Anda di halaman 1dari 45

KEMENTERIAN DALAM NEGERI

REPUBLIK INDONESIA

SINKRONISASI PROGRAM DAN KEGIATAN PENGGUNAAN


DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU (DBH-CHT)
BERDASARKAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN
NO.7/PMK.07/2020 DALAM KLASIFIKASI, KODEFIKASI DAN
NOMENKLATUR BERDASARKAN
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 90 TAHUN 2019
DAN PEMUTAKHIRANNYA
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

“PENGGUNAAN DBH-CHT”
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

PENGGUNAAN DBH-CHT
C

Pasal 17 ayat (3) Peraturan Menteri Keuangan No.139/PMK.07/2019 tentang Pembagian DBH-CHT dengan komposisi:
Pengelolaan Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum, dan Dana Otonomi a. 30% untuk provinsi penghasil;
Khusus b. 40% untuk Kab/Kota penghasil;dan
A
c. 30% untuk Kab/Kota lainnya
Pasal 66C UU No. 39 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas UU No.11 Tahun 1995
tentang Cukai Pasal 2 Peraturan Menteri Keuangan No.7/PMK.07/2020 tentang
Penggunaan, Pemantauan, dan Evaluasi DBH-CHT
Penggunaan DBH-CHT diarahkan untuk:
a. Peningkatan kualitas bahan baku;
b. Pembinaan industri; 1. DBH-CHT digunakan untuk mendanai program/Kegiatan:
c. Pembinaan lingkungan sosial; a. Peningkatan kualitas bahan baku;
d. Sosialisasi ketentuan di bidang cukai; dan/atau
b. Pembinaan industri;
e. Pemberantasan barang kena cukai illegal.
c. Pembinaan lingkungan sosial;
B d. Sosialisasi ketentuan di bidang cukai; dan/atau
e. Pemberantasan barang kena cukai illegal.
Penerimaan DBH Cukai Hasil Tembakau, baik bagian provinsi maupun bagian
kabupaten/kota dialokasikan untuk mendanai program sebagaimana yang diatur 2. Program/kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dalam peraturan perundang- undangan mengenai cukai, dengan prioritas pada diprioritaskan untuk mendukung Program Jaminan Kesehatan
bidang kesehatan untuk mendukung program jaminan kesehatan nasional. Pasal 11 Nasional paling sedikit sebesar 50% dari alokasi DBH-CHT
ayat 12 huruf a) UU No.20/2019 yang diterima setiap daerah pada tahun berkenaan
ditambaha sisa DBH CHT tahun sebelumnya.
Pasal 11 ayat (12) Huruf a. UU No. 20 Tahun 2020
tentang APBN TA 2020
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA
PENGGUNAAN DBH-CHT

1. DBH-CHT digunakan untuk mendanai


program/Kegiatan: Penggunaan DBH-CHT untuk mengurangi dampak negatif rokok, dampak
a. Peningkatan kualitas bahan baku; kebijakan Cukai Hasil Tembakau, dan/atau dampak kebijakan
b. Pembinaan industri; pertembakauan nasional dengan prioritas petani tembakau dan/atau
c. Pembinaan lingkungan sosial; tenaga kerja pabrik rokok.
d. Sosialisasi ketentuan di bidang cukai; dan/atau
e. Pemberantasan barang kena cukai illegal.
DBH-CHT yang diterima setiap daerah dihitung berdasarkan formula dan
2. Program/kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) alokasi kinerja sesuai Peraturan Menteri Keuangan mengenai
diprioritaskan untuk mendukung Program Jaminan Pengelolaan Dana Bagi Hasil.
Kesehatan Nasional paling sedikit sebesar 50% dari
alokasi DBH-CHT yang diterima setiap daerah pada
tahun berkenaan ditambah sisa DBH CHT tahun
sebelumnya.

Kepala Daerah bertanggungjawab atas penggunaan DBH-CHT dengan


memperhatikan karakteristik daerah penerima DBH-CHT:
a. Provinsi penghasil cukai dan penghasil tembakau;
b. Provinsi penghasil cukai;
c. Provinsi penghasil tembakau;
d. Kabupaten/kota penghasil cukai dan penghasil tembakau;
e. Kabupaten/kota penghasil cukai;
f. Kabupaten/kota penghasil tembakau; dan/atau
g. Kabupaten/kota nonpenghasil
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

PENGGUNAAN DBH-CHT

PENERIMAAN DBH-CHT, BAGIAN PROVINSI MAUPUN BAGIAN KABUPATEN/KOTA

Paling sedikit 50% (lima puluh persen) bagian provinsi maupun bagian Paling sedikit 50% (lima puluh persen) untuk mendanai:
kabupaten/kota tambah sisa DBH CHT tahun sebelumnya. untuk
mendanai:

PEMBINAAN LINGKUNGAN SOSIAL 1 PENINGKATAN KUALITAS BAHAN BAKU


3

2 PEMBINAAN INDUSTRI
KESEHATAN
4 SOSIALISASI KETENTUAN DI BIDANG CUKAI

PROGRAM/KEGIATAN PRIORITAS 5 PEMBERANTASAN BARANG KENA CUKAI ILLEGAL


JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA
PENGGUNAAN DBH-CHT

Mendanai PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL paling sedikit sebesar 50% dari alokasi DBH-CHT yang diterima setiap daerah pada tahun
berkenaan ditambah sisa DBH CHT tahun sebelumnya.

