Anda di halaman 1dari 34

Seminar Kelompok

Asuhan Keperawatan Ulkus Diaebtik pada pasien Ny. K


Diruang Bedah RSUD POSO

Disusun

Oleh :

Kelompok 2

1. Yunus J. E Randubada
2. Nur Afifa Mokodompis
3. Siti Nafra
4. Inda A. Sirajo
5. Sukmawati Said
6. Ni Putu Widiastuti
7. Nadila Abdullah
8. Oldi Pradana Larimpa

POLTEKKES KEMENKES PALU

PRODI DIII KEPERAWATAN POSO

TAHUN AJARAN 2021

1
Pendahuluan

Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa
darah(hiperglikemia) akibat kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (smelzel dan Bare,2015).
Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit atau gangguan metabolik dengan karakteristik hipeglikemia
yang terjadi karena kelainan sekresi urin, kerja insulin, atau kedua – duanya ( ADA,2017)

Data World Health Organization (2015) telah mencatat Indonesia dengan populasi 230 juta jiwa, menduduki
kedudukan keempat di dunia dalam hal jumlah penderita diabetes terbesar setelah Cina, India, dan Amerika
Serikat. Bahkan Kementerian Kesehatan menyebut prevalensi diabetes mencapai 14,7% di perkotaan dan 7,2 % di
pedesaan. Dengan asumsi penduduk berumur di atas 20 tahun pada 2010 mencapai 148 juta jiwa, diperkirakan
ada 21,8 juta warga kota dan 10,7 juta warga desa menderita diabetes.

Menurut American Diabetes Asociation (ADA,2015), DM dapat di klasifikasikan menjadi beberapa tipe yakni, DM
tipe 1, DM tipe 2,Dm gestasional. Beberapa tipe yang ada, DM tipe 2 merupakan salah satu jenis yang paling
banyak ditemukan yaitu lebih dari 90-95%. Dimana faktor pencetus dari DM tipe 2 yakni berupa obesitas,
mengosumsi makanan instan,terlalu banyak makan karbohidrat, merokok dan stres, kerusakan pada sel prankreas
dan kelainan hormonal.

2
Daftar Isi

Isi Halaman
Seminar Kelompok.....................................................................................................................................1

Asuhan Keperawatan.................................................................................................................................1

Pendahuluan..............................................................................................................................................2

Daftar Isi.....................................................................................................................................................2

Daftar Istilah...............................................................................................................................................2

I. TINJAUAN TEORI.............................................................................................................................2

A. Definisi...........................................................................................................................................2

B. Etiologi...........................................................................................................................................3

C. Manifestasi Klinik...........................................................................................................................6

D. Patofisiologi...................................................................................................................................7

1. Narasi........................................................................................................................................7

2. Pathway....................................................................................................................................9

E. Pemeriksaan Penunjang...............................................................................................................9

F. Penatalaksanaan........................................................................................................................10

G. Proses Keperawatan...................................................................................................................13

1. Pengkajian..............................................................................................................................13

2. Diagnosis Keperawatan..........................................................................................................15

H. Perencanaan...............................................................................................................................16

Daftar Pustaka.....................................................................................................................................17

II. TINJAUAN KASUS..........................................................................................................................18

III. PENUTUP........................................................................................................................................29

A. Kesimpulan.................................................................................................................................29

B. Saran...........................................................................................................................................29

3
Daftar Istilah
DM : Diabetes Melitus

HLA : (Human Leucocyte Antigen)

DMTTI : Diabetes Melitus tak tergantung insulin

NIDDM : Non Insulin Dependent Diabetes Melitus

I. TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter, dengan tanda-tanda
hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai
akibat dari kuranganya insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme
karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan metabolism lemak dan protein ( Askandar, 2000 ).
Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai oleh ketiadaan absolut insulin atau
insensitifitas sel terhadap insulin (Corwin, 2001)

Ulkus diabetic merupakan komplikasi kronik dari diabetes mellitus sebagai sebab utama morbiditas,
mortalitas, serta kecacatan penderita diabetes. Kadar LDL yang tinggi memainkan peranan penting untuk
terjadinya ulkus diabetic melalui pembentukan plak atherosclerosis pada dinding pembuluh darah (zaidah,
2005).

Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelaianan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar
glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Pada diabetes mellitus kemampuan tubuh untuk bereaksi
terhadap insulin dapat menurun atau pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin (Brunner
and Suddarth, 2010).

Diabetes mellitus tipe 2 atau Non Insulin Dependendt Diabetes Mellitus) merupakan intoleransi glukosa
pada lansia berkaitan dengan obesitas, aktifitas fisik yang berkurang, kurangnya masa otot, penyakit
penyerta, penggunaan obat-obatan, disamping karena pada lansia terjadi penurunan sekresi insulin dan
insilin resisten (Hasdianah, 2012)

Diabetes Melitus (DM) atau disebut diabetes saja merupakan penyakit gangguan metabolik menahun
akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang
diproduksi secara efektif. Insulin adalah hormon yang mengatur keseimbangan kadar gula darah
(InfoDATIN, 2014)

Diabetes mellitus, adalah kondisi serius jangka panjang yang terjadi ketika ada peningkatan kadar
glukosa dalam darah seseorang 11 karena tubuh mereka tidak dapat menghasilkan hormon insulin apa
pun atau cukup, atau tidak dapat efektif menggunakan insulin yang dihasilkannya. Insulin adalah hormon

4
penting yang diproduksi di pankreas. Ini memungkinkan glukosa dari aliran darah untuk memasuki sel-sel
tubuh di mana glukosa diubah menjadi energi. Insulin juga penting untuk metabolisme protein dan lemak.
Kurangnya insulin, atau ketidakmampuan sel untuk meresponnya, menyebabkan tingginya kadar glukosa
darah (hiperglikemia), yang merupakan indikator klinis diabetes (IDF, 2019).

B. Etiologi
Menurut Smeltzer dan Bare (2001), penyebab dari diabetes melitus adalah:

a. Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI)


1) Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu presdisposisi
atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini
ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu.
HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses
imun lainnya.
2) Faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini merupakan respon
abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap
jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
3) Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai contoh hasil penyelidikan
menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autuimun yang dapat
menimbulkan destuksi sel β pankreas.
b. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI)
Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor genetic diperkirakan memegang
peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI)
penyakitnya mempunyai pola familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi
insulin maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran
terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan sel
tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler yang meningkatkan transport glukosa menembus
membran sel.
Pada pasien dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Hal ini
dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsif insulin pada membran
sel. Akibatnya terjadi penggabungan abnormal antara komplek reseptor insulin dengan system
transport glukosa. Kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan
meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi memadai
untuk mempertahankan euglikemia (Price,1995).

