Anda di halaman 1dari 9

،‫ يَ ْغفِرْ لَ ُك ْم ُذنُوْ بَ ُك ْم‬،‫ َو َسابِقُوْ ا إِلَى َجنَّتِ ِه‬،‫ َوآ ِمنُوْ ا بِ ِه‬،ِ‫ فَأ َ ِج ْيبُوْ ا دَا ِع َي هللا‬،‫ َوأَقَا

َم ال َداَل ئِ َل َعلَى َوحْ دَانِيَتِ ِه‬،‫ق بِقُ ْد َرتِ ِه‬ َ َ‫ اَ ْل َح ْم ُد هَّلِل ِ خَ ل‬،ِ ‫اَ ْل َح ْم ُد هَّلِل‬
َ ِ‫ق الخَاَل ئ‬
‫ َوأَ ْش ُك ُرهُ َعلَى تَوْ فِ ْيقِ ِه َو َسابِ ِغ نِ ْع َمتِ ِه‬،ُ‫ َوأَتُوْ بُ إِلَ ْي ِه َوأَ ْستَ ْغفِ ُره‬،- ُ‫ أَحْ ُم ُدهُ – ُسب َْحانَه‬،‫ َوي ُْؤتِ ُك ْم ِك ْفلَي ِْن ِم ْن َرحْ َمتِ ِه‬.

ِّ ‫ قَا َم بِ َح‬،ُ‫ َوأَ ْشهَ ُد أَ َّن َسيِّ َدنَا َونَبِيَّنَا ُم َح َّمدًا َع ْب ُد هللاِ َو َرسُوْ لُه‬،‫ ُمقِ ًّرا بِ َوحْ دَانِيَتِ ِه‬،ُ‫ك لَه‬
،‫ َوقَا َم هَّلِل ِ بِ ُح َّجتِ ِه‬،‫ق َد ْع َوتِ ِه‬ ِ ‫َوأَ ْشهَ ُد أَ ْن اَل إِلَهَ إِاَّل هللاُ َوحْ َدهُ اَل ش‬
َ ‫َر ْي‬
‫ َوالتَّابِ ِع ْينَ َو َم ْن تَبِ َعهُ ْم بِإِحْ َسا ٍن َو َسا َر َعلَى‬،‫ َوأَصْ َحابِ ِه ال ُغرِّ ال َميَا ِم ْي ِن َخي ِْر أُ َّمتِ ِه‬،‫ َو َعلَى آلِ ِه الطَيِّبِ ْينَ ال َسا َد ِة ِع ْت َرتِ ِه‬،‫ك َعلَ ْي ِه‬ َ َ‫صلَّى هللاُ َو َسلَّ َم َوب‬
َ ‫ار‬ َ
ِ َ‫ َوأَ ِخ ْي ِه َوف‬،‫صا َحبَتِ ِه‬
‫ص ْيلَتِ ِه‬ َ ‫ يَوْ َم يَ َو ُّد ال َمرْ ُء لَوْ يَفتَ ِدي بِبَنِ ْي ِه َو‬،‫ َو َسلَّ َم تَ ْسلِ ْي ًما َكثِ ْيرًا َم ِز ْيدًا إِلَى يَوْ ِم ال ِّد ْي ِن‬،‫نَه ِْج ِه َو ُسنَتِّ ِه‬.

‫أَ ّما بَ ْع ُد‬:

Ibadallah,

Segala puji bagi Allah Yang Maha Jujur dalam segala kata dan janji-Nya. Zat Yang Maha Mengetahui lagi
Maha Melihat dan Maha Mendengar, sehingga tidak ada sesuatupun yang tersembunyi atas-Nya, baik
berupa perkataan maupun perbuatan makhluk-Nya.

Sesungguhnya bila seseorang benar-benar beriman dan bertakwa kepada Allah Azza wa Jalla akan selalu
berkata dan berbuat jujur dalam hidupnya. Betapa-pun pintarnya seseorang dalam menutupi sebuah
kedustaaan dari manusia, namun ia tidak bisa sedikitpun menyembunyikannya dari Allah Azza wa Jalla.

Shalawat dan salam buat nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang amat agung akhlaknya,
sehingga dipercaya oleh lawan dan kawan dalam kejujurannya. Selayaknyalah, kita sebagai umat Beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mentauladani kejujuran Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
mengamalkan naseha-nasehat Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang kejujuran.

Pada khotbah yang singkat berikut ini khotib akan membahas sekilas tentang urgensi kejujuran bagi
seorang Muslim dalam berabagi aspek kehidupannya, kapan dan dimanapun ia berada. Dilatar belakangi
oleh kondisi masyarakat yang sudah begitu mahal dalam berbuat jujur. Hal tersebut telah menimbulkan
berbagai bencana dan kerusakan dalam lini sendi-sendi kehidupn kita; sejak dari tingkat rumah tangga
sampai pada tingkat kehidupan bermasyarakat dan bernegara, baik dalam bidang politik, ekonomi,
hankam, hukum mupun dunia pendidikan, mulai pada lefel rakyat biasa sampai pada tingkat penguasa.
Bermacam peristiwa dan masalah telah menimpa dan menerpa kita sebagai akibat dari jauhnya nilai-
nilai kejujuran dalam kehidupan.