Mendanai program/Kegiatan:
a. Peningkatan kualitas bahan baku;
b. Pembinaan industri;
Kegiatan bidang Kesehatan
c. Pembinaan lingkungan sosial; Program Pembinaan
a. Kegiatan pelayanan kesehatan baik kegiatan
d. Sosialisasi ketentuan di bidang cukai; dan/atau Lingkungan Sosial:
promotif/preventif maupun kuratif/rehabilitatif;
e. Pemberantasan barang kena cukai illegal. a. Kesehatan;
b. Penyediaan/peningkatan pemeliharaan
b. Ketenagakerjaan; sarana/prasarana fasilitas kesehatan yang bekerja
c. Infrastruktur; sama dengan BPJS Kesehatan;
d. Pemberdayaan Ekonomi c. Pelatihan tenaga kesehatan dan/atau tenaga
masyarakat; dan administratif pada fasilitas kesehatan yang bekerja
e. Lingkungan hidup. sama dengan BPJS Kesehatan;
d. Pembayaran Iuran Jaminan Kesehatan bagi
penduduk yang didaftarkan oleh Pemda dan/atau
pembayaran Iuran Jaminan Kesehatan bagi pekerja
yang terkena pemutusan hubungan kerja; dan
e. Pembayaran tindakan pelayanan kesehatan bagi
fakir miskin dan/atau orang tidak mampu.
6
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

Sinergi Penggunaan JKN dari Pajak Rokok dan DBH-CHT

Pengendalian Defisit JKN Sisi Suplay


KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

2. PEMBINAAN INDUSTRI
1. PENINGKATAN KUALITAS BAHAN BAKU Program pembinaan industri, meliputi kegiatan:
Peningkatan Kualitas Bahan Baku, dengan kegiatan: a. Pendataan dan pengawasan kepemilikan atau
penggunaan mesin pelinting rokok dan pemberian
a. Penerapan budidaya tembakau yang baik;
sertifikat/kode registrasi mesin pelinting rokok;
b. Penanganan panen dan pasca panen;
b. Fasilitasi kepemilikan hak atas kekayaan intelektual
c. Dukungan sarana dan prasarana usaha tani tembakau; bagi industri kecil dan menengah; Kegiatan
d. Pertumbuhan dan penguatan kelembagaan perkebunan tembakau; c. Pembentukan Kawasan industri hasil tembakau; Pengumpulan
e. Penerapan inovasi teknis dan/atau data yang
d. Pemetaan industri hasil tembakau;
f. Pengembangan bahan baku tembakau untuk substitusi dan promosi ekspor. berkaitan
e. Fasilitasi pelaksanaan kemitraan UKM dalam dengan industri
pengadaan bahan bakudan produksi industri hasil hasil tembakau
tembakau; di suatu daerah
f. Pembinaan dan peningkatan kapasitas SDM pada
Kegiatan ini dilaksanakan Mengacu kepada rincian kegiatan dari
usaha industri hasil tembakau skala kecil;
Kementan setelah berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan.
g. Pengembangan industri hasil tembakau dengan kadar
tar dan nikotin rendah melalui fasilitasi pengujian tar
dan nikotin bagi industry kecil dan menengah serta
pelatihan dan penerapan Good Manufacturing Practices
bagi industri hasil tembakau;
h. Pengembangan dan fasilitasi untuk pabrik yang
berorientasi ekspor; dan/atau
i. Penyedian tempat uji kompetensi bagi industri hasil
tembakau kecil.
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA
3. PEMBINAAN LINGKUNGAN SOSIAL

Program Pembinaan Lingkungan Kegiatan pelayanan kesehatan baik kegiatan


Sosial, dengan kegiatan: promotif/preventif maupun kuratif/rehabilitatif diutamakan
a.
untuk menurunkan angka prevalensi stunting sebagaimana
a. Kesehatan;
diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan mengenai upaya
b. Ketenagakerjaan; Kegiatan bidang Kesehatan
penurunan prevalensi stunting.
c. Infrastruktur; a. Kegiatan pelayanan kesehatan baik
d. Pemberdayaan ekonomi kegiatan promotif/preventif maupun
kuratif/rehabilitatif; Penyediaan/peningkatan pemeliharaan sarana/prasarana
masyarakat; dan/atau fasilitas kesehatan;
e. Lingkungan hidup. b. Penyediaan/peningkatan pemeliharaan a. Pengadaan;
sarana/prasarana fasilitas kesehatan b. Pembangunan baru;
yang bekerja sama dengan BPJS c. Penambahan ruangan;
Kesehatan; d. Rehabilitasi bangunan;
Pelatihan tenaga kesehatan dan/atau c. Pelatihan tenaga kesehatan dan/atau
tenaga administratif berupa keikutsertaan e. Pemeliharaan bangunan/peralatan;
tenaga administratif pada fasilitas f. Kalibrasi/sertifikasi/akreditasi; dan/atau;
tenaga kesehatan dan/atau tenaga kesehatan yang bekerja sama dengan
administratif dalam pelatihan teknis yang g. Pembelian suku cadang.
BPJS Kesehatan;
diselenggarakan oleh instansi/Lembaga
resmi yang diakui oleh pemerintah. d. Pembayaran Iuran Jaminan Kesehatan Sarana/prasarana fasilitas kesehatan berupa alat dan/atau
bagi penduduk yang didaftarkan oleh tempat yang digunakan untuk mendukung upaya pelayanan
Pemda dan/atau pembayaran Iuran kesehatan, meliputi;
Jaminan Kesehatan bagi pekerja yang a. Bangunan/Gedung/ruang;
terkena pemutusan hubungan kerja; dan b. Alat kesehatan;
dialokasikan paling tinggi sebesar e. Pembayaran tindakan pelayanan c. Obat-obatan, bahan habis pakai, bahan kimia atau reagen;
10% dari alokasi bidang kesehatan kesehatan bagi fakir miskin dan/atau d. Sarana transportasi rujukan; dan/atau;
untuk mendukung program Jaminan orang tidak mampu. e. Peralatan operasional yang dapat dipindahkan untuk pelayanan
Kesehatan Nasional. kesehatan baik yang promotif, preventif, maupun
kuratif/rehabilitatif.
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

PEMBINAAN LINGKUNGAN SOSIAL “KETENAGAKERJAAN” PEMBINAAN LINGKUNGAN SOSIAL “INFRASTRUKTUR”