5
Diabetes Melitus tipe II disebut juga Diabetes Melitus tidak tergantung insulin (DMTTI) atau Non
Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) yang merupakan suatu kelompok heterogen bentuk-
bentuk Diabetes yang lebih ringan, terutama dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat
timbul pada masa kanak-kanak. Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II,
diantaranya adalah:
1) Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
2) Obesitas
3) Riwayat keluarga
4) Kelompok etnik
c. Diabetes dengan Ulkus
1) Faktor endogen :
a) Neuropati :
Terjadi kerusakan saraf sensorik yang dimanifestasikan dengan penurunan sensori nyeri,
panas, tak terasa, sehingga mudah terjadi trauma dan otonom/simpatis yang
dimanifestasikan dengan peningkatan aliran darah, produksi keringat tidak ada dan
hilangnya tonus vaskuler
b) Angiopati :
Dapat disebabkan oleh faktor genetic, metabolic dan faktor resiko lain.
c) Iskemia :
Adalah arterosklerosis (pengapuran dan penyempitan pembuluh darah) pada pembuluh
darah besar tungkai (makroangiopati) menyebabkan penurunan aliran darah ke tungkai, bila
terdapat thrombus akan memperberat timbulnya gangrene yang luas. Aterosklerosis dapat
disebabkan oleh faktor: Adanya hormone aterogenik, Merokok, Hiperlipidemi. Manifestasi
kaki diabetes iskemia: Kaki dingin, Nyeri nocturnal, Tidak terabanya denyut nadi, Adanya
pemucatan ekstrimitas inferior, Kulit mengkilap, Hilangnya rambut dari jari kaki, Penebalan
kuku, Gangrene kecil atau luas.
2) Faktor eksogen
a) Trauma
b) Infeksi

Menurut (Suddarth, 2014) penyebab diabetes mellitus terbagi menjadi:

1. Diabetes Tipe 1
Diabetes tipe I ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pancreas.Kombinasi faktor genetic, imunologi
dan mungkin pula lingkungan (misalnya, infeksi virus) diperkirakan turut menimbulkan destruksi sel
beta.
Faktor-faktor genetic Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi, mewarisi
suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya diabetes tipe I. kecenderungan ini

6
ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (human leucocyte antigen) tertentu. HLA
merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan proses imun
lainnya.
Faktor-faktor imunologi Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respons autoimun.
Respons ini merupakan respons abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh
dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan
asing. Otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen (internal) terdeteksi pada
saat diagnosis dibuat dan bahkan beberapa tahun sebelum timbulnya tanda-tanda klinis diabetes tipe I.
Faktor-faktor Lingkungan Penyelidikan juga sedang dilakukan terhadap kemungkinan faktor-
faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel beta. Sebagai contoh hasil penyelidikan yang
menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan
destruksi sel beta.
2. Diabetes Tipe II Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi
insulin. Selain itu terdapat pula faktor-faktor resiko tertentu yang berhubungan dengan proses
terjadinya diabetes tipe II. Faktir-faktor ini adalah:
Obesitas. Obesitas menurunkan jumlah reseptor insulin dari sel target diseluruh tubuh sehingga
insulin yang tersedia menjadi kurang efektif dalam meningkatkan efek metabolik.
Usia. Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun.
Gestasional. Diabetes melitus dengan kehamilan (diabetes mellitus gestasional) adalah
kehamilan normal yang disertai dengan peningkatan insulin resistensi (ibu hamil gagal
mempertahankan euglycemia).

C. Manifestasi Klinik
Tanda gejala pada penderita diabetes mellitus :

a. Ketoasidosis atau serangan diam – diam pada diabetes tipe I.


b. Keletihan akibat defisiensi energy dan keadaan katabolis.
c. Kadang – kadang tidak ada gejala (pada diabetes tipe II).
d. Diuretic osmotic yang disertai poliuria, dehidrasi, polidipsia, selaput lender keringdan kekencangan
kulit buruk.
e. Pada ketoasidosis dan keadaan non-ketotik hiperosmolar hiperglikemik, dehidrasi berpotensi
menyebebkan hipovolemia dan syok.
f. Jika diabetes tipe I tidak dikontrol, pasien mengalami penurunan berat badan dan selalu lapar,
padahal ia sudah makan sangat banyak
(Nursing, 2011).

Manifestasi klinis diabetes melitus dikaitkan dengan konsekuensi metabolic defisiensi insulin. Pasien-
pasien dengan defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal,

7
atau toleransi glukosa setelah makan karbohidrat. Jika hiperglikemianya berat dan melebihi ambang ginjal
untuk zat ini, maka timbul glikosuria. Glikosuria ini akan mengakibatkan dieresis osmotic yang
meningkatkan pengeluaran urine (poliuria) dan timbul rasa haus (polidipsia). Karena glukosa hilang
bersama urine, maka pasien mengalami keseimbangan kalori negative dan berat badan berkurang. Rasa
lapar yang semakin besar (polifagia) akan timbul sebagai akibat kehilangan kalori. Pasien akan mengeluh
lelah dan mengantuk (Price & Wilson, 2015)

Pasien dengan diabetes tipe I sering memperlihatkan awitan gejala yang eksplosif dengan polidipsia,
poliuria, polifagia, turunnya berat badan, lemah, somnolen yang terjadi selama beberapa hari atau
beberapa minggu.Pasien dapat menjadi sakit berat dan timbul ketoasidosis, serta dapat meninggal kalau
tidak mendapatkan pertolongan segera.Terapi insulin biasanya diperlukan untuk mengontrol metabolisme
dan umumnya pasien peka terhadap insulin. Sebaliknya, pasien dengan diabetes tipe II mungkin sama
sekali tidak memperlihatkan gejala apapun, dan diagnosisnya hanya dibuat berdasarkan pemeriksaan
darah dilaboratorium dan melakukan tes toleransi glukosa. Pada hiperglikemia yang lebih berat, pasien
tersebut mungkin menderita polidipsia, poliuria, lemah dan somnolen.Biasanya mereka tidak mengalami
ketoasidosis karena pasien ini tidak defisiensi insulin secara absolute namun hanya relatife (Price &
Wilson, 2015)

