Anda di halaman 1dari 5

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bayi berat lahir rendah (BBLR) diartikan sebagai bayi yang lahir
dengan berat badan kurang dari 2500 gram (Shohibin &Yuhan, 2019).
Menurut WHO, (2017) mengelompokkan BBLR menjadi 3 macam, yaitu
BBLR (1500–2499 gram), BBLR (1000-1499 gram), BBLR (< 1000 gram).
BBLR
berkontribusi sebesar 60%-80% terhadap kematian neonatal (WHO, 2018).
Menurut Data WHO, (2018) bahwa prevalensi kejadian BBLR di dunia yaitu
20 juta (15.5%) setiap tahunnya, dan negara berkembang menjadi
kontributor terbesar yaitu sekitar 96.5% Indonesia sebagai salah satu negara
berkembang masih berada pada posisi yang cukup tinggi untuk kasus BBLR.
Berdasarkan data SDKI, (2017) angka kejadian BBLR di Indonesia pada
tahun masih relatif tinggi yaitu sebesar 7,1%. Provinsi Sulawesi Tengah
menduduki peringkat pertama kejadian BBLR yaitu 8,9%, sedangkan
provinsi yang memiliki persentase angka kejadian BBLR paling rendah
adalah Provinsi Jambi (2,6%) (Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional, Statistik, Kesehatan, 2018)
Persentase angka kejadian bayi dengan berat badan lahir rendah
(BBLR) di daerah Istimewa Yogyakarta dari tahun ke tahun fluktuatif, dari
tahun 2013 sampai tahun 2015 terjadi kenaikan. Kemudian pada tahun 2015
sampai tahun 2017 cenderung menurun. Persentase BBLR pada tahun 2015
yaitu 6,4%, kemudian menurun menjadi 5,46% di tahun 2016, dan di tahun
2017 terjadi penurunan kembali menjadi 5,16%. Persentase BBLR ini
didapatkan dari bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram
dibandingkan dengan bayi yang lahir hidup pada tahun tersebut (Dinas
Kesehatan Yogyakarta, 2019).