Program Pembinaan Program Pembinaan


Lingkungan Sosial, dengan Lingkungan Sosial, dengan
kegiatan: kegiatan:
b.
a. Kesehatan; a. Kesehatan; c.
b. Ketenagakerjaan; Kegiatan di bidang ketenagakerjaan, b. Ketenagakerjaan;
c. Infrastruktur; meliputi; c. Infrastruktur; Kegiatan bidang Infrastruktur
d. Pemberdayaan ekonomi a. Pembinaan dan pelatihan keterampilan d. Pemberdayaan ekonomi a. Pembangunan/rehabilitasi/pemeliharaan
masyarakat; dan/atau kerja bagi tenaga kerja dan masyarakat; dan/atau jalan dan/atau jembatan, pasar, dan
e. Lingkungan hidup. masyarakat; sarana/prasarana pendukung pariwisata;
e. Lingkungan hidup.
b. Penyediaan/peningkatan/pemelihara b. Penyedian/pemeliharaan saluran air
an sarana/prasarana kelembagaan limbah, sanitasi, dan air bersih;
Sarana/prasarana kelembagaan pelatihan; c. Penyediaan/pemeliharaan saluran
pelatihan berupa alat dan/atau c. Pelatihan dan/atau fasilitasi sertifikasi irigasi; dan/atau
tempat yang digunakan untuk bagi tenaga instruktur pada Lembaga d. Pembangunan embung dan sarana
mendukung upaya pelatihan pelatihan yang diselenggarakan oleh sumberdaya air.
keterampilan, meliputi: instansi/Lembaga resmi yang diakui
a. Bangunan/Gedung/ruang; pemerintah; dan/atau
b. Peralatan/mesin untuk d. Pelayanan penempatan tenaga kerja
pelatihan keterampilan; dan perluasan kesempatan kerja bagi
dan/atau pencari kerja. Kegiatan ini dilaksanakan Mengacu kepada rincian kegiatan dari
Kementan setelah berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan.
c. Bahan habis pakai
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA
PEMBINAAN LINGKUNGAN SOSIAL “PEMBERDAYAAN PEMBINAAN LINGKUNGAN SOSIAL “LINGKUNGAN HIDUP”
EKONOMI MASYARAKAT”
Program Pembinaan
Program Pembinaan Lingkungan Sosial, dengan
Lingkungan Sosial, dengan kegiatan: e.
kegiatan: a. Kesehatan; Kegiatan di bidang
a. Kesehatan; b. Ketenagakerjaan; Lingkungan Hidup, meliputi:
b. Ketenagakerjaan; c. Infrastruktur; a. Penyedian sarana dan Penyedian sarana
c. Infrastruktur; d. Pemberdayaan ekonomi prasarana pengelolaan dan prasarana
d. Pemberdayaan ekonomi masyarakat; dan/atau limbah industri bagi usaha pengelolaan
masyarakat; dan/atau mikro kecil menengah; limbah industri
d. e. Lingkungan hidup.
b. Penerapan sistem berupa alat
e. Lingkungan hidup.
manajemen lingkungan bagi dan/atau tempat
masyarakat di lingkungan yang digunakan
Kegiatan di bidang Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat, meliputi; untuk mengolah
industri;
a. Penguatan ekonomi masyarakat melalui kegiatan padat karya limbah industri,
yang dapat mengentaskan kemiskinan, mengurangi c. Pelatihan dan/atau
meliputi:
pengangguran, dan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah; sertifikasi bagi tenaga
teknis di bidang lingkungan a. Bangunan/Ge
b. Bantuan sarana produksi dan ternak bagi dung/ruang;
yang diselenggarakan oleh
masyarakat/kelompok masyarakat; b. Peralatan/mes
instansi/Lembaga resmi
c. Bantuan pengembangan tanaman komoditas perkebunan seperti yang diakui oleh in; dan/atau
kopi dan kakao, serta benih tanaman perkebunan lain bagi pemerintah; dan/atau c. Bahan habis
pekebun tembakau; pakai.
d. Bantuan peralatan
d. Fasilitasi promosi bagi usaha mandiri masyarakat; dan/atau pengolahan limbah kepada
e. Bantuan modal usaha bagi usaha mikro, kecil dan menengah masyarakat.
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

4. SOSIALISASI KETENTUAN DI BIDANG CUKAI 5. PEMBERANTASAN BARANG KENA CUKAI ILLEGAL

Sosialisasi Ketentuan di Bidang Cukai: Pemberantasan Barang Kena Cukai Ilegal, meliputi:
a. Penyampaian informasi ketentuan peraturan perundang- a. Pengumpulan informasi peredaran barang kena cukai illegal meliputi hasil
undangan di bidang cukai kepada masyarakat dan/atau tembakau:
pemangku kepentingan; dan 1. Dilekati pita cukai palsu;
b. Pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan ketentuan 2. Tidak dilekapi pita cukai;
peraturan perundang-undangan di bidang cukai. 3. Dilekati pita cukai yang bukan haknya atau salah personalisasi;
4. Dilekapi pita cukai bekas,
Di peredaran atau tempat penjualan eceran.
b. Operasi pemberantasan barang kena cukai illegal bersama dengan Kantor
Kegiatan di bidang Pemberdayaan Ekonomi Masyar
Wilayah Bea dan Cukai dan/atau Kantor Pelayanan Bea Cukai setempat yang
Penyampaian informasi ketentuan peraturan perundang-
diinisiasi oleh Pemerintah Daerah.
undangan di bidang cukai, meliputi;
a. Media cetak seperti koran, majalah, brosur, poster, stiker,
baliho, dan spanduk;
b. Media elektronik seperti radio, televisi, dan videotron;
dan/atau
c. Media dalam jaringan.
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

“ARAH KEBIJAKAN MENUJU SATU DATA DAN SATU SISTEM”


KEMENTERIAN DALAM NEGERI
ARAH KEBIJAKAN REPUBLIK INDONESIA
“menuju Satu Data Satu Sistem”

PMDN 70 Perpres No. 54 Tahun


Tahun 2019 2018 Tentang Stranas PK

R-PMDN Pedoman Perpres No. 95 Tahun


UU No. 23 PP No. 12
Teknis Pengelolaan 2018 Tentang SPBE
Tahun 2014 Tahun 2019 Keuangan Daerah
Perpres No. 39 Tahun
PMDN 90 2019 Tentang Satu Data
Tahun 2019
Pasal 23 PP 12 Tahun 2019
1. APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan Urusan
Pemerintahan daerah yang menjadi kewenangan Daerah dan Pasal 188 PP 12 Tahun 2019 Pasal 222 ayat (3) PP 12 Tahun 2019
kemampuan Pendapatan Daerah. 1. BAS untuk Daerah merupakan pedoman bagi Pemerintah Daerah dalam Pemda wajib menerapkan sistem pemerintahan berbasis elektronik di bidang
2. APBD disusun dengan mempedomani KUA PPAS yang didasarkan melakukan kodefikasi akun yang menggambarkan struktur APBD dan Pengelolaan Keuangan Daerah secara terintegrasi paling sedikit meliputi:
pada RKPD. laporan keuangan secara lengkap. a. Penyusunan Program dan Kegiatan dari rencana kerja Pemerintah Daerah;
Pasal 49 PP 12 Tahun 2019 2. BAS untuk Daerah bertujuan untuk mewujudkan statistik keuangan b. Penyusunan rencana kerja SKPD;
1. Belanja Daerah untuk mendanai pelaksanaan Urusan Pemerintahan dan laporan keuangan secara nasional yang selaras dan terkonsolidasi c. Penyusunan anggaran;
yang menjadi kewenangan daerah. antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah, yang meliputi d. Pengelolaan Pendapatan Daerah;
2. Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah terdiri atas penganggaran, pelaksanaan anggaran dan laporan keuangan. e. Pelaksanaan dan penatausahaan Keuangan Daerah;
Urusan Pemerintahan Wajib dan Urusan Pemerintahan Pilihan sesuai 3. BAS untuk Daerah diselaraskan dengan BAS Pemerintah Pusat, yang f. Akuntansi dan pelaporan; dan
dengan ketentuan peraturan perLrndang-undangan. ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. g. Pengadaan barang dan jasa.
MASTER PLAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA
“Indonesia menuju Satu Data Satu Sistem”

Menyesuaikan Klasifikasi, Menyajikan informasi Pembangunan


Kodefikasi dan Nomenklatur dan Keuangan Daerah secara
dengan UU 23 Tahun 2014 Transparan dan Akuntabel

Urusan, Bidang Urusan, Menyajikan Statistik Kinerja dan Keuangan


Program, Kegiatan, Sub Kegiatan Nasional Secara Berjenjang
Perencanaan
Fungsi
Penganggaran
Perangkat Daerah Pemerintah Pusat
Pelaksanaan & Penatausahaan

Sumber Pendanaan
Pemerintah Provinsi Akuntansi & Pertanggungjawaban

Administrasi Kewilayahan (lokasi)


Pelaporan Kinerja & keuangan
Pemerintah
Akun, Kelompok, Jenis, Objek,
Kabupaten/Kota Evaluasi, Reviu & Audit
Rincian Objek, Sub Rincian Objek
TIMELINE KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA
“Indonesia menuju Satu Data Satu Sistem”

PMDN 90 Tahun 2019 Pemetaan & pemutakhiran Penerapan Penggunaan Klasifikasi,


• Pemda melakukan pemetaan Permendagri 90 Tahun Kodefikasi &
Klasifikasi, Nomenklatur dalam
program dan kegiatan ke 2019 pada Pelaksanaan
SATU DATA

Kodefikasi & permendagri 90 Tahun 2019 APBD TA 2021 RPJMD yang telah
Nomenklatur • Kemendagri melakukan mengacu Permendagri 90
pemutakhiran atas usulan pemda,
perubahan kebijakan dan PUU

2019 2020 2021 2022


SATU SISTEM

PMDN 70 Tahun 2019 Pelatihan & Penerapan Penerapan SIPD pada Penerapan SIPD
fase Pelaksanaan s.d dengan RPJMD
Sistem Informasi • Pelatihan setiap hari kerja Pertanggungjawaban
di Pusdatin Kemendagri yang mengacu
pemerintahan APBD TA 2021 Permendagri 90
• Penyiapan infrastruktur
daerah (Konsolidasi Laporan
pendukung SIPD Keuangan)
• Penerapan SIPD pada
Pemda secara Paralel
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Langkah-langkah Strategis REPUBLIK INDONESIA
“Indonesia menuju Satu Data Satu Sistem”

Pemerintah daerah agar menerapkan Sistem


Pemerintah daerah segera melakukan
informasi Pemerintah Daerah sesuai
penyesuaian klasifikasi, kodefikasi dan Permendagri Nomor 70 Tahun 2019 dengan
nomenklatur berdasarkan Permendagri melakukan penyesuaian baik Sumber daya
Nomor 90 Tahun 2019 aparatur maupun insfrastruktur pendukungnya
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA
“Kebutuhan Informasi Dalam Pengelolaan Keuangan Daerah”
Siklus Pengelolaan Pembangunan dan Keuangan Daerah
KEBUTUHAN
INFORMASI TAHAPAN PERENCANAAN
TAHAPAN PELAKSANAAN
• URUSAN • RPJMD – Renstra
• BIDANG URUSAN • RKPD – Renja • DPA-SKPD
• PROGRAM • KUA – PPAS • Anggaran Kas & SPD
PELAKSANAAN • Transaksi Penerimaan
• KEGIATAN • RKA-SKPD
• SUB KEGIATAN • Rancangan Perda APBD • Transaksi Pengeluaran (SPP-
• ORGANISASI • Rancangan Perkada SPM-SP2D-SPJ)
• SUMBER DANA Penjabaran APBD • Transaksi Akuntansi berbasis
• LOKASI PERENCANAAN PELAPORAN Akrual
• AKUN
• KELOMPOK
• JENIS
• OBJEK TAHAPAN PENGAWASAN PENGAWASAN &
• RINCIAN OBJEK & PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN TAHAPAN PERTANGGUNGJAWABAN
• SUB RINCIAN & PELAPORAN
• Evaluasi
OBJEK
• Reviu • Laporan Keuangan SKPD & Pemda
• Audit • Laporan Kinerja
• Statistik
“kebutuhan informasi harus tersaji secara utuh dan konsisten di setiap tahapan”
TUJUAN DAN PENGGUNAAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 90 Tahun 2019 merupakanREPUBLIK INDONESIA
pedoman bagi pemerintah
daerah dalam menyediakan dan menyajikan
informasi secara berjenjang dan mandiri
berupa penggolongan/pengelompokan,
pemberian kode, dan daftar penamaan
Perencanaan Pembangunan menuju “SINGLE CODEBASE” untuk
digunakan dalam penyusunan perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan, dan
Perencanaan Anggaran menyediakan statistik pertanggungjawaban, serta pelaporan
keuangan Pemerintah kinerja dan keuangan.
digunakan pada tahapan :