Mudah-mudahan dapat menggugah kesadaran kita untuk menghidupan kembali nilai-nilai kejujuran
dalam diri kita masing-masing. Begitu banyak ayat maupun hadits-hadits yang menerangkan tentang
pentingnya kejujuran bagi setiap individu demi untuk terbinanya kehidupan yang berbudaya dan
bermatabat.

Diantaranya firman Allah Azza wa Jalla.

َ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َو ُكونُوا َم َع الصَّا ِدقِين‬

Wahai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dan jadilah kalian bersama orang-orang
yang jujur. (At-Taubah/9:119).

Dalam ayat ini, Allah Azza wa Jalla memanggil orang-orang yang beriman untuk bertaqwa kepada-Nya
dan menjadi orang-orang yang jujur dalam segala hal. Karena kejujuran tersebut adalah bagian dari
taqwa dan bukti baiknya iman seseorang tersebut. sebaliknya bila sifat jujur tidak terdapat pada diri
seseorang maka itu sebagai indikasi iman orang tersebut tidak baik.

Dalam ayat tersebut juga terkandung pesan nasehat kepada kita untuk menjadikan orang-orang yang
jujur sebagai teman dalam hidup kita. Dan menjauhi orang-orang yang suka berdusta karena bisa
menjadikan kita tertulari sifat dustanya atau menjadi korban dari kedustaannya. Maka oleh sebab itu
bergabunglah kedalam kelompok orang-orang yang jujur di dunia agar kita juga dikumpulkan bersama
mereka kelak dalam surga yang penuh dengan kebahagian dan kenikmatan.

Telah bersabda Rasul kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam :

‫صدِّيقًا‬ِ ِ ‫َب ِع ْن َد هَّللا‬َ ‫ق َحتَّى يُ ْكت‬ َ ‫ص ْد‬ ُ ‫ق يَ ْه ِدى إِلَى ْالبِرِّ َوإِ َّن ْالبِ َّر يَ ْه ِدى إِلَى ْال َجنَّ ِة َو َما يَزَ ا ُل ال َّر ُج ُل يَصْ ُد‬
ِّ ‫ق َويَتَ َحرَّى ال‬ ِ ‫َعلَ ْي ُك ْم بِالصِّ ْد‬
َ ‫ق فَإِ َّن الصِّ ْد‬
َّ َ ‫هَّللا‬
‫َب ِعن َد ِ كذابًا‬ْ ْ َّ
َ ‫ب َحتى يُكت‬ َ ْ ْ
َ ‫ار َو َما يَ َزا ُل ال َّر ُج ُل يَك ِذبُ َويَت ََحرَّى الك ِذ‬ َّ َ
ِ ‫ُور يَ ْه ِدى إِلى الن‬ ُ ْ
َ ‫ُور َوإِن الفج‬ َّ ُ ْ َ
ِ ‫ب يَ ْه ِدى إِلى الفج‬ َ ْ َّ
َ ‫ب فإِن الك ِذ‬ َ َ ‫َوإِيَّا ُك ْم َو ْال َك ِذ‬
Diwajibkan atas kalian untuk jujur, karena kejujuran akan membawa kepada kebaikan. Dan keabikan itu
akan membawa masuk surga. Senantiasa seseorang itu jujur dan benar-benar berusaha untuk salalu
jujur, sehingga ia dicatatat di sisi Allah sebagai orang yang paling jujur. Dan jauhilah oleh kalian sifat
dusta, karena dusta akan membawa untuk berbuat keji. Dan perbuatan keji itu akan membawa ke
dalam neraka. Senantiasa seseorang itu suka berdusta, dan berusaha untuk selalu berdusta, sehingga ia
dicatat di sisi Allah sebagai orang yang paling dusta. (Muttafaq ‘alaih)

Dalam hadits ini, Rasul kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam secara jelas dan tegas
memerintahkan umatnya untuk berlaku jujur dalam segala hal. Kejujuran tersebut akan membuat
pelakunya meraih berbagai kebaikan dalam hidupnya. Bukan sebaliknya sebagaimana yang sering kita
dengar dari orang yang jauh dari ilmu agama mengatakan: “bila jujur akan hancur”. Ungkapan tersebut
sangat bertolak belakang dengan kandungan hadits di atas.

Dalam sepanjang sejarah umat manusia belum pernah Allah Azza wa Jalla memberikan kehancuran
terhadap orang-orang yang jujur. Akan tetapi kehancuran itu adalah bagi orang-orang yang jauh dari
kejujuran. Bahkan kejujuran itu merupakan salah satu jalan yang dapat mengantarkan pelakunya ke
dalam surga yang begitu mewah dan indah. Bagaimana bisa dikatakan: jujur adalah hancur? Hadits di
atas juga menjelaskan bahwa untuk memiliki sifat jujur perlu perjuangan dan pengendalian diri yang
serius, sehingga ia benar-benar terlatih untuk senantiasa jujur dalam segala hal. Dengan usahanya yang
maksimal untuk selalu memiliki sifat jujur, akhirnya Allah akan memberikan predikat jujur tersebut
kepada seorang hambanya.

Berikutnya Rasul kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan umatnya agar mereka
menjauhi sifat dusta. Karena dusta akan menggiring pelakunya untuk berbuat berbagai tindakan
kriminal dan kejahatan. Yang pada akhirnya perlaku dusta akan terhina saat di dunia dan di akhirat kelak
akan tersiksa dan sensara dalam nerka yang panas membara.

Amat banyak kita dapatkan dalam kenyataan sehari-hari berbagai bentuk kejahatan kriminal diawali
oleh sikap ketidak jujuran dalam berkata dan berbuat. Bermacam perselihan dan pertengkaran yang
berujung pada pembunuhan diawali dengan ketidak jujuran para korban dan pelaku. Seorang anak
terlibat pergaulan bebas, mengkonsumsi obat-obat terlarang atau kejahatan sejenis pada mulanya
diawali ketika sang anak mulai berdusta pada orang tua mereka. Begitu pula kecekcokan dalam rumah
tangga biasanya sering dipicu oleh ketidak jujuran salah satu dari anggota keluarga. Hal serupa juga
melanda berbagai perkumpulan dan lembaga-lembaga masyarakat maupun pemerintah.
Perlu kiranya kita ketahui bahwa bila seseorang berdusta satu kali maka dusta pertama tadi akan
membuatnya harus berdusta yang kedua untuk menutupi dusta yang pertama, selanjutnya ia terpaksa
harus membuat dusta ketiga untuk menutupi dusta pertama dan kedua, begitulah seterusnya. Sehingga
kadang kala ia terpaksa harus melakukan pembunuhan untuk menutup kedustaan yang semakin hari
ditakuti bila diketahui orang lain, perasaan tersebut semakin menghantui dirinya setiap saat. Oleh
karena itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, yang artinya, “bahwa perbuatan dusta
itu akan membawa untuk berbuat keji“. Ketika seseorang berbuat keji maka tempat yang layak baginya
di akhirat kelak adalah di neraka yang penuh dengan siksa angkara.

Prilaku dusta yang sudah menjadi kebiasaan seseorang maka sifat tersebut amat sangat sulit untuk bisa
ia tinggalkan. Maka terbuktilah apa yang disebutkan dalam hadits di atas “Senantiasa seseorang itu suka
berdusta, dan berusaha untuk selalu berdusta, sehingga ia dicatat di sisi Allah sebagai orang yang paling
dusta”. Sungguh amat terhinalah seorang hamba yang sudah dicap di sisi Allah Azza wa Jalla sebagai
seorang pendusta. Bila Allah Azza wa Jalla telah mencatat ia sebagai seorang pendusta, siapakah yang
dapat mengembali nama baiknya dan membuang catatan tersebut dari dirinya? Siapakah yang bisa
menyelamatkannya dari adzab Allah? Maka tidak ada pilihan lagi bagi seorang hamba untuk
menyelamatkan dirinya kecuali dengan bertaubat dengan sebenar-benarnya kepada Allah Azza wa Jalla.

Sebagaimana Allah Azza wa Jalla gambarkan balasan orang-orang jujur dalam firman-Nya:

َ ِ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ ْم َو َرضُوا َع ْنهُ ۚ ٰ َذل‬


‫ك ْالفَوْ ُز ْال َع ِظي ُم‬ ِ ‫ات تَجْ ِري ِم ْن تَحْ تِهَا اأْل َ ْنهَا ُر خَالِ ِدينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ َر‬ ِ َ‫ال هَّللا ُ ٰهَ َذا يَوْ ُم يَ ْنفَ ُع الصَّا ِدقِين‬
ٌ َّ‫ص ْدقُهُ ْم ۚ لَهُ ْم َجن‬ َ َ‫ق‬

Allah berkata: Pada hari ini kejujuran akan bermamfaat bagi orang-orang yang jujur, bagi mereka adalah
surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya, Allah redha
ke(ada mereka, merekapun ridha kepada Allah, itulah keberuntungan yang mat besar.” (Al-
Maidah/5:119)

Dalam ayat di atas dijelaskan bahwa orang-orang yang jujur akan mendapatkan keberuntungan yang
berlipat-ganda di sisi Allah Azza wa Jalla.

