Nilai Pretest
3% 3%
13%
30%
30%
20%
40 50 60 70 80 90
Gambar 4.1 Distribusi Data Pengetahuan Pretest
Berdasarkan Gambar 4.1 didapatkan hasil pengetahuan sebelum diberikan edukasi tentang
konsep umum penyakit hipertensi yaitu frekuensi nilai pretest terkecil adalah peserta dengan nilai 40
yaitu sebesar 3,33% sedangkan frekuensi nilai terbanyak pada peserta pretest adalah peserta dengan
nilai 90 yaitu sebesar 30%.
Nilai Post-test
10% 7% 3%
30%
50%
60 70 80 90 100
Gambar 4.2 Distribusi Data Pengetahuan Post-test
Berdasarkan Gambar 4.2 didapatkan hasil post-test pengetahuan setelah diberikan edukasi
tentang konsep umum penyakit hipertensi yaitu frekuensi nilai post-test terkecil adalah 60 yaitu
sebesar 6,67% sedangkan frekuensi nilai terbanyak adalah 100 yaitu sebesar 10%.
35
30
25
20
15
10
5
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nomor Soal Pretest dan Post-test
Pretest Post-test
Gambar 4.3 Diagram Jawaban Benar Pretest dan Post-test
Berdasarkan Gambar 4.3 pada pretest, pertanyaan yang paling banyak salah dijawab adalah
pertanyaan nomor 3, yaitu jika mengalami gejala kesakitan, maka dapat disimpulkan bahwa saat itu
individu dalam keadaan sehat-sehat saja. Sedangkan pada post-test yang paling banyak salah dijawab
yaitu pertanyaan nomor 2 mengenai riwayat alamiah penyakit, yaitu tentang masa bibit penyakit
masuk ke dalam tubuh merupakan masa penyakit dini.
Materi yang diberikan pada Pretest dan post-test, yaitu :
1. Definisi Penyakit dan Riwayat alamiah penyakit
2. Konsep sakit-sehat
3. Materi hipertensi, yaitu tentang definisi, gejala, pencegahan, dan dampak yang terjadi jika tidak
kontrol rutin
Dimana materi penyuluhan yang dibawakan oleh dokter muda, yaitu :
1. Definisi penyakit
2. Perjalanan riwayat alamiah penyakit
3. Konsep sehat-sakit
4. Definisi hipertensi
5. Gejala hipertensi
6. Dampak jangka pendek, menengah dan panjang jika pasien hipertensi tidak kontrol rutin
7. Pencegahan hipertensi
a. Negative ranks atau selisih negatif antara nilai pengetahuan pretest dan post-test adalah 0, artinya
tidak terdapat penurunan nilai pretest ke post-test
b. Positive ranks atau selisih positif antara nilai pengetahuan pretest dan post-test adalah 26, artinya
terdapat 26 orang mengalami peningkatan nilai pengetahuan dari pretest ke post-test
c. Ties adalah nilai yang sama pada pretest dan post-test. Nilainya adalah 4, artinya terdapat 4 orang
dengan nilai yang sama antara pretest dan post-test.
Test Statisticsa
Posttest - Pretest
Z -4,830b
Asymp. Sig (2-tailed) ,000
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks
Menurut Santoso (2014), dalam mengambil keputusan berdasarkan uji Wilcoxon adalah
sebagai berikut :
1. Jika nilai signifikansi sig (2-tailed) <0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima
2. Apabila sebaliknya maka H0 diterima dan Ha ditolak
Berdasarkan Tabel 4.4 didapatkan hasil menggunakan uji Wilcoxon yaitu p=0,000 (p<0,05)
sehingga keputusan hipotesis adalah menolak H0 dan menerima Ha yang memiliki makna terdapat
perbedaan bermakna antara pengetahuan sebelum pretest dan post-test.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Perencanaan
Pada tahap perencanaan, dukungan dari pemengang kebijakan dan program sangat
mempengaruhi kelancaran dari sebuah program kerja. Penyuluhan ini dapat terlaksana dengan baik
karena adanya dukungan dari pihak puskesmas dan pemegang program.
Kendala yang dihadapi dalam proses perencanaan ini adalah dilaksanakan pada masa Pandemi
Covid-19 saat ini, sehingga tidak dapat mengumpulkan banyak orang atau membuat kerumunan. Oleh
sebab itu kegiatan hanya dapat dilakukan di tempat pelayanan kesehatan UPT Puskesmas Pahandut.
4.2.2 Pengorganisasian
Kendala dalam pengorganisasian pada kegiatan ini yaitu jumlah pelaksana kegiatan yang
terlibat sangat sedikit hanya berjumlah 3 orang, sehingga kesulitan dalam pembagian tugas. Namun,
panitia dapat bekerja secara overlapping dan terbantu dengan adanya arahan dan masukan dari dokter
pembimbing dalam membagi jobdesc sesuai kemampuan masing – masing sehingga acara dapat
terlaksana dengan lancar.