D. Patofisiologi

1. Narasi
Diabetes melitus adalah kumpulan penyakit metabolic yang ditandai dengan hipeglikemia akibat
kerusakan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Ada empat tipe utama diabetes melitus yaitu,
diabetes melitus tipe I (5%-10% kasus terdiagnosis), diabetes melitus tipe II (90%-95% kasus
terdiagnosis), diabetes gestasional (2%-5% dari semua kehamilan), dan diabetes melitus tipe spesifik
lain (1%-2% kasus terdiagnosis) (LeMone, Burke, & Bauldoff, 2015)
Barat suatu mesin, tubuh memerlukan bahan untuk membentuk sel baru dan mengganti sel yang
rusak.Disamping itu tubuh juga memerlukan energy supaya sel tubuh dapat berfungsi dengan
baik.Energy yang dibutuhkan oleh tubuh berasal dari bahan makanan yang kita makan setiap hari.
Bahan makanan tersebut terdiri dari unsur karbohidrat, lemak dan protein (Rendy & TH, 2012)
Pada keadaan normal kurang lebih 50% glukosa yang dimakan mengalami metabolisme
sempurna menjadi CO2 dan air, 10% menjadi glikogen dan 20%-40% diubah menjadi lemak. Pada
diabetes melitus semua proses tersebut teganggu karena terdapat defisiensi insulin. Penyerapan
glukosa kedalam sel macet dan metabolismenya terganggu. Keadaan ini menyebabkan sebagian
besar glukosa tetap berada dalam sirkulasi darah sehingga terjadi hiperglikemia (Rendy & TH, 2012)
Pada keadaan normal kurang lebih 50% glukosa yang dimakan mengalami metabolisme
sempurna menjadi CO2 dan air, 10% menjadi glikogen dan 20%-40% diubah menjadi lemak. Pada
diabetes melitus semua proses tersebut teganggu karena terdapat defisiensi insulin. Penyerapan

8
glukosa kedalam sel macet dan metabolismenya terganggu. Keadaan ini menyebabkan sebagian
besar glukosa tetap berada dalam sirkulasi darah sehingga terjadi hiperglikemia (Rendy & TH, 2012).
Penyakit diabetes melitus disebabkan oleh karena gagalnya hormon insulin. Akibat kekurangan
insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi glikogen sehingga kadar gula darah meningkat dan
terjadi hiperglikemia. Ginjal tidak dapat menahan hiperglikemi ini, karena ambang batas untuk gula
darah adalah 180 mg% sehingga apabila terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak bisa menyaring dan
mengabsorbsi sejumlah glukosa dalam darah.Sehubungan dengan sifat gula yang menyerap air maka
semua kelebihan dikeluarkan bersama urine yang disebut glukosuria. Bersamaan keadaan glukosuria
maka sejumlah air hilang dalam urin yang disebut poliuria. Poliuria mengakibatkan dehidrasi
intraseluler, hal ini akan merangsang pusat haus sehingga pasien akan merasakan haus terus
menerus sehingga pasien akan minum terus yang disebut polidipsia (Rendy & TH, 2012).
Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya transport glukosa ke sel-sel
sehingga sel-sel kekurangan makanan dan simpanan karbohidrat, lemak dan protein menjadi menipis.
Karena digunakan untuk melakukan pembakaran dalam tubuh, maka klien akan merasa lapar
sehingga menyebabkan banyak makan yang disebut poliphagia. terlalu banyak lemak yang dibakar
maka akan terjadi penumpukan asetat dalam darah yang menyebabkan keasaman darah meningkat
atau asidosis. Zat ini akan meracuni tubuh bila terlalu banyak hingga tubuh berusaha mengeluarkan
melalui urine dan pernapasan, akibatnua bau urine dan napas penderita berbau aseton atau bau
buahbuahan. Keadaan asidosis ini apabila tidak segera diobati akan terjadi koma yang disebut koma
diabetik (Rendy & TH, 2012)

9
2. Pathway

E. Pemeriksaan Penunjang
Kriteria diagnostic WHO dalam (Padila, 2012) untuk diabetes mellitus sedikitnya 2 kali pemeriksaan :

1. Glukosa plasma sewaktu > 200 mg/dl (11,1 mmol/L)

10
2. Glukosa plasma puasa > 140 mg/dL (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat
(2 jam post prandial) > 200 mg/dL
4. Asetan plasma : hasil (+) mencolok
5. Asam lemak bebas : peningkatan lipid dan kolestrol
6. Osmolaritas serum (> 300 osm/l) 7. Urinalisis : proteinuria, ketonuria, glukosuria

Pemeriksaan dilakukan untuk menegakkan klien terkena diabetes atau tidak. (dr. Decroli, 2019)

a. Kadar glukosa darah sewaktu (mg/dl)


1) Plasma vena ≥ 200, nilai normal <100
2) Plasma vena ≥ 200, nilai normal <90
b. Kadar glukosa darah puasa >140 mg/dl
1) Plasma vena ≥ 126, nilai normal <100
2) Darah kapiler ≥ 100, nilai normal <90

F. Penatalaksanaan
Menurut (Suddarth, 2014) tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktivitas
insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi vascular dan
neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal
(euglikemia) tanpa terjadinya hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien. Ada lima
komponen dalam penatalaksanaan diabetes :

1. Diet
Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari penatalaksanaan diabetes.
Penatalaksaanaan nutrisi pada penderita diabetes diarahkan untuk mencapai tujuan memberikan
semua unsur makanan esensial (misalnya vitamin, mineral), mencapai dan mempertahankan berat
badan yang sesuai, memenuhi kebutuhan energi, mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap
harinya dengan mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara yang aman
dan praktis, menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat (Suddarth, 2014)
2. Latihan
Latihan sangat penting dalam penatalaksanaan diabetes karena efeknya dapat menurunkan kadar
glukosa darah dan mengurangi faktor resiko kardiovaskuler. Latihan akan menurunkan kadar glukosa
darah dengan meningkatkan pengembalian glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin.
Sirkulasi darah dan tonus otot juga diperbaiki dengan berolahraga. Latihan dengan cara melawan
tahanan (resistance training) dapat meningkatkan lean body mass dan dengan demikian menambah
laju metabolisme istirahat (resting metabolic rate). Semua efek ini sangat bermanfaat pada diabetes
karena dapat menurunkan berat badan, mengurangi rasa stress dab mempertahankan kadar lemak
darah (Suddarth, 2014)

11
3. Pemantuan
Dengan melakukan pemantuan kadar glukaso darah secara mandiri, penderita diabetes kini dapat
mengatur terapinya untuk mengendalikan kadar glukosa darah secara optimal. (Suddarth, 2014
4. Pendidikan kesehatan
Penyuluhan kesehatan merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan pada penderita diabetes
melitus melalui berbagai macam-macam cara atau media misalnya leaflet, poster, televise, kaset,
video, diskusi kelompok, dan sebagainya (Suddarth, 2014)

