Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat karunianya, serta kesempatan yang diberikan kepada kami sehingga
dapat menyelesaikan dan menyusun makalah Penerapan Asuhan Keperawatan pada
Ny E dengan Glumerulo Nepritis Akut di unit Fransiskus PKSC.
Tujuan kami membuat makalah ini adalah guna untuk memenuhi tugas dari
mata ajar KMB III DKA 204. Selain itu untuk dapat memahami masalah – masalah
yang timbul pada saluran perkemihan khususnya Glumerulo Nepritis Akut ( GNA ).
Sehingga melalui pemahaman dan pengamatan ini kami dapat memberikan asuhan
keperawatan dengan sebaik baiknya.
Proses dari penyelesaian makalah ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak. Maka pada kesempatan ini perkenankanlah kami menyampaikan terima kasih
pada semua pihak yang telah membantu kami,yaitu:
1. Ibu Ners Niluh Widani.,Skep., selaku Koordinator MA 204.
2. Ibu Ners Enna Rosalina.,SKP., selaku pembimbing di unit Fransiskus.
3. Ibu Ners Agustin., SKM., Selaku Kepala unit Fransiskus.
4. Para Perawat unit Fransiskus yang telah membantu kami dalam kelancaran
pembuatan makalah ini.
5. Teman-teman yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini jauh dari sempurna, Oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun sangat kami harapkan. Semoga segala kebaikannya diberkati
oleh Tuhan dan semoga makalah ini berguna bagi kami khususnya dan siapa saja
yang membaca dan mempelajarinya.

Jakarta, 13 Mei 2005

PENULIS
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

0 KONSEP MEDIK
0 DEFINISI
0 Glumerulo Nepritis Akut adalah istilah yang secara luas digunakan
yang mengacu pada sekelompok penyakit ginjal dimana inflamasi
terjadi di glumerulus. ( Brunner &sudarth, 2002 )
1 Glumerulo Nepritis Akut adalah penyakit peradangan ginjal
bilateral yang hampir diawali selalu oleh infeksi streptokokus dan
disertai endapan komplek imun pada membran basalis glumerulus
dan perubahan proliferasi selular. ( Sylvia A Price, 1995 )
2 Glumerulo Nepritis Akut adalah Glumerulo Nepritis yang ditandai
dengan protein uria, edema, hematuria, gagal ginjal dan hipertensi.
Keadaan ini dapat didahului oleh tonsilitis/Faringitis dengan
demam. ( Dorland, 2002 ).

