Anda di halaman 1dari 33

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masa kanak-kanak adalah fase dimana manusia belajar sebanyak-banyaknya

tentang kehidupan dan manusia yang bersifat imitatif dan meniru dari apa saja yang

ada dan terjadi disekitarnya (Yudono, 2010). Masa ini berada dalam satu rentang

perubahan pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja

yaitu bayi (0-1 tahun) usia bermain/toddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5 tahun)

usia sekolah (5-11 tahun) hingga remaja (11-18 tahun). Dimana ketahanan fisik masa

ini lebih rentan ketahuannya dibandingkan dengan dewasa dan masih dalam proses

menuju kematangan (Hidayat, 2005).

Hasil pengelolahan laporan Survailans Terpadu Penyakit di tingkat Puskesmas

di DIY tahun 2012 yaitu prosentase tertinggi penyakit influenza ada 39.675 jiwa, yang

kedua yaitu Diare ada 36.387 jiwa, yang ketiga yaitu penyakit Pneumonia ada 8.865

jiwa, keempat penyakit tifus ada 4.049 jiwa, kelima penyakit disentri (diare berdarah)

ada 1.788 jiwa, terakhir penyakit TBC paru prosentasenya ada1.644 jiwa.

Permasalahan kesehatan anak banyak ditemukan pada periode anak sekolah,

hal ini sangat menentukan kualitas anak dikemudian hari. Saat ini banyak anak-anak

yang sakit akibat dari kurangnya menjaga kebersihan diri, masalah kesehatan

tersebut meliputi perilaku hidup sehat, gangguan infeksi, gangguan pertumbuhan,

gangguan perkembangan, gangguan perilaku dan gangguan belajar. Secara

epidemiologis masalah kesehatan anak terkait dengan penyebaran penyakit berbasis

lingkungan dikalangan anak sekolah, resiko gangguan kesehatan pada anak akibat

pencemaran lingkungan dari berbagai proses kegiatan pembangunan di Indonesia


2

masih tinggi/meningkat dan masalah yang harus diperhatikan adalah membentuk

perilaku sehat pada anak sekolah. Permasalahan perilaku pada anak usia SD biasanya

berkaitan dengan keberhasilan perorangan dan lingkungan seperti gosok gigi yang

baik dan benar, kebiasan cuci tangan pakai sabun, kebersihan diri (Anonim, 2007).

Dalam kehidupan sehari-hari, kebersihan merupakan hal yang sangat penting

dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan diri dan

psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri sangat dipengaruhi oleh nilai individu dan

kebiasaan. Hal-hal yang mempengaruhi kebersihan diantaranya yaitu kebudayaan,

sosial, kluarga, pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan serta tingkat

perkembangan (Mubarak, 2008).

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang

dipraktikkan atas dasar kesadaran atas hasil pembelajaran yang menjadikan

seseorang atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri dibidang kesehatan dan

berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat (Dinkes, 2009).

Pemerintah Republik Indonesia telah menyusun kebijakan pembangunan

kesehatan yang tertuang dalam visi dan misi pembangunan kesehatan. Visi

pembangunan kesehatan saat ini adalah Indonesia sehat 2014 yaitu untuk

mewujudkan masyarakat yang mandiri dan berkeadilan. Visi ini dituangkan kedalam

empat misi salah satunya adalah meningkatkan kesehatan masyarakat melalui

pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani. Sedangkan

misi pembangunan kesehatan tersebut diwujudkan dengan menggerakkan dan

memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tersebut harus dimulai dari tatanan

rumah tangga. Rumah tangga yang sehat merupakan aset modal pembangunan di

masa depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Beberapa
3

anggota rumah tangga mempunyai masa rawan terkena penyakit infeksi dan non

infeksi, oleh karena itu untuk mencegahnya anggota rumah tangga perlu

diberdayakan untuk melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) (Depkes

RI, 2009).

Pemberdayaan keluarga atau anggota rumah tangga untuk melaksanakan

perilaku hidup bersih dan sehat tidak terlepas dari peran orangtua, karena orangtua

akan menjadi panutan dan teladan bagi anggota keluarga lainnya sehingga pemberian

informasi kesehatan akan lebih efektif apabila disampaikan oleh orangtua pada

anggota keluarga yang lain (Dermawan dan Setiawan, 2008).

Keluarga adalah unit terkecil dari sebuah masyarakat besar yang tidak akan

lepas dari kesehatan masyarakat. Kesehatan masyarakat merupakan ilmu dan seni

mencegah penyakit, memperpanjang hidup dan meningkatkan kesehatan penduduk

dengan upaya-upaya pengorganisasian masyarakat (Notoatmodjo, 2010).

Berdasakan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian “Pengaruh pemberdayaan orangtua terhadap Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat (PHBS) pada siswa dan siswi kelas III di SDN Sribitan 1 Bangunjiwo Kasihan

Bantul Yogyakarta”

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh pemberdayaan

orang tua terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada siswa dan siswi

kelas III di SDN Sribitan 1 Bangunjiwo Kasihan Bantul Yogyakarta?”


4

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Diketahui pengaruh pemberdayaan orang tua terhadap Perilaku Hidup Bersih

dan Sehat (PHBS) pada siswa dan siswi kelas III di SDN Sribitan 1 Bangunjiwo

Kasihan Bantul Yogyakarta.