TUJUAN Daerah
Pelaksanaan & Penatausahaan
Keuda membantu Kepala Daerah dalam
melakukan evaluasi kinerja dan
keuangan daerah
Akuntansi & Pelaporan Keuda
melakukan evaluasi mendukung penyelenggaraan
perencanaan sistem informasi
Pertanggungjawaban Keuda pembangunan pemerintahan daerah
daerah dan
pengelolaan
Pengawasan Keuda mendukung
keuangan daerah
keterbukaan
informasi kepada
membantu Kepala Daerah
masyarakat
Analisis Informasi Pemda Lainnya dalam merumuskan
kebijakan pembangunan
daerah dan keuangan
daerah
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Memetakan Konsepsi Permendagri REPUBLIK INDONESIA
No. 90 Tahun 2019

Menterjemahkan
Program, Kegiatan & UU No. 23 Tahun 2014 Fungsi digunakan
Sub Kegiatan hanya untuk diselaraskan
berlabel urusan dengan Urusan

Administrasi Sumber pendanaan


digunakan untuk
Kewilayahan digunakan
mengetahui penggunaan
untuk mengetahui lokasi sumber pendapatan dalam
Sub Kegiatan dan BMD setiap pencapaiaan output
Kedudukan
Permendagri No. 90
Tahun 2019
Organisasi dibentuk untuk Kode Rekening digunakan untuk
mencatat setiap transaksi Aset,
melaksanakan urusan yang
Kewajiban, Ekuitas, Pendapatan,
diterjemahkan dalam Tugas Belanja, Pembiayaan, Pendapatan-
dan wewenang LO, beban
Memetakan Konsepsi
Permendagri No. 90 Tahun 2019
KINERJA KEUANGAN
Belanja Operasi
Urusan Wajib Pelayanan Dasar
PELAKSANA URUSAN Belanja Pegawai
Urusan Wajib Non Pelayanan Dasar
Belanja Barang & Jasa
Program Fungsi Badan/Dinas/Kantor
Urusan Pilihan Belanja Bunga
Sekretariat
Unsur Pendukung Kegiatan Sumber Dana Belanja Subsidi
Daerah/DPRD

Unsur Penunjang Kecamatan Belanja Hibah


Sub Kegiatan Lokasi

Unsur Pengawas Belanja Bansos


Unit Kerja/UPTD
Unsur Kewilayahan Belanja Modal

Unsur Pemerintahan Umum PA/KPA Belanja Tidak Terduga

Unsur Kekhususan Belanja Transfer


PRINSIP Klasifikasi, Kodefikasi, & nomenklatur
Urusan, Bidang Urusan,Program, Kegiatan dan Sub Kegiatan
Ke dalam Organisasi Perangkat Daerah
PROGRAM/KEGIATAN/SUB KEGIATAN
ORGANISASI PELAKSANA URUSAN/UNSUR MENTERJEMAHKAN URUSAN/UNSUR
Dalam Permendagri Nomor 90 Tahun 2019 Organisasi Dalam Permendagri Nomor 90 Tahun 2019
Perangkat Daerah dibentuk secara dinamis dan Program/Kegiatan/Sub Kegiatan disusun berdasarkan
berjenjang untuk menterjemahkan secara teknis urusan pemerintah daerah dan unsur dalam
urusan pemerintah daerah berdasarkan peraturan pemerintah daerah untuk menghasilkan keluaran
perundang-undangan berdasarkan indikator kinerja dalam pencapaian visi
dan misi kepala daerah sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan

PEMILIHAN PROGRAM/KEGIATAN/SUB KEGIATAN BERDASARKAN TUSI


Organisasi perangkat daerah yang dijabarkan kedalam tugas dan fungsinya, akan
memilih dan melaksanakan serta mendanai program/kegiatan/sub kegiatan yang
tersedia dalam Permendagri Nomor 90 Tahun 2019 dalam rangka mencapai
tujuan pemerintah daerah berdasarkan visi dan misi kepala daerah yang
diterjemahkan secara teknis berdasarkan indikator kinerja secara berjenjang
Menu Permendagri No. 90 Tahun 2019 & Pemutakhirannya
A. Tata Cara Klasifikasi, Kodefikasi & Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan Keuangan Daerah

Urusan, Bidang Urusan, Program, Menyajikan Klasifikasi, Kodefikasi, &


Kegiatan & Sub Kegiatan
Menyajikan Klasifikasi, Kodefikasi, & nomenklatur sumber pendapatan yang Sumber Pendanaan
nomenklatur Urusan, Bidang Urusan,
B&C Program, Kegiatan, Sub Kegiatan
digunakan sebagai dasar pelaksanaan H
UU 23/2014 & PUU Sektoral program, kegiatan & sub kegiatan baik PP 71/2010, PP 12/2019 & Pedum
Provinsi dan Kab/Kota yang bersifat umum maupun khusus APBD

