Anda di halaman 1dari 1

Latar belakang

Asma bronkhial salah satu penyakit saluran pernapasan yang banyak dijumpai di masyarakat. Asma
bronkhial merupakan suatu penyakit pada jalan napas yang disebabkan oleh stimulus tertentu yang
menyerang bagian trachea dan bronki. Asma bronkial dapat menyerang dari semua golongan usia
dari usia anak-anak hingga dewasa yang paling umum terjadi pada anak anak dan sebagaian besar
kematian terjadi pada orang dewasa. Menurut perkiraan World Health Organization (WHO) terbaru
yang dirilis pada Desember 2016, terdapat 383.000 kematian akibat asma pada 2015 (KemenkesRI,
2019). WHO tahun 2020 mengemukakan bahwa saat ini sekitar 235 juta jumlah pasien asma. Lebih dari
80% kematian akibat asma terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah. Hasil
laporan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) oleh Badan dan Pengembangan Kesehatan Kementrian RI
pada tahun 2018 menunjukkan prevalensi asma di Indonesia mencapai nilai 2,4% (Kemenkes RI, 2018).
Terdapat kenaikan prevalensi 0,5% jika dibandingkan dengan hasil laporan RISKESDAS pada tahun 2007
(KemenkesRI, 2019). Hasil laporan RISKESDAS pada tahun 2018 prevalensi asma di Jawa Tengah
mencapai nilai 1,77% dimana karakteristik prevalensi terus meningkat seiring bertambahnya usia dan
prevalensi asma pada perempuan cenderung lebih tinggi dari laki-laki (Riset Kesehatan Dasar, 2018).
Asma bronkial dapat menyebabkan adanya obtruksi jalan nafas karena adanya hipersekresi,
hperinflamasi dan spasme bronkus, sehingga akan mengakibatkan dipsnea, batuk dan mengi yang dapat
terjadi dari beberapa menit hingga jam serta bergantian dengan periode bebas gejala3. Sesak nafas saat
serangan asma mengakibatkan peningkatan kerja otot-otot pernafasan, sebagai bentuk mekanisme
tubuh untuk tetap mempertahankan ventilasi paru, akan tetapi secara perlahan-lahan otot pernafasan
akan mengalami kelemahan yang akan menimbulkan penyakit bertambah buruk, sehingga diperlukan
tindakan untuk meningkatkan kekuatan otot pernafasan.

Strategi penatalaksanaan upaya yang penting dalam menyembuhkan dengan perawatan yang tepat
merupakan tindakan utama dalam menghadapi klien penderita asma, untuk mencegah komplikasi yang
lebih fatal dan diharap klien dapat segera sembuh. Penanganan utama pada penderita asma bronkhial,
Pdapat dilakukan dengan berbagai macam cara yaitu parenteral, oral atau inhalasi. Penggunaan obat
pereda secara inhalasi pada serangan asma sangat bermanfaat dan justru sangat dianjurkan. Salah satu
tanaman yang sering digunakan sebagai obat secara inhalasi adalah genus Eucalyptus.

Berdasarkan latar belakang dan data yang saya dapat penulis tertarik untuk mengetahui dan
mempelajari lebih lanjut tentang pengaruh terapi inhalasi uap dengan aromaterapi eucalyptus
dalam mengurangi sesak nafas pada penderita asma bronkial.

Anda mungkin juga menyukai