2. Tujuan khusus:

a. Mengetahui PHBS pada siswa dan siswi kelas III di SDN Sribitan 1

Bangunjiwo Kasihan Bantul Yogyakarta sebelum diberikan pemberdayaan

orang tua .

b. Mengatahui PHBS pada siswa dan siswi kelas III di SDN Sribitan 1

Bangunjiwo Kasihan Bantul Yogyakarta setelah diberikan pemberdayaan

orang tua.

c. Mengetahui perbedaan PHBS pada siswa dan siswi kelas III di SDN

Sribitan 1 Bangunjiwo Kasihan Bantul Yogyakarta sebelum dan sesudah

diberikan pemberdayaan orang tua.

D. Manfaat penelitian

1. Bagi Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini dapat menambah wawasan atau bahan informasi untuk ilmu

pengetahuan khususnya ilmu keperawatan, terutama yang terkait dengan

pemberdayaan orang tua terhadap perilaku hidup bersih dan sehat.

2. Bagi Perawat

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi bagi perawat untuk

menentukan metode pendidikan kesehatan yang tepat terutama tentang perilaku

hidup besih dan sehat pada anak SD.


5

3. Bagi SD Negeri I Potorono Banguntapan Bantul

Penelitian ini diharapkan dapat member informasi kepada pihak SDN Sribitan 1

Bangunjiwo Kasihan Bantul, khusus kepala sekolah dan guru untuk mengevaluasi

pelaksanaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di SDN Sribitan 1

Bangunjiwo Kasihan Bantul. Serta diharapkan dapat bermanfaat untuk

meningkatkan pengetahuan anak dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

anak.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan bagi pembaca serta sebagai

sumber referensi bagi penelitian selanjutnya.

E. Ruang Lingkup Penelitian

1. Lingkup Materi

Materi yang diangkat dalam penelitian ini adalah keperawatan komunitas

khususnya untuk siswa dan siswi SD. Materi dalam penelitian ini adalah

Pemberdayaan orang tua terhadap PHBS di sekolah.

2. Lingkup Responden

Responden pada penelitian ini adalah siswa dan orang tua siswa kelas III di SDN

Sribitan 1 Kasihan Bangunjiwo Bantul.

3. Tempat

Penelitian ini dilakukan di SDN Sribitan 1 yang terletak di Srabitan Bangunjiwo

Kasihan Bantul Yogyakarta.

4. Waktu

Penelitian ini dilakukan dari bulan Juni 2014 sampai dengan selesainya

penyusunan proposal ini.


6

F. Keaslian Penelitian

1. Sari (2010) dalam penelitian yang berjudul “ Pengaruh Promosi Kesehatan

Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Terhadap sikap dan Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat Siswa Kelas III di Sekolah Dasar Tamansari I

Wirobrajan Yogyakarta Tahun 2010”. Penelitian ini meggunakan quasi

experiment dengan rancangan non-equivalent control group. Sampel penelitian

siswa kelas III SD dengan kuesioner dan analisis data t-test untuk pengumpulan

data. Hasil penelitian menunjukan terdapat pengaruh promosi kesehatan tentang

perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) terhadap sikap dan perilaku hidup bersih

dan sehat siswa kelas III SD Tamansari I Wirobrajan Yogyakarta tahun 2010

dengan hasil analisis independent t-test p=0,000 (p<0,05) untuk sikap dan

p=0,005(p<0,05) untuk perilaku PHBS. Persamaan penelitian ini dengan yang

akan peneliti laksanakan adalah mengenai penelitian tentang pengaruh Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Adapun perbedaan dari penelitian terdahulu

dengan yang akan dilakukan melakukan promosi kesehatan tentang perilaku

hidup bersih dan sehat (PHBS) terhadap sikap dan perilaku hidup bersih dan

sehat siswa kelas III sekolah dasar, sedangkan penelitian ini akan melakukan

penelitian tentang Pengaruh pemberdayaan orang tua terhadap Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat (PHBS) Sdn Sribitan 1 Bangunjiwo Kasihan Bantul pada siswa

dan siswi kelas III .

2. Kurniawan (2010) dalam penelitian yang berjudul “Hubungan perilaku hidup

bersih dan sehat (PHBS) dengan kejadian tuberkulosis paru pada warga di

kelurahan Jaraksari, Wonosobo, Jawa Tengah”. Penelitian ini menggunakan

penelitian kuantitatif dengan metode case control dengan pendekatan waktu

retrospektif . Sampel penelitian berjumlah 42 responden, 21 warga yang pernah


7

atau sedang menderita tuberkulosis paru sebagai kelompok kasus dan 21 warga

yang tidak menderita tuberkulosis paru sebagai dokumentasi dan menggunakan

kuesioner dengan hasil uji statistik menunjukan ada hubungan yang signifikan

antara perilaku hidup bersih dan sehat dengan kejadian tuberkulosis paru ( x 2

=9,545; P<0,05). Persamaan penelitian ini dengan yang akan peneliti laksanakan

adalah mengenai penelitian tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Adapun perbedaan dari penelitian terdahulu dengan yang akan dilakukan yaitu

hubungan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan kejadian tuberkulosis

paru pada warga di kelurahan Jaraksari, Wonosobo, Jawa Tengah, sedangkan

penelitian ini akan melakukan penelitian tentang Pengaruh pemberdayaan orang

tua terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada siswa dan siswi

kelas III di SDN Sribitan 1 Bangunjiwo Kasihan Bantul.


8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Perilaku Hidup Bersih Sehat

a. Perilaku

1) Pengertian Perilaku

Perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, meliputi berjalan,

berbicara, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya, baik

yang diamati langsung, maupun yang tidak langsung, maupun yang tidak

dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).

2) Bentuk Perilaku

a. Perilaku tertutup

Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam

bentuk terselubung atau tertutup. Respon atau reaksi terhadap stimulus

ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan

sikap yang terjadi belum bisa diamati secara jelas oleh orang lain.

b. Perilaku terbuka

Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam

bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap terhadap stimulus

tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice).

3) Proses Terjadinya Perilaku

Penelitian Rogers 1974 dalam Notoatmojo (2003), mengengungkapkan

bahwa orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang

tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu:


9

a) Awareness (kesadaran), yaitu orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui stimulasi (objek) terlebih dahulu.

b) Interest, yaitu orang mulai tertarik kepada stimulus.

c) Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus bagi

dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

d) Trial, seseorang telah mulai mencoba perilaku baru.

e) Adaption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

4) Faktor yang mempengaruhi perilaku

Menurut Green (1980, dalam Notoatmodjo 2007), perilaku dipengaruhi oleh

tiga faktor utama yaitu :

1) Faktor predisposisi

Faktor ini meliputi pengetahuan dan sikap masayarakat terhadap

kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang

berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat

pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya.

2) Faktor pemungkin

Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas

kesehatan bagi masyarakat, misalnya air bersih, tempat pembuangan tinja,

ketersediaan makanan bergizi dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas

pelayanan kesehatan puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu,

polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktik swasta dan sebagainya.

3) Faktor Penguat

Faktor ini meliputi sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama,

sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan, termasuk


10

juga undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pemerintahpusat atau

daerah yang terkait dengan kesehatan.

b. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

PHBS adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan

suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat, dengan

membuka jalur komunikasi, memberikan informasi, dan melakukan edukasi,

untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan

pimpinan (advocacy), bina suasana (social suport), dan pemberdayaan

mayarakat (empwerment) sebagai suatu upaya untuk membantu masyarakat

mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, agar dapat menerapkan cara-cara

hidup sehat, dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan

(Kemenkes RI, 2011).

PHBS merupakan cermin pola hidup keluaraga yang senantiasa memperhatikan

dan menjaga kesehatan seluruh anggota keluarga. Semua perilaku kesehatan

yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat

menolong dirinya sendiri dibidang kesehatan dan dapat berperan aktif dalam

kegiatan-kegiatan kesehatan dimasyarakat (Proverawati, 2012).

2. Ruang lingkup Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah

a. Defenisi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah

PHBS di sekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta

didik, guru, orang tua siswa dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar

kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah

penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan

lingkungan sekolah sehat. Anak sekolah merupakan generasi penerus bangsa

yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya, anak usia sekolah
11

merupakan masa keemasan untuk menanamkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) sehingga anak sekolah berpotensi sebagai agen perubahan untuk

mempromosikan PHBS, baik dilingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat

(Proverawati, 2012).

b. Indikator PHBS di sekolah

Menurut Proverawati (2012) ada 10 indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk

menilai PHBS di sekolah, yaitu :

1. Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan memakai sabun

Perilaku cuci tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun mencegah

penularan penyakit seperti diare, kolera, disentri, typus, cacingan, penyakit

kulit, hepatitis A, ispa, flu burung, dan lain sebagainya. Mencuci tangan

dengan air mengalir dan sabun dapat meluruhkan semua kotoran dan lemak

yang mengandung kuman. Cuci tangan ini dapat dilakukan pada saat sebelum

makan, setelah beraktivitas diluar sekolah, bersalaman dengan orang lain,

setelah bersin atau batuk, setelah menyentuh hewan, dan sehabis dari toilet.

Usaha pencegahan dan penanggulangan ini disosialisasikan di lingkungan

sekolah untuk melatih hidup sehat sejak usia dini.

2. Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah

Makanan dan minuman yang dijual di kantin/warung sekolah harus cukup

gizinya, dan terjamin kebersihannya. Terbebas dari zat–zat berbahaya dan

terlindungi dari serangga dan tikus.

3. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat

Jamban yang digunakan oleh siswa dan guru adalah jamban yang memenuhi

syarat kesehatan dan terjaga kebersihannya. Jamban yang sehat adalah yang

tidak mencemari sumber air minum, tidak berbau kotoran, tidak dijamah oleh
12

hewan, tidak mencemari tanah disekitarnya, mudah dibersihkan dan aman

digunakan.

4. Olahraga yang teratur dan terukur

Olahraga di sekolah berfungsi untuk memelihara kesehetan fisik dan mental

agar tetap sehat dan tidak mudah sakit. Dalam rangka meningkatkan kesegaran

jasmani, perlu dilakukan latihan fisik yang benar dan teratur agar tubuh tetap

sehat dan segar. Dengan melakukan olahraga secara teratur akan dapat

memberikan manfaat, yaitu Berat badan terkendali, melancarkan peredaran

darah, otot lebih lentur, tulang lebih kuat, lebih bugar sehingga kesehetan lebih

baik.

5. Memberantas jentik nyamuk

Agar sekolah terbebas dari jentik nyamuk , peserta didik dan masyarakat

lingkungan sekolah terhindar dari berbagai penyakit yang ditularkan melalui

nyamuk. Memberantas jentik nyamuk dilingkungan sekolah dilakukan dengan

gerakan 3 M (menguras, menutup, dan mengubur) tempat-tempat

penampungan air (bak mandi, drum, tempayan, ban bekas, tempat air minum,

dan lain-lain) minimal seminggu sekali.

