nilai instrumental suatu pengalaman dalam kehidupan sehari-
hari. Nilai praksis Pancasila senantiasa berkembang dan selalu dapat dilakukan perubahan dan
perbaikan sesuai perkembangan zaman dan aspirasi masyarakat. Hal tersebut dikarenakan Pancasila
merupakan ideologi yang terbuka.

C. Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia

1. Penyebab Pelanggaran Hak Asasi Manusia

Pelanggaran HAM disebabkan oleh faktor-faktor berikut.

1)Faktor internal, yaitu dorongan untuk melakukan pelanggaran HAM yang berasal dari diri pelaku
pelanggar HAM, di antaranya sebagai berikut.

a) Sikap egois atau terlalu mementingkan diri sendiri

b) Rendahnya kesadaran HAM

c) Sikap tidak toleran

2) Faktor eksternal yaitu faktor-faktor di luar diri manusia yang mendorong seseorang atau
sekelompok orang melakukan pelanggaran HAM, di antaranya sebagai berikut.

1. Penyalahgunaan kekuasaan

2. Ketidaktegasan aparat penegak hukum

3. Penyalahgunaan teknologi

4. Kesenjangan sosial dan ekonomi yang tinggi

2. Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia

a) Nasional

b) Internasional
D. Upaya Penegakan Hak Asasi Manusia (HAM)

1) Kedudukan negara Indonesia sebagai negara yang berdaulat baik secara hukum, sosial, maupun
politik harus dipertahankan dalam keadaan apa pun sesuai dengan prinsip-prinsip yang dianut dalam
piagam PBB.

2) Dalam pelaksanaannya, pemerintah harus tetap mengacu kepada ketentuan-ketentuan hukum


internasional mengenai HAM. Kemudian menyesuaikan dan memasukkannya ke dalam sistem hukum
nasional serta menempatkannya sedemikian rupa sehingga merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari sistem hukum nasional.

Pemerintah Indonesia dalam proses penegakan HAM ini telah melakukan langkah-langkah strategis,
di antaranya sebagai berikut.

a. Pembentukan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM)

Komnas HAM merupakan lembaga negara mandiri setingkat lembaga negara lainnya yang berfungsi
sebagai lembaga pengkajian, penelitian, penyuluhan, pemantauan, dan mediasi HAM. Komnas HAM
beranggotakan 35 orang yang dipilih oleh DPR berdasarkan usulan Komnas HAM dan ditetapkan oleh
presiden. Masa jabatan anggota Komnas HAM selama lima tahun dan dapat diangkat lagi hanya untuk
satu kali masa jabatan

Komnas HAM mempunyai wewenang sebagai berikut.

1) Melakukan perdamaian pada kedua belah pihak yang bermasalah.

2) Menyelesaikan masalah secara konsultasi maupun negosiasi.

3) Menyampaikan rekomendasi atas suatu kasus pelanggaran hak asasi manusia kepada pemerintah
dan DPR untuk ditindaklanjuti.

4) Memberi saran kepada pihak yang bermasalah untuk menyelesaikan sengketa di pengadilan.

2. Upaya Penanganan Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia

Upaya Pencegahan Pelanggaran Hak Asasi Manusia. Berikut ini tindakan pencegahan yang dapat
dilakukan untuk mengatasi berbagai kasus pelanggaran HAM.

Menegakkan supremasi hukum dan demokrasi.

Meningkatkan kualitas pelayanan publik untuk mencegah terjadinya berbagai bentuk pelanggaran
HAM oleh pemerintah.
Meningkatkan pengawasan dari masyarakat dan lembaga-lembaga politik terhadap setiap upaya
penegakan HAM yang dilakukan oleh pemerintah.

Meningkatkan penyebarluasan prinsip-prinsip HAM kepada masyarakat melalui lembaga pendidikan


formal (sekolah/perguruan tinggi) maupun non-formal (kegiatan-kegiatan keagamaan dan kursus-
kursus). Meningkatkan profesionalisme lembaga keamanan dan pertahanan negara.

Meningkatkan kerja sama yang harmonis antarkelompok atau golongan dalam masyarakat agar
mampu saling memahami dan menghormati keyakinan dan pendapat masing-masing

c. Membangun Harmonisasi Hak dan Kewajiban Asasi Manusia

Salah satu cara untuk mengharmonisasikan hak dan kewajiban asasi manusia dalam kehidupan
sehari-hari adalah dengan menghindarkan diri kita dari sikap egois atau terlalu mementingkan diri
sendiri. Sikap egois dapat menyebabkan seseorang untuk selalu menuntut haknya, sementara
kewajibannya sering diabaikan. Seseorang yang mempunyai sikap egois akan menghalalkan segala
cara agar haknya dapat terpenuhi, meskipun caranya dapat melanggar hak orang lain.

Anda mungkin juga menyukai