Anda di halaman 1dari 14

Pemeriksaan Refraksi

Disusun Oleh :
Allycia Maharatti Zen

Pembimbing :
dr. Mandasari Mandarana, Sp.M
PEMERIKSAAN REFRAKSI

Status refraksi seseorang berdasarkan kondisi bola matanya, terbagi atas :

a. Emetropia : keadaan mata normal dimana sinar yang sejajar atau jauh
difokuskan oleh sistem optik mata tepat pada daerah makula (pusat
penglihatan) tanpa akomodasi.
b. Ametropia: keadaan abnormal mata karena kelainan refraksi, terbagi
atas:
• miopia
• hipermetropia
• astigmatisme
• presbiopia

Widuri A. 2018. Buku Modul Ketrampilan Medik. Yogyakarta: FK UMY


Visus normal (emetropia) 6/6 :
artinya orang normal dapat membaca huruf
pada jarak 6 meter.

Visus kurang dari 6/6 :


• Pemeriksaan Pinhole
Jika setelah pemeriksaan pinhole didapatkan
visus membaik, maka terdapat kelainan
refraksi pada penderita.
• Koreksi kacamata
Dilakukan untuk menangani kelainan refraksi
tersebut. Alat yang digunakan untuk koreksi
Trial Lens Set.
kacamata yaitu Trial Lens.

Sumber
Widuri A. 2018. Buku: Widuri
Modul A. 2018.Ketrampilan
Buku Modul KetrampilanMedik. Yogyakarta:
Medik. Yogyakarta: FK UMY FK UMY
PEMERIKSAAN PINHOLE :

1. Penderita duduk 5 atau 6 meter dari kartu Optotip


Snellen.
2. Tutup mata kiri dengan telapak tangan kiri tanpa
tekanan.
3. Periksa visus mata kanan.
4. Jika visus tidak mencapai 6/6, lakukan pemeriksaan
dengan pinhole
5. Pasang lempeng pinhole pada mata kanan dan minta
penderita tetap
6. menutup mata kiri dengan telapak tangan kiri tanpa
tekanan
Sumber : Widuri A. 2018. Buku Modul Ketrampilan Medik. Yogyakarta: FK UMY
7. Jika didapatkan hasil
Widuri A.visus membaik
2018. Buku setelahMedik. Yogyakarta: FK UMY
Modul Ketrampilan
9. Jika dicurigai hipermetropia (rabun 12. Jika dicurigai miopia (rabun jauh), maka
dekat), maka lakukan koreksi kacamata lakukan koreksi kacamata dengan mulai
dengan mulai memasang lensa sferis memasang lensa sferis negatif dari angka
positif pada angka terkecil terus naik ke terkecil terus naik ke angka yang lebih besar
sampai tercapai visus 6/6 atau visusoptimum.
angka yang lebih besar sampai tercapai
13. Catat macam lensa dan ukuran terkecil
visus 6/6 atau visus optimum.
yang memberikan tajam penglihatan terbaik.
10. Catat macam lensa dan ukuran 14. Lakukan hal demikian pada mata kiri
terbesar yang memberikan tajam dengan menutup mata kanan dengan telapak
penglihatan terbaik. tangan kanan tanpa tekanan.
11. Lakukan pada mata yang berlawanan.

Sumber : Widuri A. 2018. Buku Modul Ketrampilan Medik. Yogyakarta: FK UMY


Widuri A. 2018. Buku Modul Ketrampilan Medik. Yogyakarta: FK UMY
15.Jika dengan lensa sferis negatif maupun positif belum
maksimal, maka tambahkan dengan lensa silindris negatif
ataupun positif. Lanjutkan kepemeriksaan astigmatism.
16.Pasang lensa S+0,50D di depan mata yang akan diperiksa
astigmatism.
17.Minta penderita melihat kipas astigmat (astigmat dial), minta
penderita menyebutkan garis mana yang paling jelas atau paling
tebal.
18.Pasang lensa C-0,50D dengan aksis dipasang tegak lurus
dengan garis yang paling jelas.
19.Tambah kekuatan lensa silinder secara bertahap sampai
dengan semua garis terlihat jelas.

Sumber : Widuri A. 2018. Buku Modul Ketrampilan Medik. Yogyakarta: FK UMY


Widuri A. 2018. Buku Modul Ketrampilan Medik. Yogyakarta: FK UMY
Jika dicurigai Presbiopia
20.Letakkan trial frame pada posisi yang baik dengan
jarak yang sudah disesuaikan dengan Pulliary
Distance (PD), dan tanyakan apakah penderita cukup
nyaman.
21.Posisikan Jaeger Eye Chart 33 cm di depan
penderita.
22.Pastikan umur penderita.
23.Letakan lensa sferis positif sesuai dengan usia
penderita pada kedua mata secara bersamaan:
a. Usia 40-45 tahun = 1.00-1.50 D
b. Usia 50-55 tahun = 2.00-2.50 D
c. Usia >60 tahun = 3.00 D
Sumber : Widuri A. 2018. Buku Modul Ketrampilan Medik. Yogyakarta: FK UMY
Widuri A. 2018. Buku Modul Ketrampilan Medik. Yogyakarta: FK UMY
MENGUKUR PUPILLIARY DISTANCE :

1.Duduk berhadapan dengan penderita.


2.Minta penderita untuk menegakkan kepalanya dan
memfiksasikan penglihatannya.
3.Pegang penlight pada jarak ± 30cm dari mata
penderita dan arahkan sinar penlight ke tengah-tengah
diantara kedua mata penderita.
4.Posisikan pemeriksa agar sesuai dengan arah
datangnya sinar penlight. Serta meminta penderita
untuk melihat sinar dari penlight.
5.Ukur jarak kedua refleksi cahaya pada kornea mata
penderita.
6.Catat hasil sebagai PD dekat.
7.PD jauh ditambahkan 2-3mm dari PD dekat.
Sumber : Widuri A. 2018. Buku Modul Ketrampilan Medik. Yogyakarta: FK UMY
Widuri A. 2018. Buku Modul Ketrampilan Medik. Yogyakarta: FK UMY
Pemeriksaan Tonometri
Disusun Oleh :
Allycia Maharatti Zen

Pembimbing :
dr. Mandasari Mandarana, Sp.M
Tonometri adalah suatu tindakan
untuk melakukan pemeriksaan
tekanan intra okular dengan alat yang
disebut tonometer.

Budihastra P, Sutyawan I Wayan E, Djelantik AAAS. 2017. Buku Panduan Belajar Koas: Ilmu Kesehatan Mata. Denpasar: Udayana Eniversity Press.
Pengukuran tekanan bola mata dinilai secara tidak langsung,
yaitu dengan Teknik melihat daya tekan alat pada kornea.
- Jelaskan kepada pasien mengenai prosedur dan tujuan
pemeriksaan
- Pasien ditidurkan dengan posisi terlentang (Suppine)
- Mata ditetesi dengan obat anestesi topical seperti pantocain
0,5%
- Tonometer Schiotz kemudian diletakkan di atas permukaan
kornea, sedang mata yang lainnya melihat satu titik di langit-
langit kamar periksa.
- Bila dengan beban 5,5 gram menunjukkan angka skala 0 maka
beban perlu ditambahkan dengan beban 7,5 gram atau 10
Tonometri Schiotz gram

Budihastra P, Sutyawan I Wayan E, Djelantik AAAS. 2017. Buku Panduan Belajar Koas: Ilmu Kesehatan Mata. Denpasar: Udayana Eniversity Press.
• Pemeriksaannya dengan merasakan reaksi lenturan bola
mata (balotement) dengan melakukan penekanan
bergantian dengan kedua jari tangan.
• Mintalah pasien melirik ke bawah
• Periksalah dengan menempelkan kedua telunjuk pemeriksa
secara bersamaan pada kelopak mata atas yang menutupi
bola mata daerah Sklera
• Tekanlah bola mata dengan telunjuk kanan kiri secara
bergantian rasakan fluktuasinya

• Penilaian :
Tonometri Digital
N (normal), N+1, N+ 2, N+ 3, yang berarti tekanan lebih
tinggi di banding normal, dimana N+1 < N+ 2. Atau N -1, N -
2, N - 3 yang berarti tekanan bola mata lebih rendah

Budihastra P, Sutyawan I Wayan E, Djelantik AAAS. 2017. Buku Panduan Belajar Koas: Ilmu Kesehatan Mata. Denpasar: Udayana Eniversity Press.

Anda mungkin juga menyukai