Adapun balasan bagi orang-orang yang suka berdusta, diantaranya adalah sebagaimana yang disebutkan
dalam hadits berikut:
ُ‫ق ِش ْدقُهُ فَ َك َّذابٌ يَ ْك ِذب‬ُّ ‫ْت اللَّ ْيلَةَ َر ُجلَ ْي ِن أَتَيَانِي قَااَل الَّ ِذي َرأَ ْيتَهُ يُ َش‬
ُ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َرأَي‬ َ َ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ قَا َل ق‬
َ ‫ال النَّبِ ُّي‬ ٍ ‫ع َْن َس ُم َرةَ ْب ِن ُج ْن ُد‬
ِ ‫ب َر‬
ْ َ َ
‫ق فيُصْ نَ ُع بِ ِه إِلى يَوْ ِم القِيَا َم ِة‬ َ ‫آْل‬ ُ َّ ْ ُ
َ ‫بِالكَذبَ ِة تحْ َم ُل َعنهُ َحتى تَ ْبل َغ ا فا‬ ْ ْ

(Diriwayat) dari Samurah bin Jundub Radhiyallahu anhu, ia berkata terlah bersabda Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam , “Dua orang Malaikat mendatangiku tadi malam, keduanya berkata, ‘Orang yang
engkau lihat merobek-robek mulutnya sendiri adalah seorang pendusta yang berdusta dengan sebuah
keduastaan lalu menyebar keberbagai penjuru dunia, maka ia diadzab dengan seperti sampai hari
kiamat.’ (HR. Al-Bukhari)

Itulah balasan bagi orang-orang yang melakukan sebuah dusta yang dustanya tersebar keseluruh
pelosok negeri sehingga tersebar kepada orang banyak.

Bagaimana dengan orang yang berdusta dalam sebuah buku yang bukunya tersebar kemana-mana?

Atau orang yang berdusta lalu dustanya tersebut disebarkan di media sosial atau di media masa!?

Apalagi dusta itu menyangkut kehormatan orang banyak!? Sebagaimana kebiasan para pelaku bid’ah
yang menuduh orang-orang yang menegakan sunnah dengan tuduhan-tuduhan dusta. Sungguh betapa
beratnya adzab yang akan diterima oleh si pelaku di hari pembalasan.

Pada berikut ini kita jelaskan beberapa kondisi yang kita dituntut untuk berlaku jujur sebagaimana yang
dijelaskan dalam Alquran dan Sunnah.

Pertama: Jujur Dalam Berkata

Sebagian orang yang terbiasa untuk menarik perhatian dan meyakinkan lawan bicara, dia terkadang
meninggalkan kejujuran dalam berkomunikasi. Bahkan kebiasaan buruk seperti ini juga menempel pada
sebagian da’i yang berdakwah di tangah masyarakat. Begitu pula sebagian tutor dan trainer ketika
memaparkan materi di hadapan peserta pelatihan atau seminar. Pada hal perbuatan tersebut jelas
diharamkan dalam agama Islam. Bahkan perintah untuk menjauhi perkataan dusta, Allah sebutkan
setelah perintah menjauhi berhala. Sebagaimana dalam Ayat berikut ini:
‫ور‬ ُّ ‫س ِمنَ اأْل َوْ ثَا ِن َواجْ تَنِبُوا قَوْ َل‬
ِ ‫الز‬ َ ْ‫فَاجْ تَنِبُوا الرِّج‬

Maka jauhilah kekejian dari berhala, dan jauhilah perkataan dusta (Al-Hajj/22:30)

Kebiasaan berdusta dalam berbicara adalah kebiasan orang-orang munafik. Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:

‫ب َوإِ َذا عَاهَ َد َغ َد َر َوإِ َذا َو َع َد‬ ٍ ‫َت فِي ِه َخلَّةٌ ِم ْن نِفَا‬
َ ‫ق َحتَّى يَ َد َعهَا إِ َذا َح َّد‬
َ ‫ث َك َذ‬ ْ ‫أَرْ بَ ٌع َم ْن ُك َّن فِي ِه َكانَ ُمنَافِقًا خَالِصًا َو َم ْن كَان‬
ْ ‫َت فِي ِه خَ لَّةٌ ِم ْنه َُّن كَان‬
‫ متفق عليه‬.»‫ص َم فَ َج َر‬ ْ
َ ‫أخلَفَ َوإِ َذا خَا‬ َ

Empat sifat bila dimiliki seseorang maka ia adalah munafik murni (sejati). Barangsiapa memiliki salah
satunya maka padanya terdapat salah satu sifat munafik sampai ia meninggalkannya. Bila bicara ia
dusta, bila membuat kesepakatan ia khianat, bila berjanji ia mungkir dan bila berselisih ia curang.
(Muttafaq ‘alaih)

Karena begitu tercelanya sifat suka berdusta ketika berbicara maka dijadikanlah sebagai salah satu ciri
khusus yang dimiliki orang-orang munafik.