6. Tidak merokok disekolah

Siswa dan guru tidak ada yang merokok di lingkungan sekolah. Timbulnya

kebiasaan merokok diawali dari melihat orang sekitarnya merokok. Di

sekolah siswa dapat melakukan hal ini mencontoh dari teman, guru, maupun

masyarakat sekitar sekolah. Banyak anak-anak menganggap bahwa dengan

merokok akan menjadi lebih dewasa. Merokok di lingkungan sekolah sangat

tidak dianjurkan karena rokok mengandung banyak zat berbahaya yang dapat

membahayakan kesehatan anak sekolah.


13

7. Menimbang berat badan dan megukur tinggi badan setiap bulan.

Siswa menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan.

Kegiatan penimbangan berat badan di sekolah untuk mengetahui

pertumbuhan dan perkembangan anak serta status gizi anak sekolah. Hal ini

dilakukan untuk deteksi dini gizi buruk maupun gizi lebih pada anak usia

sekolah.

8. Membuang sampah pada tempatnya

Sampah adalah bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber aktivitas

manusia atau alam, apabila tidak ditangani secara benar maka sampah akan

menjadi sarang penyakit, tempat berkembang biak binatang serangga dan

tikus, dapat menjadi sumber polusi, dan pencernaan tanah, air dan udara,

sampah akan menjadi sumber dan tempat hidup kuman – kuman yang

membahayakan kesehatan.

9. Pemeliharaan kesehatan mulut, kuku dan rambut

a) Kesehatan mulut

Memelihara kesehatan mulut akan membantu menjaga status kesehatan

gigi, gusi, bibir, dan lidah. Pada anak usia 9-10 tahun, gigi susu digantikan

dengan gigi permanen. Karies (gigi berlubang), halitosis (bau nafas) dan

ketidakteraturan gigiaerta jarak gigi adalah masalah utama kesehatan mulut

pada anak dengan usia 9-10 tahun.

Untuk mendapatkan mulut yang sehat, harus dipahami mengenai cara-cara

menyikat gigi yang baik dan benar, waktu yang tepat untuk menyikat gigi,

serta cara memilih sikat gigi yang baik. Frekuensi menyikat gigi maksimal

3 x sehari (setelah makan pagi, makan siang dan sebelum tidur malam)
14

atau minimal 2 x sehari (setelah makan pagi dan sebelum tidur malam).

Sikat gigi harus diganti setiap 3 bulan (Machfoedz, 2005).

b) Kesehatan kuku

Masalah kesehatan yang berkaitan dengan kuku sering timbul akibat

perlakuan terhadap kuku yang salah dan mengabaikan kebersihan kuku

dan cara memotong kuku yang salah (Ermayanti, 2008).

Perawatan yang dapat dilakukan untuk menjaga agar tidak terjadi masalah

kuku adalah memotong kuku secara rutin dan membersihkan daerah bawah

kuku.

c) Kesehatan rambut

Kesehatan rambut akan mempengaruhi penampilan dan gambaran diri

seseorang. Fungsi rambut adalah untuk mempertahankan suhu tubuh dan

sebagai reseptor sentuhan. Keadaan rambut yang meliputi tekstur rambut,

pertumbuhan dan distribusi rambut menunjukan informasi mengenai

keadaan kesehatan seseorang (Ermayanti, 2008).

Masalah utama rambut meliputi adanya ketombe, kerontojan, kekusutan

rambut dan adanya kutu rambut. Masalah-masalah rambut tersebut dapat

dikurangi dengan perawatan rambut setiap hari, perawatan rambut yang

dilakukan antara lain adalah menyisir rambut dan mencuci rambut.

Mencuci rambut dilakukan minimal 2 hari sekali.

c. Sasaran Pembinaan PHBS di sekolah

Menurut Proverawati (2012) ada 3 sasaran pembinaan PHBS di sekolah, yaitu :

1. Siswa

2. Warga sekolah (kepala sekolah, guru, karyawan sekolah, komite sekolah, dan

orang tua siswa)


15

3. Masyarakat lingkungan sekolah (penjaga kantin, satpam, dll)

Menurut Dinas kesehatan Sulawesi Selatan (2006) sasaran PHBS meliputi 3 hal

yaitu:

a. Sasaran primer

Adalah sasaran utama dalam institusi pendidikan yang akan dirubah

perilakunya atau murid dan guru yang bermasalah (Individu/kelompok dalam

institusi yang bermasalah).

b. Sasaran sekunder

Adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu dalam institusi

pendidikan yang bermasalah misalnya, kepala sekolah, guru, orang tua murid,

kader kesehatan sekolah, tokoh masyarakat, petugas kesehatan dan lintas

sektor terkait.

c. Sasaran tersier

Adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur pembantu dalam

menunjang atau mendukung penadanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk

tercapainya pelaksanaan PHBS di institusi pendidikan misalnya, kepala desa,

lurah, camat, kepala puskesmas, diknas, guru, tokoh masyarakat dan orang

tua murid.

d. Manfaat Pembinaan PHBS di Sekolah

1. Terciptanya sekolah yang bersih dan sehat sehingga siswa, guru dan

masyarakat lingkungan sekolah terlindungi dari berbagai gangguan dan

ancaman penyakit.

2. Meningkatkan semangat proses belajar mengajar yang berdampak pada

prestasi belajar siswa.


