Anda di halaman 1dari 24

GLAUCOMA KONGENITAL

Di susun oleh :
Allycia Maharatti Zen, S.Ked

Pembimbing :
dr. Rosmaryati Manalu, Sp.M

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran Universitas Palangka Raya
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
2021
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
• Glaukoma adalah neuropatik optik yang disebabkan oleh tekanan intra
okuler yang (relatif) tinggi ditandai oleh kelainan lapang pandang yang
khas dan atrofi papil saraf optic.
• Glaukoma merupakan penyebab kebutaan peringkat kedua di Indonesia
setelah katarak. Kebutaan yang terjadi pada glaukoma bersifat menetap,
tidak sepeti katarak yang bisa dipulihkan dengan pembedahan.
• Glaukoma kongenital merupakan penyebab utama kebutaan pada anak-
anak. Glaukoma kongenital terjadi karena saluran pembuangan tidak
terbentuk dengan baik atau bahkan tidak terbentuk sama sekali.
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI

• Glaukoma kongenital adalah suatu glaukoma yang terjadi pada bayi dan anak-anak akibat
penutupan bawaan dari sudut iridokorneal oleh suatu membrane yang menghambat aliran
dari humor aquous sehingga dapat meningkatkan tekanan intra okuler.
Anatomi Sudut Filtrasi

Sudut filtrasi merupakan bagian yang penting dalam pengaturan drainase humor aqueous.
Sudut ini terdapat didalam limbus kornea.
Limbus adalah bagian yang dibatasi oleh garis yang menghubungkan akhir dari membrane
descemet dan membrane bowman, akhir dari membrane descemet disebut garis schwalbe
Epidemiologi
Kongenital glaukoma primer
merupakan penyakit bilateral
sekitar 75% kasus, dengan
perhitungan laki-laki sekitar
65%.
Glaukoma pada anak bersifat
heterogen, glaukoma primer Dari glaukoma pediatric, 60 %
kongenital kira-kira 50-70% dari didiagnosa pada umur 6 bulan
glaukoma kongenital dan terjadi dan 80% dalam tahun
kurang 1:10.000 dari kelahiran. pertama kehudupan.
Perkiraan 65% pasien adalah
laki-laki dan terjadi bilateral
dalam 70 % kasus
KLASIFIKASI

Glaukoma kongenital dapat diklasifikasikan menjadi 3 yaitu:


• Glaukoma kongenital primer
• Glaukoma kongenital yang berhubungan dengan anomali
perkembangan segmen anterior
• Glaukoma kongenital yang berhubungan dengan kelainan lain
ETIOLOGI

• Glaukoma kongenital terjadi karena saluran pembuangan tidak terbentuk dengan baik
atau bahkan tidak terbentuk sama sekali.
• Kelainan ini akibat terdapatnya membrane kongenital yang menutupi sudut bilik mata
pada saat perkembangan bola mata, kelainan pembentukkan kanal schlemm dan saluran
keluar cairan mata yang tidak sempurna terbentuk.
• Glaukoma kongenital juga berhubungan dengan penyakit kongenital lainnya, seperti
include sturge webber sindrom, neurofibromatosis, lowe sindrom, pierre robin sindrom,
marfan sindrom, homocistinuria, aniridia, axenfeld anomaly, dan reiger sindrom
Patofisiologi
FAKTOR RESIKO

• Riwayat anggota keluarga yang terkena glaukoma


• Obat-obatan
• Riwayat trauma pada mata
GEJALA KLINIS DAN DIAGNOSIS
• Epifora
• Fotofobia Trias klasik
• Blefarospasme
• Buftalmus
• Edem kornea
• Haab Striae
• COA flat
Gambaran buftalmos pada anak Gambaran Haab’s striae
DIAGNOSIS BANDING
• Air mata berlebihan - Obstruksi duktus nasolakrimalis
(Defek atau aberasi epitel kornea, Konjungtivitis)
• Pembesaran kornea atau pembesaran nyata - Megalokornea X-linked
(Myopia, Ekopthalmos, Disosptosis kraniofasial)
• Perkabutan kornea - Trauma lahir
(Inflamasi kornea, Distropi kornea herediter kongenital, Malformasi kornea,
Keratomalasia, Penyakit metabolik yang berhubungan dengan abnormalitas
kornea
• Kelainan nervus optikus
( koloboma N optikus, hipoplasia nervus optikus)
PENATALAKSANAAN

• Glaukoma pada bayi ditangani melalui operasi dan pengobatan.


• Tehnik operasi yang banyak lakukan yaitu:
- Goniotomy  kornea jernih
- Trabeculotomy  kornea keruh
PROGNOSIS
• Sebagian besar kasus berakhir dengan kebutaan dimana terjadi penurunan tajam
penglihatan dan amblyopia.
• Prognosis dari glaukoma congenital primer bergantung pada usia dan onset.
• Glaukoma yang terjadi saat lahir lebih sulit diobati, namun apabila tidak
ditatalaksana akan menjadi kebutaan.
• Demikian juga glaukoma yang diameter kornea nya 14 mm atau lebih memiliki
prognosis yang sama buruknya.
• Sedangkan glaukoma yang terjadi dari usia 3-12 bulan memiliki prognosis yang lebih
baik dengan 80-90% kasus mencapai terkontrolnya tekanan intraokuler yang baik.
PENUTUP
KESIMPULAN
• Glaukoma adalah suatu neuropati optik yang disebabkan oleh peningkatan dari tekanan
intra okuler (TIO) yang tinggi yang ditandai oleh kelainan lapang pandang yang khas dan
atrofi papil saraf optik. Sedangkan glaukoma kongenital adalah glaukoma yang terjadi
pada anak dan merupakan penyebab penting kebutaan pada anak.
• Glaukoma kongenital terjadi karena pembungan yang tidak terbentuk dengan baik atau
bahkan tidak terbentuk sama sekali. Glaukoma kongenital dibagi menjadi 3 berdasarkan
kelainan organ yaitu glaukoma kongenital primer, anomali perkembangan segmen
anterior dan berbagai kelainan lain.
• Gejala yang sering dijumpai adalah epifora,photophobia, dan
blefarospasme (tiga tanda klasik). Dan ada tanda – tanda lain seperti
pencekungan diskus optikus, gejala kornea dan bisa muncul gejala di
lensa berupa kedataran pada lensa.
• Komplikasi yang terjadi sudah kami jelaskan sebelumnya yaitu adalah
kebutaan, hal ini jika tidak segera ditangani. Dan komplikasi yang
muncul akibat intervensi operasi berupa hifema,
infeksi,uveitis.Prognosis untuk glaukoma kongenital ini jika ditangani
atauditerapi lebih awal prognosis baik. Akan tetapi jika terlambat dalam
penanganan bisa menyebabkan kebutaan dini.
DAFTAR PUSTAKA
• Plager A. David. 2015. Kongenital Glaukoma Europe. Journal of Pediatric Ophtalmology New Orleans. American Academy of Ophtalmology New Orleans.Vol
(1) Page: 65-70.
• A., Clark., Robert. 2017. Glaukoma, Kongenital Or Infantile. American Academy of Ophtalmology Core Ophthalmic Knowledge San Franscisco
• Giampiani, Jiar., Andriana S., 2012. Kongenital Glaukoma. Journal Ophthalmology of Mato Grosso. Federal University of Mato Grosso Brazil. Vol (6) Page : 2-5
• American Academy of Ophthalmology. 2014. Glaukoma. In: Basic and Clinical Science Course. Last Major Revision. Section 10., The Eye M.D Association.
United States of America.
• Dunitz, M. 2003. Anatomy, Physiology, and Patophysiology : Handbook of Glaukoma. Second Edition. Taylor and Francis: London; 2003.p.3-10.
• Glaukoma In : Basic and Clinical Science Course. Last Mayor Revision 2011. Section 10. American Academy of Ophtalmology, The Eye M.D Association.
United State of America
• Joel S., Shuman., Viki., C et all., Rapid Diagnosis in Ophthalmology Lens and Glaukoma. Edisi 1. 2008
• Choplin., Neil T and C Laundy., Diana. Atlas of Glaukoma. Second Edition.2008. Informa UK healthcare. Library of Congress Cataloging-in-Publication Data.
• Snell., S Richard., Lemp., A Michael. 2008. Clinical Anatomy Of The Eye. Second Edition. Publishing The George Washington School of Medicine and Health
Science : Washington DC.
• Suharjo, Hartono. 2007. Ilmu Kesehatan Mata. Yogyakarta : Bagian Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran
Universitas Gajah mada.
• Liesegang TJ., Sakulta GL. 2005. Childhood Glaucoma in Glaucoma. American Academy of Ophthalmology.
Section 10. USA. 2005; Page 147-151.
• Levin, Leonard A., Nilsson, Siv F.E., Ver Hoeve, James., Wu, Samuel M. 2011. Adler’s Physiology of The
Eye. Penerbit : Saunder Elsevier.
• Soeroso, Ahmadi., 2008. Patogenesis Glaukoma Sudut Terbuka Primer dan Usaha Pencegahannya. Pidato
Pengukuhan Guru Besar Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
• Ilyas S. 2003. Glaukoma, dalam: Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi II. Jakarta: Penerbit FK-UI.
• Vaughan DG, Asbury. 2000. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta: Penerbit Widya Medika
• Blanco AA, Wilson RP, Costa VP. 2002. Pediatric Glaukoma and Glauoma Associated with Developmental
Disorders. In Textbook: Handbook of Glaukoma. Martin Dunitz Ltd;10: 147-51.
• Chakrabarti D, Mandal AK. Update on congenital glaukoma. Indian Journal Ophtamology. 2011;59 (7):148-
57.
• Quaranta L, Elena Biagoli. 2016. Latanoprost and Dorzolamide for Treatment of Pediatric Glaucoma; The
Glaukoma Italian Pediatric Study (Gipsy) Design and Baseline Charateristics. Departement of Medical
Surgical Section of Ophthalmology, University of Brescia, Italia. Vol : (6) No (1). Page: 11-17.

Anda mungkin juga menyukai