Tujuan penatalaksanaan medik pada ulkus diabetikum menurut (Kartika, 2017) adalah :

a. Pencegahan Primer
Penyuluhan cara terjadinya kaki diabetes sangat penting, harus selalu dilakukan setiap saat. Berbagai
usaha pencegahan sesuai dengan tingkat risiko dengan melakukan pemeriksaan dini setiap ada luka
pada kaki secara mandiri ataupun ke dokter terdekat. Deformitas (stadium 2 dan 5) perlu sepatu/ alas
kaki khusus agar meratakan penyebaran tekanan pada kaki.
b. Pencegahan Sekunder
Pengelolaan Holistik Ulkus/Gangren Diabetik Kerjasama multidisipliner sangat diperlukan. Berbagai
hal harus ditangani dengan baik dan dikelola bersama, meliputi:
1) Wound control
2) Microbiological control-infection control
3) Mechanical control-pressure control
a) Wound Control

Perawatan luka sejak awal harus dikerjakan dengan baik dan teliti. Evaluasi luka harus
secermat mungkin. Klasifikasi ulkus pedis dilakukan setelah debridement adekuat. Jaringan
nekrotik dapat menghalangi proses penyembuhan luka dengan menyediakan tempat untuk
bakteri, sehingga dibutuhkan tindakan debridement. Debridement yang baik dan adekuat
akan sangat membantu mengurangi jaringan nekrotik, dengan demikian akan sangat
mengurangi produksi pus/cairan dari ulkus/gangren. Debridement dapat dilakukan dengan
beberapa metode seperti mekanikal, surgikal, enzimatik, autolisis, dan biokemis. Cara paling
efektif adalah dengan metode autolysis debridement.

Autolysis debridement adalah cara peluruhan jaringan nekrotik oleh tubuh sendiri
dengan syarat utama lingkungan luka harus lembap. Pada keadaan lembap, enzim proteolitik
secara selektif akan melepas jaringan nekrosis, sehingga mudah lepas dengan sendirinya
atau dibantu secara surgikal atau mekanikal. Pilihan lain dengan menggunakan maggot.
Saat ini terdapat banyak macam dressing (pembalut) yang dapat dimanfaatkan sesuai
keadaan luka dan letak luka. Dressing mengandung komponen zat penyerap, seperti
carbonated dressing, alginate dressing akan bermanfaat pada luka yang masih produktif.

12
Hydrophilic fiber dressing atau silver impregnated dressing bermanfaat untuk luka produktif
dan terinfeksi. Berbagai terapi topikal dapat dimanfaatkan untuk mengurangi mikroba pada
luka, cairan normal saline sebagai pembersih luka, senyawa silver sebagai bagian dari
dressing. Berbagai cara debridement non-surgikal seperti preparat enzim dapat
dimanfaatkan untuk mempercepat pembersihan jaringan nekrotik. Jika luka sudah lebih baik
dan tidak terinfeksi lagi, dressing seperti hydrocolloid dressing dapat dipertahankan
beberapa hari. Untuk kesembuhan luka kronik seperti luka kaki diabetes, suasana kondusif
sekitar luka harus dipertahankan. Selama proses inflamasi masih ada, proses penyembuhan
luka tidak akan beranjak ke proses selanjutnya. Untuk menjaga suasana kondusif dapat
dipakai kasa yang dibasahi dengan normal saline. Berbagai sarana dan penemuan baru
dapat dimanfaatkan untuk wound control, seperti: dermagrafi, apligraft, growth factor,
protease inhibitor, dan sebagainya, untuk mempercepat kesembuhan luka. Terapi hiperbarik
oksigen efikasinya masih minimal.

b) Microbiological Control
Data pola kuman perlu diperbaiki secara berkala, umumnya didapatkan infeksi bakteri
multipel, anaerob, dan aerob. Antibiotik harus selalu sesuai dengan hasil biakan kuman dan
resistensinya. Lini pertama antibiotik spektrum luas, mencakup kuman gram negatif dan
positif (misalnya sefalosporin), dikombinasi dengan obat terhadap kuman anaerob (misalnya
metronidazole).
c) Pressure Control
Jika tetap dipakai untuk berjalan (menahan berat badan/weight bearing), luka selalu
mendapat tekanan, sehingga tidak akan sempat menyembuh, apalagi bila terletak di plantar
seperti pada kaki Charcot.

Berbagai cara surgikal dapat dipakai untuk mengurangi tekanan pada luka seperti:

1) Dekompresi ulkus/gangren dengan insisi abses


2) Prosedur koreksi bedah seperti operasi untuk hammer toe, metatarsal head resection,
Achilles tendon lengthening, partial calcanectomy.

G. Proses Keperawatan

1. Pengkajian
a. Identitas klien yang meliputi :
Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan, suku/bangsa, status perkawinan,
alamat, tanggal masuk, ruangan, no.register, diagnosa medis.
b. Riwayat penyakit
1) Keluhan utama

13
Biasanya klien datang ke RS dengan keluhan utama poliphagia, polidipsia, poliuria dan
penurunan berat badan. Keluhan lemah, kesemutan gatal-gatal, penglihatan kabur, dan
seringkali sudah terjadi gangren.
2) Riwayat penyakit sekarang
Mencakup data sejak kapan dirasakan keluhan sampai keluhan yang dirasakan saat ini.
3) Riwayat penyakit dahulu
Perlu ditanyakan riwayat klien pernah mengalami sakit apa saja dan usahakan /
tindakan klien untuk mengurangi dan mengantisipasi penyakit tersebut.
4) Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang pernah menderita penyakit seperti
ini, penyakit yang menyertai, siapa dan apakah sembuh atau meninggal
c. Dasar Data Pengkajian Klien
1) Aktivitas Istirahat
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan kram otot, tonus otot menurun. Gangguan
tidur / istirahat.
Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan aktivitas. Letargi /
disorientasi, koma. Penurunan kekuatan otot.
2) Sirkulasi
3) Gejala : Adanya riwayat hipertensi, Infark Myocard Akut, Klaudikasi, kebas, dan
kesemutan pada ekstremitas. Ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama.
Tanda : Takikardia. Perubahan tekanan darah postural; hipertensi. Nadi yang menurun /
tak ada. Disritmia. Kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung.
4) Integritas Ego
Gejala : Stres ; tergantung pada orang lain. Masalah finansial yang berhubungan
dengan kondisi.
Tanda : Ansietas, peka rangsang
5) Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia. Rasa nyeri terbakar. Kesulitan
berkemih (infeksi). ISK baru / berulang. Nyeri tekan abdomen.
Tanda : Urine encer, pucat, kuning; poliuri (dapat berkembang menjadi oliguria / anuria
jika terjadi hipovolemia berat). Urine berkabut, bau busuk (infeksi). Abdomen keras,
adanya ascites. Bising usus lemah dan menurun; hiperaktif (diare).
6) Makanan / cairan
Gejala : Hilang nafsu makan. Mual / muntah. Tidak mengikuti diet; peningkatan masukan
glukosa / karbohidrat. Penurunan berat badan lebih dari periode beberapa hari / minggu.
Haus. Penggunaan diuretic (tiazid).