Kedua: Jujur Dalam Berjanji

Sering pula kita dapati dalam kenyataan sehari-hari betapa mudahnya sebagian orang untuk berjanji dan
sekaligus amat mudah sekali untuk tidak memenuhinya. Secara khusus tokoh-tokoh partai politik ketika
dalam suasana mencari dukungan suara dari masyarakat. Mereka berbicara dengan semangat dan suara
lantang dihadapan ribuan orang akan melakukan berbagai program untuk kesejahteran rakyat. Akan
kenyataan sangat berbeda setelah kekuasaan di tangan mereka. Begitu pula sebagian lembaga
pendidikan ketika saat penyebaran informasi penerimaan calon peserta didik baru. Dalam brosur
terdapat berbagai keunggulan di bidang pelayanan, akan tetapi pada hakikatnya itu semua adalah janji-
janji yang tidak pernah sesuai dengan kenyataan. Allah telah menegaskan dalam firman-Nya:

‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا أَوْ فُوا بِ ْال ُعقُو ِد‬
‫)‪Wahai orang-orang yang beriman tepatilah janji-janji kalian (Al-Maidah/5:1‬‬

‫‪Dalam ayat yang mulia ini Allah membuka perintahnya untuk menepati janji dengan panggilan iman,‬‬
‫‪karena menepati janji adalah bukti atas seseorang yang benar-benar beriman. Sebab imannya akan‬‬
‫‪berfungsi mengontrol janji-janjinya.‬‬

‫‪Kebiasaan suka menyalahi janji adalah merupakan ciri-ciri orang munafik. Sebagaimana disebutkan‬‬
‫‪dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:‬‬

‫ب َوإِ َذا َو َع َد أَ ْخلَفَ َوإِ َذا ا ْئتُ ِمنَ َخانَ »‪ .‬متفق عليه‬ ‫ت ْال ُمنَافِ ِ‬
‫ق ثَالَثَةٌ إِ َذا َح َّد َ‬
‫ث َك َذ َ‬ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ِم ْن َعالَ َما ِ‬
‫ال َرسُو ُل هَّللا ِ َ‬ ‫ع َْن أَبِى هُ َري َْرةَ قَ َ‬
‫ال قَ َ‬

‫‪Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , ia berkata, “Telah bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa‬‬
‫‪sallam, “Diantara ciri-ciri orang munafik ada tiga; apabila berbicara ia dusta, apabila berjanji ia mungkir‬‬
‫‪dan bila diberi amanah ia khianat. (Muttafaq ‘alaih).‬‬

‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ‪َ ،-‬وأَقُوْ ُل قَوْ لِي هَ َذا َوأَ ْستَ ْغفِ ُر هللاَ لِ ْي َولَ ُك ْم َولِ َسائِ ِر ال ُم ْسلِ ِم ْينَ ‪ِ ،‬م ْن ُك ِّل‬
‫ي ِكتَابِ ِه‪َ ،‬وبِ ُسنَّ ِة نَبِيِّ ِه ُم َح َّم ٍد – َ‬
‫نفَ َعنِ َي هللاُ َوإِيَّا ُك ْم بِهَ ْد ِ‬
‫ُ‬
‫ب َو َخ ِط ْيئَ ٍة‪ ،‬فَا ْستَ ْغفِرُوْ هُ‪ ،‬إِنَّهُ ه َُو ال َغفوْ ُر ال َر ِح ْي ُم‬ ‫‪َ .‬ذ ْن ٍ‬

‫‪Khutbah Kedua:‬‬

‫اإلعَانَةَ َعلَى ُحس ِْن ِعبَا َدتِ ِه َو ِذ ْك ِر ِه‬ ‫ضا ِء َو ُم ِّر ِه‪َ ،‬وأَسْأَلُهُ ِ‬‫اَ ْل َح ْم ُد هَّلِل ِ‪ ،‬اَ ْل َح ْم ُد هَّلِل ِ ال َعلِ ِّي فِي قَ ْد ِر ِه‪ ،‬ال َع ِزي ِْز فِي قَه ِْر ِه‪ ،‬أَحْ َم ُدهُ – ُسب َْحانَهُ – َعلَى ُحلُ ِّو القَ َ‬
‫َر ْيكَ لَهُ‪ ،‬اَل إِلَهَ إِاَّل هُ َو تَقُوْ ُم ال َس َما ُ‪u‬ء َواألَرْ ضُ بِأ َ ْم ِر ِه‪َ ،‬وأَ ْشهَ ُد أَ َّن َسيِّ َدنَا َونَبِيَّنَا ُم َح َّمدًا َع ْب ُد هللاِ َو َرسُوْ لهُُ‬
‫َو ُش ْك ِر ِه‪َ ،‬وأَ ْشهَ ُد أَ ْن اَل إِلَهَ إِاَّل هللاُ َوحْ َدهُ اَل ش ِ‬
‫ْس فِي ِع ِّز ِدي ِْن هللاِ َونَصْ ِر ِه‬ ‫صلَّى هللاُ َو َسلَّ َم َوبَارَكَ َعلَ ْي ِه‪َ ،‬و َعلَى آلِ ِه َوأَصْ َحابِ ِه قَا ُموْ ا بِأ َ ْم ِر هللاِ‪َ ،‬وبَ َذلُوْ ا الغَالِي َوالنَفِي َ‬ ‫َدعَا إِلَى هللاِ فِي ِسرِّ ِه َو َجه ِْر ِه‪َ ،‬‬
‫ان َما لَ ْي ٌل َس َجى‪َ ،‬ونَهَا ٌر أَضْ َحى‪َ ،‬و َجا َد َس َحابٌ بِقَ ْ‬
‫ط ِر ِه‪َ ،‬و َسلَّ َم تَ ْسلِ ْي ًما َكثِ ْيرًا إِلَى يَوْ ِم ال ِّدي ِْن‬ ‫‪َ .‬ونَ ْش ِر ِه‪َ ،‬والتَّابِ ِع ْينَ َو َم ْن تَبِ َعهُ ْم بِإِحْ َس ٍ‬

‫‪..:‬أَ َّما بَ ْع ُد‬

‫‪Ibadallah,‬‬
Ketiga: Jujur Dalam Berkuasa

Betapa banyak pula kita saksikan dalam kenyataan para penguasa yang tidak jujur dalam kekuasaanya.
Baik dalam segi penyusunan rencana anggaran begitu pula dalam penggunaan dan pelaporan anggaran.
Kondisi tersebut membuat rakyat tidak lagi punya empati terhadap penguasa. Seharusnya para pejabat
negara menjadi tauladan bagi rakyat dalam kejujuran. Sehingga tercipta suasana yang akrab antara
rakyat dengan penguasa. Bila seorang penguasa mati dalam keadaan menipu rakyatnya, maka ia akan
dijauhkan dari surga. Sebagaimana yang dijelaskan dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam :

َ‫وت َوهُ َو غَاشٌّ لِ َر ِعيَّتِ ِه إِالَّ َح َّر َم هَّللا ُ َعلَ ْي ِه ْال َجنَّة‬ ُ ‫َما ِم ْن َع ْب ٍد يَ ْستَرْ ِعي ِه هَّللا ُ َر ِعيَّةً يَ ُم‬
ُ ‫وت يَوْ َم يَ ُم‬

Tidaklah seorang hamba yang dijadikan Allah sebagai pemimpin, lalu ia meninggal dalam keadaan
menipu rakyatnya pada hari ia meninggal, kecuali Allah haramkan atasnya surga. (HR. Muslim)

Betapa meruginya seorang penguasa yang tidak jujur dalam kekuasaannya, di akhirat kelak ia akan
berdiam dalam neraka yang begitu panas dalam masa yang amat lama. Di dunia mungkin dengan sebab
kelicikan dan berbagai faktor lainnya dia bisa lolos dari hukuman sebagai penipu, tapi di akhirat itu tidak
akan pernah terjadi. Allah Azza wa Jalla berfirman:

َ َ‫﴾ َو َم ْن يَ ْع َملْ ِم ْثق‬٧﴿ُ‫﴾فَ َم ْن يَ ْع َملْ ِم ْثقَا َل َذ َّر ٍة َخ ْيرًا يَ َره‬٦﴿‫يَوْ َمئِ ٍذ يَصْ ُد ُر النَّاسُ أَ ْشتَاتًا لِيُرَوْ ا أَ ْع َمالَهُ ْم‬
ُ‫ال َذ َّر ٍة َش ًّرا يَ َره‬

Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan
kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka. Barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun,
niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar
dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula. (Az-Zalzalah/99:6-8)

Demikian penjelasan ringkas ini tentang keberuntungang orang jujur dan kerugian orang yang
meninggalkan kejujuran.
‫ُص ُّلونَ َعلَى النَّبِ ِّي يَا‬ ‫ال‪ ﴿ :‬إِ َّن هَّللا َ َو َماَل ئِ َكتَهُ ي َ‬ ‫ك فِي ِكتَابِ ِه فَقَ َ‬ ‫طفَى ُم َح َّم ِد ب ِْن َع ْب ِد هللاِ َك َما أَ َم َر ُك ُم هللاُ بِ َذلِ َ‬ ‫صلُّوْ ا َو َسلِّ ُموْ ا َر ِح َم ُك ُم هللاُ َعلَى النَّبِ ِّي ال ُمصْ َ‬
‫َو َ‬
‫َ‬
‫صلى ُ َعل ْي ِه بِهَا‬‫هَّللا‬ ‫َّ‬ ‫صالة َ‬ ‫ً‬ ‫ي َ‬ ‫َ‬
‫صلى َعل َّ‬‫َّ‬ ‫َّ‬
‫صلى هللاُ َعل ْي ِه َو َسل َم‪َ (( :‬م ْن َ‬‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫ً‬
‫صلوا َعل ْي ِه َو َسل ُموا تَ ْسلِيما ﴾ [األحزاب‪َ ، ]٥٦:‬وقا َل َ‬ ‫ِّ‬ ‫َ‬ ‫ُّ‬ ‫ُ‬ ‫َّ‬
‫أيُّهَا ال ِذينَ آ َمنوا َ‬ ‫َ‬
‫ار ْك َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آ ِل ُم َح َّم ٍد‬ ‫ب‬ ‫و‬ ‫ٌ‬
‫د‬ ‫ْ‬
‫ي‬ ‫ج‬ ‫م‬ ‫ٌ‬
‫د‬
‫ِ ِ َ ِ َ ِ َ ِ َ ِ ََ ِ‬ ‫ْ‬
‫ي‬ ‫م‬‫ح‬ ‫ك‬
‫َ‬ ‫َّ‬ ‫ن‬ ‫إ‬ ‫م‬‫ي‬‫ْ‬ ‫ه‬‫ا‬ ‫ر‬ ‫ْ‬
‫ب‬ ‫إ‬ ‫ل‬ ‫آ‬ ‫ى‬ ‫َ‬ ‫ل‬‫ع‬‫َ‬ ‫و‬ ‫م‬ ‫ي‬‫ْ‬
‫ِ َ ِ َ َ‬‫ه‬ ‫ا‬ ‫ْر‬‫ب‬‫إ‬ ‫ى‬ ‫َ‬ ‫ل‬ ‫ع‬
‫َ‬ ‫ْتَ‬ ‫ي‬‫َّ‬ ‫ل‬ ‫ص‬ ‫ا‬‫م‬ ‫َ‬
‫ك‬ ‫د‬‫م‬
‫ِ ُ َ َّ ٍ َ َ‬ ‫ح‬ ‫م‬ ‫ل‬ ‫آ‬ ‫ى‬ ‫َ‬ ‫ل‬ ‫ع‬
‫َ‬ ‫صلِّ َعلَى ُ َ َّ ٍ َ‬
‫و‬ ‫د‬‫م‬ ‫ح‬ ‫م‬ ‫َع ْشرًا))‪ .‬اَللَّهُ َّم َ‬
‫ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬ ‫‪َ .‬ك َما بَا َر ْكتَ َعلَى إِ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى آ ِل إِ ْب َرا ِه ْي َم إِنَّ َ‬

