RSUD POSO
NIM : PO0220219037
KONSEP PENYAKIT
A. Definisi
Cheryl, L. et al. (2009) mendefnisikan penyakit Buerger sebagai peradangan
nonatherosklerotik, keadaan bendungan yang menganggu sirkulasi pada kaki dan tangan,
menyebabkan lesi segmental dan pembentukan thrombus pada arteri kecil dan sedang,
kadang-kadang pada vena. Penyakit ini mempunyai insiden terbanyak pada laki-laki muda
dengan riwayat pengguna tembakau.
Penyakit Buerger (Tromboangitis obliterans) adalah penyumbatan pada arteri dan vena yang
berukuran kecil sampai sedang, akibat peradangan yang dipicu oleh merokok. Berdasarkan
studi cohort, pria perokok sigaret berusia 20-40 tahun lebih banyak yang menderita penyakit
Buerger dibandingkan dengan siapapun.
Penyakit Buerger atau Tromboangitis Obliterans (TAO) adalah suatu penyakit vaskulitis dari
pembuluh darah yang paling sering ditemukan pada perokok pria yang berusia pertengahan.
Sering ditemukan feblitis superficial rekurens, sedangkan vena-vena dalam jarang terkena.
Penyakit pembuluh darah arteri dan vena ini bersifat segmental pada anggota gerak dan jarang
pada alat-alat dalam.
C. Patofisiologi
Mekanisme penyebaran penyakit Buerger sebenarnya belum jelas, tetapi beberapa penelitian
telah mengindikasikan suatu implikasi fenomena imunologi yang mengawali tidak
berfungsinya pembuluh darah dan wilayah sekitar thrombus. Pasien dengan penyakit ini
memperlihatkan hipersensitivitas pada injeksi intradermal ekstrak tembakau, mengalami
peningkatan sel yang sangat sensitive pada kolagen tipe I dan III, meningkatkan serum titer
anti endothelial antibody sel , dan merusak endothel terikat vasorelaksasi pembuluh darah
perifer. Meningkatkan prevalensi dari HLA-A9, HLA-A54, dan HLA-B5 yang dipantau
pada pasien ini, yang diduga secara genetic memiliki penyakit ini.
Akibat iskemia pembuluh darah (terutama ekstremitas inferior), akan terjadi perubahan
patologis :
(a) otot menjadi atrofi atau mengalami fibrosis
(b) tulang mengalami osteoporosis dan bila timbul gangren maka terjadi destruksi tulang
yang berkembang menjadi osteomielitis
(c) terjadi kontraktur dan atrofi
(d) kulit menjadi atrofi
(e) fibrosis perineural dan perivaskular
(f) ulserasi dan gangren yang dimulai dari ujung jari.
D. Manifestasi klinik
1. Rasa Nyeri
a) Klaukadikasio intermiten, yaitu bila pasien jalan, pada jarak tertentu akan merasa
nyeri pada ekstremitas, dan setelah istirahat sebentar dapat berjalan lagi. Gejala
tersebut biasanya progresif.
b) Nyeri spontan berupa rasa nyeri yang hebat pada jari dan daerah sekitarnya, lebih
hebat pada waktu malam. Biasanya merupakan tanda awal akan terjadinya ulserasi
dan gangren.Rasa nyeri ini lebih hebat bila ekstremitas ditinggikan dan berkurang
bila direndahkan.
c) Bila terjadi osteoporosis kaki akan sakit bila diinjakkan. Karena saraf juga terganggu,
akan ada perasaan hipererestesia.
2. Pulsasi arteri pada arteri dorsalis pedis dan arteri tibialis posterior biasanya menghilang.
3. Terjadi perubahan warna pada jari - jari yang terkena menjadi merah, normal, atau
sianotik, tergantung dari lanjutnya penyakit.
4. Suhu kulit pada daerah yang terkena akan lebih rendah pada palpasi.
5. Ulserasi dan gangren, sering terjadi spontan atau karena mikrotrauma. Gangren biasanya
unilateral dan terdapat pada ujung jari.
6. Tromboflebitis superfisial biasanya mengenai vena kecil dan sedang.
E. Komplikasi
Akibat iskemia pembuluh darah (terutama ekstremitas inferior), akan terjadi perubahan
patologis :
1. Amputasi
2. Gangrene (kematian jaringan)
3. Kehilangan sirkulasi luar ekstremitas yang terkena ketika ke kontak profesionalmedis
4. Hypertensi
5. Stroke (untung masih baru stoke ringan)
6. Osteoporisis ( tulang keropos)
Infeksi karena(penyusutan
7. Atropi kuman/ jaringan)
bakteri menyebar
8. Pertumbuhan kuku terhambat dan menjadi rusak.
9. muntah
Sepsis dan berak darah akibat selalu mengkonsumsi obat penahan sakit dan obat
pengencer darah (aspilet)
Resiko Penyebaran
Infeksi
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto Rontgen anggota gerak untuk melihat :
a) Tanda – tanda osteoporosis tulang – tulang.
b) Tanda – tanda klasifikasi arteri
2. Arteriografi
Ciri khas dari gambaran arteriografi pada tromboangitis obliteran’s yaitu bersifat segmental,
artinya sumbatan terdapat pada beberapa tempat, tapi segmen diantara tempat yang tersumbat
itu normal. Pada kasus lanjut, biasanya terjadi kolateralisasi.