14
Tanda : Kulit kering / bersisik, turgor jelek. Kekakuan / distensi abdomen, muntah.
Pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolic dengan peningkatan gula
darah). Bau halitosis / manis, bau buah (napas aseton).
7) Neurosensori
Gejala : Pusing / pening. Sakit kepala. Kesemutan, kebas kelemahan pada otot,
parestesia. Gangguan penglihatan.
Tanda : Disorientasi, mengantuk, letargi, stupor, koma (tahap lanjut). Gangguan memori
(baru, masa lalu); kacau mental. Refleks Tendon Dalam (RTD) menurun (koma).
Aktivitas kejang (tahap lanjut dari DKA).
8) Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang / nyeri (sedang / berat).
Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi; tampak sangat berhati – hati.
9) Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan / tanpa sputum purulen
(tergantung adanya infeksi / tidak).
Tanda : Lapar udara. Batuk dengan / tanpa sputum purulen (infeksi). Frekuensi
pernapasan.
10) Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal; ulkus kulit.
Tanda : Demam, diaforesis. Menurunnya kekuatan umum / rentang gerak. Parestesia /
paralysis otot termasuk otot-otot pernapasan.
11) Seksualitas
Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi), masalah impoten pada pria; kesulitan
orgasme pada wanita
12) Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : Faktor resiko keluarga; diabetes mellitus, penyakit jantung, stroke, hipertensi,
fenobarbital, penyembuhan yang lambat. Penggunaan obat seperti steroid, diuretik
(tiazid); Dilantin dan dapat meningkatkan kadar glukosa darah.
Pertimbangan : menunjukkan rata lama dirawat ; 5 – 9 hari. Rencana Pemulangan :
Mungkin memerlukan bantuan dalam pengaturan diet,pengobatan, perawatan
diri, pemantauan terhadap glukosa darah.

2. Diagnosis Keperawatan
a. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma)
b. Perfusi Perifer Tidak Efektif berhubungan dengan hiperglikemia
c. Defisit Nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolism
d. Risiko Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan secara aktif

15
e. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan
f. Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan neuropati perifer
g. Risiko Infeksi berhubungan dengan penyakit kronis (mis. Diabetes Mellitus)
h. Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah berhubungan dengan resistensi insulin
i. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
j. Risiko Jatuh berhubungan dengan neuropati

16
H. Perencanaan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
keperawatan selama x 24 Observasi :
jam diharapkan masalah 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
nyeri berkurang dengan durasi, frekuensi, kualitas dan
kriteria hasil : intensitas nyeri.
2. Identifikasi skala nyeri
1) Keluhan nyeri menurun 3. Identifikasi respons nyeri non
verbal
4. Identifikasi faktor yang
2) Meringis menurun
memperberat dan memperingan
nyeri
3) Sikap protektif menurun 5. Monitor efek samping penggunaan
analgetik
Teraupetik :
4) Gelisah menurun
1. Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
5) Kesulitan tidur menurun TENS, hipnosis, kompres
hangat/dingin)
2. Kontrol lingkungan yang
6) Berfokus pada diri sendiri
memperberat rasa nyeri (mis.
menurun
Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)

7) Tekanan darah membaik 3. Fasilitasi istirahat dan tidur


Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode, dan
8) Pola napas membaik
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
4. Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgetik
2 Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan tindakan Observasi :

17
berhubungan dengan keperawatan diharapkan 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
kelemahan toleransi aktivitas meningkat mengakibatkn kelelahan
Kriteria hasil : 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
1. Kemudahan melakukan 3. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
aktivitas sehari hari meningka selama melakukan aktivitas Terapeutik :
4. Sediakan lingkungan nyaman dan
2. Kekuatan tubuh bagian bawah
rendah stimulus (mis. Cahaya, suara,
meningkat
dan kunjungan)
3. Sianosis menurun 5. Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
4. Perasaan lemah menurun
Edukasi :
5. Frekuensi nadi membaik 6. Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
6. Tekanan darah membaik
Kolaborasi :
7. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan

Daftar Pustaka
ADA. (2012). Faktor risiko mempengaruhi kejadian Diabetes mellitus tipe dua.

18
Jurnal Kebidanan Dan Keperawatan Aisyiyah Isnaini, Nur Ratnasari, Ratnasari, 14(1), 59–
68. https://doi.org/10.31101/jkk.550

Alkhar, R. (2018). Laporan Praktik Dinas KMB RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.

Ananta. (2018). Pola Perawatan Diabetes Melitus Dengan Kejadian Kaki. Achmad Djamil, Nur
Sefa Arief Hermawan, Priscilia Dea, 6.

Andyagreeni. (2010). Tanda Klinis Penyakit Diabetes Mellitus. Jakarta: Trans Info Media.

Azzida Dzaher. (2016). Peran perawat pada manajemen kaki penderita diabetes.

Retrieved from https://today.mims.com/peran-perawat-pada-manajemen- kaki-penderita-


diabetes

Brunner dan Suddarth. (2014). Keperawatan medikal Bedah Brunner & Suddarth.

EGC.

Departemen Kesehatan RI. (2012). Rencana Asuhan Keperawatan.

dr. Decroli, E. (2019). Buku Diabetes Mellitus Tipe 2. Padang: Pusat Penerbitan Bagian Ilmu
Penyakit Dalam.

dr. Wahjoepramono. (2010). Ulkus Diabetikum (pp. 7–37). pp. 7–37. Retrieved from
https://www.alomedika.com/penyakit/endokrinologi/ulkus- diabetikum/patofisiologi

dr.Firdaus. (2017). Penanganan Amputasi. Retrieved from https://hellosehat.com/pusat-


kesehatan/diabetes-kencing-manis/luka- diabetes-diamputasi/

dr.Tjin Willy. (2018). Amputasi. Retrieved from https://www.alodokter.com/amputasi


Drs. H. Syaifuddin, A. (2011). buku anfis (S. K. Monica Ester, Ed.). Penerbit Buku Kedokteran.

Efendi, F., & Makhfudli. (2010). Teori dan Praktik dalam Keperawatn. Jakarta: Salemba Medika.

