Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN
HIPERKOLESTEROLEMIA

1. Latar Belakang
Kebanyakan masyarakat saat ini lebih memilih makanan cepat saji yang
sebenarnya makanan tersebut kurang baik untuk kesehatan, karena banyak
mengandung lemak dengan sedikit serat. Disamping itu, cara hidup yang sibuk
menyebabkan tidak adanya kesempatan untuk melakukan aktifitas fisik yaitu
berolahraga. Salah satu perubahan pada pola hidup  yang seperti ini mengakibatkan
gangguan metabolisme dalam tubuh misalnya hiperlipidemia.
Hiperlipidemia adalah suatu penyakit yang mengakibatkan kadar lemak
(kolesterol, trigliserida, atau keduanya) dalam darah meningka sebagai manivestasi
kelainan metabolisme atau transportasi lemak/lipid. Lipid atau lemak adalah zat yang
kaya akan energi, yang berfungsi sebagai sumber utama dalam proses metabolisme.
Lemak (disebut juga lipid) adalah zat yang kaya energi, yang berfungsi sebagai
sumber energi utama untuk proses metabolisme tubuh. Lemak diperoleh dari makanan
atau dibentuk di dalam tubuh, terutama di hati dan bisa disimpan di dalam sel-sel
lemak untuk digunakan di kemudian hari. Sel-sel lemak juga melindungi tubuh dari
dingin dan membantu melindungi tubuh terhadap cedera. Lemak merupakan
komponen penting dari selaput sel, selubung saraf yang membungkus sel-sel saraf
serta empedu. 

2. Tujuan Percobaan
a. Mengetahui cara mengonversi dosis bebrapa obat hipokolesterolemia manusia ke
dosis pada marmut
b. Membuat sediaan suspensi obat hipokolesterolemia oral yang sesuai dengan
hewan coba marmut digunakan
c. Melakukan induksi untuk menaikkan kadar kolesteril darah hewan
d. Mengukur kadar kolesterol darah marmut dengan menggunakan kolesterol kit
e. Menganalisa perbedaan penurunan kadar kolesterol darah marmut antar pelakuan
3. Prinsip percobaan
Adapun prinsip percobaan yaitu penentuan efek antihiperlipidemik obat
golongan penghambat HMG KoA reduktase yaitu simvastatin dan obat golongan
fibrate yaitu gemfibrozil pada hewan coba Marmut dengan mengukur kadar kolestron
pada stelah pemerian selama 8 jam.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum
Hiperlipidemia adalah peningkatan salah satu atau lebih kolesterol,kolesterol
ester, fosfolipid atau trigliserid. Hiperlipidemia merupakan penyakit yang dapat
bersifat primer atau sekunder, tergantung penyebabnya. Hiperlipidemia primer
berasal dari kelainan gen tunggal yang diwarisi atau lebih sering, disebabkan
kombinasi faktor genetik lingkungan. Hiperlipidemia sekunder merupakan penyakit
metabolik yang lebih umum seperti diabetes mellitus, asupan alkohol yang
berlebihan, hipotiroidisme, atau sirosis biliar primer (Mycek, 2001)
Secara tradisional, hiperlipidemia didefinisikan sebagai kadar kolsterol atau
trigliserida plasma pada 5 % bagian atas populasi masyarakat, setelah disesuaikan
dengan umur dan jenis kelamin. Karena data menujukkan bahwa penurunan kadar
kolesterol darah membantu mencegah CAD, suatu panel konsensus NIH telah
menganjurkan kriteria baru  untuk diagnosis (Jay, 2001).
Diagnosisnya antara lain:
Profil protein puasa (12-15 jam) harus diukur dari serum untuk menetapkan
kadar dari kolesterol total, LDL, HDL, dan trigliserida. Pemeriksaan rutin
seharusnya dilakukan pada orang dengan usia >20 tahun. Minimal 5 tahun sekali.
(Priyanto, 2009)
Klasifikasi Hiperlipidemia (Priyanto, 2009)
1. Hiperlipidemia primer
Banyak disebabkan oleh karena kelainan genetik. Hiperlipidemia primer
(hiperlipoproteinemia) adalah kadar kolseterol dan trigliserida yang sangat
tinggi, yang sifatnya diturunkan. Hiperlipidemia primer mempengaruhi system
tubuh dalam fungsi metabolisme dan membuang lemak. Pada umumnya tidak
ada keluhan, kecuali pada keadaan yang agak berat tampak adanya xantoma
(penumpukan lemak di bawah jaringan kulit). Terdapat 5 jenis hipe
rlipoproteinemia yang masing-masing memiliki gambaran lemak darah serta
resiko yang berbeda :
a) Hiperlipoproteinemia tipe I
Disebut juga hiperkilomikronemia familial, merupakan penyakit
keturunan yang jarang terjadi dan ditemukan pada saat lahir. Dimana tubuh
penderita tidak mampu membuang kilomikron dari dalam darah. Anak-anak
dan dewasa muda dengan kelainan ini mengalami serangan berulang dari
nyeri perut. Hati dan limpa membesar, pada kulitnya terdapat pertumbuhan
lemak berwarna  kuning pink (xantoma eruptif). Pemeriksaan darah
menunjukkan kadar trigliserida yang sangat tinggi. Penyakit ini tidak
menyebabkan terjadi aterosklerosis tetapi bisa menyebabkan pankreatitis,
yang bisa berakibat fatal Penderita diharuskan menghindari semua jenis
lemak (baik lemah jenuh, lemak tak jenuh maupun lemak tak jenuh ganda).
b) Hiperlipoproteinemia tipe II
Disebut juga hiperkolesterolemia familial, merupakan suatu penyakit
keturunan yang mempercepat terjadinya aterosklerosis dan kematian dini,
biasanya karena serangan jantung. Kadar kolesterol LDLnya tinggi. Endapan
lemak membentuk pertumbuhan xantoma di dalam tendon dan kulit. 1
diantara 6 pria penderita penyakit ini mengalami serangan jantung pada usia
40 tahun dan 2 diantara 3 pria penderita penyakit ini mengalami serangan
jantung pada usia 60 tahun. Penderita wanita juga memiliki resiko, tetapi
terjadinya lebih lambat. 1 dari 2 wanita penderita penyakit ini akan
mengalami serangan jantung pada usia 55 tahun. Orang yang memiliki 2 gen
dari penyakit ini (jarang terjadi) bisa memiliki kadar kolesterol total sampai
500-1200 mg/dL dan seringkali meninggal karena penyakit arteri koroner
pada masa kanak-kanak. Tujuan pengobatan adalah untuk menghindari
faktor resiko, seperti merokok, dan obesitas, serta mengurangi kadar
kolesterol darah dengan mengkonsumsi obat-obatan. Penderita diharuskan
menjalani diet rendah lemak atau tanpa lemak, terutama lemak jenuh dan
kolesterol serta melakukan olah raga secara teratur. Menambahkan bekatul
gandum pada makanan akan membantu mengikat lemak di usus. Seringkali
diperlukan obat penurun lemak.
c) Hiperlipoproteinemia tipe III
Merupakan penyakit keturunan yang jarang terjadi, yang menyebabkan
tingginya kadar kolesterol VLDL dan trigliserida. Pada penderita pria,
tampak pertumbuhan lemak di kulit pada masa dewasa awal. Pada penderita
wanita, pertumbuhan lemak ini baru muncul 10-15 tahun kemudian. Baik
pada pria maupun wanita, jika penderitanya mengalami obesitas, maka
pertumbuhan lemak akan muncul lebih awal. Pada usia pertengahan,
aterosklerosis seringkali menyumbat arteri dan mengurangi aliran darah ke
tungkai. Pemeriksaan darah menunjukkan tingginya kadar kolesterol total
dan trigliserida. Kolesterol terutama terdiri dari VLDL. Penderita seringkali
mengalami diabetes ringan dan peningkatan kadar asam urat dalam darah.
Pengobatannya meliputi pencapaian dan pemeliharaan berat badan ideal serta
mengurangi asupan kolesterol dan lemak jenuh. Biasanya diperlukan obat
penurun kadar lemak. Kadar lemak hampir selalu dapat diturunkan sampai
normal, sehingga memperlambat terjadinya aterosklerosis.
d) Hiperlipoproteinemia tipe IV
Merupakan penyakit umum yang sering menyerang beberapa anggota
keluarga dan menyebabkan tingginya kadar trigliserida. Penyakit ini bisa
meningkatkan resiko terjadinya aterosklerosis. Penderita seringkali
mengalami kelebihan berat badan dan diabetes ringan. Penderita dianjurkan
untuk mengurangi berat badan, mengendalikan diabetes dan menghindari
alkohol. Bisa diberikan obat penurun kadar lemak darah.
e) Hiperlipoproteinemia tipe V
Merupakan penyakit keturunan yang jarang terjadi, dimana tubuh tidak
mampu memetabolisme dan membuang kelebihan trigliserida sebagaimana
mestinya. Selain diturunkan, penyakit ini juga bisa terjadi akibat :
- Penyalahgunaan alcohol
- Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik
- Gagal ginjal
- Makan setelah menjalani puasa selama beberapa waktu.

