Anda di halaman 1dari 17

(CRYPTO

 COMMODITY)
ASET  DIGITAL  DI  DUNIA
Pada 01 Februari 2018, market cap seluruh Aset Digital menyentuh angka 520 milyar USD.

Jumlah Aset Digital yang beredar saat ini adalah 1508 kripto, dengan Bitcoin, Ethereum
Ripple, Bitcoin Cash dan Cardano menduduki lima peringkat teratas berdasarkan jumlah
market cap. Harga dibentuk oleh market berdasarkan hukum permintaan dan penawaran.

Data dapat diakses di: www.coinmarketcap.com


TEKNOLOGI  KRIPTO  &  TEKNOLOGI BLOCKCHAIN
Teknologi Kripto adalah inovasi teknologi untuk
mengamankan komunikasi antar kedua belah
pihak agar pihak ketiga tidak dapat mengganggu
kerahasian dan integritas dari data yang dikirim.

Teknologi Kripto kemudian disempurnakan


dengan Teknologi Blockchain yang
menghubungkan antar server secara
terdesentralisasi secara peer to peer membentuk
sebuah buku besar transaksi (ledger) dengan
menggunakan teknologi kripto sebagai cara
memverfikasi

Setelah transaksi dicatat, ledger tidak akan dapat


diubah tanpa persetujuan mayoritas server
dalam jaringan. Blockchain terdiri dari
Blockchain Public dan Blockchain Private,
sebagaimana halnya Internet dan Intranet.
BITCOIN  MENURUT  PARA  AHLI
• Goldman  Sachs  (2014):  Bitcoin  dapat  dipandang  sebagai  currency,  aset  keuangan,  atau  komoditi.

• Golumbia  (2016):  Bitcoin  berkembang  pesat  setelah  krisis  pasar  modal  tahun  2007-­‐2008  yang  memicu  
krisis  kepercayaan  pada  Pemerintah  dan  lembaga  keuangan  dalam  mengelola  sistem  fiat  money.

• Srokosz  dan  Kopyscianski  (2015)  perlakuan  hukum  bagi  Bitcoin  di  setiap  negara  ditentukan  dengan  sistem  hukum  yang  
dianut  (common  law  atau  civil  law).  Di  Amerika  Serikat,  Bitcoin  dipandang  sebagai  mata  uang  publik  dalam  satu  grup,  
sehingga  diklasifikasikan  sebagai  alat  pembayaran  yang  sah.  Di  Eropa dengan  sistem  hukum  civil  law,  Bitcoin  
diklasifikasikan  sebagai  hak  milik  pribadi  seperti  surat  berharga,  sehingga  tidak  diakui  sebagai  alat  pembayaran  yg sah.

• Baur  et al. (2017):  User memperlakukan  Bitcoin sebagai  instrumen  investasi  sehingga  tidak  berdampak  
pada  risiko  moneter  dan  stabilitas  ekonomi.

[1] Goldman Sachs (2014) All About Bitcoin, in Top of Mind I Global Macro Research.
[2] Golumbia, David (2016) Politics of Bitcoin: Software as Right-­‐Wing Extremism. University of Minnesota Press.
[3] Srokosz, Witold, and Tomasz Kopyscianski (2015) Legal and Economic Analysis of the Cryptocurrencies Impact on the Financial System Stability, Journal of Teaching and
Education, 4 (2), 619-­‐627.
[4] Baur, Dirk G, Kihoon Hong, and Adrian D. Lee (2017) Bitcoin: Medium of Exchange or Speculative Assets? Available at SSRN: https://ssrn.com/abstract=2561183
PENAMBANGAN  DIGITAL  ASSET  
Proses  Mendapatkan  &  Verifikasi  Transaksi  Berjalan  Otomatis
Para “Penambang” menghasilkan Kripto dengan
menggunakan perangkat komputer untuk
menjalankan sebuah program algoritma otomatis
yang bertujuan untuk melakukan verifikasi
terhadap transaksi yang terjadi di dunia Kripto.

Penambang mendapatkan token kripto yang


diterbitkan oleh algoritma tersebut sebagai
pengganti biaya listrik yang dikeluarkan untuk
menjalankan server.

Kripto yang didapatkan dapat ditransaksikan atau


diperdagangkan dengan pengguna lain secara
peer-­‐to-­‐peer.

Harga penentuan Kripto yang didapatkan


berdasarkan kesepakatan penjual dan pembeli
Sudut pandang Aset Digital terbagi menjadi tiga, yaitu:
MATA  UANG,  EFEK  DAN  KOMODITAS  
Aset Digital perlu digolongkan menjadi salah satu dari ketiga jenis tersebut.
UANG  KRIPTO
Apakah uang Kripto dapat digunakan sebagai alat
pembayaran dan alat untuk memperjualbelikan barang
dan jasa di Indonesia?

UU No.7 Tahun 2011 tentang Mata Uang menyatakan


bahwa setiap orang wajib menggunakan dan
menerima mata uang Rupiah dalam bentuk kertas dan
logam sebagai alat pembayaran yang sah di Indonesia.