19
20
II. TINJAUAN KASUS

PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DIABETES MELLITUS

I. IDENTITAS DIRI KLIEN


Nama : NY. K
Umur : 48 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Desa lelio
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Status Perkawinan : Sudah menikah
Agama : Kristen
Suku : Jawa
Tanggal Kunjungan : 22/06/2021
Tanggal Pengkajian : 23/06/2021
Sumber Informasi : Pasien

II. RIWAYAT PENYAKIT


1. Keluhan utama :
Luka pada punggung kaki sebelah kanan
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien masuk dengan keluhan luka pada punggung kaki sebelah kanan, Luka pada pasien awalnya
melepuh dan gatal di bagian punggung kaki sebelah kanan, pasien menggaruk area luka tersebut
sehingga menyebabkan luka seperti lingkaran, Luka pada pasien saat di kaji sudah pada tahap
granulasi dan lukanya Nampak sedikit dalam dan berwarna merah di dalamnya dan di sekitar lukanya
atau batas lukanya itu sudah mulai mengering.
3. Riwayat penyakit dahulu :
Klien menderita penyakit diabetes ± 1 tahun yang lalu, pasien baru pertama kali di rawat di rumah sakit
karena adanya penyakit diabetes

4. Diagnose medis pada saat Masuk Rumah Sakit :


Ulkus diabetic

21
III. PENGKAJIAN SAAT INI
1. Oksigen
Pasien tidak terpsang oksigen dan tidak terdapat indikasi untuk pemasangan oksigen dan tidak ada
sesak nafas.
2. Pola Nutrisi
Pasien mengatakan biasanya sebelum sakit makan sehari 3 kali dengan porsi satu piring habis (nasi,
lauk, sayur) serta minum air putih 6 – 8 gelas per hari. Dan selama sakit, pasien mengatakan makan 3
kali sehari dan selalu menghabiskan porsi makan yang diberikan dari RS (Nasi Diabetes Melitus rendah
garam), serta minum air putih 5 gelas per hari.

(menghitung jumlah kalori )

3. Pola Aktivitas Sehari-Hari


Pasien mengatakan sehari hari berdagang kecil – kecilan yaitu menjual kripik pisang dan ubi, saat
dirumah pasien lebih banyak menghabiskan waktu dengan keluarga sekaligus menjadi ibu rumah
tangga. Selama sakit pasien hanya bisa beraktivitas ditempat tidur terkecuali untuk makan dan minum
bisa sendiri tetapi untuk BAK dan BAB pasien belum mampu untuk melakukannya termasuk aktivitas
lainya sendiri seperti, berjalan, berpindah. Dan pasien merasa capek saat sudah mau berjalan atau
mobilitas ditempat tidur, pasien juga cepat untuk merasa capek dan keletihan.

Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4


Makan/Minum 
Mandi 
Toileting 
Berpakaian 
Mobilitas di tempat tidur 
Berpindah 
Ambulasi 

Keterangan :
1. Mandiri
2. Alat Bantu
3. Dibantu orang
4. Dibantu orang lain dan alat
5. Tergantung total

6. Pola Istirahat Tidur


Pasien tidur 2x sehari (siang, dan malam), pasien tidur siang lebih dari 2 jam dan tidur malam lebih dari 7
jam. Tetapi saat sedang di rawat di rumah sakit pasien hanya tidur lebih dari 1 jam saat siang dan malam
lebih dari 7 jam. Tidur pasien tidak tidak menentu akibat dari kurangnya aktivitas yang di lakukan
sehingga biasanya pasien tidur karena bosan dan sudah mengantuk.

22
7. Pola perceptual (Penglihatan, pendengaran, pengecapan, sensasi)
Penglihatan klien simteris kiri dan kanan, sclera berwarna putih, konjungtiva berwarna merah muda, serta
penglihatan klien masih jelas dan dalam keadaan baik. Pendengaran klien dalam keadaan baik, tidak
terdapat gangguan pendengaran, serta pengecapan klien masih terasa dan dalam keadaan baik.

8. Cairan & Elektrolit : Pasien tidak sedang terpasang infuse, (balance cairan )
9. Pola Eliminasi :
a. BAB
Pasien mengatakan sebelum sakit BAB lancar 1 – 2x dalam sehari, dengan konsistensi lembek, tidak
ada darah, dan pasien tidak punya keluhan terhadap BAB nya selama di rumah. Dan selama sakit
pasien BAB 1x per 2 hari dengan konsistensi padat tetapi tidak susah untuk dikeluarkan

b. BAK
Sebelum sakit pasien mengatakan BAK lancar 4 – 5 kali dalam sehari dengan warna BAK kuning
jernih. Dan selama sakit BAK pasien lancar 5 – 6 kali dalam sehari dengan warna urin kuning jernih
dan tidak terdapat keluhan saat BAK.

IV. PEMERIKSAAN FISIK


Keluhan klien yang dirasakan saat sakit : Nyeri pada bagian luka dipunggung kaki sebelah kanan
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : composmentis
Nilai GCS : E : 4 M : 6 V : 5
TD : 130/80 mmhg RR : 20 x / menit N : 80 x/ menit

Kepala :
Bentuk kepala simetris, rambut hitam sedikit beruban, tidak terdapat benjolan maupun luka, dan tidak ada
nyeri tekan

Mata :
Mata simetris, sclera mata tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, strabismus (-), gerakan bola mata normal,
adanya reflex cahaya pada pupil pasien.

Hidung :
Tidak terdapat secret, penciuman baik, simetris, tidak ada polib, dan kemerahan.

Mulut :

23
Bibir pasien pecah-pecah dan kering, lidah bersih, stomatis (-), gigi pasien bersih

Telinga :
Simetris, tidak terdapat pendarahan, tidak adanya benjolan, secret, dan pendengaran pasien masih baik

Leher :
Bentuk simetris, tidak terdapat lesi, tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, dan tidak terdapat benjolan
pada leher.

Thoraks :
Bentuk dada pasien simetris kiri dan kanan, tidak ada dyspnea, tidak adanya nyeri tekan pada thorax
pasien, bunyi napas pasien reguler, irama jantung reguler, frekuensi nafas pasien 24x/menit, serta
pengembangan dada simetris kiri dan kanan.

Abdomen :
Bentuk abdomen pasien terlihat simetris kiri dan kanan, tidak tampak lesi, terdengar bunyi timpani, dan tidak
teraba adanya nyeri tekan.

Ekstremitas (termasuk keadaan kulit dan kekuatan otot)


Anggota gerak atas masih lengkap, akral teraba hangat dan anggota gerak bawah masih lengkap dan tidak
terlihat adanya edema, serta akral teraba hangat.

Inpeksi : Ekstremitas atas : lengan kanan dan kiri simetris, tidak ada oedem warna kulit kecoklatan.
Ekstremitas bawah : pegerakan sendi terbatas, terdapat ulkus diabetes di punggung kaki sebelah kanan,
turgor kulit elastis.( Pengkajian Luka diperjelas )

Kulit :
Warna kulit pasien normal tidak tampak pucat, dan bersih, turgor kulit baik. Dan terdapat kerusakan jaringan
atau lapisan kulit pada punggung kaki sebelah kanan pasien.
Program Therapi

No Nama Obat Dosis & Cara Pemberian Manfaat


1 Metformin 3 x/ hari dan melalui oral Obat pilihan pertama
untuk penderita diabetes
tipe 2, khususnya untuk
orang – orang dengan
kelebihan berat badan dan
gemuk

24
2 Fibumin 3 x / hari dan melalui oral Membantu mempercepat
penyembuhan luka

3 Dexketoprofen 1 ampul / 18 jam dan inj. IV Untuk meredakan gejala


tremotamol nyeri ringan hingga
sedang
4 Cefadroxil 2 x 1 / hari melalui oral Untuk mengatasi infeksi
bakteri dikulit

5 Piroxicam 3 x 1 / hari melalui oral Untuk mengatasi tanda


peradangan seperti nyeri

Hasil Pemeriksaan penunjang dan Laboratorium (Masukkan nilai normal dan tanggal pemeriksaan):

1. Laboratorium
18 – 06 - 2021

Nama test Hasil Satuan Nilai rujukan


Gula stik 359 Mg / dl 70 – 125

20 – 06 - 2021

Nama test Hasil Satuan Nilai rujukan


Gula stik 278 Mg / dl 70 – 125

25
V. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


Ds : Kelemahan Intoleransi aktivitas
1. - Klien mengatakan sering mengeluh lelah jika
beraktivitas
- Merasa tidak nyaman setelah beraktifitas
- Pasien merasa lemah

Do :
- Aktifitas klien tampak di bantu oleh keluarga
- Klien tampak lemah

2 Ds : Neuropati perifer Gangguan integritas


- Pasien mengatakan luka pada punggung kaki jaringan
sebelah kanan sejak 3 bulan yang lalu
Do :
- Terdapat kerusakan jaringan atau lapisan kulit
pada punggung kaki sebelah kanan pasien

Pengkajian luka :
- Panjang luka ± 3 cm, lebar luka ± 5 cm,
kedalaman luka ± 1 cm, jaringan luka merah,
tidak terdapat jaringan mati (nekrosis),
terdapat eksudat sedang dengan jenis
eksudat serous ( cairan berwarna jernih),
dengan dasar warna luka merah.
- Tidak terdapat adanya tanda – tanda infeksi
meliputi bengkak, nyeri, dan peningkatan
eksudat.

3 Ds : Resistensi insulin Ketidakstabilan Kadar


- Pasien mengatakan mempunyai riwayat
Glukosa Darah
penyakit DM sejak ± 1 tahun yang lalu
- Pasien mengeluh lelah
Do :
- Pasien tampak terbaring ditempat tidur
- GDS 278 mg/dL

26
RENCANA KEPERAWATAN
NAMA PASIEN : NY. K
NO.REKAM MEDIK : 13 – 57 - 07
DIAGNOSA MEDIK : Ulkus diabetic
No Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI
1. Intoleransi aktivitas b. d Setelah di lakukan tindakan Terapi aktifitas
imbolitas keperawatan selama 1 x 24
Observasi
jam intoleransi aktivitas
1. Identifikasi deficit tingkat
membaik dengan kriteria
aktifitas
hasil :
2. Identifikasi kemampuan
1. Tingkat keletihan
berpatisipasi dalam aktifitas
2. Toleransi aktifitas
tertentu
meningkat
Terapeutik
3. Ambulasi meningkat
1. Fasilitasi pasien dan
keluarga dalam
menyesuaikan lingkungan
untuk mengakomidasi
aktifitas yang dipilih

2. Libatkan keluarga dalam


aktifitas

Eduksi

1. Ajarkan cara melakukan


aktifitas yang di pilih

Menjemen program latihan

Observasi

1. Identifikasi pengetahuan
dan pengalaman aktifitas
sebelumnya

2. Identifikasi kemampuan
pasien beraktifitas

Terapeutik

27
1. Motifasi untuk memulai
melanjutkan aktifitas fisik

Edukasi

1. Jelaskan manfaat aktifitas


fisik

2.
Perawatan integritas kulit
Gangguan kerusakan Setelah dilakukan tindakan
1. Identifikasi penyebab
integritas kulit / jaringan b.d keperawatan selama 1x 24
gangguan integritas
neuropati perifer jam di harapkan gangguan
kulit ( mis. Perubahan
kerusakan integritas kulit
sirkulasi, perubahan
/jaringan menurun dengan
status nutrisi,
kriteria hasil
penurunan kelembaban,
1. Kerusakan
suhu lingkungan
jaringan menurun
ekstremitas, penurunan
2. Kerusakan mobiltas )
jaringan kulit
2. Anjurkan mnggunakan
menurun
pelembab ( mis. Lotion,
3. Jaringan parut serum)
meningkat
3. Anjurkan minum air
4. Dehidrasi yang cukup
menurun
4. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi

Perawatan luka

1. Monitor katrakteristik
lika ( mis. Drainase,
warna, ukuran, bau)

2. Jelaskan tanda dan


gejala infeksi

3. Anjurkan
mengkonsumsi makan
tinggi kalori dan protein

28
2.

Menajemen hiperglikemia

Ketidak stabilan kadar Setelah di lakukan tindakan 1. Identifikasi


glukosa darah b. d resistesi keperawatan selama 1 x 24 kemungkinan penyebab
insulin jam di harapkan masalah hiperglikemia
ketidak stabilan kadar
2. Monitor kadar glukosa
glukosa darah dapat
darah, jika perlu
teratasi dengan kriteria
3. Minitir tanda dan gejala
hasil :
hiperglikemia ( mis.
1. Kadar glukosa
Polyuria, elektrolit,
dalam darah
kelemahan, malaise,
menurun
pandangan kabur, sakit
2. Pusing menurun kepala)

