DISUSUN OLEH
A. Latar Belakang
E. Keaslian Penelitian
1. Handayani, Kapota & Oktavianto (2019) penelitian ini
berjudul “ Hubungan Status ASI eksklusif Dengan
Kejadian Stunting Pada Batita Usia 24-36 Bulan Di
Desa Watugajah Kabupaten Gunungkidul”. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan status
ASI eksklusif dengan kejadian stunting pada batita usia
24-36 bulan. Metode penelitian ini adalah deskriptif
korelasioanal yang bersifat kuantitatif dengan
pendekatan cross sectional pengambilan sampel
menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah
44 responden. Instrumen penelitian ini menggunakan
kuesioner dan microtoise/pita meteran. Hasil penelitian
menunjukan ada hubungan pemberian ASI eksklusif
dengan kejadian stunting pada batita usia 24-36 bulan di
Desa Watugajah, Kabupaten Gunungkidul.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti adalah intervensi yang diberikan
Perbedaan penelitiannya adalah metode penelitian,
jumlah populasi, tempat dan waktu penelitian,
pengambilan data, instrumen yang digunakan, metode
analisa data dan pengolahan data dan kriteria responden
yang akan diberikan intervensi.
2. Widiastuti, Rustina & Agustini (2019) penelitian ini
berjudul “Hubungan Dukungan Sosial Dengan Motivasi
Ibu Dalam Memberikan ASI Pada Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR)”. Jenis penelitian ini adalah deskriptif
analisis menggunakan non probality sampling dengan
jenis purporsive sampling dengan jumlah sampel 43
responden. Hasil penelitian menunjukan ada hubungan
dukungan sosial dengan motivasi ibu dalam memberikan
ASI pada BBLR (p<0,05).
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti adalah desain penelitian
menggunakan studi kasus dan dengan pendekatan
deskriptif, intervensi yang diberikan dan kriteria
responden yang akan diberikan intervensi.
Perbedaan penelitiannya adalah metode penelitian,
jumlah populasi, tempat dan waktu penelitian, metode
analisa data dan pengolahan data.
3. Ayu Rosida Setiati, Sunarsig Rahayu (2017) penelitian
ini berjudul “Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian
BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) Di Ruang Perawatan
Intensif Neonatus RSUD DR Moewardi Di Surakarta”.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor
faktor yang mempengaruhi kejadian berat lahir rendah
pada unit perawatan intensif neonatal. Desain penelitian
ini adalah pendekatan analitik deskriptif pada bayi
dengan berat badan lahir rendah, pengambilan sampel
menggunakan total sampling. Hasil penelitian
menunjukan ada hubungan antara usia, paritas,
pendarahan antepartum, eklampsia dan ruptur prematur.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti adalah kriteria responden yang
akan diberikan intervensi.
Perbedaan penelitiannya adalah metode penelitian,
jumlah populasi, tempat dan waktu penelitian,
pengambilan data, instrumen yang digunakan, metode
analisa data dan pengolahan data.
BAB II
TINJAUAN TEORI
c. Mobius syndrome
d. Cerebral palsy
e. Cleft lip
f. Cleft palate
g. Amyotropic lateral sclerosis
h. Kerusakan neuromuskular
i. Luka bakar
5. Penatalaksanaan
Berdarkan penelitian yang dilakukan oleh Sektiana
Sari, (2020) dengan judul penelitian pemberian ASI
eksklusif untuk menaikan berat badan pada bayi berat
badan lahir rendah. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan pada beberapa bayi yang diambil berdasarkan
beberapa kriteria antara lain, bayi dengan berat badan
<2500 gram, bayi BBLR usia 7-14 hari, dari hasil
penelitian yang dilakukan oleh peneliti diperoleh hasil
bahwa penerapan pemberian ASI pada bayi dengan
BBLR dapat meningkatkan berat badan pada bayi. Hasil
penelitian juga diperoleh bahwa pemberian ASI eksklusif
pada bayi selain dari dapat meningkatkan berat badan
bayi pada BBLR, hasil penelitian juga diperoleh bahwa
rata-rata bayi yang diberikan ASI ekslusif dapat menjaga
kestabilan berat badan sehingga bayi tetap mengalami
pertumbuhan yang normal, dan bayi mempunyai resiko
lebih kecil terserang penyakit infeksi. Kesimpulan dari
hasil penelitian yang dituliskan oleh peneliti yaitu
pemberian ASI eklusif sangat baik diberikan pada bayi
untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan bayi.
Penelitian lain diperoleh bahwa BBLR dapat menjadi
salah satu penyebab terjadinya stunting pada bayi apabila
tidak segera diatasi. Jurnal penelitian yang dilakukan
oleh Siska, (2021) Prevalensi kejadian Stunting pada
balita di Indonesia pada tahun 2015 sebanyak 36,4 %
balita. Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh
hasil terdapat hubungan riwayat BBLR dengan kejadian
Stunting pada balita dengan nilai p=0.00. Penelitian yang
serupa juga dilakukan oleh Suryati, (2021) dengan judul
deteksi dini resiko stunting sebagai upaya pencegahan
melalui riwayat pemberian ASI eklusif dan berat bayi
lahir rendah (BBLR), Hasil penelitian menunjukkan
pemberian ASI eksklusif dan berat badanlahir dapat
memprediksi risiko stunting. Terdapat hubungan yang
bermakna antara ASI Eksklusif dengan risiko stunting (p-
value 0,00 <0,05). Ada hubungan yang bermakna antara
BBLR dengan risiko stunting (p-value 0,004<0,005).
Pemberian ASI yang tidak optimal, seperti IMD yang
terlambat, pemberian ASI noneksklusif, dan penyapihan
dini memiliki risiko lebih besar mengalami stunting
dimana anak cenderung mengalami kekurangan nutrisi
yang dibutuhkan dalam proses tumbuh kembangnya.
Berat badan lahir rendah lebih rentan terhadap infeksi,
kesulitan bernapas, kematian, penyakit infeksi, berat
badan kurang dan stunting pada awal masa neonatal
hingga masa kanak-kanak yang berdampak pada
pertumbuhan, perkembangan dan tinggi badan anak.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa pemberian ASI tidak
eksklusif dan BBLR berpengaruh terhadap risiko
stunting
Berdasarkan beberapa jurnal penelitian yang
diperoleh dapat ditarik kesimpulan bahwa, pemenuhan
kebutuhan nutrisi pada bayi dengan BBLR sangat
penting untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan
yang dapat terjadi pada bayi dengan masalah BBLR
serta, salah satu penatalaksanaan dalam pemenuhan
kebutuhan nutrisi pada bayi yaitu dengan pemberian ASI
eklusif.
C. Konsep Asuhan Kerperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Pengumpulan data
1) Biodata
Biodata atau identitas pasien yang berisi nama
pasien, nama ibu, tanggal lahir, no RM, dan data
lainnya.
2) Riwayat maternatal
Bayi berat lahir rendah (BBLR) dapat disebabkan
oleh bayi prematur maupun retardasi
pertumbuhan rahim/IUGR (intrauterine
growthrestriction). Usia kehamilan< dari 36bulan
dapat menyebabkan bayi BBLR, ibu yang
memiliki riwayat melahirkan berat bayi lahir
rendah (BBLR) mempunyai potensi tinggi untuk
melahirkan bayi berat badan lair rendah BBLR
kembali.
3) Umur ibu
4) Riwayat hari pertama haid terakhir
5) Riwayat persalinan sebelumnya
6) Paritas, jarak kelahiran sebelumnya
7) Kenaikan berat badan selama hamil
8) Aktivitas
9) Penyakit yang diderita selama hamil
10) Obat-obatan yang diminum selama hamil
b. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan fisik ballard
Sistem penilaian skor ballard dikembangkan oleh
Dr. Jeanne L Ballard, MD untuk menentukan usia
gestasi bayi baru lahir melalui penilaian
neuromuskular dan fisik. Penilaian
neuromuskular meliputi postur, square window,
arm recoil, sudut popliteal, scarf sign dan heel to
ear maneuver. Penilaian fisik yang diamati adalah
kulit, lanugo, permukaan plantar, payudara,
mata/telinga, dan genitalia (Ballard dalam
Hartono, 2016).
a) Penilaian maturitas neuromuskular
(1) Postur
Tonus otot tubuh tercermin dalam postur
tubuh bayi saat istirahat dan adanya
tahanan saat otot diregangkan. Pada bayi
prematur tonus pasif ekstensor tidak
mendapat perlawanan, sedangkan pada
bayi yang mendekati matur menunjukkan
perlawanan tonus fleksi pasif yang
progresif.