Jika diturunkan, biasanya penyakit ini muncul pada masa dewasa awal.
Ditemukan sejumlah besar pertumbuhan lemak (xantoma) di kulit,
pembesaran hati dan limpa serta nyeri perut. Biasanya terjadi diabetes ringan
dan peningkatan asam urat. Banyak penderita yang mengalami kelebihan
berat badan. Komplikasi utamanya adalah pankreatitis, yang seringkali
terjadi setelah penderita makan lemak dan bisa berakibat fatal.
Pengobatannya berupa penurunan berat badan, menghindari lemak dalam
makanan dan menghindari alkohol. Bisa diberikan obat penurun kadar
lemak.
2. Hiperlipidemia sekunder
Hiperlipidemia sekunder merupakan gangguan yang disebabkan oleh faktor
tertentu seperti penyakit dan obat-obatan. Beberapa jenis penyakit penyebab
hiperlipidemia :
a) Diabetes mellitus
Penderita NIDDM umumnya akan menyebabkan terjadinya
hipertrigliseridemia. Penyebabnya pada glukosa darah tinggi akan menginduksi
sintesis kolesterol dan glukosa akan dimetabolisme menjadi Acetyl Co A.
Acetyl Co A ini merupakan prekusor utama dalam biosintesis kolesterol.
Sehingga akan menyebabkan produksi VLDL-trigliserida yang berlebihan oleh
hati dan adanya pengurangan proses lipolisis pada lipoprotein yang kaya
trigliserida.
b) Hipotiroidisme
Pengaruh hipotiroidisme pada metabolisme lipoprotein adalah
peningkatan kadar kolesterol-LDL yang diakibatkan oleh penekanan metabolik
pada reseptor LDL, sehingga kadar-LDL akan meningkat antara 180-250
mg/dL. Di samping itu, bila penderita ini menjadi gemuk kaqrena kurangnya
pemakaian energi oleh jaringan perifer, maka kelebihan kalori ini akan
merangsang hati untuk meningkatkan produksi VLDL-trigliserida dan
menyebabakan peningkatan kadar trigliserida juga.
c) Sindrom nefrotik
Sindrom nefrotik akan menyebabkan terjadinya hiperkolesterolemia. Hal
ini diakibatkan oleh adanya hipoalbuminemia yang akan merangsang hati untuk
memproduksi lipoprotein berlebih.
d) Gangguan hati
Sirosis empedu primer dan obstruksi empedu ekstra hepatik dapat
menyebabakan hiperkolesterolemia dan peningkatan kadar fosfolipid plasma
yang berhubungan dengan abnormalitas lipoprotein, kerusakan hati yang parah
dapat menyebabakan penurunan kadar kolesterol dan trigliserida. Hepatitis akut
juga dapat menyebabkan kenaikan kadar VLDL dan kerusakan formasi LCAT.
e) Obesitas
Pada orang yang obesitas, karena kurangnya pemakaian energi oleh
jaringan perifer akan meyebabkan kelebihan kalori yang dapat merangsang hati
untuk menungkatkan produksi VLDL-trigliserida dan peningkatan trigliserida.
f) Obat-obatan
Misalnya diuretic, beta bloker, kontrasepsi oral, kortikosteroid,
siklosporin, dan obat-obatan yang menginduksi enzim microsomal hati.
Mekanisme kerja obat ini dapat menaikkan LDL/HDL/ trigliserida.
- Sekuestran asam empedu. 
Ini adalah obat pilihan terapi untuk terapi hiperkolesteolemia karena
efektif dan bebas dari efek samping sistemik. Sekruesteran mengikat asam
empedu dalam lumen usus sehingga mengganggu sirkulasi enterophatik. Hal
ini menyebabkan  lebih banyak pengubahan kolesterol menjadi asam empedu
(Jay, 2001).
Resin-resin pengikat empedu (kolestiramin, kolestipol dan
kolesevelam) adalah resin-resin penukar anion yang mengikat asam empedu
bermuatan negative dalam usus halus. Resin-resin ini tidak diabsorpsi dan
tidak dimetabolisme. Kompleks resinasam empedu diekskresi dalam tinja
(gambar 15.1). Tubuh mengompensasi pengurangan asam empedu dengan
mengubah kolestrol menjadi asam empedu sehingga secara efektif
menurunkan kadar kolestrol. Karena mekansime kerja ini, seharusnya
tampak masuk akal bagi anda bahwa resin-resin ini dapat juga memengaruhi
absorpsi obat-obat lain dan vitamin-vitamin larut lemak. Suatu obat baru,
ezetimib, menghambat absorpsi kolestrol makanan dan kolestrol biliar dari
usus halus tanpa bekerja melalui asam empedu. Obat ini tidak memengaruhi
absorpsi triglisrida (Janet, 2008).