1
2

Kasus kematian bayi di kabupaten Bantul tahuan 2019 sejumlah 107


kasus, dan yang terjadi hampir disemua wilayah kecamatan di kabupaten
bantul. Kecamatan dengan kematian bayi tertinggi yaitu diwlayah puskesmas
banguntapan I yaitu sebanyak 11 kasus. Penyebab kematian bayi dengan
kasus BBLR sejumlah 35 kasus. Bayi dengan BBLR cenderung mengalami
gangguan perkembangan kognitif, retardasi mental, serta lebih mudah
mengalami infeksi yang dapat mengakibatkan kesakitan atau bahkan
kematian (De Onis et al., 2019).
BBLR merupakan kondisi yang bisa disebabkan oleh beberapa faktor,
beberapa diantaranya yaitu frekuensi pekerjaan, jumlah paritas, pendidikan,
status gizi (Wijaya, 2019). BBLR mempunyai risiko lebih besar untuk
mengalami morbiditas dan mortalitas daripada bayi lahir yang memiliki
berat badan normal. Masa kehamilan yang kurang dari 37 minggu dapat
menyebabkan terjadinya komplikasi pada bayi karena pertumbuhan organ-
organ yang berada dalam tubuhnya kurang sempurna. Kemungkinan yang
terjadi akan lebih buruk bila berat bayi semakin rendah (Perwiraningtyas
dkk, 2020).Semakin rendah berat badan bayi, maka semakin penting untuk
memantau perkembangannya di minggu-minggu setelah kelahiran
(Nussbaumer-Streit et al., 2020).
Jurnal penelitian Linda, (2017) menuliskan bayi dengan BBLR
mempunyai resiko kematian yang lebih besar dibandingkan dengan bayi
dengan berat badan lahir normal, terutama pada bulan-bulan pertama
kelahiran karena pembentukan zat anti kekebalan kurang sempurna, dan bayi
BBLR mengalami pembentukan fungsi organ yang belum sempurna dan
lemah sehingga bayi mudah terkena penyakit infeksi. Meningkatkan sistem
kekebalan tubuh pada bayi yaitu dengan pemberian gizi yang sesuai.
Teori yang dituliskan oleh Yuliastati, (2016) menjelaskan bahwa pada
bayi dengan masalah BBLR mengalami masalah kelemahan pada bagian
reflek antara lain reflek moro, reflek mengenggam, reflek rooting, dan reflek
menghisap. Akibat dari kelemahan serta ketidak efektifan pada fungsi reflek
pada bayi, menyebabkan pemenuhan kebutuhan nutrisi pada bayi tidak
terpenuhi sehingga hal tersebut dapat menyebabkan masalah kesehatan yang
lebih berat pada bayi, Penatalaksanaan masalah pada bayi dengan BBLR
3
dalam mengatasi masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi yaitu dengan
pemberian ASI ekslusif. Teori yang dituliskan oleh Yuliastati, (2016)
didukung jurnal Hartiningrum & Fitriyah, (2018) menjelaskan bahwa BBLR
memiliki system imun yang kurang baik dibandingkan pada bayi dengan
berat normal sehingga lebih mudah mengalami infeksi yang dapat
mengakibatkan kesakitan atau bahkan kematian
Penatalaksanaan dalam mengatasi BBLR dalam memenuhi kebutuhan
nutrisi yaitu dengan pemberian asuhan keperawatan yang efektif pada bayi
dan ibu, Perawat merupakan anggota dari tim pemberi asuhan keperawatan
pada orang tua dan bayi. Perawat dapat berperan dalam berbagai aspek
dalam memberikan pelayanan kesehatan dan bekerjasama dengan anggota
tim lain dan keluarga dalam upaya membantu memecahkan masalah yang
berkaitan dengan perawatan anak. Peran preventif perawat berperan dalam
memberikan pendidikan kesehatan pada orang tua, baik secara langsung
maupun tidak langsung untuk membatu orang tua memahami tentang
perawatan pada anak serta, mencegah masalah kesehatan yang dapat terjadi
pada anak. Peran kuratif perawat berperan memberikan pelayanan kesehatan
yang bertujuan untuk terlaksananya asuhan keperawatan yang holistic dan
komprehensif, dengan berkolaborasi dan koordinasi bersama dengan anggota
tim kesehatan lain serta keluarga. Peran promotif, perawat berperan penting
dalam meningkatkan kesejahteraan kesehatan pasien (Yuliastati, 2016).
Berdasarkan masalah yang telah dipaparkan diatas maka peneliti
bermaksud untuk menulis karya tulis akhir dengan judul “Analisis Asuhan
Keperawatan Dengan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) di RSUD
panembahan senopati Bantul Yogyakarta”.
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Menganalisis efektivitas pemberian ASI eklusif pada bayi dengan berat
badan lahir rendah (BBLR) di RSUD Penembahan Senopati Bantul
Yogyakarta.
b. Tujuan Khusus
Untuk menganalisis apakah terdapat kesesuaian serta kesenjangan pada
penerapan asuhan keperawatan pada teori dan penerapan klinik .
C. Ruang Lingkup
Asuhan keperawatan ASI eklusif pada bayi dengan masalah berat bayi lahir
rendah (BBLR), di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.
D. Manfaat Penulisan
a. Manfaat bagi mahasiswa
1) Dapat digunakan sebagai acuan dalam menganalisis penerapan
asuhan keperawatan
2) Dapat digunakan sebagai bahan ajar
b. Manfaat bagi lahan praktek (RSUD Panembahan Senopati Bantul
Yogyakarta)
Dapat diterapkan sebagai salah satu penatalaksanaan masalah pada bayi
dengan BBLR
c. Manfaat bagi Institusi (STIKes Surya Global)
1) Dapat menjadi bahan pustakaan
2) Dapat digunakan sebagai bahan ajar
E. Metode Penulisan
Metode penulisan dalam KTA ini menggunakan metode deskriptif
kuantitatif dengan pendekatan asuhan keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai