Jepang
Jepang
1. "Shusin koyo" yang berarti mempekerjakan karyawan seumur hidup (lifetime employment),
dimana kesuksesan sistem ini tergantung dari sifat pribadi yang bersangkutan (seperti loyalitas).
2. "Nenko" yang berarti promosi dan gaji berdasarkan tingkat senioritas. Di Jepang, karyawan
dengan tingkat pendidikan; masa kerja; dan prestasi berbeda akan mendapat gaji yang sama. Mungkin
dipandang tidak adil, namun bagi mereka yang berbakat pasti disediakan tugas dan posisi khusus.
3. Pelatihan dan pengembangan, yang dilakukan terus-menerus sepanjang perjalanan karier.
Melalui hal ini, diharapkan tiap karyawan mampu mengerjakan semua pekerjaan perusahaan. Jepang
menerapkan sistem pelatihan in house (mengundang ahli-ahli universitas dan lembaga pendidikan
sebagai pembicara), sistem ini membuat program pengembangannya semakin terkenal seperti
Pengendalian Mutu Terpadu (Total Quality Control); Gugus Kendali Mutu (Quality Control Circle);
dan Just In Time (JIT).
4. Kerja sama kelompok, mampu mengubah mind-set masyarakatnya menganggap lingkungan
sebagai tempat bermasyarakat bukan hanya tempat mencari nafkah. Sikap ini mencerminkan rasa
kebanggaan dan keberhasilan terhadap perusahaan.
5. Konsensus dalam pengambilan keputusan atau disebut "Ringi" (pengambilan keputusan di
perusahaaan berdasarkan persetujuan yang berwenang).
6. "Bottom up approach", dengan menempatkan manajer senior sebagai fasilitator dan manajer
menengah sebagai pendorong.
7. Penilaian karya yang rumit dilakukan berdasarkan sifat kepribadian masing-masing
karyawan.
8. Jaminan sosial, berupa perumahan; tunjangan transportasi; asrama untuk yang belum
berkeluarga; beasiswa untuk anak karyawan dan pinjaman bunga rendah untuk perumahan. Hal ini
sesuai dengan istilah "Keluarga besar" bagi perusahaan di Jepang.
Daftar Pustaka
Sebelum adanya Restorasi Meiji, Jepang dipimpin oleh shogun. Pada masa ini, kekuasaan
ampuh pemerintah menetap di dalam seorang Shogun, yang secara resmi memerintah
negara itu atas nama Kaisar.[9] Shoguns merupakan gubernur militer yang diangkat secara
turun-temurun, yang memiliki pangkat setara dengan generalissimo. Meskipun Kaisar adalah
penguasa penuh yang diangkat oleh Shogun, perannya hanya untuk seremonial dan ia tidak
ambil bagian dalam mengatur negara.[10] Hal ini sering dibandingkan dengan peran Kaisar
saat ini, yang berperan resmi untuk mengangkat seorang Perdana Menteri. [11]
Daftar Pustaka
1. Chaurasla, Radhey Shyam (2003). History of Japan. New Delhi: Atlantic Publishers and
Distributors. hlm. 10. ISBN 9788126902286.
2. ^ Koichi, Mori (December 1979). "The Emperor of Japan: A Historical Study in Religious
Symbolism". Japanese Journal of Religious Studies. 6/4: 535–540.
3. ^ Bob Tadashi, Wakabayashi (1991). "In Name Only: Imperial Sovereignty in Early Modern
Japan". Journal of Japanese Studies. 7 (1): 25–57.
4. ^ Artikel 4 Konstitusi Japan Bagian 1, Konstitusi Japan (1947; bahasa English). Diakses
tanggal 5 September 2015.
Perang Dunia II dan berisi protes terhadap militerisme dan tekanan pada orang-
orang biasa untuk diam. Melalui karya Sakae Tsuboi, bisa mengetahui kondisi
masyarakat pada waktu karya tersebut diterbitkan. Novel ini diterbitkan pada
tahun 1952 dan menjadi best seller di Jepang. Masyarakat Jepang pada masa
Perang Dunia II (1939-1945) ketika itu hidup dengan segala keterbatasan dan
pada saat itu. Sehingga Pemerintah Jepang mengambil beberapa kebijakan selama
masa perang berlangsung, yaitu Pemerintah Jepang saat itu mengontrol ketat
perekonomiannya akibat tekanan ekonomi dari Amerika Serikat, selain itu seluruh
sumber daya barang dan perbekalan yang ada saat itu, hanya diperuntukkan untuk
perang negara baik dengan tenaga maupun materi. Selain itu juga pengawasan
pemerintah yang sangat ketat terhadap rakyatnya agar tidak berani untuk
memberontak.
terjadi selama masa Perang Dunia II. Penulis menggunakan pendekatan sosiologi
sastra dalam menganalisis novel Nijuushi no Hitomi ini. Teori ini menyebutkan
masa itu.