16

3. Citra sekolah sebagai institusi pendidikan semakin meningkat sehingga

mampu menarik minat orang tua.

4. Meningkatkan citra pemerintahan daerah di bidang pendidikan.

5. Menjadi percontohan sekolah sehat bagi daerah lain.

e. Dampak tidak melaksanakan PHBS

a) Dampak tidak mencuci tangan dengan baik

Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu cara paling efektif untuk

mencegah penyakit-penyakit yang bisa kita cegah dengan mencuci tangan

menggunakan sabun yaitu

1) Diare

Diare merupakan penyebab kemanitian dunia yang paling umum untuk

anak-anak. Penyakit diare seringkali diasosiasikan dengan keadaan air,

namun secara akurat sebenarnya harus diperhatikan juga penanganan

kotoran manusia seperti tinja dan air kencing, karena kuman-kuman

penyakit diare berasal dari kotoran-kotoran ini. Kuman-kuman penyakit

ini membuat manusia sakit ketika kuman tersebut masuk kdalam mulut

melalui tangan yang telah menyentuh tinja, air minum yang

terkontaminasi, makanan mentah dan peralatan makan yang tidak dicuci

terlebih dahulu atau terkontaminasi tempat makannya yang kotor.

2) Infeksi saluran pernapasan

Merupakan penyebab kematian utama untuk anak-anak. Mencuci tangan

dengan sabun mengurangi angka infeksi saluran pernapasan ini dengan

melepaskan patogen-patogen pernapasan yang terdapat pada tangan dan

permukaan telapak tangan serta mnghilangkan patogen lainnya yang

menjadi penyebab diare dan juga gejala penyakit pernapasan.


17

3) Infeksi cacing, infeksi mata dan penyakit kulit

Selain menimbulkan diare dan penyakit infeksi saluran pernapasan

penggunaan sabun dalam mencuci tangan tangan mengurangi kejadian

penyakit kulit, infeksi mata dan cacingan.

b) Dampak tidak memelihara kesehatan rambut, mulut dan kuku.

1) Ketombe

2) Rambut bercabang

3) Berkutu

4) Berjamur

5) Gigi berlubang

6) Sakit gigi

7) Karang gigi

8) Bau mulut

9) Infeksi paronychi

c) Dampak jajan sembarangan

Anak sekolah rentan terinfeksi entamoeba hystolytica karena kebiasaan jajan

sembarangan. Virus ini menginfeksi saluran pencernaan melalui makan dan

minuman yang terkontaminasi ataupun dari tangan yang kotor. Infeksi parasit

ini bisa menyebar dari saluran pencernaan sampai ke saluran darah pada

tahap lanjut, infeksi parasit ini juga bisa menyebabkan disentri sampai radang

hati.

3. Pemberdayaan Orang tua

Pemberdayaan merupakan proses pemberian informasi secara terus menerus dan

berkesinambungan agar sasaran berubah dari aspek knowledge, attitude, dan

practice. Sasaran utama dari pemberdayaan adalah individu dan keluarga, serta
18

kelompok masyarakat. Orang tua adalah ayah dan ibu dari seorang anak, baik

melalui hubungan biologis maupun sosial. Orang tua mempunyai peranan

penting dalam membesarkan anak, karena orang tua akan menjadi panutan dan

teladan bagi anggota keluarga lainnya sehingga pemberian informai kesehatan

akan lebih efektif apabila disampaikan oleh orang tua pada anggota keluarga

yang lain (Darmawan dan Setiawan, 2008).

Peran orang tua dalam mendapingi anak

1) Peran sebagai pendidik

Orang tua wajib memberikan bimbingan dan arahan kepada anak serta

menanamkan nilai perilaku yang baik melalui diskusi dan komunikasi dua

arah.

2) Peran sebagai pendorong

Orang tua membantu mengembangkan potensi yang ada didalam diri anak

melalui pemberian kesempatan kepada anak untuk memutuskan sendiri

penyelesaian masalah yang dihadapi berdasarkan alternatif yang diberikan.

3) Peran sebagai Panutan

Orang tua perlu memberikan contoh dan teladan yang baik dalam

menjalankan nilai-nilai agama dan norma yang berlaku di masyarakat.

4) Peran sebagai pengawas

Orang tua memberkan pengawasan tidak semata dengan cara mengawasi

secara ketat semua aktivitas anak namun diberikan kesempatan kepada

mereka untuk memutuskan penyelesaikan masalah yang mereka hadapi

sehingga dalam diri anak tumbuh kepercayaan diri.


19

5) Peran sebagai teman

Orang tua dapat menciptakan dialog yang akrab sebagaimana layaknya

seorang teman. Bila remajamerasa aman dan terlindungi maka bagi anak

orang tualah tempa untuk bercerita mengenai maslah yang sedang anak

hadapi.

6) Peran sebagai konselor

Orang tua memberikan pemikiran dan pertimbangan kepada anaknya tentang

alternative penyelesaian masalah yang dihadapi, jika mereka berhasil

memutuskan permasalahan mereka dengan baik maka oragtua perlu

memberikan pengharagaan.

7) Peran sebagai Komunikator

Suasana harmonis dan saling memahami antara orang tua dan anak dapat

menciptakan komunikasi yang baik. Orang tua perlu membicarakan segala

topik secara terbuka tetapi tetap arif dan bijaksana.