Sanksi Pidana pelanggaran adalah pidana kurungan


paling lama 1 (satu) tahun dan pidana denda paling
banyak Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

Kesimpulan : Uang Kripto atau Virtual Currency


memiliki dasar hukum untuk dilarang penggunaannya
sebagai alat pembayaran dalam wilayah hukum
Indonesia.
EFEK  ATAU  SEKURITAS KRIPTO
Apakah Kripto dapat dianggap sebagai EFEK/Sekuritas atau instrumen
investasi di Indonesia?

UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal mendefinisikan Efek sebagai surat
berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham,
obligas, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak
berjangka atas Efek, dan setiap derivatif dari Efek.

UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas bahwa Pemegang efek


saham memiliki hak suara dalam RUPS dan berhak atas dividen.

UU No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU menyatakan Pemegang


efek surat utang atau komersial merupakan kreditur yang dapat mengajukan
permohonan pailit bagi debitur kepada Ketua Pengadilan.

Pemilik produk kripto tidak memiliki hak suara dan hak dividen serta tidak
dapat mempailitkan para penambang kripto.

Kesimpulan : Kripto apabila dianggap Efek atau Sekuritas, maka belum ada
landasan Undang-­‐Undang sebagai payung hukum.
KOMODITI  ATAU  ASET  KRIPTO
Apakah Kripto dapat dianggap sebagai Komoditas atau Digital Aset di
Indonesia?

UU No. 10 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas UU No. 32 Tahun 1997


tentang Perdagangan Berjangka Komoditi: Komoditi adalah semua
barang, jasa, hak dan kepentingan lainnya, dan setiap derivatif dari
Komoditi, yang dapat diperdagangkan dan menjadi subjek Kontrak
Berjangka, Kontrak Deriviatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya.

UU No. 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan: Perdagangan adalah


tatanan kegiatan terkait transaksi Barang dan/atau Jasa (...)
Barang adalah setiap benda, baik berwujud maupun tidak berwujud (...)
Perdagangan melalui Sistem Elektronik adalah Perdagangan yang
transaksinya dilakukan melalui serangkaian perangkat dan prosedur
elektronik.

Kesimpulan: Produk kripto sebagai komoditas barang tidak berwujud


yang dapat diperdagangkan telah memiliki landasan UU sebagai
payung hukum untuk diperdagangkan melalui sistem elektronik.
PENGATURAN  BERDASARKAN  PEMBAGIAN   3 TIPE  KRIPTO  untuk  G7  dan  Lainnya
KRIPTO DIANGGAP SEBAGAI
NEGARA
Mata Uang Virtual Sekuritas Komoditi
Amerika Serikat ✓ Tidak diketahui ✓
Kanada Tidak diketahui ✓ ✓
Inggris Sedang didiskusikan Tidak diketahui ✓
Perancis Sedang didiskusikan ✓ Tidak diketahui
Jerman Tidak diketahui Tidak diketahui ✓
Jepang ✓ Tidak diketahui ✓
Italia ✓ Tidak diketahui ✓
Australia ✓ Tidak diketahui Tidak diketahui
Swedia Menunggu hasil rapat G20 Sedang didiskusikan Menunggu hasil rapat G20
Swiss ✓ ✓ Tidak diketahui
Belanda Sedang didiskusikan Tidak diketahui ✓

ECB (2015): Virtual currency tidak diakui sebagai legal tender di dalam wilayah Eropa, tetapi dapat diterima sebagai pembayaran jika dikehendaki.
Baille (2016): Bank Sentral Eropa mewajibkan database yang berisi identitas asli dari pengguna Bitcoin termasuk alamat dari virtual wallet Bitcoin.
PENGATURAN  BERDASARKAN  PEMBAGIAN   3 TIPE  KRIPTO  untuk  ASEAN
KRIPTO DIANGGAP SEBAGAI
NEGARA
Mata Uang Virtual Sekuritas Komoditi
Malaysia Sedang didiskusikan - YES Sedang didiskusikan - YES Tidak diketahui
Filipina Sedang didiskusikan - YES Sedang didiskusikan - YES YES
Singapura Sedang didiskusikan - YES NO YES
Indonesia NO Sedang didiskusikan - NO Sedang didiskusikan - YES
Thailand Sedang didiskusikan- YES Sedang didiskusikan - NO Sedang didiskusikan - YES
Brunei Sedang didiskusikan - NO Tidak diketahui Tidak diketahui
Vietnam NO Tidak diketahui Tidak diketahui
Myanmar Tidak diketahui Tidak diketahui Tidak diketahui
Kamboja Tidak diketahui Tidak diketahui Tidak diketahui
Laos Tidak diketahui Tidak diketahui Tidak diketahui

Sumber: https://coin.dance/poli dan berbagai sumber lainnya


LANDASAN  TEORI
Kami menggunakan Amerika Serikat (AS) sebagai perbandingan untuk studi kasus ini karena terbukti
berhasil dalam menerapkan regulasi dan memberikan status legal pada aset digital sebagai komoditas.