Efek samping terutama adalah gastrointestinal, kejang perut, mual
kembung, bersendawa,   konstipasi. Obat ini adalah resin penukar anion, 
yang dapat mengganggu absorbsi berbagai jenis obat seperti warfarin,
digoksin, tiroksin, dan tiazid (Jay, 2001).
- Asam nikotinat (niasin)
Vitamin B ini adalah terapi yang efekif untuk peningkatan LDL dan
VLDL. Penurunan kolesterol total dan kolesterol LDL serta trigliserida
sebesar 25% dapat terlihat. Peningkatan sedang juga terjadi. Asam nikotinat
bekerja dengan menghambat lipopisis jaringan adiposis, sehingga
menyebabkan berkurangnya ketersediaan asam lemak bebas produksi VDL.
Efek samping. Antara lain adalah rasa panas dan nyeri kepala, kelainan
fungsi hati, makin memburuknya toleransi glukosa, pruritu, dan gejala
gastrointestinal termasuk penyakit ulkus peptikum.
- Derivat asam  fibrat.
Obat ini lebih efektif untuk menurunkan trigliserida juga dapat
menyebabkan penurunan kolesterol total dan kolesterol LDL serta
peningkatan kolesterol HDL pada tingkat sedang. Efek selulernya adalah
penghambatan lipopisis dalam jaringan lemak, pengurangan ekstraksi  asam
lemak bebas pada hati, dan penghambatan sintesis apoprotein pembawa
VLDL.
Efek samping antara lain adalah gejala gastrointestinal, ruam kulit
gangguan fungsi hati, pusing, dan penglihatan kabur. Klorfibrat dilaporkan
dapat menyebabkan sindrom miositis.
- Penghambat HMG – CoA reduktase 
Inhibitor HMG KoA reduktase (statitin) adalah obat penurun lipid yang
paling baru. Obat ini sangat efektif dalam menurunkan kolestrol total dan
LDL, dan telah terbukti menurunkan angka kejadian penyakit koroner dan
mortalitas total. Statin mempunyai sedikit efek samping dan saat ini biasanya
merupakan obat pilihan pertama. Inhibitor HMG KoA reduktase memblok
sintesis kolestrol dalam hati (yang mengambil sebagian besar obat). Hal ini
menstimulasi ekspresi lebih banyak enzim, cenderung untuk mengembalikan
sintesis kolestrol menjadi normal bahkan pada saat terdapat obat. Akan
tetapi, efek kompensasi ini tidak lengkap dan pengurangan kolestrol dalam
hepatosit menyebabkan peningkatan ekspresi reseptor LDL, yang
meningkatkan bersihan kolestrol dari plasma. Bukti kuat bahwa statin
menurunkan kolestrol plasma, terutama dengan meningkatkan jumlah
reseptor LDL, adalah kegagalan obat untuk bekerja pada pasien dengan
hiperkolesterolemia familial hmozigot (yang tidak mempunyai reseptor
LDL) (Neal, 2005).
Efek samping. Meliputi gejala gastrointestinal, kejang otot,
peningkatan kadar CPK, peningkatan transminase  serum yang nyata dan
terus berlanjut, ruam kulit, nyeri kepala, pusing , dan pnglihatan kabur. Efek
samping jarang terjadi, salah satu yang utama adalah miopati. Insidensi
miopati meningkat pada pasien yang menerima terapi kombinasi dengan
asam nikotinat atau fibrat. Statin tidak boleh diberikan selama kehamilan
karena kolestrol penting untuk perkembangan normal fertus (Jay, 2001).
- Minyak Ikan
Minyak ikan adalah suatu zat yang kaya akan omega 3-PUFA (asam
linoleat). Minyak ikan ini dapat meningkatkan kliren VLDL. Minyak ikan
paling berguna untuk terapi tambahan pada hipertrigliserida yang tidak dapat
terkontrol dengan niasin atau golongan fibrat sendirian (Priyanto, 2009)
- Terapi Kombinasi
Kadang-kadang perlu memberikan 2 antihiperlipidemia untuk
mendapatkan penurunan kadar lipid plasma yang signifikan. Sebagai contoh,
pada hyperlipidemia tipe II, Pasien sering diobati dengan kombinasi niasin
ditambah obat pengikat asam empedu seperti kolestiramin (ingat:
kolestiramin menyebabkan peningkatan reseptor LDL sehingga
membersihkan LDL plasma yang beredar, sedangkan niasin mengurangi
sintesis VLDL dan karenanya juga sintesis LDL). Kombinasi inhibitor
HMG-CoA reduktase dengan zat pengikat asam empedu jugatelah
menunjukkan manfaat dalam menurunkan kolesterol LDL (Mycek, 2008).
BAB III

