RSUD POSO
NIM : PO0220219037
KONSEP PENYAKIT
A. Definisi
Gagal ginjal kronis adalah kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan metabolisme
serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur ginjal yang progresif
dengan manifestasi penumpukan sisa metabolit (toksik uremik) di dalam darah (Muttaqin
dan Sari, 2011).
Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis didefinisikan sebagai kerusakan
ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa penurunan glomerulus filtration rate (GFR)
(Nahas & Levin, 2010).
CKD atau gagal ginjal kronis (GGK) didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal mengalami
penurunan fungsi secara lambat, progresif, irreversibel, dan samar (insidius) dimana
kemampuan tubuh gagal dalam mempertahankan metabolisme, cairan, dan keseimbangan
elektrolit, sehingga terjadi uremia atau azotemia (Smeltzer, 2009)
Gagal ginjal kronik merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible
dimana ginjal gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
elektrolit, menyebabkan uremia berupa retensi urea dan sampah lain dalam darah (Brunner &
Suddarth, 2002).
B. Etiologi
Menurut Muttaqin dan Sari (2011) kondisi klinis yang memungkinkan dapat
mengakibatkan GGK bisa disebabkan dari ginjal sendiri dan di luar ginjal.
a. Penyakit dari ginjal
1) Penyakit pada saringan (glomerulus): glomerulusnefritis
2) Infeksi kuman: pyelonefritis, ureteritis
3) Infeksi kuman: pyelonefritis, ureteritis
4) Batu ginjal: nefrolitiasis
5) Kista di ginjal: polycstis kidney
6) Trauma langsung pada ginjal
7) Keganasan pada ganja
8) Sumbatan: batu, tumor, penyempitan/striktur. b. Penyakit umum di luar ginjal
b. Penyakit sistemik: diabetes melitus, hipertensi, kolesterol tinggi.
1. Dyslipidemia
2. SLE
3. Infeksi di badan: TBC paru, sifilis, malaria, hepatitis
4. Preeklamsi
5. Obat-obatan
6. Kehilangan bnyak cairan yang mendadak (luka bakar)
C. Patofisiologi
Gagal ginjal merupakan sebuah fenomena kehilangan secara bertahap fungsi dari nefron.
Kerusakan nefron merangsang kompensasi nefron yang masih utuh untuk mempertahankan
homeostasis cairan dan elektrolit. Mekanisme adaptasi pertama adalah dengan cara hipertrofi
dari nefron yang masih utuh untuk meningkatkan kecepatan filtrasi, beban solut dan reabsorpsi
tubulus.
Apabila 75 % massa nefron sudah hancur maka kecepatan filtrasi dan beban solute untuk tiap
nefron sangat tinggi sehingga keseimbangan glomerolus dan tubulus tidak dapat dipertahankan.
Terjadi ketidakseimbangan antara filtrasi dan reabsorpsi disertai dengan hilangnya kemampuan
pemekatan urin. Perjalanan gagal ginjal kronik dibagi menjadi 3 stadium, yaitu :
a. Stadium I
Stadium pertama merupakan sebuah proses penurunan cadangan ginjal. Selama stadium
ini kreatinin serum dan kadar BUN normal dan pasien asimptomatik.
b. Stadium II
Tahap ini merupakan insufisiensi ginjal dimana lebih dari 75% jaringan yang berfungsi
telah rusak dan GFR (Glomerulus Filtration Rate) besarnya hanya 25% dari normal. Kadar BUN
mulai meningkat tergantung dari kadar protein dalam diet. Kadar kreatinin serum juga mulai
meningkat disertai dengan nokturia dan poliuria sebagai akibat dari kegagalan pemekatan urin.
c. Stadium III
Stadium ini merupakan stadium akhir dimana 90 % dari massa nefron telah hacur atau hanya
tinggal 200.000 nefron saja yang masih utuh. GFR (Glomerulus Filtration Rate) hanya 10 % dari
keadaan normal. Kreatinin serum dan BUN akan meningkat. Klien akan mulai merasakan gejala
yang lebih parah karena ginjal tidak lagi dapat mempertahankan homeostasis cairan dan
elektrolit dalam tubuh. Urin menjadi isoosmotik dengan plasma dan pasien menjadi oligurik
E. Komplikasi
5. USG untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, kepadatan parenkim
ginjal, antomi sistem pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih serta prostat.
6. Renogram untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari gangguan (vaskuler,
parenkim, ekskresi ), serta sisa fungsi ginjal.
