Keperawatan Anak II
Dosen pembimbing:
Disusun oleh:
NIM: 302018082
Tingkat/semester: III/V
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Sindrom nefrotik
1. Definisi
Sindrom nefrotik (SN) adalah sekumpulan manifestasi klinis yang terdiri
dari proteinuria masif ( ≥40 mg/m2 LPB/jam atau > 50 mg/kgBB/24 jam
atau dipstik ≥ 2+), hipoalbuminemia (kurang dari 2,5 g/dl), udem, dan
hiperkolesterolemia >200 mg/dL (Trihono dkk, 2012).
2. Anatomi ginjal
a. Ginjal
Ginjal merupakan organ penting dalam tubuh manusia, karena ginjal
berfungsi mempertahankan homeostatis cairan tubuh supaya selalu
berfungsi dengan baik. Posisi ginjal dalam tubuh terletak di rongga
abdomen, retroperitoneal primer kiri dan kanan vertebralis, serta
dikelilingi oleh lemak dan jaringan ikat dibelakang peritoneum. Batas atas
ginjal kiri setinggi iga ke-11, ginjal kanan setinggi iga ke-12, batas bawah
ginjal kiri setinggi vertebra lumbalis ke-3. Tiap-tiap ginjal mempunyai
panjang 11,25 cm, lebar 5-7 cm, tebal 2,5 cm ginjal kiri lebih panjang dari
ginjal kanan, berat ginjal pada laki-laki dewasa 150-170 gram, pada
wanita dewasa 115-115 gram. Ginjal terdiri atas lebih dari satu juta unit
penyaringan individu yang disebut nefron.
b. Ureter
Ureter terletak di posterior dinding abdomen, diluar rongga peritoneum,
yang memasuki kandung kemih dalam sudut miring, lapisan ureter terdiri
dari:
Dinding luar jaringan ikat ( jaringan fibrosa)
Lapisan tengah (otot polos)
Lapisan sebelah dalam (mukosa)
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan peristaltic setiap 5 menit
sekali untuk mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih
(vesika urinaria). Pelvis ginjal (pelvis ureter) bagian ujung atas berbentuk
lebar, membentuk corong, terletak didalam hilus ginjal, dan menerima
kalik mayor. Ureter keluar dari hilus ginjal, berjalan vertical ke bawah
dibelakang peritoneum parietal, dan melekat pada muskulus psoas yang
memisahkan dengan proses transversus vertevra lumbalis.
c. Vesika urinaria (kandung kemih)
1) Lapisan Otot
Lapisan otot kandung kemih terdiri atas otot polos yang tersusun dan
saling berkaitan disebut muskulus destrusor vesikae. Peredaran darah
vesika urinaria berasal dari arteri vesikalis superior dan inferior yang
merupakan cabang dari arteri iliaka interna. Venanya membentuk pelvikus
venosus, vesikalis berhubungan dengan fleksus prostatikus yang
mengalirkan darah ke vena iliaka interna.
2) Pembuluh limfa
Pembuluh limfa kandung kemih mengalirkan cairan limfa kedalam
nodilimfatik iliaka interna dan eksterna.
3) Persarafan
Kandung kemih terdiri dari: Fundus, yaitu bagian yang mengahdap kea
rah belakang dan bawah, bagian ini terpisah dari rectum oleh spatium
rectovesicale yang terisi ole jaringan. Yang kedua korpus, yaitu bagian
antara verteks dan fundus. Dan yang terakhir verteks, bagian yang maju
kearah muka dan berhubungan dengan ligamentum vesika umbilikaslis.
d. Uretra
Urine dikeluarkan melalui uretra. Uretra wanita jauh lebih pendek
daripada uretra pria: hanya 4 cm panjangnya dibandingkan dengan
panjang 20 cm pada pria.
e. Fisiologi Sistem Perkemihan
System perkemihan manusia meliputi penyaringan plasma dan
memindahkan zat dari filtrate dengan kecepatan yang bervariasi,
tergantung ari kebutuhan tubuh. Kelebihan jumlah air dalam tubuh akan
diekskresikan ginjal menjadi urine (kemih) dalam jumlah tertentu. Proses
pembentukan urine meliputi:
1) Proses Filtrasi
Pembentukan urine dimulai dengan filtrasi cairan yang bebas protein dari
kapiler glomerulus ke kapsula bowman. Proses ini terjadi karena
permukaan aferen lebih besar dari permukaan aferen, ehingga terjadi
penyerapan darah. Susunan cairan filtrasi sama seperti susunan plasma
darah, tetapi tidak memiliki protein. Pada proses ini cairan, cairan diubah
oleh reabsorpsi air dan zat terlarut spesifik, atau oleh sekresi zat lain dari
kapiler peritubulus ke dalam tubulus.