METODE KERJA

1. Alat dan bahan yang digunakan


ALAT
- Gelas ukur
- Hot plate
- Kolesterol tester
- Spuit 1 ml
- Sonde oral
- Timbangan hewan
- Batang pengaduk
- Beaker glass
BAHAN
- Alkohol70%
- Aquadestilata
- Lemak sapi
- Na. CMC
- Ol. Cocos
- Prophylthiurasil
- Tablet fenofibrat
- Tablet gemfibrozil
- Tablet simvastatin
- Triton WR 1339

2. Hewan yang akan digunakan

Marmut 320 g. 303 g, 344g

3. Prosedur kerja
3.1 Pembuatan Bahan Penelitian
1. Pembuatan Natrium CMC 1%

Panaskan kurang lebih 200 ml air hingga mendidih

Tmbang Na.CMC sebanyak 1 g

Masukkan Na.CMC kedalam beaker gelas 300 ml lalu tambahkan 50 ml


air panas

Aduk campuran tersebut dengan mixer hingga homogen, ditandai dengan


tidak nampaknya lagi serbuk berwarna putih dan campuran berupa
seperti gel

Tambahkan air panas sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga volume
larutan tersebut menjadi 100 ml, dinginkan

2. Pembuatan Suspense Simvastatin

Cara pembuatan suspensi Simvastatin 0,01 % b/v

Ambil 2 tablet Simvastatin lalu gerus hingga halus

Masukkan serbuk Simvastatin yang sudah halus kedalam Erlenmeyer 100


ml

\ Tambahkan sekitar 50 ml larutan Natrium CMC, kocok hingga homogen

Lalu cukupkan volumenya hingga 100 ml dengan larutan Na.CMC 1%


3. Pembuatan Suspense Gemfibrozil
Cara pembuatan suspense Gemfibrozil

Ambil 2 tablet Gemfibrozil lalu gerus hingga halus

Masukkan serbuk Gemfibrozil yang sudah halus kedalam Erlenmeyer


100 ml

Tambahkan sekitar 50 ml larutan Natrium CMC, kocok hingga homogen

Lalu cukupkan volumenya hingga 100 ml dengan larutan Na.CMC 1%

4. Pembuatan Suspense Fenofibrat


Cara pembuatan suspense Fenofibrat

Ambil 3 tablet Fenofibrat lalu gerus hingga halus

Masukkan serbuk Fenofibrat yang sudah halus kedalam erlenmeyer 100


ml

Tambahkan sekitar 50 ml larutan Na CMC kocok hingga homogen

Cukupkan volumenya hingga 100 ml dengan larutan Na CMC 1%

Marmut kemudian dibiarkan selama 8 jam dan setelah 8 jam diukur kadar
kolesterol
3.2 Prosedur Kerja

Hewan percobaan dikelompokkan menjadi 4 kelompok dan masing–masing kelompok terdiri


dari 4 ekor. Setiap kelompok dipisahkan dalam kandang yang berbeda. Sebelum penelitian
dilakukan mencit diaklimatisasi selama 7 hari untuk membiasakan pada lingkungan
percobaan, dan diberi makanan standar. Hewan dianggap sehat apabila perubahan berat
badan tidak lebih dari 10% serta memperlihatkan perilaku normal.

Metode Induksi Kimia

Kombinasi Makanan Tinggi Lemak dan PTU

Gunakan marmut jantan sebanyak 12 ekor

Marmut ditimbang berat badan tiap lalu dicatat

Sebelum perlakukan marmut diambil darahnya melalui pembuluh darah


yang ada di vena telinga yang telah di usap dengan alkohol 70%

Darah yang keluar di teteskan pada strip Kolesterol yang terpasang pada
alat. Kadar Kolesterol darah yang muncul pada alat kemudian dicatat
sebagai kadar Kolesterol awal

Setelah 4 minggu semua marmut diukur kadar kolesterolnya dan


makanan tinggi kolesterol kemudian diganti dengan pakan standart dan
air minum yang diberikan adalah aqua dest tanpa PTU

Marmut kemudian dikelompokkan secara rawu ke dalam 4 kelompok,


tiap kelompok terdiri dari 3 ekor, dimana kelompok I sebagai kontrol,
diberikan larutan Na.CMC 1%, kelompok II diberi suspensi Simvastatin,
kelompok III diberi suspensi Gembifrozil dan kelompok IV diberi
suspensi Fenofibrate

Selama 3 minggu marmut diberi perlakukan dimana kelompok I diberi


larutan Na.CMC 1%, kelompok II diberi suspensi Simvastatin, kelompok
III diberi suspensi Gembifrozil dan kelompok IV diberi suspensi
Fenofibrate, semua perlakukan secara oral 1 kali sehari dengan volume
pemberian adalah 0,2 ml / 30 g BB mencit
Marmut tetap diberi pakan standart dengan minum aqua dest tanpa ptu ad
libitum
Setelah penentuan kadar Kolesterol awal pada marmut, semua marmut
dibuat hiperlipidemia dengan cara diberi pakan tinggi lemak, dan PTU
0,01 % yang dilarutkan dalam air minum ad libitum selama 4 minggu
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
A. Perhitungan Dosis
a. Suspensi Simvastatin
Perihal Rumus Perhitungan

Dosis Lazim 20 mg
Obat untuk
manusia
Konversi dosis Konversi dosis = Dosis lazim x faktor Konversi dosis = 20 mg x
konversi 0,031 = 0,62 mg

Untuk marmut Dosis hitung = Dosis hitung =


dengan berat
bobot hewanhitug 320 g
x dosis konversi x 0,62mg = 0,496 mg
320 g bobot hewan normal 400 g

Dosis ini 5 ml
diberikan dalam
volume

Pembuatan 30 ml
Larutan stok

Jumlah Obat vol . stok larutan 30 ml


x dosis normal x 0,496mg = 2,976 mg
vol . pemberian 5 ml
yang digunakan

= 0,002 g

% Kadar Obat berat obat 0,002 g


% kadar obat = x 100 % x 100 % = 0,006 %
volume stok 30 ml

b. Suspense gemfibrozil

Perihal Rumus Perhitungan

Dosis Lazim Obat 300 mg


untuk manusia
Konversi dosis Konversi dosis = Dosis lazim x faktor Konversi dosis = 300 mg x
konversi 0,031 = 9,3 mg
Untuk marmut Dosis hitung = 303 g
Dosis hitung = x 9,3 mg
400 g
dengan berat 303 g
bobot hewanhitug
x dosis konversi = 7,04 mg
bobot hewan normal

Dosis ini diberikan 5 ml


dalam volume

Pembuatan 30 ml
Larutan stok

Jumlah Obat yang vol . stok larutan 30 ml


x dosis normal x 7,04 mg = 42,24 mg
vol . pemberian 5 ml
digunakan
=0,04g
% Kadar Obat berat obat 0,04 g
% kadar obat = x 100 % x 100 % = 0,13 %
volume stok 30 ml

c. Suspense Fenofibrate

Perihal Rumus Perhitungan

Dosis Lazim Obat 100 mg


untuk manusia
Konversi dosis Konversi dosis = Dosis lazim x faktor Konversi dosis = 100 mg x
konversi 0,031 = 3,1 mg

Untuk marmut Dosis hitung = 344 g


Dosis hitung = x 3,1mg
400 g
dengan berat 344 g
bobot hewanhitug
x dosis kon versi = 2,1 mg
bobot hewan normal

Dosis ini diberikan 5 ml


dalam volume

Pembuatan 30 ml
Larutan stok

Jumlah Obat yang vol . stok larutan 30 ml


x dosis normal x 2,6 mg = 15,69 mg
vol . pemberian 5 ml
digunakan
= 0.015 g
% Kadar Obat berat obat 0,015 g
% kadar obat = x 100 % x 100 % = 0,05 %
volume stok 30 ml
Analisis Farmasetik :
Nama Zat
No Pemerian/bentuk Kegunaan dalam
dan Inkompabilitas
. sediaan, kelarutan Uji
kekuatan
Beberapa contoh obat yang
memicu efek samping
tersebut bila digunakan
bersama simvastatin adalah
syclosporine, danazol,
Serbuk kristal berwaran gemvibrojil, nevazodone,
putih sampai abu-abu, antibiotik seperti
tidak higroskopis. chalitromicin, eritromisin,
Obat
1 Simvastatin Praktis tidak larut dalam telithromycin, obat anti
Hipokolesterolemia
air dan sangat larut dalam jamur seperti itraconazole
kloroform, metanol dan dan ketokconazole, obat
etanol. hepatitis c seperti bocerevir
dan telefrevir serta obat
HIV/AIDS seperti
atazanavir, cobiscistat,
darunavir, fosamprenavir,
indinavir, dan nelfinavir
2 Gemfibrozil Hablur padat serupa lilin, Ada beberapa efek interaksi Obat
putih. obat yang dapat terjadi jika Hipokolesterolemia
Praktis tidak larut dalam gemfibrozil digunakan
air, larut dalam etanol, bersamaan dengan obat-
dalam metanol dan dalam obatan lain, di antaranya:
kloroform.
Peningkatan risiko
terjadinya hipoglikemia jika
digunakan bersama
repaglinide atau pioglitazone
Peningkatan risiko
terjadinya kerusakan hati
dan rhabdomyolysis jika
digunakan bersama
colchicine atau obat
golongan statin, seperti
simvastatin, fluvastatin,
dan atorvastatin
Peningkatan kadar
rosiglitazone, loperamide,
atau bexarotene di dalam
darahPeningkatan risiko
terjadinya perdarahan jika
digunakan
bersama warfarin atau
dicumarolPenurunan
efektivitas gemfibrozil jika
digunakan bersama
cholestyramine Peningkatan
risiko terjadinya
perpanjangan interval QT
jika digunakan bersama
dasabuvir atau ritonavir
3 Fenofibrat Serbuk, warna hampir Penurunan penyerapan Obat
putih, tidak berbau, fenofibrate jika dikonsumsi Hipokolesterolemia
hambar. dalam waktu bersamaan
o
Larut dalam air (25 C). dengan cholestyraminPening
katan risiko terjadinya
kerusakan ginjal jika
dikonsumsi dengan
ciclosporinPeningkatan
risiko terjadinya
rhabdomyolysis atau miopati
jika dikonsumsi
dengan simvastatin,
kolkisin, atau obat golongan
fibrat lainPeningkatan risiko
terjadinya perdarahan jika
dikonsumsi dengan
antikoagulan,
seperti warfarinPeningkatan
risiko terjadinya efek
samping berupa kerusakan
kandung empedu jika
digunakan dengan ezetimibe
CMC Na. tidak kompatibel
dengan larutan asam kuat dan
dengan garam terlarut dari
besi dan beberapa logam
Serbuk atau butiran, putih lainnya, seperti alumunium,
atau kuning gading, tidak merkuri dan seng. CMC Na
berbau dan hampir tidak juga kompatibel dengan
berbau, higroskopik. xanthan gum. Pengendapan
Mudah mendispersi dapat terjadi pada pH <2 dan
4. Na. CMC Zat tambahan
dalam air, membentuk jika dicampur dengan etanol
suspensi koloidal, tidak (95%).
larut dalam etanol (95%) CMC Na membentuk
P, dalam eter P,dalam kompleks koarsevatif dengan
pelarut organik lain. gelatin dan pektin. CMC Na
juga membentuk kompleks
dengan kolagen dan memiliki
potensi untuk mengendap
akibat muatan positif protein.

Analisis Farmakologi (Farmakokinetik & Farmakodinamik)


1. Simvastatin

INDIKASI Terapi dislipidemia, jika respon terhadap diet dan


monoterapi non farmakologi tidak adekuat. Menurunkan
resiko aterosklerosis vaskuler yang menyebabkan
hipokolesterolemia. Menurunkan kadar kolesterol total
dan LDL pada pasien hiperkolerterolemia, penyakit
jantung koroner, dan hipokolesterolemia. Menurunkan
kadar kolesterol total dan LDL pada penderita
hiperkolesterolemia primer (tipe IIA dan IIB).
KONTRAINDIKASI Penyakit hati aktif, hipersensitif, hamil dan menyusui.
 Dosis simvastatin untuk pencegahan penyakit
jantung: 5-40 mg oral sekali sehari di malam hari
 Dosis simvastatin untuk penderita penyakit jantung
koroner atau yang berisiko tinggi terkena penyakit
jantung koroner: 10-20 mg oral sekali sehari di malam
hari dimulai bersamaan dengan diet dan olahraga.
 Dosis simvastatin untuk pasien berisiko tinggi
penyakit jantung koroner akibat adanya diabetes,
peripheral vascular disease, riwayat stroke, atau
DOSIS/ATURAN PAKAI
penyakit serebrovaskular lainnya: 40 mg oral sekali
sehari di malam hari
 Dosis simvastatin untuk penurunan risiko
kardiovaskular: 5-40 mg oral sekali sehari di malam
hari
 Dosis simvastatin untuk penderita homozygous
familial hypercholesterolemia: 40 mg oral sekali
sehari di malam hari.

Nyeri abdomen, mialgia, rabdomiolisis, sakit kepala,


EFEK SAMPING
astenia, konstipasi, flatulens.
INTERAKSI OBAT  Inhibitor CYP3A4

Obat-obatan inhibitor CYP3A4 sebaiknya tidak boleh


dikonsumsi bersamaan dengan simvastatin. Hal ini
disebabkan karena obat-obatan tersebut membuat tubuh
sulit mencerna simvastatin. Beberapa contoh inhibitor
CYP3A4 adalah: ketokonazol, vorikonazol, ritonavir,
nefazodone.