3. Pemeriksaan Doppler
Dapat membantu mengetahui kecepatan aliran darah dalam pembuluh.Metode penggambaran
secara modern, seperti computerize tomography (CT) dan Magnetic resonance imaging
(MRI) Pada pasien dengan ulkus kaki yang dicurigai Tromboangitis Obliterans, Allen test
sebaiknya dilakukan untuk mengetahui sirkulasi darah pada tangan dan kaki.
4. Angiografi
Angiography adalah pencitraan pembuluh darah menggunakan air-larut ionik atau
nonionik media yang kontras sinar X disuntikkan ke dalam aliran darah arteri
(arteriografi) atau pembuluh darah (venography). Untuk pembuluh getah bening, media
kontras digunakan berminyak.
Angiografi berfungsi untuk menyelidiki keadaan normal dan patologis dari sistem kapal
penyempitan dan obstruksi lumen terutama atau pelebaran aneurismal.
G. Penatalaksanaan
1. Tindakan untuk menghentikan progresifitas penyakit, antara lain pasien mutlak harus
berhenti merokok.
2. Tindakan untuk menimbulkan vasodilatasi:
a) Simpatektomi lumbal, yaitu dengan mengangkat 2-3 buah ganglion simpatik LI dan LIII
(LI – LIV).Tindakan ini masih kontroversi.
b) Mencegah vasokontriksi dengan menjaga suhu.
3. Bagian kepala dari tempat tidur dapat ditinggikan 15-20 cm diatas balok, sehingga gaya
gravitasi membantu mengalirkan darah menuju arteri-arteri.
4. Tindakan untuk menghilangkan rasa nyeri pada klaudikasio intermiten ialah dengan
jangan banyak jalan.
5. Pencegahan dan pengobatan terhadap ulserasi/ gangren dengan cara:
ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu, keluarga atau komunitas
terhadap proses kehidupan/ masalah kesehatan. Aktual atau potensial dan kemungkinan dan
membutuhkan tindakan keperawatan untuk memecahkan masalah tersebut.
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien Syndrome Buerger antara lain :
1. Nyeri kronis berhubungan dengan iskemia otot.
2. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi.
3. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penghentian aliran darah arteri.
4. Ganguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.
4. Intervensi
1. Ganguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan iskemik jaringan.
Tujuan : rasa nyeri hilang/berkurang
Kriteria hasil :
1.Penderita secara verbal mengatakan nyeri berkurang/hilang .
2. Penderita dapat melakukan metode atau tindakan untuk mengatasi atau mengurangi nyeri .
3. Pergerakan penderita bertambah luas.
4. Tidak ada keringat dingin, tanda vital dalam batas normal.( S : 36 – 37,5 0C, N: 60 – 80 x
/menit, T : 100 – 130 mmHg, RR : 18 – 20 x /menit ).
Rencana tindakan :
1.Kaji tingkat, frekuensi, dan reaksi nyeri yang dialami pasien.
Rasional : untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien.
2.Jelaskan pada pasien tentang sebab-sebab timbulnya nyeri.
Rasional : pemahaman pasien tentang penyebab nyeri yang terjadi akan mengurangi ketegangan
pasien dan memudahkan pasien untuk diajak bekerjasama dalam melakukan tindakan.
3.Ciptakan lingkungan yang tenang.
Rasional : Rangasanga yang berlebihan dari lingkungan akan memperberat rasa nyeri.
4.Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
Rasional : Teknik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien.
5. Atur posisi pasien senyaman mungkin sesuai keinginan pasien.
Rasional : Posisi yang nyaman akan membantu memberikan kesempatan pada otot untuk
relaksasi seoptimal mungkin.
6. Lakukan massage dan kompres luka dengan BWC saat rawat luka.
Rasional : massage dapat meningkatkan vaskulerisasi dan pengeluaran pus sedangkan BWC
sebagai desinfektan yang dapat memberikan rasa nyaman.
7. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik.
Rasional : Obat –obat analgesik dapat membantu mengurangi nyeri pasien.
Tim Penerjemah EGC. 1996. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
https://www.alodokter.com/penyakit-buerger