1 ANATOMI DAN FISIOLOGI


Ginjal merupakan organ berpasangan dan setiap ginjal memiliki
berat kira-kira 125 gr, terletak pada posisi disebelah lateral vertebra
torakalis bawah, beberapa sentimeter disebelah kanan dan kiri garis
tengah. Organ ini terbungkus oleh jaringan ikat tipis yang dikenal sebagai
kapsula renis. Disebelah anterior ginjal dipisahkan dari kavum abdomen
dan isinya oleh lapisan peritonium. Disebelah posterior organ tersebut
dilindungi oleh dinding thorax bawah. Darah dialirkan kedalam setiap
ginjal melalui arteri dan keluar dari dalam ginjal melalui vena renalis.
Arteri renalis berasal dari aorta abdominalis dan vena renalis membawa
darah kembali ke dalam vena cava inferior. Ginjal dengan efisien dapat
membersihkan bahan limbah dari dalam darah dan fungsi ini bisa
dilaksanakannya karena aliran darah yang melalui ginjal jumlahnya
sangat besar, 25% dari curah jantung.
Urin terbentuk dalam unit-unit fungsional ginjal yang disebut
nefron. Urin yang terbentuk dalam nefron ini akan mengalir ke dalam
ductus pengumpul dan tubulus renal yang kemudian menyatu untuk
membentuk pelvis ginjal. Setiap pelvis membentuk ureter. Ureter
merupakan pipa panjang dengan dinding yang sebagian besar terdiri atas
otot polos. Organ ini menghubungkan setiap ginjal dengan kandung
kemih dan berfungsi sebagai pipa untuk menyalurkan urine.
Kandung kemih merupakan organ berongga yang terletak disebelah
anterior tepat dibelakang os. pubis. Organ ini berfungsi sebagai wadah
sementara untuk menampung urine. Sebagian besar dinding kandung
kemih tersusun dari otot polos yang dinamakan musculus detrusor.
Kontraksi otot ini terutama berfungsi untuk mengosongkan kandung
kemihpada saat buang airkecil. Uretra muncul dari kandung kemih pada
laki-laki uretra berjalan lewat penis dan pada wanita bermuara tepat
disebelah anterior vagina. Pada laki-laki kelenjar prostat yang terletak
tepat dibawah leher kandung kemih mengelilingi uretra disebelah
posterior dan lateral. Spinter urinarius ekterna merupakan otot volunter
yang bulat untuk mengendalikan proses awal urinasi.
Nefron ginjal terbagi menjadi bagian eksternal yang disebut corteks
dan bagian internal yang dikenal sebagai medulsa. Nefron, yang dianggap
sebagai unit fungsional ginjal, terdiri atas sebuah glumerulus dan sebuah
tubulus. Dinding kapiler glomerulus tersusun dari lapisan sel-sel endotel
dan membran basalis dan sel-sel endotel pada sisi lainnya. Glomerulus
membentang dan membentuk tubulus yang terbagi menjadi tiga bagian:
Tubulus proximal, ansahenle dan tubulus distal. Tubulus distal bersatu
untuk membentuk duktus pengumpul dan berjalan lewat corteks dan
medula renal untuk mengosongkan isinya kedalam pelvis ginjal.
Fungsi nefron proses pembentukan urine dimulai ketika darah
mengalir lewat glomerulus. Glomerulus yang merupakan struktur awal
nefron tersusun dari jonjot-jonjot kapiler yang mendapat darah lewat vasa
aferen dan mengalirkan darah balik lewat vasa aferen. Tekanan darah
menentukan berapa tekanan dan kecepatan aliran yang melewati
glomerulus. Terjadi filtrasi air dan molekul-molekul kecil akan dibiarkan
lewat.sementara molekul besar tetap tertahan dalam aliran darah. Cairan
disaring lewat dinding jonjot-jonjot kapiler glomerulus dan memasuki
tubulus cairan ini dikenal sebagai “filtrat”
Dalam kondisi normal 20% dari plasma yang melewati glumerulus
disaring kedalam nefron sekitar 180 liter filtrat per hari.Filtrat tersebut
seperti plasma darah tanpa molekul yang besar ( protein, sel darah merah,
sel darah putih dan thrombosit ) terdiri atas air, elektrolit dan molekul
kecil lainnya. Dalam tubulus, sebagian substansi ini secara selektif
diabsorbsi kedalam darah dan lainnya disekresikan dari darah kedalam
filtrat. Filtrat akan dipekatkan dalam tubulus distal serta ductus
pengumpul dan kemudian menjadi urine yang akan mencapai pelvis
ginjal. Sebagian substansi seperti glukosa, normalnya akan diabsorbsi
kembali seluruhnya dalam tubulus dan tidak akan terlihat dalam urine.

2 ETIOLOGI
0 Infeksi sekunder streptococcus beta haemolitika group A. Terjadi ±
5 - 21 hari setelah infeksi kulit ( impetigo ) dan ISPA ( tonsilitis),
( paringitis, otitis, sinusitis )
1 Infeksi bakteri, virus dan parasit.

Insiden :
Lebih banyak pada anak-anak usia 3 -7 tahun, juga pada orang dewasa
pria 2x lebih banyak dari wanita.