AS berhasil menjaga pertumbuhan ekosistem Aset Digital di negaranya sekaligus terhindar dari
penggunaan Aset Digital secara illegal seperti untuk pencucian uang atau pendanaan terorisme dengan
cara mendata seluruh transaksi yang dilakukan penduduknya.
BAHAN  PERTIMBANGAN  UNTUK  ATUR  ASET  DIGITAL

Aturan  hukum  
Aturan  Pemerintah  AS  yang  dapat  dijadikan  rujukan  dalam  mengatur   yang  bisa  
Aset  Digital digunakan  di  
Indonesia

The  Financial   Undang-­‐Undang  


Tax  Increase  
IRS  Notice   Crimes   Republik  Indonesia  
Prevention  and   Electronic  Fund  
Enforcement   Nomor  10  Tahun  
2014-­‐21 Reconciliation  
Network  
Transfer  Act 2011  Perdagangan  
Act  of  2005 Berjangka  Komoditi
(FinCEN)
MANFAAT  KOMODITAS  KRIPTO
Meningkatkan efisiensi,  efektifitas dan kapasitas produksi di  dalam negeri dalam
Era  Revolusi  Industri  4.0

Berpotensi  mempercepat  dan  meningkatkan  volume  perdagangan  sektor  


UMKM  melalui  E-­‐Commerce Global

Meningkatkan  potensi  penerimaan  pajak

Meningkatkan  kemampuan  otoritas  Negara  dalam  memonitor  transaksi  


pidana  pencucian  uang  dan  pendanaan  terorisme  (pseudonymous)

Meminimalisir  Economic  Deadweight  Loss


PENDEKATAN  PENARIKAN  PAJAK  DARI  
PERDAGANGAN  ASET  DIGITAL
• Opsi 1 : Mendeklarasikan sendiri capital-­‐gain yang didapat sesuai dengan tarif penghasilan setiap orang.
Cara ini memiliki kelemahan dalam segi pengawasan dan tingginya frekuensi jual dan beli digital asset
dalam sehari sehingga dirasa tidak efektif dalam hal penegakkannya.

• Opsi 2: Membuat pengaturan pajak final dari transaksi perdagangan digital asset sebagaimana di dalam
transaksi jual dan beli saham, dimana pajak dipungut langsung oleh industri sehingga lebih mudah dalam
melakukan pengawasan.

• Simulasi pendapatan pajak terhadap perdagangan aset digital: Perdagangan kripto di Indonesia
mencapai 1 Trilyun rupiah perhari per industri, apabila mengikuti tarif pajak bursa efek sebesar 0.1%
untuk setiap transaksi jual, maka ada potensi pendapatan pajak tambahan bagi negara sebesar 1 Milyar
rupiah per harinya atau total 365 Milyar rupiah dari setiap industri ditambah pajak penghasilan korporasi
PENTINGNYA  REGULASI  DALAM  NEGERI
UNTUK  MITIGASI  RESIKO
• Protokol Blockchain sangat aman tetapi Industri Digital Aset Exchange dan Digital Aset Wallet mempunyai
risiko dari serangan cyber attack sehingga perlu dibuat Standardisasi Industri dalam segi keamanan untuk
memastikan setiap industri dalam negeri menerapkan standar keamanan tinggi

• Penerapan standarisasi KYC dan AML dalam Industri Digital Aset Exchange akan membantu mitigasi untuk
mengatasi Money Laundry dan transaksi kriminal menggunakan crypto sehingga transaksi dapat terlacak
menggunakan protokol blockchain dan teridentifikasi melalui data yang dimiliki Digital Aset Exchange

• Penerapan regulasi untuk memonitor transaksi di Industri Digital Aset Exchange juga akan membantu
memastikan proses pembentukan harga di Exchange bebas dari pembentukan harga artifisial dan
Exchange dapat dipastikan bertindak netral dalam proses pembentukan harga.
STUDI  KASUS
PENGATURAN  INDUSTRI  DIGITAL  ASET
Industri yang  terlibat di  dalam Digital  Asset  dapat dibagi menjadi 3:  Exchange,  Wallet  dan Korporasi Miner.  
Setiap industri memiliki resiko cukup besar apabila tidak diregulasi /  tidak distandarisasi dengan benar.  

Exchange berfungsi sebagai penengah antara pembeli dan penjual digital  asset  
Wallet berfungsi sebagai layanan penyimpan digital  asset
Korporasi Miner berfungsi seperti datacenter  untuk membantu masyarakat yang  mau menyewa mesin miner  digital  asset  

Ø Standarisasi Manajemen dan Keamanan


Contoh :  Mtgox Exchange  (exchange)  kerugian $460million  -­‐ Jepang ,  NiceHash (miner)  kerugian $63million  – Slovenia,
BlackWallet (wallet)  kerugian $400k  

Ø Manajemen Kustodian Aset Digital


Contoh :  Coincheck (exchange)  kerugian $500million  – Jepang

Ø Pelaporan Data  Transaksi dan KYC/AML


Contoh :  BTC-­‐e  (Exchange)  ditutup oleh FBI  karena tidak melakukan identifikasi pelanggan (KYC/AML)

Anda mungkin juga menyukai