Ga
mbar 2.4 Popliteal Angle
(5) Scarf sign
Pemeriksaan Manuver dilakukan dengan
cara menguji tonus pasif fleksor gelang
bahu. Bayi berbaring terlentang,
pemeriksa mengarahkan kepala bayi ke
garis tengah tubuh dan mendorong
tangan bayi melalui dada bagian atas
dengan satu tangan dan ibu jari dari
tangan sisi lain pemeriksa diletakkan
pada siku bayi. Amati posisi siku pada
dada bayi.
(a) Skor -1: penuh pada tingkat leher
(b) Skor 0: garis aksila konralateral
(c) Skor 1: kontralateral baris putting
(d) Skor 2: prosesu xypohid
(e) Skor 3: garis putting ipsilateral
(f) Skor 4: garis aksila ipsilateral
(2) Lanugo
Lanugo mulai menipis dimulai dari
punggung bagian bawah. Daerah yang
tidak ditutupi lanugo meluas sejalan
dengan maturitasnya dan biasanya yang
paling luas terdapat di daerah
lumbosacral. Pada punggung bayi matur
biasanya sudah tidak ditutupi lanugo.
Variasi jumlah dan lokasi lanugo pada
masing-masing usia gestasi tergantung
pada genetic, kebangsaan, keadaan
hormonal, metabolic, serta pengaruh
gizi. Sebagai contoh bayi dari ibu dengan
diabetes mempunyai lanugo yang sangat
banyak. Melakukan skoring pemeriksa
hendaknya menilai pada daerah yang
mewakili jumlah relative lanugo bayi
yakni pada daerah atas dan bawah dari
punggung bayi.
Gambar 2.7 Lanugo
(4) Payudara
Areola mammae terdiri atas jaringan
mammae yang tumbuh akibat stimulasi
esterogen ibu dan jaringan lemak yang
tergantung dari nutrisi yang diterima
janin. Pemeriksa menilai ukuran areola
dan menilai ada atau tidaknya bintik-
bintik akibat pertumbuhan papila
Montgomery. Kemudian dilakukan
palpasi jaringan mammae di bawah
areola dengan ibu jari dan telunjuk untuk
mengukur diameternya dalam
millimeter.
Gam
bar 2.10 Teinga Neonatus
(6) Mata
Pemeriksaan mata pada intinya menilai
kematangan berdasarkan perkembangan
palpebra. Pemeriksa berusaha membuka
dan memisahkan palpebra superior dan
inferior dengan menggunakan jari
telunjuk dan ibu jari. Pada bayi
extremely premature palpebara akan
menempel erat satu sama lain.
Bertambahnya maturitas palpebra
kemudian bisa dipisahkan walaupun
hanya satu sisi dan meningggalkan sisi
lainnya tetap pada posisinya. Hasil
pemeriksaan pemeriksa kemudian
disesuaikan dengan skor dalam tabel.
Perlu diingat bahwa banyak terdapat
variasi kematangan palpebra pada
individu dengan usia gestasi yang sama.
Hal ini dikarenakan terdapat faktor
seperti stres intrauterin dan faktor
humoral yang mempengaruhi
perkembangan kematangan palpebra.
Gam
bar 2.11 Palpebra Neonatus Prematur
(7) Genetalia (pria)
Testis pada fetus mulai turun dari
cavum peritoneum ke dalam scrotum
kurang lebih pada minggu ke 30 gestasi.
Testis kiri turun mendahului testis kanan
yakni pada sekitar minggu ke 32. Kedua
testis biasanya sudah dapat diraba di
canalis inguinalis bagian atas atau bawah
pada minggu ke 33 hingga 34 kehamilan.
Bersamaan dengan itu, kulit skrotum
menjadi lebih tebal dan membentuk
rugae.
Testis dikatakan telah turun secara
penuh apabila terdapat di dalam zona
berugae. Nenonatus dengan kondisi
dismatur scrotum datar, lembut, dan
kadang belum bisa dibedakan jenis
kelaminnya. Berbeda halnya pada
neonatus matur hingga posmatur,
scrotum biasanya seperti pendulum dan
dapat menyentuh kasur ketika berbaring.
c) Interpretasi Hasil
Masing-masing hasil penilaian baik
maturitas neuromuscular maupun fisik
disesuaikan dengan skor di dalam dan
dijumlahkan hasilnya. Interpretasi hasil
dapat dilihat pada tabel skor.