3 PATHOFISIOLOGI
Infeksi streptococcus menimbulkan terbentuknya komplek antigen
antibodi dalam darah dan bersirkulasi kedalam glomerulus, dimana
kompleks tersebut secara mekanik terperangkap kedalam membran
basalis glumerulus. Terbentuknya komplemen sehingga mengakibatkan
lesi dan peradangan yang mrnarik leukosit dan thrombosit menuju tempat
lesi. Fagositosis dan pelepasan enzim lysosom juga merusak endotelium
dan membran basalis glomerulus. Sebagai respon terhadap lesi yang
terjadi menyebabkan protein keluar kedalam urine, yang menyebabkan
proteinuria. Fungsi ginjal ditekan oleh scar yang terjadi di glumerulus,
menyebabkan edema.

4 MANIFESTASI KLINIK
0 Hematuria, proteinuria.
1 Edema seluruh tubuh, pada wajah dan periorbital.
2 Sakit kepala, hipertensi.
3 Acites, pleura effusion.
4 Gangguan penglihatan : bercak perdarahan yang tampak dari luar di
cunjungtiva.
5 Disuria, oliguria, anuria.

5 TEST DIAGNOSTIK
0 Urinalisa: Hematuria, proteinuria, pH turun, berat jenis meningkat
1 Serum Nitrogen atau BUN dan kreatinin meningkat.
2 ASTO meningkat.
3 Hemoglobin dan hematokrit turun.
4 USG ginjal : normal atau membesar.
5 Biopsi ginjal.
6 Kultur : darah, kulit atau apusan tenggorokan.

6 PENATALAKSANAAN
GNA dapat disembuhkan dalam beberapa minggu dan kembali
normal dalam satu dua tahun ( 94% ), bila berlanjut menjadi GNC lalu
CRF lalu kematian.
0 Bedrest total: sampai dengan hematuri, proteinuria, dan hipertensi
hilang ( beberapa minggu sampai bulan ).
1 Terapi :
0 Corticosteroid: untuk menekan reaksi sistem imun dan
mengurangi mengeluarkan antibody.
1 Antibiotik : Jangka lama ( beberapa bulan ).
2 Deuretik.
3 Antihipertensi
2 Fresh frozen plasma: bersama terapi immun mengeluarkan mediator
respon inflamasi.
3 Diet : rendah sodium dan air bila edema dan hipertensi. Tinggi
karbohidrat untuk memenuhi nutrisi dan mencegah katabolisme
jaringan. Bila fungsi ginjal menurun protein dan phospat mungkin
dibatasi untuk mancegah retensi dari pengeluaran sisa nitrogen dan
hiperphospatemia.
4 Peritoneal dialysis atau hemodialisa: untuk memenuhi keadaan
hemostasis atau mencegah komplikasi uremia bila fungsi ginjal
menurun.
7 RESIKO KOMPLIKASI
0 CHF.
1 Edema paru.
2 Cardiac failure.
3 Peningkatan tekanan intra cranial.
4 Renal failure

1 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


0 Pengkajian
0 Pola Persepsi Kesehatan dan Pemeliharaan Kesehatan.
0 Riwayat penyakit yang pernah dialami.
1 Infeksi tenggorokan atau kulit sebelumnya dengan streptococcus
beta- hemolitik atau hepatitis.
2 Riwayat penyakit kompleks immun seperti sistemik lupus
eritematosus dan scleroderma
1 Pola Nutrisi Metabolik.
0 Peningkatan berat badan karena retensi cairan.
1 Kebiasaan makan.
2 Keluhan mual, anoreksia
2 Pola Eleminasi
0 Urine berwarna gelap ( warna teh ).
1 Hematuri, proteinuria.
2 Anuria, oliguria.
3 Rasa sakit saat BAK
3 Pola aktifitas latihan
0 Penurunan toleransi aktivitas: gejala lelah.
1 Kaji lama, frekuensi dan intensitas latihan
4 Pola Persepsi Kognitif
0 Sakit kepala.
1 Hipertensi
0 Pola persepsi diri – Konsep diri.
0 Kurang pengetahuan
1 Pola peran dan hubungan sesama
0 Pembatasan aktifitas.
1 Peran klien dalam keluarga dan masyarakat
0 Diagnosa Keperawatan
0 Kelebihan volume cairan b.d. urine out put yang menurun.
1 Intoleransi beraktivitas b.d. kelelahan.
2 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. anorexia.
3 Resiko tinggi infeksi b.d. mekanisme pertahanan tubuh kurang.

