PENDAHULUAN
HIPERKOLESTEROLEMIA
1. Latar Belakang
Kebanyakan masyarakat saat ini lebih memilih makanan cepat saji yang
sebenarnya makanan tersebut kurang baik untuk kesehatan, karena banyak
mengandung lemak dengan sedikit serat. Disamping itu, cara hidup yang sibuk
menyebabkan tidak adanya kesempatan untuk melakukan aktifitas fisik yaitu
berolahraga. Salah satu perubahan pada pola hidup yang seperti ini mengakibatkan
gangguan metabolisme dalam tubuh misalnya hiperlipidemia.
Hiperlipidemia adalah suatu penyakit yang mengakibatkan kadar lemak
(kolesterol, trigliserida, atau keduanya) dalam darah meningka sebagai manivestasi
kelainan metabolisme atau transportasi lemak/lipid. Lipid atau lemak adalah zat yang
kaya akan energi, yang berfungsi sebagai sumber utama dalam proses metabolisme.
Lemak (disebut juga lipid) adalah zat yang kaya energi, yang berfungsi sebagai
sumber energi utama untuk proses metabolisme tubuh. Lemak diperoleh dari makanan
atau dibentuk di dalam tubuh, terutama di hati dan bisa disimpan di dalam sel-sel
lemak untuk digunakan di kemudian hari. Sel-sel lemak juga melindungi tubuh dari
dingin dan membantu melindungi tubuh terhadap cedera. Lemak merupakan
komponen penting dari selaput sel, selubung saraf yang membungkus sel-sel saraf
serta empedu.
2. Tujuan Percobaan
a. Mengetahui cara mengonversi dosis bebrapa obat hipokolesterolemia manusia ke
dosis pada marmut
b. Membuat sediaan suspensi obat hipokolesterolemia oral yang sesuai dengan
hewan coba marmut digunakan
c. Melakukan induksi untuk menaikkan kadar kolesteril darah hewan
d. Mengukur kadar kolesterol darah marmut dengan menggunakan kolesterol kit
e. Menganalisa perbedaan penurunan kadar kolesterol darah marmut antar pelakuan
3. Prinsip percobaan
Adapun prinsip percobaan yaitu penentuan efek antihiperlipidemik obat
golongan penghambat HMG KoA reduktase yaitu simvastatin dan obat golongan
fibrate yaitu gemfibrozil pada hewan coba Marmut dengan mengukur kadar kolestron
pada stelah pemerian selama 8 jam.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Hiperlipidemia adalah peningkatan salah satu atau lebih kolesterol,kolesterol
ester, fosfolipid atau trigliserid. Hiperlipidemia merupakan penyakit yang dapat
bersifat primer atau sekunder, tergantung penyebabnya. Hiperlipidemia primer
berasal dari kelainan gen tunggal yang diwarisi atau lebih sering, disebabkan
kombinasi faktor genetik lingkungan. Hiperlipidemia sekunder merupakan penyakit
metabolik yang lebih umum seperti diabetes mellitus, asupan alkohol yang
berlebihan, hipotiroidisme, atau sirosis biliar primer (Mycek, 2001)
Secara tradisional, hiperlipidemia didefinisikan sebagai kadar kolsterol atau
trigliserida plasma pada 5 % bagian atas populasi masyarakat, setelah disesuaikan
dengan umur dan jenis kelamin. Karena data menujukkan bahwa penurunan kadar
kolesterol darah membantu mencegah CAD, suatu panel konsensus NIH telah
menganjurkan kriteria baru untuk diagnosis (Jay, 2001).
Diagnosisnya antara lain:
Profil protein puasa (12-15 jam) harus diukur dari serum untuk menetapkan
kadar dari kolesterol total, LDL, HDL, dan trigliserida. Pemeriksaan rutin
seharusnya dilakukan pada orang dengan usia >20 tahun. Minimal 5 tahun sekali.
(Priyanto, 2009)
Klasifikasi Hiperlipidemia (Priyanto, 2009)
1. Hiperlipidemia primer
Banyak disebabkan oleh karena kelainan genetik. Hiperlipidemia primer
(hiperlipoproteinemia) adalah kadar kolseterol dan trigliserida yang sangat
tinggi, yang sifatnya diturunkan. Hiperlipidemia primer mempengaruhi system
tubuh dalam fungsi metabolisme dan membuang lemak. Pada umumnya tidak
ada keluhan, kecuali pada keadaan yang agak berat tampak adanya xantoma
(penumpukan lemak di bawah jaringan kulit). Terdapat 5 jenis hipe
rlipoproteinemia yang masing-masing memiliki gambaran lemak darah serta
resiko yang berbeda :
a) Hiperlipoproteinemia tipe I
Disebut juga hiperkilomikronemia familial, merupakan penyakit
keturunan yang jarang terjadi dan ditemukan pada saat lahir. Dimana tubuh
penderita tidak mampu membuang kilomikron dari dalam darah. Anak-anak
dan dewasa muda dengan kelainan ini mengalami serangan berulang dari
nyeri perut. Hati dan limpa membesar, pada kulitnya terdapat pertumbuhan
lemak berwarna kuning pink (xantoma eruptif). Pemeriksaan darah
menunjukkan kadar trigliserida yang sangat tinggi. Penyakit ini tidak
menyebabkan terjadi aterosklerosis tetapi bisa menyebabkan pankreatitis,
yang bisa berakibat fatal Penderita diharuskan menghindari semua jenis
lemak (baik lemah jenuh, lemak tak jenuh maupun lemak tak jenuh ganda).
b) Hiperlipoproteinemia tipe II
Disebut juga hiperkolesterolemia familial, merupakan suatu penyakit
keturunan yang mempercepat terjadinya aterosklerosis dan kematian dini,
biasanya karena serangan jantung. Kadar kolesterol LDLnya tinggi. Endapan
lemak membentuk pertumbuhan xantoma di dalam tendon dan kulit. 1
diantara 6 pria penderita penyakit ini mengalami serangan jantung pada usia
40 tahun dan 2 diantara 3 pria penderita penyakit ini mengalami serangan
jantung pada usia 60 tahun. Penderita wanita juga memiliki resiko, tetapi
terjadinya lebih lambat. 1 dari 2 wanita penderita penyakit ini akan
mengalami serangan jantung pada usia 55 tahun. Orang yang memiliki 2 gen
dari penyakit ini (jarang terjadi) bisa memiliki kadar kolesterol total sampai
500-1200 mg/dL dan seringkali meninggal karena penyakit arteri koroner
pada masa kanak-kanak. Tujuan pengobatan adalah untuk menghindari
faktor resiko, seperti merokok, dan obesitas, serta mengurangi kadar
kolesterol darah dengan mengkonsumsi obat-obatan. Penderita diharuskan
menjalani diet rendah lemak atau tanpa lemak, terutama lemak jenuh dan
kolesterol serta melakukan olah raga secara teratur. Menambahkan bekatul
gandum pada makanan akan membantu mengikat lemak di usus. Seringkali
diperlukan obat penurun lemak.
c) Hiperlipoproteinemia tipe III
Merupakan penyakit keturunan yang jarang terjadi, yang menyebabkan
tingginya kadar kolesterol VLDL dan trigliserida. Pada penderita pria,
tampak pertumbuhan lemak di kulit pada masa dewasa awal. Pada penderita
wanita, pertumbuhan lemak ini baru muncul 10-15 tahun kemudian. Baik
pada pria maupun wanita, jika penderitanya mengalami obesitas, maka
pertumbuhan lemak akan muncul lebih awal. Pada usia pertengahan,
aterosklerosis seringkali menyumbat arteri dan mengurangi aliran darah ke
tungkai. Pemeriksaan darah menunjukkan tingginya kadar kolesterol total
dan trigliserida. Kolesterol terutama terdiri dari VLDL. Penderita seringkali
mengalami diabetes ringan dan peningkatan kadar asam urat dalam darah.