Gambar 2.14 The New Ballard Score
2) Sistem saraf
Refleks pada bayi saat lahir diantaranya yaiti reflek moro,
reflex sucking, reflex menelan, refleks dan reflek rooting. Bayi
dengan masalah BBLR mengalami refleks yang ada menjadi
menjadi lemah yang disebabkan kerena beberapa otor bayi
yang memiliki berat lahir rendah belum aktif sehingga
berakibat pada sistem saraf bayi.
3) Sistem kardiovaskuler
Sistem kardiovaskuler denyut nadi bayi tidak teratur nadi
perifer lemah rata-rata nadi apikal 120-160x/menit dalam
kondisis tidur 70-100x/menit dan 180x/menit ketika menangis.
Bayi mudah terindikasi anemia karena sel darah merah yang
masih kurang dan bayi yang menderita BBLR
mudahmengalami sianosis, pucat, ikterik, warna bantalan kuku,
membran mukosa dan bibir pucat.
4) Aktivitas, istirahat dan tidur
Bayi dengan masalah BBLR bayi lebih banyak tertidur
daripada bangun, status sadarnya bayi semi koma, saat tidur
dalam meringis atau tersenyum adalah bukti tidurdengan
gerakan mata cepat (REM) tidur rata-rata 20jam/hari
Pernafasan bayi mungkin rendah cepat dan belum belum
teratur, sering terjadi apnea karena otot pernapasan masih
lemah, pola pernafasan diafragmatik dan abdominal dengan
gerakan sinkron dari dada dan abdomen. Auskultasi bunyi
pernapasan mungkin dangkal tidak teratur.
5) Sistem imun
Sistem imun akan mudah terjadi infeksi karena pembentukan
anti body yang tidak baik. Pergerakan otot kurang, tonus otot
belum sempurna disebabkan muskuler. Otot masih hipnotonik,
sehingga sikap selalu dalam keadaan kedua tungkai dalam
keadaan abduksi. Pernafasan dangkal, tidak teratur, dan
pernafasan diafragatik intermuten atau periodik (30-
60kali/menit) adanya pernafasan cuping hidung, retraksi
suprasternal atau substernal, adanya sianosis, adanya bunyi
ampela pada auskultasi menandakan sindrom distres
pernapasan (RDS).
6) Neurosensory
Sutura tengkorakdan fontanel tampak melebar, penonjlan
karena ketidakadekuatan pertumbuhan tulang mungkin terlihat,
kepala kecil dengan dahi menonjol, batang hidung cekung,
hidung pendek mencuat, bibir atas tipis dan dagu maju, tonus
otot dapat tampak kencang dengan fleksi ekstremitas bawah
dan serta keterbatasan gerak, pelebaran tampilan mata.
2. Diagnose keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan
yang menjelaskan respons manusia (status kesehatan atau
risiko perubahan pola) dari individu atau kelompok,
dimana perawat secara akuntabilitas dapat
mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti
untuk menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi,
mencegah, dan merubah. Diagnosa keperawatan adalah
keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga, atau
masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau
proses kehidupan yang aktual atau potensial. Diagnosa
keperawatan merupakan dasar dalam penyusunan
rencana tindakan asuhan keperawatan, sangat perlu untuk
didokumentasikan dengan baik (Yustiana & Ghofur,
2016).
a. Ketidakefektifan pola makan bayi berhubungan
dengan keterlambatan neurologis
No
Diagnose keperawatan Noc Nic
5. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan langkah dalam
tahap proses keperawatan dengan elasanaan berbagai strategi
keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah di
rencanakan dalam rencana tindakan keperawatan. Dalam
tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal diantaranya
bahaya- bahaya fisik dan perlindungan pada anak, tenik
komunikasi kemampuan dalam prosedur tindakan,
melakukan rencana tindakan terhadap suatu jenis tindakan,
yaitu jenis tindakan mandiri dan tindakan kolaborasisebagai
profesi perawat mempunyai kewenangan dan tanggung
jawab dalam melakukan asuhan keperawatan dengan rencana
tindakan sesuai kondisi pasien (Rosyida, 2019).
6. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan tahap kelima dari
proses keperawatan. Pada tahap ini perawat membandingkan
hasil tindakan yang telah dilakukan dengan kriteria hasil
yang sudah ditetapkan serta menilai apakah masalah yang
terjadi sudah teratasi seluruhnya, hanya sebagian atau bahkan
belum teratasi semuanya (Dwi, 2018).
Jenis-jenis evaluasi dalam asuhan keperawatan menurut
Adinda (2019) antara lain:
a. Evaluasi formatif (proses)
Evaluasi formatif (proses) adalah aktivitas dari
proses keperawatan dan hasil kualitas peayanan asuhan
keperawatan. Evaluasi proses harus dilaksanakan segera
setelah perencanaan keperawatan diimplementasikan
untuk membantu menilai efektivitas intervensi tersebut.
Evaluasi proses harus terus menerus dilaksanakan hingga
tujuan yang telah ditentukan tercapai. Metode
pengumpulan data dalam evaluasi proses terdiri atas
analisis rencana asuhan keperawatan, pertemuan
kelompok, wawancara, observasi klien, dan
menggunakan form evaluasi.
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus.
Menurut (Sugiyono, 2018) Metode penelitian deskriptif kualitatif yaitu
metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi ilmiah, Teknik
pengumpulan data dan dianalisis yang bersifat kualitatif lebih menekan pada
makna.
B. Subyek Penelitian
Menurut (Sugiyono, 2018) Teknik yang sering digunakan dalam
penelitian kualitatif adalah purposive sampling. Purposive sampling
merupakan pengambilan data dengan berdasarkan pertimbangan tertentu,
misalnya seseorang yang dianggap paling tahu situasi dan kondisi partisipan
untuk memudahkan peneliti dalam pengambilan data. Dalam penelitian ini
peneliti melibatkan 1 reponden, yakni pasien yang memiliki masalah
keperawatan BBLR di Instalasi Rawat Intensif.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Intensif. Penelitian
dilakukan pada bulan Oktober 2021.
D. Fokus Studi Kasus
Menurut (Sugiyono, 2018) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif
bersifat holistic (menyeluruh, tidak dapat dipisah-pisahkan), sehingga peneliti
kualitatif tidak akan menetapkan penelitiannya hanya berdasarkan variable
penelitian, tetapi keseluruhan situasi social yang diteliti yang meliputi aspek
tempat (place), Pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi
secara sinergis. Pada penelitian ini peneliti menetapkan fokus studi kasusnya
yaitu Analisis keefektifitan pemberian ASI eksklusif pada bayi dengan BBLR
di Instalasi Rawat Intensif.
E. Batasan Istilah
Batasan istilah dibutuhkan untuk mengarahkan dan sebagai patokan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Adapun batasan
istilah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. ASI adalah
2. BBLR adalah
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk melakukan
kegiatan penelitian terutama sebagai pengukuran dan pengumpulan data
berupa angket, seprangkat soal tes, lembar observasi, dsb. Pernyataan tersebut
seperti halnya dengan pengertian instrument penelitian menurut (Sugiyono,
2018, hlm102) Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan
mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.
Menurut Nasution (1988) dalam Sugiyono (2018:223) menyatakan:
Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan
masusia sebagai instrument penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala
sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian,
prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan
itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala
sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu, dalam keadaan
yang serba tidak pasti dan tidak jelas, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti
itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode pendekatan studi
kasus. Maka yang menjadi instrument penelitian atau alat yang digunakan
dalam penelitian ini adalah
G. Jalannya Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rawat Intensif pada bulan Oktober
2021 dengan beberapa tahap pelaksanaan yang dijelaskan sebagai berikut:
1. Tahap Pra Persiapan
Tahap dimana melakukan pengajuan judul penelitian dengan dosen
pembimbing. Kemudian peneliti melakukan bimbingan dengan dosen
pembimbing dalam proses pembuatan proposal penelitian. Proses
penelitian dengan mencari informasi dan referensi dari literarure review
berupa jurnal-jurnal penelitian, Karya Tulis Ilmiah dan buku. Setelah
proposal penelitian jadi, dilanjutkan dengan seminar proposal.