Fungsi Menyajikan penyelarasan Fungsi


Menyajikan Klasifikasi, Kodefikasi, &
nomenklatur wilayah administrasi
Administrasi Kewilayahan
D&E dengan Sub Fungsi yang merupakan mulai dari provinsi, Kabupaten/Kota
Bidang Urusan Permendagri 72/2019
PP 12/2019 & PMK 102/2018 hingga kelurahan dan Desa

Organisasi Menyajikan Klasifikasi, Kodefikasi, &


Menyajikan Klasifikasi, Kodefikasi, & Rekening
nomenklatur atas rekening mulai dari
PP 18/2016 & Perubahannya serta
F&G nomenklatur perangkat daerah
Akun, Kelompok Jenis, Objek, Rincian I, J & K
berdasarkan urusan
Objek dan Sub Rincian Objek
PP 71/2010, Permendagri 108/2016
PUU Sektoral lainnya & PUSAP

Klasifikasi, Kodefikasi dan Nomenklatur yang disajikan dalam Permendagri No. 90 Tahun 2019 TIDAK MENGATUR NORMA BARU dikarenakan hanya
menyajikan YANG TELAH DIATUR dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dan dalam penyajiannya kodefikasi tertata secara DINAMIS
sesuai URUSAN dan UNSUR karena akan selalu MEMUTAKHIRKAN dengan menyesuaikan perkembangan peraturan perundang-undangan.
Dengan PEMUTAKHIRAN, maka setiap penambahan/perubahan kodefikasi dan nomenklatur dilaksanakan secara terpusat oleh KEMENDAGRI baik
melalui usulan pemerintah daerah maupun perubahan kebijakan/peraturan perundang-undangan dari pemerintah pusat.
Klasifikasi, Kodefikasi & Nomenklatur
Urusan, Bidang Urusan, Program, Kegiatan & Sub Kegiatan
• program disusun dengan
memerhatikan sub bidang urusan
dalam Undang-undang Nomor 23 Program URUSAN
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Prioritas KONKUREN
Daerah dan ketentuan peraturan
perundang-undangan terkait lainnya. Dana Transfer BIDANG
• Kegiatan mengacu pada program URUSAN
dengan memerhatikan kewenangan mengacu
daerah sesuai dengan ketentuan Program
perundangundangan. Kodefikasi Pemda
kegiatan yang menjadi kewenangan
provinsi diberi kode identitas 1.xx, Kegiatan Kegiatan
dan kodefikasi kegiatan yang menjadi Provinsi Kab/Kota
kewenangan kabupaten/kota diberi
kode identitas 2.xx. Sub Kegiatan Sub Kegiatan
• Sub Kegiatan merupakan bentuk Provinsi Kab/Kota
aktivitas dan layanan dari kegiatan
Sub Kegiatan Sub Kegiatan
dalam pelaksanaan kewenangan
Provinsi Kab/Kota
daerah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang undangan.
Klasifikasi, Kodefikasi & Nomenklatur
Fungsi
Klasifikasi Fungsi merupakan pengelompokkan
anggaran belanja negara berdasarkan fungsi
pemerintahan yang dilaksanakan oleh
kementerian/lembaga dan bendahara umum negara.
Urusan pemerintahan daerah diselaraskan dan
dipadukan dengan belanja negara yang diklasifikasikan
menurut fungsi yang terdiri atas pelayanan umum,
ketertiban, dan keamanan, ekonomi, perlindungan
lingkungan hidup, perumahan dan fasilitas umum,
kesehatan, pariwisata, pendidikan, dan perlindungan
sosial.

Penyajian dan penyelarasan Klasifikasi, Kodefikasi, dan


Nomenklatur Fungsi disusun menurut fungsi, sub
fungsi, urusan/unsur, bidang urusan/bidang unsur, dan
program dilakukan secara terpusat di Kementerian
Dalam Negeri berkoordinasi dengan Kementerian
Keuangan dengan menggunakan Sistem Informasi
Pemerintahan Daerah
Klasifikasi, Kodefikasi & Nomenklatur
Organisasi
Pemetaan Organisasi KODE BERSIFAT BAKU NOMENKLATUR BERSIFAT DINAMIS
menyajikan alternatif-alternatif
perumpunan organisasi Urusan Wajib Pelayanan Dasar 1 Menyesuaikan
berdasarkan kondisi di PENAMAAN/NOMENKLATUR
pemerintah daerah baik provinsi Urusan Wajib Non Pelayanan Dasar 2 Perangkat Daerah Dalam
maupun kabupaten/kota. PERDA Masing-Masing PEMDA
Klasifikasi dan kodefikasi Sesuai Peraturan Perundang-
Urusan Pilihan 3 undangan
organisasi bersifat baku yang
disusun berdasarkan urusan Unsur Pendukung 4
pemerintahan dan unsur-unsur
yang melaksanakan urusan Unsur Penunjang 5 Badan/Dinas/Kantor
pemerintahan.
Sedangkan nomenklatur Unsur Pengawas 6 Sekretariat
organisasi menyesuaikan Daerah/DPRD
perumpunan sebagaimana telah Unsur Kewilayahan 7
Kecamatan/
diatur dalam ketentuan Kelurahan
Unsur Pemerintahan Umum 8
peraturan perundang-undangan.
Unit Kerja/UPTD
Unsur Kekhususan 9
Klasifikasi, Kodefikasi & Nomenklatur
Sumber Pendanaan

Klasifikasi, kodefikasi dan nomenklatur sumber pendanaan ditujukan 1 PAD:


untuk mengelompokan sumber dana berdasarkan tujuan penggunaan
dana dalam rangka pengendalian masing-masing kelompok dana. Dana Umum Pajak Daerah
Tujuan dari pemisahan jenis dana adalah untuk pengawasan/control, Retribusi Daerah
akuntabilitas/accountability dan transparansi/transparency (CAT). Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Klasifikasi, kodefikasi dan nomenklatur sumber pendanaan terdiri Lain-lain PAD yang Sah
atas: Pendapatan Transfer:
• Dana Umum Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat
Dana umum atau general fund adalah dana yang digunakan Pendapatan Transfer Antar Daerah
sesuai dengan kewenangan daerah guna mendanai kebutuhan
daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi, terdiri dari Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah:
pendapatan asli daerah, dana transfer dari APBN yang bersifat Hibah
blockgrant dan lain-lain pendapatan daerah yang sah.