Pengobatannya meliputi pencapaian dan pemeliharaan berat badan ideal serta
mengurangi asupan kolesterol dan lemak jenuh. Biasanya diperlukan obat
penurun kadar lemak. Kadar lemak hampir selalu dapat diturunkan sampai
normal, sehingga memperlambat terjadinya aterosklerosis.
d) Hiperlipoproteinemia tipe IV
Merupakan penyakit umum yang sering menyerang beberapa anggota
keluarga dan menyebabkan tingginya kadar trigliserida. Penyakit ini bisa
meningkatkan resiko terjadinya aterosklerosis. Penderita seringkali
mengalami kelebihan berat badan dan diabetes ringan. Penderita dianjurkan
untuk mengurangi berat badan, mengendalikan diabetes dan menghindari
alkohol. Bisa diberikan obat penurun kadar lemak darah.
e) Hiperlipoproteinemia tipe V
Merupakan penyakit keturunan yang jarang terjadi, dimana tubuh tidak
mampu memetabolisme dan membuang kelebihan trigliserida sebagaimana
mestinya. Selain diturunkan, penyakit ini juga bisa terjadi akibat :
- Penyalahgunaan alcohol
- Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik
- Gagal ginjal
- Makan setelah menjalani puasa selama beberapa waktu.
Jika diturunkan, biasanya penyakit ini muncul pada masa dewasa awal.
Ditemukan sejumlah besar pertumbuhan lemak (xantoma) di kulit,
pembesaran hati dan limpa serta nyeri perut. Biasanya terjadi diabetes ringan
dan peningkatan asam urat. Banyak penderita yang mengalami kelebihan
berat badan. Komplikasi utamanya adalah pankreatitis, yang seringkali
terjadi setelah penderita makan lemak dan bisa berakibat fatal.
Pengobatannya berupa penurunan berat badan, menghindari lemak dalam
makanan dan menghindari alkohol. Bisa diberikan obat penurun kadar
lemak.
2. Hiperlipidemia sekunder
Hiperlipidemia sekunder merupakan gangguan yang disebabkan oleh faktor
tertentu seperti penyakit dan obat-obatan. Beberapa jenis penyakit penyebab
hiperlipidemia :
a) Diabetes mellitus
Penderita NIDDM umumnya akan menyebabkan terjadinya
hipertrigliseridemia. Penyebabnya pada glukosa darah tinggi akan menginduksi
sintesis kolesterol dan glukosa akan dimetabolisme menjadi Acetyl Co A.
Acetyl Co A ini merupakan prekusor utama dalam biosintesis kolesterol.
Sehingga akan menyebabkan produksi VLDL-trigliserida yang berlebihan oleh
hati dan adanya pengurangan proses lipolisis pada lipoprotein yang kaya
trigliserida.
b) Hipotiroidisme
Pengaruh hipotiroidisme pada metabolisme lipoprotein adalah
peningkatan kadar kolesterol-LDL yang diakibatkan oleh penekanan metabolik
pada reseptor LDL, sehingga kadar-LDL akan meningkat antara 180-250
mg/dL. Di samping itu, bila penderita ini menjadi gemuk kaqrena kurangnya
pemakaian energi oleh jaringan perifer, maka kelebihan kalori ini akan
merangsang hati untuk meningkatkan produksi VLDL-trigliserida dan
menyebabakan peningkatan kadar trigliserida juga.
c) Sindrom nefrotik
Sindrom nefrotik akan menyebabkan terjadinya hiperkolesterolemia. Hal
ini diakibatkan oleh adanya hipoalbuminemia yang akan merangsang hati untuk
memproduksi lipoprotein berlebih.
d) Gangguan hati
Sirosis empedu primer dan obstruksi empedu ekstra hepatik dapat
menyebabakan hiperkolesterolemia dan peningkatan kadar fosfolipid plasma
yang berhubungan dengan abnormalitas lipoprotein, kerusakan hati yang parah
dapat menyebabakan penurunan kadar kolesterol dan trigliserida. Hepatitis akut
juga dapat menyebabkan kenaikan kadar VLDL dan kerusakan formasi LCAT.
e) Obesitas
Pada orang yang obesitas, karena kurangnya pemakaian energi oleh
jaringan perifer akan meyebabkan kelebihan kalori yang dapat merangsang hati
untuk menungkatkan produksi VLDL-trigliserida dan peningkatan trigliserida.
f) Obat-obatan
Misalnya diuretic, beta bloker, kontrasepsi oral, kortikosteroid,
siklosporin, dan obat-obatan yang menginduksi enzim microsomal hati.
Mekanisme kerja obat ini dapat menaikkan LDL/HDL/ trigliserida.
- Sekuestran asam empedu.
Ini adalah obat pilihan terapi untuk terapi hiperkolesteolemia karena
efektif dan bebas dari efek samping sistemik. Sekruesteran mengikat asam
empedu dalam lumen usus sehingga mengganggu sirkulasi enterophatik. Hal
ini menyebabkan lebih banyak pengubahan kolesterol menjadi asam empedu
(Jay, 2001).
Resin-resin pengikat empedu (kolestiramin, kolestipol dan
kolesevelam) adalah resin-resin penukar anion yang mengikat asam empedu
bermuatan negative dalam usus halus. Resin-resin ini tidak diabsorpsi dan
tidak dimetabolisme. Kompleks resinasam empedu diekskresi dalam tinja
(gambar 15.1). Tubuh mengompensasi pengurangan asam empedu dengan
mengubah kolestrol menjadi asam empedu sehingga secara efektif
menurunkan kadar kolestrol. Karena mekansime kerja ini, seharusnya
tampak masuk akal bagi anda bahwa resin-resin ini dapat juga memengaruhi
absorpsi obat-obat lain dan vitamin-vitamin larut lemak. Suatu obat baru,
ezetimib, menghambat absorpsi kolestrol makanan dan kolestrol biliar dari
usus halus tanpa bekerja melalui asam empedu. Obat ini tidak memengaruhi
absorpsi triglisrida (Janet, 2008).
Efek samping terutama adalah gastrointestinal, kejang perut, mual
kembung, bersendawa, konstipasi. Obat ini adalah resin penukar anion,
yang dapat mengganggu absorbsi berbagai jenis obat seperti warfarin,
digoksin, tiroksin, dan tiazid (Jay, 2001).
- Asam nikotinat (niasin)
Vitamin B ini adalah terapi yang efekif untuk peningkatan LDL dan
VLDL. Penurunan kolesterol total dan kolesterol LDL serta trigliserida
sebesar 25% dapat terlihat. Peningkatan sedang juga terjadi. Asam nikotinat
bekerja dengan menghambat lipopisis jaringan adiposis, sehingga
menyebabkan berkurangnya ketersediaan asam lemak bebas produksi VDL.
Efek samping. Antara lain adalah rasa panas dan nyeri kepala, kelainan
fungsi hati, makin memburuknya toleransi glukosa, pruritu, dan gejala
gastrointestinal termasuk penyakit ulkus peptikum.
- Derivat asam fibrat.
Obat ini lebih efektif untuk menurunkan trigliserida juga dapat
menyebabkan penurunan kolesterol total dan kolesterol LDL serta
peningkatan kolesterol HDL pada tingkat sedang. Efek selulernya adalah
penghambatan lipopisis dalam jaringan lemak, pengurangan ekstraksi asam
lemak bebas pada hati, dan penghambatan sintesis apoprotein pembawa
VLDL.
Efek samping antara lain adalah gejala gastrointestinal, ruam kulit
gangguan fungsi hati, pusing, dan penglihatan kabur. Klorfibrat dilaporkan
dapat menyebabkan sindrom miositis.
- Penghambat HMG – CoA reduktase
Inhibitor HMG KoA reduktase (statitin) adalah obat penurun lipid yang
paling baru. Obat ini sangat efektif dalam menurunkan kolestrol total dan
LDL, dan telah terbukti menurunkan angka kejadian penyakit koroner dan
mortalitas total. Statin mempunyai sedikit efek samping dan saat ini biasanya
merupakan obat pilihan pertama. Inhibitor HMG KoA reduktase memblok
sintesis kolestrol dalam hati (yang mengambil sebagian besar obat). Hal ini
menstimulasi ekspresi lebih banyak enzim, cenderung untuk mengembalikan
sintesis kolestrol menjadi normal bahkan pada saat terdapat obat. Akan
tetapi, efek kompensasi ini tidak lengkap dan pengurangan kolestrol dalam
hepatosit menyebabkan peningkatan ekspresi reseptor LDL, yang
meningkatkan bersihan kolestrol dari plasma. Bukti kuat bahwa statin
menurunkan kolestrol plasma, terutama dengan meningkatkan jumlah
reseptor LDL, adalah kegagalan obat untuk bekerja pada pasien dengan
hiperkolesterolemia familial hmozigot (yang tidak mempunyai reseptor
LDL) (Neal, 2005).