 Obat penurun kolesterol lainnya

Jika Anda sudah memilih simvastatin sebagai obat


penurun kolesterol, hindari konsumsi jenis obat penurun
kolesterol lainnya. Pasalnya, konsumsi jenis obat penurun
kolesterol yang berbeda-beda dapat memicu efek
samping berupa rhabdomyolisis dan miopati. Beberapa
contoh obat penurun kolesterol adalah: gemfibrozil,
fenofibrat, niacin, lomitapide.

 Obat pengencer darah

Obat-obatan pengencer darah, seperti warfarin, dapat


memicu terjadinya pendarahan apabila dikombinasikan
dengan simvastatin.
INKOMPABILITAS -
Waktu paruh Antara 1,5 – 2 jam
Simvastatin merupakan obat golongan statin yang
menghambat aktivitas enzim 3-hidroksi-3-metilglutaril
koenzim A reduktase (HMG CoA) di hati. Inhibisi enzim
HMG CoA ini akan menyebabkan penurunan kadar
Farmakodinamika
kolesterol total dan meningkatkan pembentukan
reseptor LDL di permukaan sel hepatosit sehingga terjadi
peningkatan transport LDL dari pembuluh darah ke sel
hati.
Farmakokinetika  Absorbsi

Setelah dikonsumsi secara oral, simvastatin akan diserap


oleh usus dengan tingkat penyerapan yang bervariasi (30-
85%). Kadar statin dalam plasma meningkat antara 1-4
jam setelah konsumsi oral dan waktu paruh plasma
simvastatin hanya 12 jam, lebih pendek dibandingkan
obat statin lainnya yang lebih poten seperti atorvastatin
dengan waktu paruh plasma 20 jam.

 Distribusi

95% simvastatin dalam plasma berikatan dengan protein.

 Metabolisme

Simvastatin merupakan prodrug yang akan diubah di hati


menjadi bentuk asam β-hidroksi (asam simvastatin).
Setelah metabolisme lintas pertama di hati, hanya 5-30%
dosis statin dan metabolit turunannya yang bertahan di
peredaran darah sistemik.

 Ekskresi

Di hati, sebagian besar statin akan diubah oleh enzim hati


dan metabolit turunannya akan diekskresikan 80% oleh
hati dan dieliminasi melalui feses.13% dari simvastatin
dan metabolit turunannya dieliminasi melalui ginjal
sehingga perlu pertimbangan penyesuaian dosis pada
pasien yang memiliki gangguan fungsi ginjal
Menghambat secara kompetitif enzim HMGCoA
reduktase, yakni enzim pada sintesis kolesterol. Dengan
Mekanisme kerja
menghambat enzim pembentuk kolesterol sehingga
kadar kolesterol dalam darah akan berkurang.
Kadar simvastatin dalam 69,3 ng.jam/ml.
plasma
Meskipun 85% diabsorpsi setelah pemberian, <5%
Penyerapan mencapai sirkulasi umum karena efek lintasan pertama
yang ekstensif.
Metabolism Hepatic via CYP3A4; extensive first-pass effect
Pengeluaran Tinja (60%), urin (13%).
Onset of action  Onset of action: >3 days; Peak effect: 2 weeks.
 LDL-C reduction: 20 to 40 mg/day: 35% to 41%.
 Average HDL-C increase: 5% to 15%.
 Average triglyceride reduction: 7% to 30%.

Time to peak 1,3 to 2,4 hours


Protein binding ~95%

2. Gemfibrozil

Hiperkolesterolemia, mencegah penyakit jantung koroner


INDIKASI dengan menurunkan kolesterol, hipertrigliseridemia,
dislipidemia.
Hipersensitivitas terhadap gemfibrozil, penyakit hati,
KONTRAINDIKASI gallbladder, penyakit ginjal berat jika juga menggunakan
repaglinide pada pengobatan diabetes tipe 2.
 Dosis dewasa untuk hiperlipidemia : 600 miligram
(mg) diminum dua kali sehari, 30 menit sebelum
sarapan dan makan sore.
 Dosis dewasa untuk hiperlipoproteinemia tipe IIb :
600 miligram (mg) diminum dua kali sehari, 30 menit
sebelum sarapan dan makan sore.
 Dosis dewasa untuk hiperlipoproteinemia tipe IV :
600 miligram (mg) diminum dua kali sehari, 30 menit
sebelum sarapan dan makan sore.
DOSIS/ATURAN PAKAI  Dosis dewasa untuk hiperlipoproteinemia tipe V : 600
miligram (mg) diminum dua kali sehari, 30 menit
sebelum sarapan dan makan sore.
 Dosis dewasa untuk hipertrigliseridemia : 600
miligram (mg) diminum dua kali sehari, 30 menit
sebelum sarapan dan makan sore.
 Dosis dewasa untuk pencegahan penyakit
kardiovaskular : 600 miligram (mg) diminum dua kali
sehari, 30 menit sebelum sarapan dan makan sore.

EFEK SAMPING Sakit perut, nyeri perut ringan, mual, muntah, diare,sakit
kepala, pusing, mengantuk, nyeri sendi atau otot ringan,
tidak ada napsu birahi, impotensi, sulit orgasme, rasa
baal atau geli, gejala flu seperti hidung tersumbat, bersin,
nyeri tenggorokan.
 Peningkatan risiko terjadinya hipoglikemia jika
digunakan bersama repaglinide atau pioglitazon
 Peningkatan risiko terjadinya kerusakan hati dan
rhabdomyolysis jika digunakan bersama colchicine
atau obat golongan statin, seperti simvastatin,
fluvastatin, dan atorvastatin
 Peningkatan kadar rosiglitazone, loperamide, atau
INTERAKSI OBAT bexarotene di dalam darah
 Peningkatan risiko terjadinya perdarahan jika
digunakan bersama warfarin atau dicumarol
 Penurunan efektivitas gemfibrozil jika digunakan
bersama cholestyramine
 Peningkatan risiko terjadinya perpanjangan interval
QT jika digunakan bersama dasabuvir atau ritonavir

INKOMPABILITAS -
Waktu paruh 1,5 jam
Gemfibrozil adalah regulator lipid plasma yang dapat
menurunkan kadar kolesterol total, kolesterol LDL,
kolesterol VLDL, dan trigliserida serta meningkatkan
Farmakodinamika kolesterol HDL. Gemfibrozil menurunkan kolesterol total
10%, LDL 11%, trigliserida 35%, dan meningatkan HDL
11%. Kejadian kardiovaskuler fatal dan non fatal
menurun sebesar 34%.
Farmakokinetika  Absorpsi
Gemfibrozil diabsorpsi secara cepat dan menyeluruh
pada saluran cerna, dan mencapai konsentrasi plasma
puncak dalam 1-2 jam setelah administrasi obat.
Gemfibrozil mengalami sirkulasi enterohepatik.
Konsentrasi plasma bervariasi antar individu, tetapi
memiliki kecenderungan meningkat seiring peningkatan
dosis. Konsentrasi plasma ini ditemukan tidak
berhubungan dengan respon terapi.
Setelah pemberian gemfibrozil per oral dosis tunggal 800
mg pada individu sehat, didapatkan konsentrasi plasma
puncak sebesar 33 ug/ml. Setelah pemberian per oral
dosis multipel 600 mg dua kali sehari pada individu sehat,
didapatkan konsentrasi plasma puncak sebesar 16-23
ug/ml.
 Distribusi
Sekitar 95% gemfibrozil berikatan dengan plasma. Dalam
konsentrasi in vitro 0,1-12 ug/ml, 97% gemfibrozil
berikatan dengan 4% albumin serum manusia. Metabolit
mayor gemfibrozil tidak memiliki pengaruh terhadap
kapasitas ikatan gemfibrozil.
Studi pada hewan menemukan bahwa konsentrasi
gemfibrozil tertinggi pada hepar dan ginjal. Selain itu,
studi pada hewan coba juga menunjukkan bahwa
gemfibrozil mampu melewati plasenta.
 Metabolisme
Gemfibrozil dimetabolisme di hati melalui proses oksidasi
dari grup cincin metil menjadi metabolit karboksil dan
hidroksimetil.
 Eliminasi
Sebanyak 70% dari dosis gemfibrozil diekskresikan di urin
sebagai konjugat glukuronida dan sebanyak 6%
diekskresikan di feses. Gemfibrozil memiliki waktu paruh
1,5 jam.
Mekanisme kerja Gemfibrozil merupakan derivat asam fibrat generasi
pertama turunan klofibrat. Obat ini bekerja dengan cara
meningkatkan lipolisis lipoprotein trigliserida melalui
lipoprotein lipase yang berikatan dengan reseptor alfa
peroxisome proliferator–activated reseptor (PPAR-α)
pada hepatosit.
Hepatic via oxidation to two inactive metabolites;
Metabolism
undergoes enterohepatic recycling.
Excretion Urine (~70% primarily as conjugated drug); feces (6%)
Onset of action May require several days
Time to peak Serum: 1 to 2 hours
Half-life elimination 1,5 hours
Protein binding 99%

3. Fenofibrate

INDIKASI Hiperkolesterolemia, hipertrigliseridemia, dan campuran


Ibu hamil dan menyusui, hipersensitif, anak-anak,
KONTRAINDIKASI gangguan hati berat, gangguan ginjal, dan riwayat batu
empedu
100 mg tiga kali sehari atau 300 mg sekali sehari, bila
DOSIS/ATURAN PAKAI
perlu dapat diberikan hingga 100 mg empat kali sehari
Gangguan pencernaan, reaksi alergi kulit, astenia,
EFEK SAMPING
mialgia, peningkatan enzim hati
 Penurunan penyerapan fenofibrate jika dikonsumsi
dalam waktu bersamaan dengan cholestyramin
 Peningkatan risiko terjadinya kerusakan ginjal jika
dikonsumsi dengan ciclosporin
 Peningkatan risiko terjadinya rhabdomyolysis atau
miopati jika dikonsumsi dengan simvastatin, kolkisin,
INTERAKSI OBAT atau obat golongan fibrat lain
 Peningkatan risiko terjadinya perdarahan jika
dikonsumsi dengan antikoagulan, seperti warfarin
 Peningkatan risiko terjadinya efek samping berupa
kerusakan kandung empedu jika digunakan dengan
ezetimibe
INKOMPABILITAS -
Waktu paruh 20 jam
Fenofibrate sebagai antihiperlipidemia adalah dengan
mempengaruhi faktor transkripsi lipid, lipoprotein, dan
Farmakodinamika transporter lipid. Fenofibrate adalah sebuah prodrug
yang dikonversi secara farmakologis menjadi metabolit
aktifnya, yaitu asam fenofibrik.
Farmakokinetika  Absorpsi
Bioavailabilitas absolut fenofibrate tidak dapat
ditentukan karena fenofibrate tidak dapat larut pada
media injeksi. Namun, setelah fenofibrate dipecah,
fenofibrate diabsorbsi secara baik dari gastrointestinal.
Pemberian secara berulang tablet fenofibrate
microcoated 160 mg/hari mengakibatkan rata-rata
konsentrasi plasma yang stabil yaitu 12,2 μg/mL, dan
mencapai waktu puncak plasma 3,5 jam. Proses absorpsi
fenofibrate menjadi kurang efektif jika dikonsumsi pada
keadaan puasa sehingga fenofibrate sebaiknya
dikonsumsi bersamaan dengan makanan. Apabila
dibandingkan dengan kondisi puasa, kemampuan
absorpsi formula tablet microcoated meningkat 35%
pada kondisi tidak puasa.
 Distribusi
Fenofibrate tidak diakumulasi pada pemberian berulang.
Konsentrasi metabolit aktif dalam plasma tetap stabil
dalam jangka waktu 5 hari. Asam fenofibrik 99%
berikatan dengan plasma albumin.
 Metabolisme
Setelah dikonsumsi secara oral, fenofibrate secara cepat
dihidrolisis oleh esterase menjadi metabolit aktifnya yaitu
asam fenofibrik.
 Eliminasi
Fenofibrate dieksresi secara dominan melalui urine
sebagai asam fenofibrik dan konjugat glukuronida. Studi
setelah pemberian radiolabeled fibrat menunjukan
bahwa 60% aktivitas radiolabeled dideteksi pada air seni,
dan sekitar 25% pada feses. Waktu paruh eliminasi asam
fenofibrik adalah 20 jam.
Bekerja dengan cara meningkatkan pemecahan dan
Mekanisme kerja pembuangan trigliserida dan kolesterol jahat dari dalam
tubuh.
Absorpsion Well absorbed. Food increases drug absorption by 35%.
Steady state plasma levels are achieved within 5 days
Distribution after therapy starts. Drug is almost entirely bound to
plasma protein.
Rapidly hydrolyzed by esterases to fenofibric acid, an
Metabolism active metabolite. Fenofibric acid is primarily conjugated
with glucuronic acid and excreted in urine.
Primarily excreted in the urine; 25% is excreted in the
Excretion
feces; elimination half-life is 20 hours.
Time to peak 6-8 hours
Fenofibric acid, the active metabolite of fenofibrate, has
a half life of 23 hours. Fenofibrate has a half life of 19-27
Half-life elimination
hours in healthy subjects and up to 143 hours in patients
with renal failure
Protein binding 99%
B. HASIL

Kadar kolestrol (mg / dl)


Kelompok Marmot Sebelum Setelah
Setelah 8 jam
diinduksi diinduksi
Na CMC 344 g 36 mg/dL 147 mg/dL 150 mg/dL
Simvastatin 320 g 32 mg/dL 150 mg/dL 125 mg/dL
Gemfibrozi
303 g 15 mg/dL 120 mg/dL 104 mg/dL
l
Fenofibrat 327 g 37 mg/dL 141 mg/dL 137 mg/dL

C. PEMBAHASAN
Pada praktikum hipokolesterolemia menggunakan obat Simvastatin,
Gemfibrozil, dan Fenofibrat dengan control menggunakan Na. Cmc. Praktikum ini
dilakukan untuk mengetahui seberapa efektivitasnya suatu obat dalam menurunkan
kadar kolesterol dalam darah yang diujikan pada Marmut setelah pemerian 8 jam dari
waktu naiknya kadar kolesterol setelah penginduksian.
Pada kontrol dengan berat Marmut 344 g, kadar kolesterol sebelum yang
diinduksi yakni 36 mg/dL dan setelah diinduksi menjadi naik 147 mg/dL. Kemudian
setelah pemerian Na. CMC selama 8 jam menjadi 150 mg/dL
Pada Marmut dengan berat 320 g diberikan simvastatin, sebelum diinduksi
kadar kolesterolnya yakni 32 mg/dL dan setelah diinduksi menjadi 150 mg/dL.
Pemerian simvastatin selama 8 jam menghasilkan kadar kolesterol yg menurun
dengan cukup signifikan, yaitu menjadi 125 mg/dL. Hal ini disebabkan karena
Inhibitor HMG KoA reduktase memblok sintesis kolestrol dalam hati (yang
mengambil sebagian besar obat). Hal ini menstimulasi ekspresi lebih banyak enzim,
cenderung untuk mengembalikan sintesis kolestrol menjadi normal bahkan pada saat
terdapat obat.
Pada marmut dengan berat 303 g, sebelum diinduksi memiliki kadar kolesterol
15 mg/dL, setelah diinduksi meningkat menjadi 120 mg/dL. Pemerian Gemfibrozil yg
termasuk dalam golongan derivate fibrat mengurangi kadar kolesterol menjadi 102
mg/dL karena gemfibrozil bekerja dengan cara meningkatkan lipolisis lipoprotein
trigliserida melalui lipoprotein lipase yang berikatan dengan reseptor alfa peroxisome
proliferator–activated reseptor (PPAR-α) pada hepatosit, dengan waktu paruh 1,5 jam.
Akan tetapi hasil yg didapat tidak se-signifikan pada pemakaian simvastatin.
Pada Marmut ketiga denga berat 327 g yakni memiliki kadar kolesterol 37
mg/dL, setelah diinduksi meningkat menjadi 141 mg/dL. Kemudian pemerian
Fenofibrate yang diberikan 8 jam sebelumnya menghasilkan kadar kolesterol dalam
darah menjadi 137 mg/dL. Fenofibrate satu golongan dengan gemfibrozil, yang mana
ada pada golongan derivat asam Fibrat yang bekerja dengan cara meningkatkan
lipolisis lipoprotein trigliserida melalui lipoprotein lipase yang berikatan dengan
reseptor alfa peroxisome proliferator–activated reseptor (PPAR-α) pada hepatosit,
pada hasil akhirnya, fenofibrate tidak menghasilkan penurunan kadar kolesterol yg
tinggi seperti ssimvastatin.
BAB V
KESIMPULAN
Pada praktikum kali ini yaknin mempelajari efektivitas obat yg digunakan untuk
Hiperlipidemia, Hiperlipidemia adalah peningkatan salah satu atau lebih kolesterol,kolesterol
ester, fosfolipid atau trigliserid. Hiperlipidemia merupakan penyakit yang dapat bersifat
primer atau sekunder, tergantung penyebabnya. Hiperlipidemia primer berasal dari kelainan
gen tunggal yang diwarisi atau lebih sering, disebabkan kombinasi faktor genetik lingkungan.
Hiperlipidemia sekunder merupakan penyakit metabolik yang lebih umum seperti diabetes
mellitus, asupan alkohol yang berlebihan, hipotiroidisme, atau sirosis biliar primer (Mycek,
2001)
Pemerian 3 macam obat dengan 1 kontrol mendapatkan hasil yg berbeda, yakni :
1. Pemerian Na. CMC pada kontrol menghasilkan kadar kolesterol naik setelah
pemerian selama 8 jam
2. Pemerian simvastatin menghasilkan kadar kolesterol yang turun dengan
signifikans etelah pemerian selama 8 jam
3. Pemerian gemfibrozil dan fenofibrate yang berasal dari satu golongan sam ayakni
derivat asam fibrate menghasilkan sedikit penurunan dibanding menggunkan
simvastatin
Pada hasil akhir kelompok, pemerian menggunakan simvastatin diketahui lebih efektif
dibanding pemerian menggunakan golongan yang lain.
Daftar Pustaka
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia   Edisi III. DKRI : Jakarta.
Gunawan. 2007. Farmakolog idan Terapi Edisi IV. UI : Jakarta.
Harvey, Richard A. 2013. Farmakologi Ulasan Bergambar. EGC : Jakarta.
Janet, Stringer. 2008.  Konsep Dasar Farmakologi (Panduan untuk Mahasiswa). EGC :
Jakarta.
Jay H. Stein. Md. 2001. Panduan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Edisi 3. EGC : Jakarta.
Katzung, Bertram, G., 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik. Penerbit Salemba Medika :
Jakarta.
Mycek, Mary,J., dkk, 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar. PT Widya Medika : Jakarta.
Priyanto. 2009. Farmakoterapi dan Terminologi Medis. LESKONFI : Depok

Anda mungkin juga menyukai