20

B. Kerangka Konsep Penelitian

Dampak Positif dari PHBS


Pemberdayaan Perilaku hidup
Orang tua Bersih dan Sehat 1. Kesehatan mulut, kuku
di Sekolah dan rambut siswa
meningkat
2. Terhindar dari penyakit
yang menyerang mulut,
kuku dan rambut
3. Terhindar dari penyakit
infeksi akibat jajan
sembarangan dan tidak
Variabel pengganggu mencuci tangan
1. Tingkat pendidikan 4. Prestasi belajar
2. Sikap meningkat
3. Budaya 5. terciptanya lingkungan
4. Sosial Ekonomi sekolah yang bersih dan
5. Sarana dan prasarana sehat.
pelayanan kesehatan
6. Penguatan/dorongan
Dampak Negatif dari PHBS

1. Kesehatan mulut, kuku


dan rambut menurun
2. Siswa mudah terserang
penyakit mulut, kuku
dan rambut.
3. Prestasi belajar
menurun
4. Siswa rentan terkena
penyakit infeksi akibat
dari jajan sembarangan
5. Tidak terciptanya
lingkungan sekolah
yang bersih dan sehat.
Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

: Arah hubungan
21

C. Hipotesis

Ada pengaruh pemberdayaan orangtua terhadap PHBS pada siswa dan siswi

kelas III di SDN Sribitan 1 Bangunjiwo Kasihan Bantul Yogyakarta.


22

BAB III

METODE PENELITIAN

A. RANCANGAN PENELITIAN
Desain penelitian ini menggunakan metode pre eksperiment dengan
pendekatan one group pre-test post-test design yaitu eksperimen yang akan
dilaksanakan ini tidak menggunakan kelompok pembanding (kontrol), tetapi paling
tidak sudah dilakukan observasi pertama (pre-test) yang memungkinkan menguji
perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya eksperimen (Notoatmodjo, 2012).
Langkah pertama penelitian melakukan pre-test tentang Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat, kemudian responden tersebut diberi perlakuan berupa pemberdayaan orang tua
terhadap PHBS disekolah, dilakukan post-test Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
setelah diberi pemberdayaan orang tua.
Gambar desainnya sebagai berikut :
Pre test Eksperimen Pest test

O1 X O2

Keterangan :
O1 = Observasi yang dilakukan sebelum eksperimen (pre test)
X = Perlakuan
O2 = Observasi yang dilakukan sesudah eksperimen (post test)

B. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas

Pemberdayaan Orang tua tentang PHBS.

2. Variabel terikat

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

3. Variabel pengganggu :

a. Tingkat pendidikan
Dalam penelitian ini, tingkat pendidikan dikendalikan dengan memilih
responden yang tingkat pendidikannya sama yaitu siswa kelas III SD.
23

b. Sikap
Dalam penelitian ini, sikap tidak dikendalikan karena sikap setiap siswa
berbeda-beda.

c. Budaya
Dalam penelitian ini, budaya dikendalikan dengan memilih responden yaitu

anak yang berasal dari jawa.

d. Sosial Ekonomi
Dalam penelitian ini, sosial ekonomi tidak dikendalikan memiliki status sosial
ekonomi yang berbeda-beda dan siwa belum mempunyai penghasilan sendiri.

e. Sarana dan prasarana pelayanan kesehatan


Dalam penelitian ini, Sarana dan prasarana pelayanan kesehatan tidak
dikendalikan karena setiap rumah siswa belum tentu terdapat pelayanan
kesehatan.

C. HUBUNGAN ANTAR VARIABEL

Pemberdayaan Perilaku hidup


Orang tua Bersih dan Sehat
di Sekolah

Variabel pengganggu

1. Tingkat pendidikan
2. Sikap
3. Budaya
4. Sosial Ekonomi
5. Sarana dan prasarana
pelayanan kesehatan
24

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

: Arah hubungan

D. DEFINISI OPERASIONAL PENELITIAN

1. Pemberdayaan Orang tua


Pemberdayaan orang tua adalah salah satu bentuk kegiatan pemberian informasi

kesehatan secara tatap muka langsung kepada orang tua siswa dan siswi tentang

PHBS (meliputi: cara mencuci tangan yang benar, kesehatan mulut, kuku dan

rambut serta perilaku jajan sehat di kantin sekolah) yang perlu diterapkan di

sekolah kepada siswa kelas III SD Sribitan 1 Bangunjiwo Kasihan Bantul, dengan

cara melakukan satuan acara penyuluhan (SAP) yang dilakukan selama 40 menit

dengan media power point dan membagikan leaflet yang berisi materi tentang

Perilaku Hidup bersih dan Sehat (PHBS). Dan sikap orang tua dalam memberikan

perilaku kesehatan kepada anaknya.

2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah adalah tindakan yang mendukung

atau mendorong siswa dan siswi di SDN Sribitan 1 Bangunjiwo Kasihan Bantul

dalam menerapkan PHBS di Sekolah yang meliputi cara mencuci tangan, cara

menjaga kebersihan mulut, kuku dan rambut serta membeli jajanan sehat yang

diperoleh dengan memberikan kuesioner yang berisi pertanyaan tentang PHBS di

sekolah. Data yang akan didapatkan dengan menggunakan skala Ordinal.


25

E. POPULASI DAN SAMPEL

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari subyek penelitian (Arikunto, 2013). Populasi

dalam penelitian ini dalah orang tua dari siswa dan siswi kelas III SDN Sribitan 1

Bangunjiwo Kasihan Bantul Yogyakarta yang berjumlah 30 orang.

2. Sampel

Menurut Arikunto (2013) sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang

diteliti. Dalam penelitian ini pengambilan jumlah sampel dilakukan dengan teknik

non probability sampling yaitu dengan sampling jenuh dimana teknik penentuan

sampel dengan mengambil semua populasi sebagai sampel ( Sugiyono, 2006).

Sampel dalam penelitian ini diambil seluruhnya dari populasi yaitu total sampel

sebanyak 30 orang.

F. ALAT DAN METODE PENGUMPULAN DATA

1. Alat yang digunakan dalam penelitian

a. Satuan Acara penyuluhan

Satuan Acara Penyuluhan dengan materi penyuluhan meliputi Pengertian

PHBS, jenis-jenis PHBS, manfaat PHBS

b. Leaflet

c. Power Point

d. Identitas Responden

e. Kuesioner

Alat yang dialakukan dalam penelitian ini menggunakan kuesioner, pada

penelitian ini digunakan untuk mendapatkan keterangan dari responden

berkaitan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah. Jenis kuesioner
26

tertutup (closed ended) yaitu pernyataan yang variasi jawaban sudah

disediakan sehingga responden tidak memiliki kebebasan untuk menjawab

karena pilihan sudah disediakan (Arikunto, 2006).

Bentuk kuesioner berupa check list dimana responden hanya tinggal

menumbuhkan tanda () pada kolom sesuai. Kuesioner untuk mengetahui

perilaku siswa dalam penerapan perilaku hidup bersih dan sehat terdiri dari 16

pertanyaan yang terdiri dari pertanyaan favourable dan unfavourable.

Untuk pertanyaan favourable, dengan jawaban Selalu bernilai (4), Sering (3),

Kadang-kadang (2), Tidak pernah (1). Sedangkan untuk pertanyaan

unfavourable dengan jawaban selalu bernilai (1), Sering (2), Kadang-kadang

(3), Tidak pernah (4). Berikut ini kisi-kisi kuesioner yang akan digunakan

untuk pengumpulan data perilaku anak tentang perilaku hidup bersih dan

sehat.

Tabel 1. Kisi-kisi kuesioner pengukuran variabel perilaku hidup bersih dan sehat.

Nomor item pertanyaan


No Komponen Unfavourabl Jumlah item
Favourable
e
1 Kebersihan kuku 1,2,4 3 4
2 Kebersihan kulit 6,7,8 5 4
3 Kebersihan rambut 9,10,13 11,12 5
4 Kebersihan mulut 15,16 14 3
5 Cuci tangan 17,18,19 3
Jumlah 19

2. Metode pengumpulan data

a. Mengenal masalah yang ada dilingkungan sekolah.

b. Meminta persetujuan kepada pihak Sekolah yang berwenang.

c. Melakukan sampling
27

d. Melakukan pendekatan kepada responden, menjelaskan tujuan penelitian.

e. Melakukan pengukuran pertama tentang pengetahuan dan aplikasinya sebelum

dilakukan pemberdayaan orang tua.

f. Melakukan penyuluhan kesehatan tentang PHBS.

g. Melakukan pengukuran kedua tentang pengetahuan dan aplikasinya setelah

pemberdayaan orang tua.

G. UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

Uji Validitasi adalah suatu ukuran tingkatan-tingkatan untuk mengetahui apakah

alat ukur tersebut valid, valid artinya ketepatan mengukur, atau alat ukur tersebut

valid untuk mengukur sebuah variabel yang akan diukur (Riwidikdo, 2009).

Uji Reabilitas berarti instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk

mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono,

2006).

Dalam penelitian ini, tidak dilakukan uji validitas dan reliabilitas dikarenakan alat

ukur kuesioner yang saya gunakan telah teruji kevalidtannya. Yang telah

digunakan oleh Diliani.

Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan SPSS, pengujian validitas ini

dilakukan pada tanggal 24 Februari 2011 di SD Wijirejo 1, Responden yang

digunakan untuk uji validitas sebanyak 28 orang. Uji coba instrumen tersebut

digunakan untuk mengetahui validitas dan reabilitas dengan tujuan agar alat ukur

yang digunakan dapat dipercaya. Uji coba dilakukan pada kuesioner perilaku.

Tabel. 1 Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian


28

No Variabel No Item Gugur Item Valid

1 Perilaku 4, 5, 12
1, 2, 3, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 13, 14, 15, 16,
17, 18, 19
Berdasarkan Tabel.1 menunjukkan bahwa uji validitas dari 19 item pertanyaan

perilaku, didapatkan 3 butir item gugur sehingga didapatkan jumlah 16 item yang

layak digunakan sebagai instrument penelitian. Dengan demikian hasil uji coba

penelitian ini valid.

H. METODE PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

1. Metode pengolahan data

Setelah semua data diperoleh, kemudian akan dilakukan pengolahan data melalui

tahap-tahap sebagai berikut :

a. Editing yaitu dilakukan pemeriksaan antara lain kesesuaian jawaban,

kelengkapan penyesuaina kuesioner serta konsistensi jawaban.

b. pengkodean (coding) yaitu mengkasifikasi jawaban-jawaban dari para

responden kedalam kategori. Biasanya klasifikasi dilakukan dengan cara

memberi tanda/kode berbentuk angka pada masing-masing jawaban.

c. Memasukan data (Entry) yaitu mengisi kolom-kolom lembar kode sesui

dengan jawaban masing-masing pertanyaan yang menggunakan paket program

SPSS 16.

d. Tabulasi (tabulating) yaitu membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan

penelitian. Tahap menyusun data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi

kemudian data dianalisis. Proses menyederhanakan data ke dalam bentuk yang

lebih mudah dibaca dan diinterprestasikan.