Efek samping. Meliputi gejala gastrointestinal, kejang otot,
peningkatan kadar CPK, peningkatan transminase serum yang nyata dan
terus berlanjut, ruam kulit, nyeri kepala, pusing , dan pnglihatan kabur. Efek
samping jarang terjadi, salah satu yang utama adalah miopati. Insidensi
miopati meningkat pada pasien yang menerima terapi kombinasi dengan
asam nikotinat atau fibrat. Statin tidak boleh diberikan selama kehamilan
karena kolestrol penting untuk perkembangan normal fertus (Jay, 2001).
- Minyak Ikan
Minyak ikan adalah suatu zat yang kaya akan omega 3-PUFA (asam
linoleat). Minyak ikan ini dapat meningkatkan kliren VLDL. Minyak ikan
paling berguna untuk terapi tambahan pada hipertrigliserida yang tidak dapat
terkontrol dengan niasin atau golongan fibrat sendirian (Priyanto, 2009)
- Terapi Kombinasi
Kadang-kadang perlu memberikan 2 antihiperlipidemia untuk
mendapatkan penurunan kadar lipid plasma yang signifikan. Sebagai contoh,
pada hyperlipidemia tipe II, Pasien sering diobati dengan kombinasi niasin
ditambah obat pengikat asam empedu seperti kolestiramin (ingat:
kolestiramin menyebabkan peningkatan reseptor LDL sehingga
membersihkan LDL plasma yang beredar, sedangkan niasin mengurangi
sintesis VLDL dan karenanya juga sintesis LDL). Kombinasi inhibitor
HMG-CoA reduktase dengan zat pengikat asam empedu jugatelah
menunjukkan manfaat dalam menurunkan kolesterol LDL (Mycek, 2008).
BAB III
METODE KERJA
3. Prosedur kerja
3.1 Pembuatan Bahan Penelitian
1. Pembuatan Natrium CMC 1%
Tambahkan air panas sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga volume
larutan tersebut menjadi 100 ml, dinginkan
Marmut kemudian dibiarkan selama 8 jam dan setelah 8 jam diukur kadar
kolesterol
3.2 Prosedur Kerja
Darah yang keluar di teteskan pada strip Kolesterol yang terpasang pada
alat. Kadar Kolesterol darah yang muncul pada alat kemudian dicatat
sebagai kadar Kolesterol awal
Dosis Lazim 20 mg
Obat untuk
manusia
Konversi dosis Konversi dosis = Dosis lazim x faktor Konversi dosis = 20 mg x
konversi 0,031 = 0,62 mg
Dosis ini 5 ml
diberikan dalam
volume
Pembuatan 30 ml
Larutan stok
= 0,002 g
b. Suspense gemfibrozil
Pembuatan 30 ml
Larutan stok
c. Suspense Fenofibrate
Pembuatan 30 ml
Larutan stok
Distribusi
Metabolisme
Ekskresi
2. Gemfibrozil
EFEK SAMPING Sakit perut, nyeri perut ringan, mual, muntah, diare,sakit
kepala, pusing, mengantuk, nyeri sendi atau otot ringan,
tidak ada napsu birahi, impotensi, sulit orgasme, rasa
baal atau geli, gejala flu seperti hidung tersumbat, bersin,
nyeri tenggorokan.
Peningkatan risiko terjadinya hipoglikemia jika
digunakan bersama repaglinide atau pioglitazon
Peningkatan risiko terjadinya kerusakan hati dan
rhabdomyolysis jika digunakan bersama colchicine
atau obat golongan statin, seperti simvastatin,
fluvastatin, dan atorvastatin
Peningkatan kadar rosiglitazone, loperamide, atau
INTERAKSI OBAT bexarotene di dalam darah
Peningkatan risiko terjadinya perdarahan jika
digunakan bersama warfarin atau dicumarol
Penurunan efektivitas gemfibrozil jika digunakan
bersama cholestyramine
Peningkatan risiko terjadinya perpanjangan interval
QT jika digunakan bersama dasabuvir atau ritonavir
INKOMPABILITAS -
Waktu paruh 1,5 jam
Gemfibrozil adalah regulator lipid plasma yang dapat
menurunkan kadar kolesterol total, kolesterol LDL,
kolesterol VLDL, dan trigliserida serta meningkatkan
Farmakodinamika kolesterol HDL. Gemfibrozil menurunkan kolesterol total
10%, LDL 11%, trigliserida 35%, dan meningatkan HDL
11%. Kejadian kardiovaskuler fatal dan non fatal
menurun sebesar 34%.
Farmakokinetika Absorpsi
Gemfibrozil diabsorpsi secara cepat dan menyeluruh
pada saluran cerna, dan mencapai konsentrasi plasma
puncak dalam 1-2 jam setelah administrasi obat.
Gemfibrozil mengalami sirkulasi enterohepatik.
Konsentrasi plasma bervariasi antar individu, tetapi
memiliki kecenderungan meningkat seiring peningkatan
dosis. Konsentrasi plasma ini ditemukan tidak
berhubungan dengan respon terapi.
Setelah pemberian gemfibrozil per oral dosis tunggal 800
mg pada individu sehat, didapatkan konsentrasi plasma
puncak sebesar 33 ug/ml. Setelah pemberian per oral
dosis multipel 600 mg dua kali sehari pada individu sehat,
didapatkan konsentrasi plasma puncak sebesar 16-23
ug/ml.
Distribusi
Sekitar 95% gemfibrozil berikatan dengan plasma. Dalam
konsentrasi in vitro 0,1-12 ug/ml, 97% gemfibrozil
berikatan dengan 4% albumin serum manusia. Metabolit
mayor gemfibrozil tidak memiliki pengaruh terhadap
kapasitas ikatan gemfibrozil.
Studi pada hewan menemukan bahwa konsentrasi
gemfibrozil tertinggi pada hepar dan ginjal. Selain itu,
studi pada hewan coba juga menunjukkan bahwa
gemfibrozil mampu melewati plasenta.
Metabolisme
Gemfibrozil dimetabolisme di hati melalui proses oksidasi
dari grup cincin metil menjadi metabolit karboksil dan
hidroksimetil.
Eliminasi
Sebanyak 70% dari dosis gemfibrozil diekskresikan di urin
sebagai konjugat glukuronida dan sebanyak 6%
diekskresikan di feses. Gemfibrozil memiliki waktu paruh
1,5 jam.
Mekanisme kerja Gemfibrozil merupakan derivat asam fibrat generasi
pertama turunan klofibrat. Obat ini bekerja dengan cara
meningkatkan lipolisis lipoprotein trigliserida melalui
lipoprotein lipase yang berikatan dengan reseptor alfa
peroxisome proliferator–activated reseptor (PPAR-α)
pada hepatosit.
Hepatic via oxidation to two inactive metabolites;
Metabolism
undergoes enterohepatic recycling.
Excretion Urine (~70% primarily as conjugated drug); feces (6%)
Onset of action May require several days
Time to peak Serum: 1 to 2 hours
Half-life elimination 1,5 hours
Protein binding 99%
3. Fenofibrate
C. PEMBAHASAN
Pada praktikum hipokolesterolemia menggunakan obat Simvastatin,
Gemfibrozil, dan Fenofibrat dengan control menggunakan Na. Cmc. Praktikum ini
dilakukan untuk mengetahui seberapa efektivitasnya suatu obat dalam menurunkan
kadar kolesterol dalam darah yang diujikan pada Marmut setelah pemerian 8 jam dari
waktu naiknya kadar kolesterol setelah penginduksian.
Pada kontrol dengan berat Marmut 344 g, kadar kolesterol sebelum yang
diinduksi yakni 36 mg/dL dan setelah diinduksi menjadi naik 147 mg/dL. Kemudian
setelah pemerian Na. CMC selama 8 jam menjadi 150 mg/dL
Pada Marmut dengan berat 320 g diberikan simvastatin, sebelum diinduksi
kadar kolesterolnya yakni 32 mg/dL dan setelah diinduksi menjadi 150 mg/dL.
Pemerian simvastatin selama 8 jam menghasilkan kadar kolesterol yg menurun
dengan cukup signifikan, yaitu menjadi 125 mg/dL. Hal ini disebabkan karena
Inhibitor HMG KoA reduktase memblok sintesis kolestrol dalam hati (yang
mengambil sebagian besar obat). Hal ini menstimulasi ekspresi lebih banyak enzim,
cenderung untuk mengembalikan sintesis kolestrol menjadi normal bahkan pada saat
terdapat obat.
Pada marmut dengan berat 303 g, sebelum diinduksi memiliki kadar kolesterol
15 mg/dL, setelah diinduksi meningkat menjadi 120 mg/dL. Pemerian Gemfibrozil yg
termasuk dalam golongan derivate fibrat mengurangi kadar kolesterol menjadi 102
mg/dL karena gemfibrozil bekerja dengan cara meningkatkan lipolisis lipoprotein
trigliserida melalui lipoprotein lipase yang berikatan dengan reseptor alfa peroxisome
proliferator–activated reseptor (PPAR-α) pada hepatosit, dengan waktu paruh 1,5 jam.
Akan tetapi hasil yg didapat tidak se-signifikan pada pemakaian simvastatin.
Pada Marmut ketiga denga berat 327 g yakni memiliki kadar kolesterol 37
mg/dL, setelah diinduksi meningkat menjadi 141 mg/dL. Kemudian pemerian
Fenofibrate yang diberikan 8 jam sebelumnya menghasilkan kadar kolesterol dalam
darah menjadi 137 mg/dL. Fenofibrate satu golongan dengan gemfibrozil, yang mana
ada pada golongan derivat asam Fibrat yang bekerja dengan cara meningkatkan
lipolisis lipoprotein trigliserida melalui lipoprotein lipase yang berikatan dengan
reseptor alfa peroxisome proliferator–activated reseptor (PPAR-α) pada hepatosit,
pada hasil akhirnya, fenofibrate tidak menghasilkan penurunan kadar kolesterol yg
tinggi seperti ssimvastatin.
BAB V
KESIMPULAN
Pada praktikum kali ini yaknin mempelajari efektivitas obat yg digunakan untuk
Hiperlipidemia, Hiperlipidemia adalah peningkatan salah satu atau lebih kolesterol,kolesterol
ester, fosfolipid atau trigliserid. Hiperlipidemia merupakan penyakit yang dapat bersifat
primer atau sekunder, tergantung penyebabnya. Hiperlipidemia primer berasal dari kelainan
gen tunggal yang diwarisi atau lebih sering, disebabkan kombinasi faktor genetik lingkungan.
Hiperlipidemia sekunder merupakan penyakit metabolik yang lebih umum seperti diabetes
mellitus, asupan alkohol yang berlebihan, hipotiroidisme, atau sirosis biliar primer (Mycek,
2001)
Pemerian 3 macam obat dengan 1 kontrol mendapatkan hasil yg berbeda, yakni :
1. Pemerian Na. CMC pada kontrol menghasilkan kadar kolesterol naik setelah
pemerian selama 8 jam
2. Pemerian simvastatin menghasilkan kadar kolesterol yang turun dengan
signifikans etelah pemerian selama 8 jam
3. Pemerian gemfibrozil dan fenofibrate yang berasal dari satu golongan sam ayakni
derivat asam fibrate menghasilkan sedikit penurunan dibanding menggunkan
simvastatin
Pada hasil akhir kelompok, pemerian menggunakan simvastatin diketahui lebih efektif
dibanding pemerian menggunakan golongan yang lain.
Daftar Pustaka
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. DKRI : Jakarta.
Gunawan. 2007. Farmakolog idan Terapi Edisi IV. UI : Jakarta.
Harvey, Richard A. 2013. Farmakologi Ulasan Bergambar. EGC : Jakarta.
Janet, Stringer. 2008. Konsep Dasar Farmakologi (Panduan untuk Mahasiswa). EGC :
Jakarta.
Jay H. Stein. Md. 2001. Panduan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Edisi 3. EGC : Jakarta.
Katzung, Bertram, G., 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik. Penerbit Salemba Medika :
Jakarta.
Mycek, Mary,J., dkk, 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar. PT Widya Medika : Jakarta.
Priyanto. 2009. Farmakoterapi dan Terminologi Medis. LESKONFI : Depok