7. Pemeriksaan radiologi jantung untuk mencari kardiomegali, efusi perikardial.
8. Pemeriksaan Radiologi tulang untuk mencari osteodistrofi (terutama untuk falanks jari),
kalsifikasi metastasik.
9. Pemeriksaan radilogi paru untuk mencari uremik lung; yang terkhir ini dianggap sebagai
bendungan.
10. Pemeriksaan Pielografi Retrograd bila dicurigai obstruksi yang reversibel.
11. EKG untuk melihat kemungkinan :hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis,
aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia).
12. Biopsi ginjal
13. Pemeriksaan Laboratorium yang umumnya dianggap menunjang, kemungkinan adanya
suatu Gagal Ginjal Kronik :
Laju Endap Darah : Meninggi yang diperberat oleh adanya anemia, dan
hipoalbuminemia.
Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit yang rendah.
Ureum dan kreatinin : Meninggi, biasanya perbandingan antara ureum dan kreatinin lebih
kurang 20 : 1. Ingat perbandingan bisa meninggi oleh karena perdarahan saluran cerna,
demam, luka bakar luas, pengobatan steroid, dan obstruksi saluran kemih.
Perbandingan ini berkurang : Ureum lebih kecil dari Kreatinin, pada diet rendah protein,
dan Tes Klirens Kreatinin yang menurun.
G. Penatalaksanaan
1. Konservatif
Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
Observasi balance cairan
Observasi adanya odema
Batasi cairan yang masuk
2. Dialysis
peritoneal dialysis
biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency.
Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut adalah
CAPD ( Continues Ambulatori Peritonial Dialysis )
Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan menggunakan
mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui daerah femoralis namun untuk
mempermudah maka dilakukan :
H. Pencegahan
Pada penderita gagal ginjal kronis, upaya pencegahan agar kondisi ini tidak bertambah buruk
meliputi:
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian fokus yang disusun berdasarkan pada Gordon dan mengacu pada Doenges
(2001), serta Carpenito (2006) sebagai berikut :
1. Demografi
Penderita CKD kebanyakan berusia diantara 30 tahun, namun ada juga yang
mengalami CKD dibawah umur tersebut yang diakibatkan oleh berbagai hal seperti
proses pengobatan, penggunaan obat-obatan dan sebagainya. CKD dapat terjadi pada
siapapun, pekerjaan dan lingkungan juga mempunyai peranan penting sebagai pemicu
kejadian CKD. Karena kebiasaan kerja dengan duduk / rdiri yang terlalu lama dan
lingkungan yang tidak menyediakan cukup air minum / mengandung banyak senyawa/
zat logam dan pola makan yang tidak sehat.
2. Riwayat penyakit yang diderita pasien sebelum CKD seperti DM, glomerulo nefritis,
hipertensi, rematik, hiperparatiroidisme, obstruksi saluran kemih, dan traktus urinarius
bagian bawah juga dapat memicu kemungkinan terjadinya CKD.
3. Pola nutrisi dan metabolik.
Gejalanya adalah pasien tampak lemah, terdapat penurunan BB dalam kurun waktu 6
bulan. Tandanya adalah anoreksia, mual, muntah, asupan nutrisi dan air naik atau turun.
4. Pola eliminasi
Gejalanya adalah terjadi ketidak seimbangan antara output dan input. Tandanya
adalah penurunan BAK, pasien terjadi konstipasi, terjadi peningkatan suhu dan tekanan
darah atau tidak singkronnya antara tekanan darah dan suhu.
5. Pengkajian fisik
a. Penampilan / keadaan umum.
Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri. Kesadaran pasien dari
compos mentis sampai coma.
b. Tanda-tanda vital.
Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea, nadi meningkat dan
reguler.
c. Antropometri.
Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena kekurangan nutrisi, atau terjadi
peningkatan berat badan karena kelebihan cairan.
d. Kepala.
Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat kotoran telinga, hidung
kotor dan terdapat kotoran hidung, mulut bau ureum, bibir kering dan pecah-pecah,
mukosa mulut pucat dan lidah kotor.
e. Leher dan tenggorok.
Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada leher.
f. Dada
Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar. Terdapat otot bantu
napas, pergerakan dada tidak simetris, terdengar suara tambahan pada paru (rongkhi
basah), terdapat pembesaran jantung, terdapat suara tambahan pada jantung.
g. Abdomen.
Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor jelek, perut buncit.
h. Genital.
Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini, impotensi, terdapat ulkus.
i. Ekstremitas.
Kelemahan fisik, aktifitas pasien dibantu, terjadi edema, pengeroposan tulang, dan
Capillary Refill lebih dari 1 detik.
j. Kulit.
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan mengkilat / uremia, dan
terjadi perikarditis.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada CKD adalah sebagai berikut:
1) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kerusakan fungsi ginjal
2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia dan nyeri sendi sekunder terhadap gagal
ginjal.
3) Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan
4) Risiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pruritus sekunder terhadap
gagal ginjal.
C. Rencana Keperawatan
Diagnosa 1 : Kelebihan volume cairan b.d kerusakan fungsi ginjal
Tujuan & Kriteria Hasil :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, volume cairan tubuh dapat
berrkurang dengan kriteria hasil :
Nilai elektrolit serum dalam rentang normal
Bunyi nafas bersih
Tak ada edema
Tekanan darah sistolik (TD) diantara 90-140 mmHg
Peningkatan berat badan saat ini dua pon dari berat badan tidak edema.
Intervensi :
Pantau kreatinin dan BUN serum
Rujuk pasien ke ahli diet untuk penyuluhan diet dan bantu dalam merencanakan
kebutuhan makanan dengan modifikasi dalam protein, kalium, fosfor, natrium dan kalori.
Jangan memberikan obat-obatan sampai setelah dialisat, bila tekanan darah tetap di
Diagnosa 2 : Intoleransi aktivitas b. d anemia dan nyeri sendi sekunder terhadap gagal
ginjal.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, intoleransi aktivitas pasien
Intervensi :
Pantau berat badan setiap hari, kreatinin dan BUN serum, jumlah makanan yang
dikonsumsi dalam setiap makanan, hasil laporan JDL, terutama hemoglobin dan
hematokrit, kadar besi dan feritin serum, nilai protein serum, masukan dan haluaran, hasil
Bila pasien mengeluh mulut kering, izinkan pasien untuk berkumur dengan air sedikitnya
Jamin lingkungan kondusif untuk makan selama waktu makan (bebas bau, makanan
Bantu pasien dalam merencanakan jadwal aktivitas setiap hari untuk menghindari
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, ansietas dapat berkurang
dengan kriteria hasil :
Mengungkapkan pemahaman tentang kondisi
Pemeriksaan diagnosik dan rencana tindakan; sedikit melaporkan perasaan gugup dan
takut.
Intervensi :
Bila mungkin atur untuk kunjungan dari individu yang mendapat terapi
sebelum tes.
Sediakan waktu untuk pasien dan orang terdekat untuk membicarakan tentang masalah
dan perasaan tentang perubahan gaya hidup yang akan diperlukan untuk memilih terapi.
gagal ginjal.
Intervensi :
ruangan pada keadaan nyaman untuk mencegah keringat, mengikuti pembatasan diet
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, ketidak patuhan dapat
berkurang dengan kriteria hasil :
Pemahaman tentang instruksi pulang, mendemonstrasikan kemampuan untuk merawat
klien.
Intervensi :
Tinjau kembali raasional untuk memodifikasi diet yang diprogramkan pada rencana
pulang :
1) Tinjau kembali rasional untuk menghindari kelebihan yang meningkatkan kadar ureum.
2) Pembatasan natrium untuk mengurangi retensi cairan.
3) Pembatasan kalium
4) Bila oliguria, pembatasan cairan untuk mengurangi edema.
5) Kalori tinggi untuk menjamin pengguna protein dan sintesis protein jaringan dan supai
energi.
Yakinkan bahwa pasien dan orang terdekat mempunyai hal tertulis mengenai :
1). Perjanjian untuk instruksi perawatan lanjut untuk perawatan diri di rumah.
2). Petunjuk dan nomor telepon pusat dialisa yang memberikan terapi pemeliharaan.
Berikan instruksi tertulis tentang semua rencana pengobatan untuk digunakan di rumah,
termasuk nama, dosis, jadwal, tujuan dan efek samping yang dapat dilaporkan.
Yakinkan pasien mempunyai nomor telepn orang sumber seperti perawat dialisa atau
koordinator transplantasi, dokter, ahli diet ginjal, pekerja sosial ginjal yayasan ginjal
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 volume 2. Jakarta:
EGC
Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta : Salemba Medika
Smeltzer, S. 2009. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Volume 2
Edisi 8. Jakarta : EGC.