2. Tahap Persiapan
Pada tahap ini peneliti melakukan perizinan pada pihak terkait
Rumah sakit pada Instalasi Rawat Intensif. Setelah itu peneliti
mendapatkan ijin penelitian langsung melakukan uji etik sebelum
melakukan asuhan keperawatan dengan menerapkan intervensi inovasi.
3. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan dimana pada tahap ini peneliti melaksanakan
penelitian ditempat yang telah ditentukan yaitu Instalasi Rawat Intensif
pada bulan Oktober 2021. Peneliti melakukan asuhan keperawatan
selama 3x24 jam dengan memberikan intervensi pemberian ASI untuk
meningkatkan berat badan bayi. Peneliti meminta salah satu pasien untuk
menjadi responden melalui lembar permohonan persetujuan menjadi
responden kemudian diberikan intervensi.
Sebelum terapi diberikan, peneliti menjelaskan secara detail terkait
prosedur pelaksanaan terapi pada ibu bayi dan perawat ruangan setelah
itu peneliti memberikan intervensi pemberian ASI, dimana ASI diperoleh
dari ibu bayi.
4. Tahap Penyelesaian
Setelah selesai melakukan asuhan keperawatan dengan
memberikan intervensi pemberian ASI kemudian peneliti menimbang
berat badan bayi apakah ada penambahan berat badan atau tidak selama
penerapan intervensi.
Selanjutnya peneliti membuat bab pembahasan dan bab
kesimpulan, penyusunan laporan dalam peneliti ini harus sesuai dengan
tujuan peneliti dan juga data yang diperoleh. Setelah itu, data ditampilkan
sebagai data secara keseluruhan. Data dokumen yang didapatkan peneliti
dibatasi aksesnya untuk dilakukan penelitian selanjutnya.
I. Etik Penelitian
Penelitian yang digunakan harus memperhatikan ketentuan-ketentuan
dalam etika penelitian dengan menggunakan subjek manusia menjadi isu
sentral yang berkembang saat ini. Penelitan ilmu keperawatan, hampir 90%
sujek yang dipergunakan adalah manusia, maka peneliti harus memahami
prinsip-prinsip etika penelitian (Nugroho, 2017). Prinsip etika dalam
penelitian/pengumpulan data dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu
prinsip manfaat, menghargai hak-hak subjek, dan prinsip keadilan (Nugroho,
2017).
1. Prinsip Manfaat
a. Bebas dari penderitaan
Penelitian yang dilakukan tidak mengakibatkan penderitaan pada
subjek, khususnya jika menggunakan tindakan khusus.
b. Bebas dari eksploitasi
Partisipasi subjek dalam penelitian, harus dihindarkan dari keadaan
yang tidak menguntungkan. Subjek harus diyakinkan bahwa
partisipasinya dalam penelitian atau informasi yang telah diberikan,
tidak akan dipergunakan dalam hal-hal yang dapat merugikan subjek
dalam bentuk apapun
c. Risiko (Benefit ratio)
Penelitian harus mempertimbangkan risiko dan keuntungan yang akan
berakibat kepada subjek pada setiap tindakan.
2. Prinsip menghargai hak asasi manusia (respect human dignity)
a. Hak untuk ikut/tidak menjadi responden (right to self determination)
subjek harus diperlakuakan secara manusiawi. Subjek mempunyai hak
memutuskan apakah mereka bersedia menjadi subjek atau tidak, tanpa
adanya sangsi apapun.
b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan (right
to full disclosure)
Peneliti harus memberikan penjelasan secara terperinci, dan
bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi kepada subjek.
c. Informed concent
Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan
penelitian yang akan dilakukan, mempunyai hak untuk bebas
berpartisipasi atau menolak menjadi responden. Informed concent
juga perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan
dipergunakan untuk pengambilan ilmu.
3. Prinsip Keadilan (right to justice)
a. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right in fair treatment)
Subjek harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama, dan
sesudah keikut sertaannya dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi
apabila ternyata mereka tidak bersedia atau dikeluarkan dari
penelitian.
b. Hak dijaga kerahasiaannya (right to privacy)
Subjek mempunyai hak untuk meminta data yang diberikan harus
dirahasiakan, dan identitas harus responden harus dirahasiakan
(anonymity) dan rahasia (confidentiality).
Lampiran. Pathway
BBLR
Maturasi organ
Resiko infeksi