3. Lelah atau lesu 4. Monitor intake dan


menurun output cairan

5. Berikan asupan cairan


oral

6. Anjurkan kepatuhan
terhadap diet dan
olahraga

7. Kolaborasi pemberian
insulin, jika perlu

29
IMPLEMENTASI

Ruangan : Bedah Nama Pasien / Usia/: NY. K 48 thn Hari/ tanggal : 23/06/2021

WAKTU IMPLEMENTASI CATATAN PERKEMBANGAN /


EVALUASI
(SOAP)
24/06/2021 Melakukan terapi aktifitas S:
- Klien mengatakan tidak bisa
1. Mengidentifikasi kemampuan berpartifikasi dalam aktifitas
beraktivitas sendiri
08:15 tertentu - Klien mengatakan segala
aktifitas di bantu keluarga
Hasil : pasien hanya mampu makan, minum, berpakaian, dan
toileting O:
- Aktivitas klien tampak di
2. Memfasilitasi pasien dan keluarga dalam menyesuaikan
bantu keluarga
08:30 lingkungan untuk mengakomodasi aktifitas yang di pilih - Saat duduk maupun ke
kamar mandi tampak di
Hasil : menyediakan tempat dalam rungan dan di luar ruangan
bantu keluarga
untuk dilaksanakanya terapi aktivitas
A:
3. Melibatkan keluarga dalam aktifitas
- Masalah intoleransi aktifitas
Hasil : pasien mempunyai suami yang menemani
P:
4. Mengajarkan cara melakukan aktifitas yang ringan
- Melakukan terapi aktifitas
Hasil : bergeser kiri dan kanan, berdiri, dan duduk
- Melakukan menajemen
5. Mengidentifikasi pengetahuan dan pengalaman aktifitas fisik
program latihan
sebelumnya
Hasil : pasien belum mengetahui dan tidak ada pengalaman
aktivitas sebelumnya karena pasien baru masuk rs dengan
luka DM
6. Mengidentifikasi kemampuan pasien beraktifitas
Hasil : pasien tidak mampu berjalan sendiri, mobilitas sendiri di
tempat tidur, tetapi setelah di berikan aktivitas berjalan, dan
mobilitas secara mandiri pasien mampu, karena pasien tidak
mengalami kelelahan.
7. Memotifasi untuk melalui /melanjutkan aktifitas fisik
Hasil : memberikan pujian, semangat, karena telah melakukan
aktivitas yang di berikan
8. Menjelaskan manfaat aktifitas fisik
Hasil : aktifitas fisik bermanfaat bagi diri sendiri jika nantinya

30
tidak ada keluarga yang menjaga. Dan juga mengurangi
komplikasi lainya akibat tidak pernah melakukan aktifitas,
seperti lemahnya otot, kakunya sendi dan bahkan tidak bisa
atau susah unuyk bergerak nantinya dan juga bisa
menimbulkan luka pada bokong dan belakang. Dan menjadi
ketergantungan
24/06/2021 Gangguan integritas kulit S:
- Adanya penurunan pada
1. Mengidentifikasi penyebab gangguan integritas kulit
06/18/21 gula stik : 359
10:30 Hasil : perubahan nutrisi
mg/dl ( 70 – 125 ) gula stik :
2. Memonitor kadar glukosa darah
275 mg/dl ( 70 – 125 )
Hasil : gula stik : 359 Mg/dl ( 70 – 125 )
- Pasien mengatakan sakit
11:00 3. Memonitor tanda dan gejala hiperglikemia ( mis. Polyuria,
kepala sudah berkurang
elektrolit, kelemhan, malaise, pendangan kabur, sakit
O:
kepala )
- Memonitor jadar glukosa
Hasil : pasien mengatakan kepala terasa sakit
dalam darah
4. Menganjurkan minum air yang cukup
A:
Hasil : pasien mengatakan sudah minum air sebanyak 1500
- Masalah teratasi sebagian
ml per hari
P : Lanjutkan intervensi ( 1, 3, 9,
5. Menganjurkan meningkatkan asupan nutrisi
11)
Hasil :
Perawatan luka
6. Memonitor karakteristik luka ( mis. Drainase, warna,
ukuran, bau)
Hasil : luka pasien sudah masuk pada tahap granulasi
lukanya tampak sedikit dalam dan warna pasien merah
pada bagian dalam, batas luka sudah mulai mongering,
tidak berbau
7. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi
Hasil : adanya pembengkakan atau peradangan pada
bagian kaki, mati rasa di kaki, sering merasa kesemutan,
penggerasan sendi meski tidak ada sebelumnya
8. Menganjurkan mengkosumsi makana tinggi kalori dan
protein
Hasil : menjelaskan kepeda pasien makan apa saja yang

31
mengandung protein untuk pasien DM yaitu ikan laut, tahu
dan tempe, kacang – kacangan

Menajemen hiperglikemia S:
1. Mengidentifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia - Pasien mengatakan
Hasil : resistensi insulin terjadi saat hati terus saat hati terus sudah mengerti penyebab
meningkat pasukan glukosa ke dalam darah tetapi insulin terjadi peningkatan
tidak bekerja efektif saat membantu penyerapan glukosa glukosa darah
kedalam sel – sel tubuh O : memonitor tanda dan gejala
2. Memonitor tanda dan gejala hiperglikemia hiperglikemia
Hasil : pasien mengatakan rasa lemah saat beraktifitas
sudah berkurang A : masalah teratasi sebagian
3. Memberikan asupan cairan oral
Hasil : anjurkan pasien untuk minum air putih yang banyak P : lanjutkan intervensi ( 1 dan 2 )

32
33
III. PENUTUP

A. Kesimpulan
Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai oleh ketiadaan absolut insulin atau
insensitifitas sel terhadap insulin (Corwin, 2001).

Ulkus diabetic merupakan komplikasi kronik dari diabetes mellitus sebagai sebab utama morbiditas,
mortalitas, serta kecacatan penderita diabetes. Kadar LDL yang tinggi memainkan peranan penting untuk
terjadinya ulkus diabetic melalui pembentukan plak atherosclerosis pada dinding pembuluh darah (zaidah,
2005).

Diabetes Melitus (DM) atau disebut diabetes saja merupakan penyakit gangguan metabolik menahun
akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang
diproduksi secara efektif. Insulin adalah hormon yang mengatur keseimbangan kadar gula darah
(InfoDATIN, 2014)

B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Supaya bisa menjadi reverensi dalam membuat Karya Tulis Ilmiah diharapkan bagi mahasiswa agar
dapat mencari informasi dan memperluas wawasan mengenai pasien dengan Diabetes Melitus dengan
adanya pengetahuan dan wawasan yang luas, mahasiswa akan mampu mengembangkan diri dalam
masyarakat dan memberikan pendidikan kesehatan bagi masyarakat mengenai Diabetes Melitus , dan
faktor-faktor pencetusnya serta bagaimana pencegahan untuk kasus tersebut.

34

Anda mungkin juga menyukai