2) Proses Absorpsi
Dalam proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar glukosa,
natrium, klorida, fosfat, dan ion bikarbonat. Proses absorpsi menyerap air
dalam jumlah banyak. Kandungan air yang banyak diserap dengan
sempurna adalah zat esensial yang diperlukan, seperti glukosa, NaCl, atau
garam, sedangkan zat yang diserap dalam jumlah kecil antara lain ureum,
fosfat, dan asam urat
3) Proses Augmentasi
Proses ini terjadi dari sebagian tubulus kontorsus distal sampai tubulus
pengumpul. Pada tubulus pengumpul, terjadi penyerapan ion Na+, CI- dan
urea, sehingga terbentuklah urine. Urine yang dibawa ke pelvis renalis lalu
dibawa ke ureter. Dari ureter urine dialirkan menuju vesika urinaria
(kandung kemih) yang merupakan tempat penyimpanan urine sementara.
Ketika kandung kemih sudah penuh, urine dikeluarkan dari tubuh melalui
uretra.
4) Proses Sekresi
Tubulus ginjal dapat menyekresi atau menambah zat-zat ke dalam cairan
filtrasi selama metabolism, membentuk asam dalam jumlah yang besar.
Sel tubuh akan membentuk amoniak yang bersenyawa dengan asam,
kemudian disekresi sebagai ammonium, supaya pH darah dan cairan tubuh
tetap alkalis.
5) Proses berkemih
Ketika kandung kemih terisi banyak urine, maka tekanan kandung kemih
akan semakin tinggi. Hal ini menyebabkan reflex berkemih menjadi
bertambah dan menyebabkan kontraksi otot detrusor menjadi lebih kuat.
Berkemih secara sadar terjadi ketika seseorang mengontraksikan otot-otot
abdomennya yang berakibat meningkatnya tekanan dalam kandung kemih,
sehingga akan mengakibatkan urine ekstra masuk ke kandung kemih, dan
merenggangkan dinding kandung kemih. Hal ini menstimulasi reseptor
untuk regang dan merangsang reflex berkemih.
6) Filtrasi Glomerulus
Kapiler glomerulus bersifat impermeable terhadap protein plasma yang
lebih besar dan permeable terhadap air dan larutan yang lebih kecil seperti
elektrolit, asam amino, glukosa dan sisa nitrogen. Glomerulus mengalami
kenaikan tekanan darah 90mmHg. Kenaikan ini terjadi karena ateriole
aferen yang mengarah ke glomerulus mempunyai diameter yang lebih
besar dan memberikan sedikit tekanan dari kapiler yang lain. Darah
didorong kedalam ruangannya yang lebih kecil, sehingga darah
mendorong air dan pantrikel kecil yang terlarut dalam plasma masuk ke
dalam kapsula bowman. Tekanan darah terhadap dinding pembuluh ini
disebut tekanan hidrostatik (TH). Tiga faktor dalam proses filtrasi dalam
kapsul bowman menggambarkan integrasi yaitu:
a) Tekanan Osmotic (TO).
Tekanan yang dilarutkan air (sebagai pelarut) pada membrane
semipermeable, sebagai usaha untuk menembus molekul yang dapat
melewati membrane semipermeable.
b) Tekanan Hidrostatik (TH). Sekitar 15 mmHg dihasilkan oleh adanya
filtrasi dalam kapsula dan berlawanan dengan tekanan hidrostatik darah.
Filtrasi juga mengeluarkan tekanan osmotic 1-3 mmHg yang berlawanan
dengan osmotic darah.
c) Perbedaan tekanan osmotic plasma dengan cairan dalam kapsula bowman
mencerminkan perbedaan konsentrasi protein. Perbedaan ini menimbulkan
poti-pori kapiler mencegah protein plasma untuk difiltrasi. (Kirnanoro dan
Maryana. 2014)
3. Etiologi
a. Sindrom nefrotik biasanya terjadi akibat dari perjalanan penyakit
glomerular primer dan sekunder. Kelainan primer ini dapat berupa
sindrom nefrotik kelainan minimal, sklerosis segmental fokal,
glomerulonefritis membranoproliferatif, glomerulonefritis
membranosa, nefritis proliferatif mesangium, glomerulonefritis
proliferatif dan nefrosis kongenital.
b. Sindrom nefrotik sekunder berhubungan dengan penyakit yang telah
terdiagnosis dengan jelas yaitu sistemik lupus eritematosus, purpura
anafilaktoid, diabetes mellitus, dan lain-lain. Etiologi sindrom nefrotik
juga tergantung pada usia, dimana bila terjadi pada tiga bulan pertama
kehidupan maka disebut sindrom nefrotik kongenital. Dan setelah 3
bulan – 12 bulan disebut syndrome nefrotik infantile. (Travis, 2002;
Haycock, 2003).
4. Manifestasi klinis
a. Edema
b. Oliguria
c. Proteinuria sedang sampai berat
d. hipoalbuminemia
e. Kreatinin serum pada SN dapat menunjukkan hasil yang rendah,
normal maupun eningkat. Kreatinin serum yang rendah merupakan
akibat hiperfiltrasi pada glomerulus
Selain albumin, banyak protein yang keluar melalui urin seperti
imunoglobulin G (IgG), transferin, apoprotein, lipoprotein lipase,
antitrombin III (ATIII), seruloplasmin, protein pengikat vitamin D
(vitamin D binding protein), 25 OH kolekalsiferol, dan thyroid binding
globulin. Hal ini menyebabkan kadar masing masing protein dalam
serum menuru sehingga terjadi beberapa penyakit seperti anemia
defisiensi besi, pertumbuhan terhambat, osifikasi terlambat, dan
hipotiroidism.
5. patofisiologi
Penurunan hipoalbuminemia
respon imun
Kekurangan
Resiko Kerusakan
volume cairan
integritas kulit
Patofisiologi
Kelainan pokok pada sindrom nefrotik adalah peningkatan permeabilitas
dinding kapiler glomerulus menyebabkan kenaikan filtrasi plasma protein
sehingga terjadi proteinuria dan kemudian menyebabkan
hipoalbuminemia.
Hipoalbuminemia terjadi pada sindrom nefrotik ketika kadar protein yang
hilang pada urin melebihi kemampuan hepar mensintesis albumin.
Resultan hipoalbuminemia menyebabkan rendahnya tekanan onkotik
kapiler yang meningkatkan tekanan hidrostatik kapiler sehingga terbentuk
udem. Sebagaimana diketahui bahwa salah satu fungsi vital dari albumin
adalah sebagai penentu tekanan onkotik. Maka kondisi hipoalbuminemia
ini menyebabkan tekanan onkotik koloid plasma intravaskular menurun.
Sebagai akibatnya, cairan transudat melewati dinding kapiler dari ruang
intravaskular ke ruang interstisial kemudian timbul edema
Dua hipotesis yang menjelaskan keadaan intravaskular pada sindrom
nefrotik yaitu hipotesis underfill dan hipotesis overfill (Gbadegesin dan
Smoyer, 2008):
1. Hipotesis underfill
Hipotesis ini menyebutkan adanya penurunan sirkulasi efektif volume
darah pada sindrom nefrotik. Hal ini didukung dengan ditemukannya
kadar natrium urin yang rendah, dimana sering disebabkan oleh aktivasi
SRAA dengan resultan peningkatan aldosteron dan ekskresi natrium pada
urin. Selanjutnya, supresi atrial natriuretik peptide (ANP) juga
berkontribusi pada rendahnya natrium urin.
2. Hipotesis overfill
Hipotesis ini menyebutkan banyaknya volume intravaskular pada sindrom
nefrotik. Hal ini disebabkan oleh kelainan pada ekskresi natrium dari
tubulus distal yang kemudian menyebabkan supresi SRAA. Reabsorpsi
natrium juga dipertahankan oleh ANP.
6. Perhitungan balance cairan
Input cairan (makan,minum,cairan injeksi, infus, AM, NGT) – output
cairan ( urine, feses, muntah, IWL)
Rumus IWL:
IWL = (30 - usia) x kgBB / 24 jam
IWL = IWL normal + 200 x (suhu sekarang - 36,8 ⁰C) / 24 jam
Kebutuhan cairan anak
A. Pengkajian
1. Identitas neonates
Nama: An. S
Tanggal lahir : 24 April 2020
Usia : 5 bulan
Jenis kelamin ; perempuan
Agama : islam
Suku : sunda
Tanggal masuk : 27 Agustus 2020
Tanggal pengkajian : 28 Agustus 2020
Diagnosa Medis: Sindrome Nefrotik + Selulitis+Diare Akut + Hipoalbuminemia+
Anemia.
2. Identitas orang tua
Nama : Ny. D
Usia: 25 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Agama : islam
B. Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama
Ibu klien mengatakan anaknya mengalami bengkak di kaki.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu klien mengatakan anaknya mengalami bengkak di kaki kanan dan kiri. Bengkak
dirasakan sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Terdapat edema derajat
1(kedalaman 1-3 mm dengan waktu kembali 3 detik) di kaki kanan dan derajat 2
(kedalaman 3-5 mm dengan waktu kembali 5 detik) di kaki kiri. Klien juga
mengalami diare akut disertai demam. Diare dan demam berkurang setelah 1 hari
klien di rawat di RS
3. Riwayat kesehatan dahulu
1. Prenatal
Konsumsi obat selama Tidak Ya, ............................
kehamilan
Adakah ibu jatuh selama Tidak Ya, ............................
hamil
2. Natal
Cara melahirkan Spontan SC Dengan alat
bantu
Penolong persalinan Dokter Bidan Bukan
tenaga kesehatan
3. Postnatal
Kondisi kesehatan bayi BBL (2,8)gram; PB (51)cm
Kelainan kongenital Tidak Ya,
Pengeluaran BAB pertama
Pengeluaran BAB <24jam >24 jam
pertama
4. Penyakit terdahulu Tidak Ya
Jika Ya, bagaimana gejala
dan penanganannya?
Pernah dioperasi TidakYa
Jika Ya, sebutkan waktu dilaksanakan oprasi pemasangan up shunt
dan berapa hari dirawat?
5. Pernah dirawat di RS TidakYa
Jika Ya, sebutkan
penyakitnya dan respon
emosional saat dirawat?
6. Riwayat penggunaan Tidak Ya
obat
Jika Ya, sebutkan nama
dan respon anak terhadap
pemakaian obat?
7. Riwayat alergi √ Tidak Ya
Jika Ya, apakah jenis
alerginya dan bagaimana
penanganannya?
8. Riwayat kecelakaan √Tidak Ya
Jika Ya, jelaskan
I. Riwayat Keluarga
1. Riwayat penyakit keturunan √ Tidak Ya,
2. Riwayat penyakit menular √ Tidak Ya,
C. Pengkajian fisiologis
1. OKSIGENASI
Pengkajian Nyeri
4. SENSASI
6. ELIMINASI
Buang air kecil Frekuensi : 1000cc/24 jm □ oliguri □ disuria
□anuria
□incontinensia □ retensi
Eliminasi urin □ spontan dower kateter □ cistostomi □nefrostomi
Nyeri saat berkemih □ ada tidak
Warna urin kuning jernih □ kuning pekat □ merah
buang air besar Frekuensi: 3x normal □ diare □ konstipasi
Warna feses kuning □ hijau □ merah
Karakteristik feses lembek □ cair □ padat □ berlendir
Anus ada lubang □ tidak berlubang
Hasil laboratorium
7. AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT
E. Fungsi Peran
Pengasuh Ayah Ibu Nenek Orang lain
Dukungan sibling Ada Tidak ada
Dukungan keluarga Ada Tidak ada
lain
F. Interdependensi (ketergantungan)
1. Imunitas Sebelum sakit Selama sakit
Respon _ -
peradangan
(merah/panas)
Sensitifitas - -
(nyeri/suhu)
2. Neurologi
Pernah alami Tidak Ya
kejang
Jika Ya, waktu &
terjadinya kejang?
3. Eliminasi Sebelum sakit Selama sakit
(BAB/BAK)
Frekuensi (waktu) 5-6 x 4x
Konsistensi Kuning jernih Kuning jernih
Kesulitan/nyeri Tidak Tidak
Pemakaian obat Tidak Tidak
Bowel status
Bowel sounds LUQ RUQ LLQ RLQ
:
Present 3 2 1 -
Absent Ada ada ada Tidak
Hyperactive Loud loud loud widely
Hypoactive Soft soft soft low
4. Aktivitas / Sebelum sakit Selama sakit
istirahat
Lama tidur Siang (<2-3 jam; >3 jam) Siang (<2-3 jam; >3 jam)
Malam(<6-7 jam; >7 jam) Malam(<6-7 jam; >7 jam)
Kebiasaan sebelum Menetek ke ibu Menetek ke ibu
tidur
Kesulitan tidur Tidak ada Ada
Alat bantu aktifitas Tidak ada Tidak ada
Kesulitan Tidak ada Ada, terpasang infus di kaki
pergerakan dan tangan
5. Cairan & Sebelum sakit Selama sakit
elektrolit
Frekuensi minum adlib adlib
Cara pemenuhan ASI ASI
G. Pemeriksaan kecemasan
H.Item
N yg dinilai Penilaian Skoring
o 0 1 2 3 4
H. Pemeriksaan Perkembangan
Umur Sosial Motorik halus Motorik kasar
2 bulan senyum mengikuti gerak mengangkat kepala
45 dari perut
4 bulan v senyum v menggenggam v membalikan badan
6 bulan menggapai memindahkan duduk
mainan benda dari tangan satu
ke tangan lain
9 bulan bermain ciluk ba mengambil benda berdiri
dengan ibu jari dan
telunjuk
12 bulan minum dgn menjumput benda berjalan
cangkir dengan 5 jari
18 bulan menggunakan mencoret-coret Anak dapat berdiri
sendok kertas sendiri tanpa
berpegangan selama
30 detik
Eritrosit 3
Leukosit 3
Epithel 8
Bakteri Negatif Negatif Normal
Kristal Negatif Negatif Normal
Silinder Negatif Negatif Normal
J. Terapi farmakologi
Nama Obat Fungsi Rute
Ampisilin obat antibiotik yang digunakan untuk IV
Sulbactam mengatasi infeksi bakteri
4x250 mg IV
KCL Pelvis 75 obat suplemen untuk mengatasi atau Oral
mg Oral mencegah hipokalemia (kekurangan
kalium). Berfungsi untuk
mempertahankan volume dan
keseimbangan cairan dan elektrolit
Prednison Prednison adalah obat untuk Oral
5 mg Oral mengurangi peradangan pada alergi,
penyakit autoimun, penyakit persendian
dan otot, serta penyakit kulit.
Paracetamol Menurunkan demam dan pereda nyeri Oral
Sirup
½ sendok teh jika
suhu>38oC
Albumin 20% Mengatasi kekurangan albumin IV
1 gr/kg BB
30 cc dalam 4 jam
IV
Furosemide Furosemide adalah obat golongan IV
6 mg IV diuretik yang bermanfaat untuk
mengeluarkan kelebihan cairan dari
dalam tubuh melalui urine
K. Diagnosa Keeperawatan
2 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Pencegahan infeksi 1. Agar mengetahui apakah
keperawatan 2 x 24 jam 1. Observasi klien mengalami infeksi
resiko infeksi terkontrol - Monitor tanda gejala infeksi berulang dengan ditandai
dengan kriteria hasil: seperti adanya demam oleh demam
- Dapat 2. Terapeutik 2. Untuk meminimalisir
mengidentifikasi - Cuci tangan sebelum dan resiko terjadinya infeksi
tanda gejala infeksi sesudah kontak dengan 3. Untuk mengganti cairan
- Tidak terjadi pasien dan dari lingkungan yang hilang akibat diare
demam berulang pasien yang dialami sebelumnya
pada klien 3. pemberian NaCl (10 TPM 4. Agar orang tua
- Tidak terjadi diare Makro) mengetahui tanda dari
berulang pada klien 5. Edukasi adanya infeksi pada anak
- Jelaskan tanda gejala 5. Agar orang tua
infeksi pada keluarga mengetahui salah satu
- Ajarkan cuci tangan yang pencegahan infeksi
benar seperti diare yang
- Jelaskan tentang pentingnya dialami oleh klien adalah
ASI dengan pemberian ASI
6. Kolaborasi ekslusif
- Kolaborasi pemeberian 6. Untuk mengurangi
Ampisilin Sulbactam 4x250 bakteri yang
mg IV menyebabkan infeksi
- Kolaborasi pemberian pada anak
Paracetamol Sirup ½ 7. Agar demam klien
sendok teh jika suhu>38oC berkurang
Nilawati, G. A. P. (2016). Profil sindrom nefrotik pada ruang perawatan anak RSUP
Sanglah Denpasar. Sari Pediatri, 14(4), 269-72.
Alatas, H., Tambunan, T., Trihono, P. P., & Pardede, S. O. (2012). Konsensus tata
laksana sindrom nefrotik idiopatik pada anak. Jakarta: UKK Nefrologi IDAI, 1-17.
Brunner & Suddarth. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12
volume 1. Jakarta : EGC.
Albar, H. (2016). Tata laksana Sindrom Nefrotik Kelainan Minimal pada Anak. Sari
Pediatri, 8(1), 60-8.
Trihono, P. P., Alatas, H., Tambunan, T., & Pardede, S. O. (2004). Tata laksana
sindrom nefrotik idiopatik pada anak. Pendidikan kedokteran berkelanjutan Ilmu
Kesehatan Anak XLVI: Current management of pediatrics problems, 5-6.