29

e. Pembersihan Data (cleaning) yaitu mengecek kembali untuk melihat

kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan kode, ketidak lengkapan, yang

kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.

2. Analisis Data

Pada penelitian ini jenis analisa data yang digunakan adalah statistik non
parametrik dengan menggunakan uji Wilcoxon signed rank test. Pengujian ini
dilakukan untuk membandingkan antara dua kelompok data yang saling
berhubungan yaitu membandingkan Pengaruh PHBS terhadap siswa kelas III SD
sebelum dan sesudah diberikan pemberdayaan orang tua.

I. ETIKA PENELITIAN

Etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting dalam

penelitian, maka dari segi etika penelitian harus diperhatikan. Masalah etika yang

harus diperhatikan antara lain :

1. Informed Consent (Lembar persetujuan)

Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan responden penelitian dengan

memberikan lembar persetujuan. Informed Consent diberikan sebelum penelitian,

dilakukan dengan memberkan lembar persetujuan untuk menjadi responden.

Tujuan Informed Consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan

penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka harus

menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti

harus menghormati hak pasien (Hidayat, 2007).

2. Anomity (tanpa nama)

Memberikan jaminan kepada responden dengan cara tidak memberikan atau

mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan

kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan

(Hidayat, 2007).
30

3. Kerahasian

Memberikan jaminan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulan dijamin kerahasiannya oleh

peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil penelitian

sehingga memberikan rasa aman (Hidayat, 2007).

4. Beneficence

Beneficence berarti hanya mengerjakan sesuatu yang baik. Kebaikan juga

memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan

atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Kadang-kadang

dalam situasi pelayanan kesehatan kebaikan menjadi konflik dengan otonomi.

5. Nonmaleficence

Prinsip ini berarti segala tindakan yang dilakukan pada klien tidak menimbulkan

bahaya / cedera secara fisik dan psikologik.


31

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek VI. Rineka

Cipta: Jakarta.

Dermawan, A.C. & Setiawan, S. 2008. Proses Pembelajaran dalam Pendidikan

Kesehatan. Trans Info Media: Jakarta.

Hidayat, A Aziz Alimul. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Salemba

Medika. Jakarta.

Mubarak, W.I. & Chayatin, N. 2008. Kebutuhan Dasar Manusia. EGC: Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Rineka Cipta.

Jakarta.

Notoatmodjo, S.2007. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Rineka

Cipta.Jakarta.

Proverawati, Atikah.2012. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Nuha

Medika. Yogyakarta.

Sari, Dian Andita.2010. Pengaruh promosi kesehatan tentang PHBS terhadap

sikap dan PHBS siswa kelas III di sekolah dasar Tamansari 1

Wirobrajan. PSIK STIKES ‘AISYIYAH (skripsi). Yogyakarta.

Sugiyono.2006.Statistik untuk penlitian.Alfabeta. Bandung.

Tarwoto & Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses

Keperawatan Edisi 4. Salemba Medika: Jakarta.


32

Lampiran 1

PENGISIAN KUESIONER

A. PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER


1. Awali dengan membaca Basmallah.
2. Sebelum anda menjawab pertanyaan, terlebih dahulu isilah identitas anda dengan benar
pada lembar yang sudah disediakan.
3. Bacalah pertanyaan dengan baik dan teliti sebelum anda menjawab dengan teliti.
4. Bila mendapatkan pertanyaan atau kata-kata yang kurang dimengerti anda boleh
bertanya pada peneliti.
5. Beri tanda () pada salah satu jawaban yang anda anggap benar pada kolom lembar
soal yang sudah disediakan.
6. Demi kelancaran peneliti mohon isilah jawaban dengan jjur dan sesuai dengan
pengetahuan anda.
7. Kerahasiaan anda Insya Allah akan kami jamin.
8. Akhiri dengan Hamdallah.

B. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama :
2. Jenis kelamin :
3. Kelas :
4. Umur :
5. Pekerjaan :
 Ayah :
 Ibu :
 Wali :
6. Pendidikan :
 Ayah :
 Ibu :
 Wali :
33

C. DAFTAR PERTANYAAN

Kadang- Tidak
No Pertanyaan Selalu Sering
kadang pernah
1 Saya membersihkan daerah
bawah kuku yang kotor.
2 Saya memotong kuku sesuai
dengan alurnya.
3 Saya mengigit kuku.
4 Saya mandi menggunakan
sabun seluruh tubuh.
5 Saya segera mengeringkan
tubuh seluruh mandi.
6 Saya memakai sabun seluruh
tubuh, terutama area lipatan
kulit seperti sela-sela jari,
ketiak, belakang telinga.
7 Saya mencuci rambut dengan
menggunakan sampo.
8 Saya menyisir rambut setiap
hari.
9 Saya merapikan rambut
menggunakan jari tangan.
10 Saya menyisir rambut
menggunakan sisir.
11 Saya makan makanan yang
terlalu manis seperti coklat dan
permen.
12 Saya menggosok gigi dengan
menggunakan pasta gigi.
13 Saya menggosok gigi saat
sebelum tidur.
14 Saya mencuci tangan sebelum
makan.
15 Saya mencuci tangan
menggunakan sabun.
16 Saya mencuci tangan setelah
dari WC.

Anda mungkin juga menyukai