pemerintah yang diterapkan pada masa Perang Dunia II dalam novel Nijuushi no
Hitomi tidak jauh berbeda dari kenyataan yang terjadi pada saat Perang Dunia II
oleh negara karena harus terlibat dalam peperangan tersebut. Sehingga muncul
Daftar Pustaka
Perang Dunia II Dalam Novel Japanese Rose Karya Kimura Rei. Skripsi,
Pendidikan Jepan
U
Ke
si Lembaga pendidikan
las
a
6 1
7 2
8 3
Sekolah dasar (小学校 shōgakkō)
9 4
10 5
11 6
12 7
Sekolah menengah pertama (中学
13 8
校 chūgakkō)
14 9
15 10 Sekolah menengah
atas (高等学校 kōtōg Sekolah
16 11
akkō) disingkat kōkō teknik/politeknik (高
17 12 (高校) 等専門学校 kōtō
senmongakkō) disingka
18 Universitas (大学 dai t kōsen (高専)
gaku) (strata 1: 4
19
tahun)
20
Akademi (短期大
学 tanki
21
daigaku) (strata 1: 2
tahun)
Pendidikan anak usia dini memang tidak termasuk dalam pendidikan yang diwajibkan, tetapi
pemerintah menyediakan sekolah TK atau yg disebut dengan Youchien. Selain itu juga ada
Hoikuen (day care). Perbedaan antara Youchien dan Hoikuen hanya terletak pada jam
belajarnya. Youchien hanya dari pukul 8;50-13;30, sedangkan Hoikuen dimulai sejak pukul
07:00-19:00. Hoikuen memang diperuntukkan untuk anak-anak yang orang tuanya bekerja
dan tidak ada yang bisa menjaganya. Oleh karena itu, salah satu syarat mendaftarkan ke
sekolah ini adalah surat keterangan bahwa kedua orang tua bekerja.
Daftar Pustaka
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_di_Jepang#:~:text=Pendidikan%20di%20Jepang
%20mencakup%20pendidikan,6%20tahun%20hingga%2015%20tahun.&text=Sekolah%20swasta
%20(%E5%B8%82%E7%AB%8B%E5%AD%A6%E6%A0%A1%20shiritsu%20gakk%C5%8D)
%20diselenggarakan%20oleh%20badan%20hukum. Diakses Tanggal 26 September 2021.
Tiongkok
Republik Tiongkok (ROC) sendiri bermula di Tiongkok Daratan, setelah penggulingan pemerintahan
Dinasti Qing pada tahun 1912 menandakan berakhirnya 2.000 tahun masa pemerintahan kekaisaran.
Kemunculannya di Tiongkok Daratan adalah secara kemunculan panglima perang (war lords),
Pendudukan Jepang, dan perang saudara. Pemerintahannya di tanah besar tamat pada tahun 1949
saat Partai Komunis Tiongkok menggulingkan pemerintahan Partai Nasionalis Tiongkok (juga dikenal
sebagai Kuomintang). Lihat Republik Tiongkok (1912-1949)
Pemerintah Republik Tiongkok pindah ke Pulau Taiwan dan mendirikan ibu kota sementaranya di
Taipei di mana ia terus menganggap dirinya sebagai satu-satunya pemerintah seluruh Tiongkok,
termasuk tanah daratan, yang sah. Pada masa yang sama, Komunis di tanah daratan (mainland)
menafikan kemunculan Republik Rakyat Tiongkok dan mendakwa menjadi negara pengganti
Republik Tiongkok di seluruh negara Tiongkok (termasuk Taiwan) dan pemerintahan nasionalis di
Taiwan tidak sah. Dari pendiriannya hingga pemindahannya ke pulau Taiwan, Republik Tiongkok
telah dikatakan sebagai satu produk Kuomintang (KMT)—sebuah partai politik yang muncul sebagai
hasil revolusi yang telah mendirikan Republik, sekalipun partai itu tidak lagi memerintah di Republik
Tiongkok.
Manajemen Tiongkok
Sebab itu penekanan ajaran Kong Hu Cu adalah pada wewenang ayah sebagai
kepala keluarga, dan ketertiban serta keharmonisan dalam keluarga. Berbakti
terhadap orang tua dan setia kepada keluarga adalah suatu keharusan. Sejak kecil
orang Tiongkok diajarkan kepatuhan moral, perlunya berkompromi, menegndalikan
diri, memiliki rasa tanggung jawab, berterima kasih pada orang tua, serata
menghormati mereka yang lebih senior.
Setiap prinsip Fan Li dirumuskan dalam dua frasa yang berlawanan: positif dan
negatif. Penyajian gaya positif negatif ini melambangkan dasar falsafah
yang yang (positif/terang) dan yin (negatif/gelap). Prinsip-prinsip tersebut
dicantumkan pada kalender-kalender, hiasan-hiasan rumah, dan bahkan dalam buku-
buku agenda bisnis. Secara bebas ke-16 prinsip tersebut diterjemahkan sebagai
berikut:
1. Rajin dan tekun berusaha. Kemalasan berakibat petaka.
2. Hemat dalam pengeluaran. Ketidaksabaran menggerogoti modal.
3. Ramah kepada setiap orang. Ketidaksabaran mendatangkan kerugian.
4. Jangan menyia-nyiakan kesempatan. Penundaan menghilangkan peluang.
5. Lugas dalam transaksi. Keraguan membawa pertikaian.
6. Berhati-hati dalam memberi kredit. Kemurahan hati yang berlebihan memboroskan modal.
7. Periksa semua account dengan cermat. Kelalaian menghambat rezeki
8. Bedakan yang baik dari yang jahat. Ketidakpedulian melumpuhkan usaha.
9. Kendalikan sediaan dengan sistematis. Kecerobohan menciptakan kekacauan.
DAFTAR PUSTAKA