‫ص َحابَ ِة أَجْ َم ِع ْينَ َوع َِن التَّابِ ِع ْينَ َو َم ِن‬ ‫ض اللَّهُ َّم َع ِن ال ُخلَفَا ِء الرَّا ِش ِد ْينَ اَأْل َئِ َّم ِة ال َم ْه ِديِ ْينَ أَبِ ْي بَ ْك ٍر َو ُع َم َر َوع ُْث َمانَ َو َعلِ ٍّي‪َ ،‬وارْ َ‬
‫ض اللَّهُ َّم َع ِن ال َّ‬ ‫َوارْ َ‬
‫ك يَا أَ ْك َر َم األَ ْك َر ِم نَْ‬
‫ي‬ ‫ن‬ ‫ا‬‫س‬ ‫حْ‬ ‫إ‬‫و‬ ‫ك‬ ‫م‬ ‫ر‬ ‫َ‬
‫ك‬ ‫و‬ ‫ك‬ ‫ِّ‬ ‫ن‬ ‫م‬‫ب‬ ‫م‬‫ه‬ ‫ع‬ ‫م‬ ‫ا‬‫َّ‬ ‫ن‬‫ع‬ ‫و‬ ‫‪،‬‬
‫ِ ُ ُ ْ ِ ِ َ ٍ ِ َوْ ِ نَ َ َ َ َ ُ ْ ِ َ َ َ َ ِ َ َ ِ َ ِ َ‬‫ْ‬
‫ي‬ ‫ِّ‬
‫د‬ ‫ال‬ ‫م‬ ‫ي‬ ‫ى‬ ‫َ‬ ‫ل‬‫إ‬ ‫ن‬ ‫ا‬‫س‬ ‫حْ‬ ‫إ‬ ‫ب‬ ‫م‬ ‫ه‬ ‫ع‬ ‫ب‬ ‫َّ‬ ‫ت‬ ‫ا‬‫‪.‬‬

‫ك َوال ُم ْش ِر ِك ْينَ ‪َ ،‬و َد ِّمرْ أَ ْعدَا َء ال ِّد ْينَ ‪،‬‬ ‫اإلسْاَل َم َوال ُم ْسلِ ِم ْينَ ‪َ ،‬وأَ ِذ َّل ال ِّشرْ َ‬
‫اَللَّهُ َّم أَ ِع َّز ا ِإلسْاَل َم َوال ُم ْسلِ ِم ْينَ ‪ ،‬اَللَّهُ َّم أَ ِع َّز ا ِإلسْاَل َم َوال ُم ْسلِ ِم ْينَ ‪ ,‬اَللَّهُ َّم أَ ِع َّز ِ‬
‫َان‪،‬‬‫َص َر ِد ْينَكَ ‪ ،‬اَللَّهُ َّم ا ْنصُرْ إِخ َوانَنَا فِي ك ِّل َمكَا ٍن اللهُ َّم انصُرْ هُ ْم فِي فِل ْس ِط ْينَ َوفِي ك ِّل َمك ٍ‬
‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َواحْ ِم َحوْ زَ ةَ ال ِّد ْينَ يَا َربَّ ال َعالَ ِم ْينَ ‪ ،‬اَللَّهُ َّم ا ْنصُرْ َم ْن ن َ‬
‫ك فِي‬ ‫ْج ُزوْ نَكَ ‪ ،‬اَللَّهُ َّم إِنَّا نَجْ َعلُ َ‬ ‫صبِ ْينَ فَإِنَّهُ ْم اَل يُع ِ‬‫ك بِاليَهُوْ ِد ال ُم ْعتَ ِد ْينَ الغَا ِ‬ ‫ك يَا َذا ال َجاَل ِل َوا ِإل ْك َر ِام‪ ،‬اَللَّهُ َّم َوع َْليَ َ‬ ‫ظهُ ْم بِ ِح ْف ِظ َ‬ ‫ك َواحْ فَ ْ‬‫اَللَّهُ َّم أَيِّ ْدهُ ْم بِتَأْيِ ْي ِد َ‬
‫ك يَا‬ ‫ضا َ‬ ‫ك َواتَّبَ َع ِر َ‬ ‫ك َواتَّقَا َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َّ‬
‫نُحُوْ ِر ِه ْم َونَعُوْ ُذ بِكَ اللهُ َّم ِم ْن ُشرُوْ ِر ِه ْم‪ ،‬اَللهُ َّم آ ِمنَّا فِي أوْ طَانِنَا َوأصْ لِحْ أئِ َّمتَنَا َو ُواَل ةَ أ ُموْ ِرنَا َواجْ َعلْ ِواَل يَتَنَا فِ ْي َم ْن خَافَ َ‬
‫ص َّحةَ ال َعافِيَةَ َوارْ ُز ْقهُ‬ ‫ب ال ِ‬ ‫ضى َوأَ ِع ْنهُ َعلَى البِرِّ َوالتَّ ْق َوى َو َس ِد ْدهُ فِي أَ ْق َوالِ ِه َوأَ ْع َمالِ ِه َوأَ ْلبِ ْسهُ ثَوْ َ‬ ‫َربَّ ال َعالَ ِم ْينَ ‪ .‬اَللَّهُ َّم َوفِّ ْق َولِ َي أَ ْم ِرنَا لِ َما تُ ِحبُّ َوتَرْ َ‬
‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‪َ ،‬واجْ َع ْلهُ ْم َرحْ َمةً‬ ‫ُ‬
‫ك ُم َح َّم ٍد َ‬ ‫َاص َحةَ‪ ،‬اَللَّهُ َّم َوفِّ ْق َج ِم ْي َع ُواَل ةَ أ ُموْ ِر ال ُم ْسلِ ِم ْينَ لِ ْل َع َم ِل بِ ِكتَابِكَ َواتِّبَ ِ‬
‫اع ُسنَّ ِة نَبِيِّ َ‬ ‫صالِ َحةَ الن ِ‬ ‫البِطَانَةَ ال َ‬
‫‪َ .‬و َرأفَةً َعلَى ِعبَادَكَ ال ُم ْؤ ِمنِ ْينَ‬ ‫ْ‬

‫ك ِمنَ ال َخي ِْر ُكلِّهُ عَا ِجلِ ِه َوآ ِجلِ ِه‬ ‫ت نُفُوْ َسنَا تَ ْق َواهَا زَ ِّكهَا أَ ْنتَ خَ ْي َر َم ْن َز َّكاهَا أَ ْنتَ َولِيُّهَا َو َموْ لَهَا‪ ،‬اَللَّهُ َّم إِنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى َوال َّسدَادَ‪ ،‬اَللَّهُ َّم إِنَّا نَسْأَلُ َ‬ ‫اَللَّهُ َم آ ِ‬
‫ت‬‫َاجلِ ِه َوآ ِجلِ ِه َما َعلِ ْمنَا ِم ْنهُ َو َما لَ ْم نَ ْعلَ ْم‪ ،‬اَللَّهُ َّم ا ْغفِرْ لَنَا َولِ َوالِ َد ْينَا َولِ ْل ُم ْسلِ ِم ْينَ َوال ُم ْسلِ َما ِ‬
‫َما َعلِ ْمنَا ِم ْنهُ َو َما لَ ْم نَ ْعلَ ْم‪َ ،‬ونَعُوْ ُذ بِكَ ِمنَ ال َّش ِّر ُكلِّ ِه ع ِ‬
‫هَّلِل‬ ‫َ‬
‫ت إِنَّكَ أ ْنتَ ال َغفُوْ ُر ال َر ِح ْي ُم‪َ .‬وآ ِخ ُر َد ْع َوانَا أ ِن ال َح ْم ُد ِ َربِّ ال َعالَ ِم ْينَ‬ ‫َ‬ ‫ت اَأْل َحْ يَا ِء ِم ْنهُ ْم َواأْل ْم َوا ِ‬
‫َ‬ ‫‪َ .‬وال ُم ْؤ ِمنِ ْينَ َوال ُم ْؤ ِمنَا ِ‬

‫‪(Diadaptasi dari tulisan Ustadz Alimusri Semjan Putra majalah As-Sunnah Edisi 12/Tahun‬‬
‫‪XVIII/1436H/2015M).‬‬

Anda mungkin juga menyukai