DP.1 Kelebihan volume cairan b.d. urine out put yang menurun.
HYD : Cairan tubuh pasien adekuat dalam 3 hari ditandai dengan :
0 Intake out put seimbang.
1 Tidak ada edema.

Perencanaan :
0 Monitor berat badan tiap hari : waktu dan alat sama.
1 Catat intake dan output.
2 Observasi edema.
3 Kalau perlu berikan diuretika

DP.2 Intoleransi beraktivitas b.d. kelelahan.


HYD : Pasien dapat melakukan aktivitasnya dalam 3 hari, ditandai dengan
0 Pasien dapat melakukan keperluan/kebutuhan sehari-hari
( Makan, mandi, BAB, BAK )

Perencanaan :
0 Bed rest.
1 Proteinuria dan hematuri.

DP.3 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. anorexia.


HYD : Kebutuhan nutrisi pasien tercukupi dalam 2 hari ditandai dengan :
1 BB ½ -1 kg/ minggu.
2 Porsi yang diberikan habis.
3 Hb normal = 12-18 mg/dl.
Perencanaan :
0 Diit tinggi kalori, rendah protein, rendah garam.
1 Intake yang adekuat.
DP.4 Resiko tinggi infeksi b.d. mekanisme pertahanan tubuh kurang.
HYD : Pasien bebas dari gejala infeksi, ditandai dengan :
0 Suhu tubuh pasien normal 36-370C.
1 Leukosit normal.
Perencanaan :
0 Tidak perlu isolasi.
1 Tehnik aseptik.
2 Monitor suhu.
3 Anjurkan menghindari infeksi, kelelahan dan stress
0 PATOFLO DIAGRAM
Infeksi streptococcus beta hemolitikus grup A

Bersikulasi dalam darah

DP.4 Resiko tinggi infeksi Reaksi antigen – antibody


b.d. mekanisme pertahanan tubuh 

Filtrasi dalam glomerulus

Lesi Manifestasi: Inflamasi


0 Hipertermi

0 Proteinuria. Endotelium dan membran basalis


Glumerulus rusak
1 Hematuria

GFR 

Vasokontriksi – merangsang Aldosteron 


Pembuluh darah

Hipertensi Retensi Na+

Stroke Memicu H Renin Ang I II Retensi H2O

DP.I Kelebihan volume cairan b.d. urine output yang Edema :


Menurun ditandai dengan edema. - Periorbital.
DP.2 Intoleransi beraktivitas b.d. kelelahan - Tungkai.
- Anasarka.
PERENCANAAN PULANG
0 Pasien dan keluarga mengetahui tentang penyakit, penyebab, perawatan dan
pencegahannya.
1 Keluarga mau membantu menciptakan lingkungan tempat tinggal yang
memudahkan pasien beraktivitas.
2 Pasien dan keluarga mengerti tentang dosis, fungsi dan efek samping obat yang
diminum pasien.
3 Pasien mampu mematuhi diet yang ditentukan,: mengurangi garam dan
menjaga keseimbangan cairan yang masuk dan keluar.
4 Pasien mampu mengontrol tekanan darah secara teratur.
5 Pasien dan keluarga segera melapor bila ada tanda-tanda ketidak seimbangan
cairan yang keluar dan masuk,: edema.
BAB III

PENGAMATAN KASUS

Ny E, usia 23 tahun masuk dari UGD pada tanggal 3 mei 2005 dengan
diagnosa medis Fatique suspec hipokalemia. Pasien dirawat oleh dr Eddy. Keadaan
saat masuk, keadaan umum sakit berat, lemas, kesadaran compos mentis, terpasang
infus Nacl 0,9% + KaCn 3 mg = Amiparen 4jam/ kolf dan kateter. T D : 130/80
mmHg , N: 88X/mnt, S: 37,50C, P: 32X/ mnt. Pasien sudah dilakukan pemeriksaan
laboratorium, USG. Keluhan saat masuk : 3 hari sakit perut tengah atas, mual, muntah
1x banyak, makan sedikit, sakit kepala dan leher, sakit pinggang, BAK sedikit-sedikit
dan sakit, kedua kaki sakit tidak bisa jalan, badan panas, pasien post partum 3 minggu
yang lalu dengan sectio caesaria ( pre eklamsia )
Saat pengkajian pada tanggal 10 mei 2005 diagnosa medik Glumerulo Nefritis
akut. Keadaan umum tampak sakit sedang, terpasang infus NaCl 0,9% + KCl 25mg +
KaCn 3 mg + Amiparen 4 jam/kolf. Observasi TD:180/130 mmHg, N: 80x/mnt, S: 36
C. P : 20x/mnt.
Pasien mengeluh pusing, badan masih terasa lemas, nafsu makan sedikit dan
mengeluh mual. Pada tanggal 7 mei 2005 sudah dilakukan USG ( Ultra Sono Grafi),
Jenis USG: USG abdomen lengkap. Klinis: ureum dan kreatinin tinggi, LFT tinggi,
Kesan Hepatomegali non spesifik, renal parenchymal desease bilateral, sedikit cairan
bebas di posterior uterus. Hasil pemeriksaan laboratorium tgl 4 mei 2005: Ureum:172
mg/dl, Creatinin: 5,3 mg/dl, Hb: 7,3 g/dL, Ht: 31%, Leukosit: 12.600/μl, Thrombosit:
592000/μl, Erytrosit: 3,8 jt/μl, Segmen: 71%, CCT ( bersihan kreatinin ): 9,8
ml/menit, ion Ca2+: 1,07 mmol/ltr, fosfor: 6,5 mg/dl. Urinalisa: warna kuning agak
keruh, BJ :1.010, pH: 6,5, Protein: positif (+) g/dl, Glucosa: negatif, Keton: negatif,
darah: positif, Billirubin:negatif, Urobilinogen: 3,2, Nitrit: negatif, Eel epitel: positif,
Leucosit:5-6/LPB, Erytrosit:5-7/LPB, Silinder kristal: negatif, Bacteri: positif (++).
Terapi obat-obatan yang diberikan yaitu: Digest 1x1 ( AC ), Sotatic 3x1 (AC ),
Sistenol 4x1, Paracetamol, CaCO3 3x1, Nifedipine 10 mg 3x1, KSR 3x1, Catapres
3x75 mg, Injeksi Fladex 3x500 mg, Cefizox 3x1gr, Sefotaxim 3x1gr.
Masalah yang timbul pada pasien ini antara lain: Perubahan Nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh b.d. mual, anorexia, Intoleransi aktivitas b.d. kelemahan tubuh,
Perubahan perfusi jaringan perifer b.d. tekanan pada area perifer, Defisit perawatan
diri b.d. kelemahan fisik.
Intervensi yang diberikan pada pasien ini disesuaikan dengan teori, kondisi
pasien serta fasilitas yang ada. Sampai pada akhirnya pengamatan semua tindakan
pemberian asuhan keperawatan pada pasien semua masalah teratasi dan pasien
dipersiapkan untuk pulang.
Untuk data yang lebih lengkap beserta catatan pelaksanaan asuhan keperawatan
terlampir di halaman berikutnya.
BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

Setelah melakukan pengamatan kasus secara langsung dilapangan dan


membandingkan dengan literatur mengenai Glumerulo Nepritis Akut dan teori yang
kami pelajari, dapat kami temukan beberapa persamaan dan perbedaan, antara lain:
0 Pengkajian.
Pada pengkajian ditemukan persamaan seperti gejala kenaikan tekanan darah,
kelemahan fisik, mual, tidak nafsu makan, proteinuria, Sedangkaan gejala
yang tidak diketemukan pada pasien tersebut adalah hematuria, edema seluruh
tubuh, acites, anuria.
1 Diagnosa
Diagnosa yang didapat pada pasien mempunyai kesamaan daei masalahnya
tapi ada juga yang berbeda dengan teori. Diagnosa yang terdapat pada teori
antara lain: Kelebihan volume cairan b.d. urine output yang menurun,
intoleransi aktivitas b.d. kelelahan, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
b.d. anoreksia, resiko tinggi infeksi b.d mekanisme pertahanan tubuh turun.
Sementara diagnosa yang kami temukan pada kasus yaitu perubahan perfusi
jaringan perifer b.d. tekanan pada area perifer, perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b.d. mual, anoreksia, intoleransi beraktifitas b.d. kelemahan
tubuh, devisit perawatan diri b.d. kelemahan fisik.
2 Rencana Keperawatan
Setelah melihat masalah yang ada pada Ny E, kami melakukan intervensi
keperawatan seperti: Observasi keadaan umum pasien, tanda-tanda vital dan
balance cairan, memberikan latihan aktif dan pasif, memotivasi untuk
menghabiskan porsi makan yang disediakan, membantu pasien dalam
perawatan diri, memberi penyuluhan yang sesuai dengan keadaan pasien, dll.
Apa yang direncanakan pada kasus ini dapat diterapkan dalam keperawatan
dan pasien kooperatif dan dapat bekerjasama dalam proses asuhan
keperawatan.
3 Pelaksanaan
Pada pelaksanaan pasien termasuk yang kooperatif yang bisa dijaka bekerja
sama dalam melaksanakan proses Asuhan Keperawatan.
4 Evaluasi
Setelah melakukan pengamatan dan asuhan keperawatan selama 3 hari.
Semua masalah dapat diatasi,seperti penurunan tekanan darah dari
180/130mmHg menjadi 120/90 mmHg. Pasien mampu melakukan latihaan
aktif dan pasif. Pasien mampu melakukan aktivitas dan perawatan mandiri
seperti: Buang air kecil dan besar, mandi di kamar mandi dengan diawasi oleh
perawat, dan pasien mampu menghabiskan porsi makan yang disediakan dan
pada tanggal 12 mei 2005, pukul 15.00 pasien pulang dengan dijemput oleh
kakak iparnya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah melakukan pengamatan dan pembahasan kasus yang kelompok


lakukan terhadap pasien dengan Glumerulo Nepritis Akut, maka kejompok
dapat mengambil kesimpulan bahwa pada pasien Ny E proses terjadinya
penyakit awalnya disebabkan oleh masalah pre natal yang tidak baik, sehingga
hal tersebut menyebabkan terjadinya pre-eklamsia yang tidak tertangani
dengan baik, sehingga setelah melahirkan pasien menderita GNA.
Tanda dan gejala yang menonjol dari ny E adalah tekanan darah yang
tinggi, proteinuria serta pada saat dilakukan pemeriksaan fisik ketok ginjal
pasien kesakitan baik kiri maupun kanan. Selain itu juga di dapat hasil
laboratorium ureum darah tinggi, Kreatinin tinggi. Pada kasus kami juga
temukan empat masalah keperawatan yang paling menonjol. Rencana dan
pelaksanaan asuhan keperawatan kami lakukan selama 3 hari. Sedangkan
evaluasi kami lakukan 1 hari, karena pasien sudah diperbolehkan pulang.
Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan terhadap kasus kami
maka dapat kami berikan saran-saran yaitu: Bagi wanita yang sedang hamil
sebaiknya melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur, sehingga bila
ditemukan tanda-tanda kehamilan yang tidak normal, misalnya pre eklamsia
maka dapat diketahui secara dini sehingga dapat segera dilakukan tindakan
agar kehamilannya sehat dan aman sehingga bisa mencegah komplikasi yang
akan terjadi.

Anda mungkin juga menyukai