4.2.3 Pelaksanaan
Perencanaan yang matang dan dukungan dari dokter pembimbing, pemegang program
perbaikan gizi, serta berbagai pihak membuat proses penyuluhan berlangsung dengan lancar. Kegiatan
diawali dengan sambutan oleh dokter muda ketua palaksana dalam kegiatan Praktek Belajar Mandiri
(PBL) pada kepaniteraan klinik Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas kedokteran Universitas Palangka
Raya untuk menyampaikan maksud dan tujuan. Setelah sambutan selesai, selanjutnya dilakukan
pembagian lembar soal pretest untuk menilai tingkat pengetahuan awal peserta sebelum diberikan
penyuluhan. Setelah pretest, kemudian acara dilanjutkan dengan penyuluhan melalui pemberian materi
penyuluhan dan edukasi tentang konsep umum penyakit hipertensi. Kemudian dilanjutkan dengan sesi
diskusi dan tanya jawab. Setelah itu, dilakukan pembagian pembagian lembar soal post-test kepada
peserta sebagai bahan evaluasi setelah penyampaian materi penyuluhan.
Kendala yang dihadapi adalah dilaksanakan pada masa Pandemi COVID-19 Sehingga
kurangnya jumlah yang datang berobat untuk ikut serta dalam kegiatan pelaksanaan penyuluhan
kunjungan balita yang aman ke fasilitas pelayanan kesehatan di masa pandemi. Namun hal ini dapat
diatasi dengan melaksanakan kegiatan dalam 3 hari berturut-turut.
4.2.4 Evaluasi
Evaluasi jangka pendek dalam kegiatan ini dilakukan melalui penilaian ada atau tidaknya
peningkatan pengetahuan mengenai konsep umum penyakit hipertensi melalui pretest dan post-test.
Berdasarkan hasil uji statistik non-parametrik uji wilcoxon menunjukkan nilai p=0,000 (P<0,05) yang
berarti terdapat perbedaan signifikan antara pengetahuan sebelum dan sesudah edukasi tentang konsep
umum penyakit hipertensi berdasarkan hasil pretest dan post-test. Untuk evaluasi jangka menengah
harapannya terjadi stabilisasi kunjungan kontrol pasien hipertensi di Puskesmas Pahandut. Sedangkan
untuk evaluasi jangka Panjang yaitu untuk menurunkan risiko komplikasi dari hipertensi di wilayah
kerja Puskesmas Pahandut.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil sepuluh besar kunjungan penyakit terbanyak di Puskesmas
Pahandut pada tahun 2020, pada peringkat kedua didapatkan sebanyak 2.588
kasus hipertensi sedangkan berdasarkan laporan sepuluh besar kunjungan
penyakit terbanyak di Puskesmas Pahandut pada bulan Januari-Juni tahun
2021, penyakit terbanyak di puskesmas Pahandut didapatkan sebanyak 1.612
kasus hipertensi, sehingga dapat disimpulkan bahwa adanya peningkatan
jumlah kasus hipertensi jumlah kasus Hipertensi dari tahun 2020-2021. Hal
ini dapat disebabkan karena ketidakpatuhan pasien penderita hipertensi untuk
memeriksakan diri secara rutin ke Puskesmas Pahandut.
2. Dari hasil kegiatan penyuluhan dan edukasi yang telah dilakukan mengenai
bahaya tidak rajin kontrol pada penderita hipertensi, didapatkan hasil pretest
bahwa responden memiliki tingkat pengetahuan yang kurang tentang bahaya
tidak rajin kontrol, dan kurang mengetahui tentang bahaya yang dapat terjadi
bila tidak kontrol ulang. Namun setelah penyuluhan dan dilakukan post-test,
didapatkan hasil bahwa terjadi peningkatan pengetahuan responden.
3. Berdasarkan hasil uji statistik non-parametrik uji wilcoxon menunjukkan nilai p=0,000
(P<0,05) yang berarti terdapat perbedaan signifikan antara pengetahuan sebelum dan
sesudah edukasi tentang konsep umum penyakit hipertensi berdasarkan hasil pretest
dan post-test. Untuk evaluasi jangka menengah harapannya terjadi stabilisasi
kunjungan kontrol pasien hipertensi di Puskesmas Pahandut. Sedangkan untuk evaluasi
jangka Panjang yaitu untuk menurunkan risiko komplikasi dari hipertensi di wilayah
kerja Puskesmas Pahandut.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Dinas Kesehatan
Meningkatkan pemanfaatan teknologi dengan membuat suatu website yang
berisi database yang dapat diakses oleh pemegang program, kader, maupun
masyarakat atau yang disebut e-posyandu.
5.2.1 Bagi Puskesmas
1. Tenaga kesehatan di Puskesmas Pahandut diharapkan dapat
memberikan edukasi kepada masyarakat terutama bagi penderita
hipertensi akan bahaya tidak rajin kontrol.
2. Memberikan refreshing kepada kader-kader masyarakat mengenai
pentingnya kontrol ulang bagi pasien hipertensi di wilayah kerja
UPT Puskesmas Bukit Hindu dalam rangka meningkatkan
kesadaran penderita hipertensi akan pentingnya kontrol ulang.
3. Melakukan evaluasi dan follow up terhadap program penyakit
tidak menular seperti hipertensi.