• Dana Khusus
Dana khusus atau restricted fund adalah dana yang digunakan
sesuai dengan kewenangan daerah guna mendanai kebutuhan 2 PAD:
daerah yang sudah jelas penggunaannya/peruntukkannya dalam
rangka desentralisasi, terdiri atas pendapatan asli daerah yang
Dana Khusus Pajak Daerah
Pajak Kendaraan Bermotor
peruntukannya telah ditentukan sesuai dengan ketentuan Pajak Kendaraan Bermotor untuk
peraturan perundang-undangan, dana transfer dari APBN yang Pembangunan dan/atau Pemeliharaan Jalan
bersifat earmarked, bantuan keuangan dengan tujuan tertentu, serta Peningkatan Moda dan Sarana
dan hibah dengan tujuan tertentu. Transportasi Umum
Klasifikasi, Kodefikasi & Nomenklatur
Administrasi Kewilayahan
• Klasifikasi, Kodefikasi, dan Nomenklatur Wilayah Administrasi Pemerintahan mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai Kode
dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan yang digunakan dalam penentuan lokasi kegiatan dan barang milik daerah yang menjadi kewenangan
provinsi/kabupaten/kota.
• Klasifikasi, Kodefikasi, dan Nomenklatur Wilayah Administrasi Pemerintahan tidak disajikan dalam Lampiran Peraturan Menteri ini, dikarenakan
secara langsung menggunakan kode dan data yang diatur dalam peraturan perundang-undangan mengenai Kode dan Data Wilayah Administrasi
Pemerintahan yang disajikan secara elektronik dalam Sistem Informasi Pemerintahan Daerah.

PERMENDAGRI NOMOR 72 TAHUN 2019


Klasifikasi, Kodefikasi & Nomenklatur
Rekening

Klasifikasi, kodefikasi dan nomenklatur


1 AKUN

Rekening dalam pengelolaan keuangan daerah


merupakan alat dalam proses perencanaan
anggaran, pelaksanaan penatausahaan dan
akuntansi serta pelaporan keuangan daerah
2 KELOMPOK

yang terdiri atas akun, kelompok, jenis, objek,


rincian objek, dan sub rincian objek.
Klasifikasi, kodefikasi dan nomenklatur 3 JENIS
rekening meliputi aset, kewajiban, ekuitas,
pendapatan/pendapatan-LRA, belanja,
pembiayaan, pendapatan-LO, dan beban.
Penyusunan klasifikasi, kodefikasi dan 4 OBJEK
nomenklatur rekening digunakan dalam
tahapan penganggaran, pelaksanaan dan
pertanggungjawaban keuangan daerah yang
dihasilkan dari laporan keuangan primer 5 RINCIAN OBJEK
ditinjau berdasarkan sumber
informasi/transaksi penyusun laporan
keuangan yakni Neraca, LRA dan LO
6 SUB RINCIAN OBJEK
Klasifikasi, Kodefikasi, & nomenklatur KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA
Urusan, Bidang Urusan, Program, Kegiatan, Sub Kegiatan
URUSAN BIDANG URUSAN SUB URUSAN KEWENANGAN AKTIVITAS

Wajib
Pelayanan 6 Bidang Program Kegiatan Sub Kegiatan
Dasar

URUSAN Wajib Non


Pelayanan 18 Bidang Program Kegiatan Sub Kegiatan
KONKUREN Dasar

Pilihan 8 Bidang Program Kegiatan Sub Kegiatan

TUJUAN & SASARAN OUTCOME OUTPUT SUB OUTPUT


Pendukung
Penunjang
Pengawas Program Kegiatan Sub Kegiatan
Unsur Kewilayahan
Pemerintahan Umum
Kekhususan
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA
PEMUTAKHIRAN
Klasifikasi, Kodefikasi dan Nomenklatur
Perencanaan Pembangunan dan Keuangan Daerah
dapat dilakukan perubahan sepanjang terjadi
PEMUTAKHIRAN pemutakhiran yaitu penambahan dan
penyempurnaan atas pengelompokkan,
pengkodean, dan pemberian daftar penamaan
atas klasifikasi, kodefikasi dan nomenklatur atas
Urusan, Bidang Urusan, Program, Kegiatan, Sub
Kegiatan, fungsi, organisasi, sumber pendanaan,
wilayah administrasi pemerintahan, dan rekening.

USULAN PEMERINTAHAN PERATURAN PERUNDANG-


DAERAH UNDANGAN

• Dalam rangka mendukung pemutakhiran


Klasifikasi, Kodefikasi, dan Nomenklatur
Menteri membentuk Tim Pemutakhiran
Klasifikasi dan Kodefikasi yang ditetapkan
dengan Keputusan Menteri.
PERUBAHAN • Tim terdiri dari unit kerja di lingkungan
KEBIJAKAN Kementerian Dalam Negeri dan melibatkan
Kementerian terkait sesuai kebutuhan.
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

“PERENCANAAN PENGANGGARAN ATAS PENGGUNAAN DBH-CHT”


KEMENTERIAN DALAM NEGERI

Permendagri No.40 Tahun 2020

Menyusun

&
KEMENTERIAN DALAM NEGERI

PASAL 11
1

DILAKUKAN BERDASARKAN
KETENTUAN PUU

PASAL 12

1 2

MENJADI BAGIAN LAMPIRAN PERKADA


TENTANG
RKPD PROVINSI DAN RKPD KABUPATEN/KOTA.
KEMENTERIAN DALAM NEGERI

PASAL 2
Permendagri 64 Tahun 2020 ttg Pedoman Penyusunan APBD 2021

PASAL 3

RKPD
KEMENTERIAN DALAM NEGERI

Permendagri 64 Tahun 2020 ttg Pedoman Penyusunan APBD 2021


Pendapatan DBH - CHT Belanja DBH
Pendapatan dari DBH-Cukai Hasil Tembakau (DBH-CHT) dianggarkan Penggunaan dari pendapatan dana transfer yang
sesuai dengan alokasi yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri sudah ditentukan penggunaanya yaitu DBH-CHT
Keuangan mengenai Rincian DBH-CHT menurut provinsi/kabupaten/kota diarahkan untuk meningkatkan kualitas bahan baku,
Tahun Anggaran 2021. pembinaan industri, pembinaan lingkungan sosial,
Apabila Peraturan Menteri Keuangan mengenai Rincian DBH-CHT menurut sosialisasi ketentuan dibidang cukai dan/atau
provinsi/ kabupaten/kota Tahun Anggaran 2021 belum ditetapkan, pemberantasan barang kena cukai palsu (cukai illegal)
penganggaran pendapatan DBH-CHT didasarkan pada realisasi rata- sesuai dengan sesuai dengan ketentuan peraturan
rata pendapatan DBH-CHT 3 (tiga) tahun terakhir yaitu Tahun Anggaran perundang-undangan, yang dijabarkan dengan
2019, Tahun Anggaran 2018 dan Tahun Anggaran 2017. keputusan gubernur.
Dalam hal Peraturan Menteri Keuangan mengenai Rincian DBH-CHT Belanja bagi hasil pajak daerah provinsi dianggarkan
menurut provinsi /kabupaten/kota Tahun Anggaran 2021 telah ditetapkan dalam APBD Tahun Anggaran 2021 dan diuraikan
dan/atau terdapat perubahan setelah Peraturan Daerah tentang APBD menurut objek, rincian objek, dan sub rincian objek pada
Tahun Anggaran 2021 ditetapkan, Pemerintah Daerah harus menyesuaikan SKPD selaku SKPKD.
alokasi DBH-CHT dimaksud dengan melakukan perubahan Peraturan
Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD Tahun Anggaran 2021 dan Belanja bagi hasil pajak daerah kabupaten/kota
diberitahukan kepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnya dianggarkan dianggarkan dalam APBD Tahun Anggaran 2021 dan
dalam Peraturan Daerah tentang perubahan APBD Tahun Anggaran 2021 dirinci menurut objek, rincian objek, dan sub rincian objek
atau ditampung dalam LRA bagi Pemerintah Daerah yang tidak pada SKPD selaku SKPKD.
melakukan Perubahan APBD Tahun Anggaran 2021.
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

“PEMETAAN (MAPPING) SINKRONISASI PROGRAM DAN KEGIATAN


PENGGUNAAN DBH-CHT”
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
PRINSIP PENERAPAN PERMENDAGRI NO. 90 REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2019 Pada Tahun 2021
PEMETAAN PERANGKAT DAERAH bertujuan untuk
Pemda cukup melakukan PEMETAAN memberikan KODE BAKU pada masing-masing SKPD
dengan memindahkan KINERJA berdasarkan URUSAN/KEWENANGAN sebagaimana
DIUBAH PROGRAM (Outcome) dan KINERJA ketentuan Peraturan perundang-undangan yang
KEGIATAN (Output) di masing-masing berlaku. Namun PENAMAAN/NOMENKLATUR tetap
SKPD KE KODE & NOMENKLATUR mengacu PERDA masing-masing SKPD
BARU DI PERMENDAGRI 90 agar PEMETAAN PROGRAM/KEGIATAN bertujuan untuk
tidak mengubah Perda RPJMD dan mengetahui apakah RENSTRA/RENJA masing-masing
Perda Perangkat Daerah. SKPD telah sesuai dengan URUSAN/KEWENANGAN
PERDA
PERDA PERANGKAT sebagaimana ketentuan Peraturan perundang-
RPJMD DAERAH undangan yang berlaku.

Pemetaan (Mapping) Menjadi dasar pertimbangan KDH


PERKADA
untuk melakukan :
SOTK
• Lampiran E (PROVINSI) • Penyesuaian Struktur
• Lampiran F (KABUPATEN/KOTA Perangkat Daerah
Hasil • Penyesuaian Tusi Perangkat
• Lampiran B (PROVINSI) Pemetaan Daerah
• RKPD • Lampiran C (KABUPATEN/KOTA • Penyusunan Indikator Kinerja
PERKADA
RENSTRA • RENJA SKPD
• Penyusunan Anggaran
Pemetaan (Mapping)
RAMBU-RAMBU PEMETAAAN

KEMBALI KE LAMPIRAN URUSAN KONKUREN YG ADA DI Urusan


UU NO.23 TAHUN 2014 yang jadi
kewenang
an
PROGRAM DAN KEGIATAN
PENGGUNAAN DBH-CHT DALAM PMK Program
NO.7/PMK.07/2020

Kegiatan

DITEMUKAN BAHWA KEGIATAN ITU


MERUPAKAN URUSAN/KEWENANGAN
PEMDA PEMPUS, PROV ATAU KAB/KOTA

1. DLM HAL URUSAN/KEWENANGAN PEMPUS MAKA TIDAK


DILANJUTKAN PEMETAAN KRN TDK DIANGGARKAN DLM
APBD; KESIMPULAN
2. DLM HAL URUSAN/KEWENANGAN PEMPROV LANGSUNG CEK
AKTIVITAS DAN LAYANAN PADA SUB KEGIATAN;
3. DLM HAL URUSAN/KEWENANGAN KAB/KOTA LANGSUNG CEK
PADA AKTIVITAS DAN LAYANAN PADA KAB/KOTA
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Contoh Pemetaan Penggunaan Peningkatan Kualitas Bahan Baku REPUBLIK INDONESIA
pada Urusan Pertanian
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Pemetaan Penggunaan Peningkatan Kualitas Bahan Baku pada Urusan Pertanian REPUBLIK INDONESIA
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Pemetaan Penggunaan Pembinaan Industri Pada REPUBLIK INDONESIA
Urusan Perindustrian
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai