Disusun oleh :
PROGRAM S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MATARAM
2020
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadiran Allah SWT atas segalah rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas keperawatan gerontik
“Asuhan Keperawatan Pada Usila Dengan Gangguan Kebutuhan Nutrisi /Cairan Dan
Eliminasi (Inkontinensia)”askep ini disusun untuk memenuhi tugas keperawatan
gerontik.
Dalam pembutan askep ini penulis mengalami kusulitan .namun berkat
dorong,dukungan serta semangat dari orang terletak dan berbagai pihak sehingga penulis
mampu menyelesaikannya dengan baik.Oleh karena itu,pada kesempatan ini penulis
mengucapakan terimakasi.dengan segala kekurangan makalah ini penulisan sangat
membutuhkan saran dan kritikan.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat baik itu bagi penulis
pribadi,dunia keperawatan,dunia pendidikan dan masyarakat pada umumnya ,kurang
lebihnya mohon maaf wabillahitaufik walhidayah wa’alaikumussam warahmatullahi
wabarakatuh.
Kelompok 1
2
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
itu, masalah pada sistem pencernaan juga tak jarang ditemui pada lansia,
ketika tekanan di dalam kandung kemih lebih besar dari resistansi uretra.
3
Inkontinensia urin maupun konstipasi yang dialami oleh pasien dapat
pada pasien.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan penulisannya
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
D. Manfaat
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Definisi Lansia
B.Klasifikasi Lansia
1. Prelansia (prasenelis)
2. Lansia
5
4. Seseorang yang berusia 70 yahun atau lebih / seseorang yang berusia 60 tahun
5. Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada
C.Karakteristik Lansia
Menurut Budi Anna Keliat (1999) dalam kutipan Maryam, Ekasar, Risdawati,
1. Berusiah lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No. 13 tentang
Kesehatan)
2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dan rentang sehat sampai sakit, dari
kondidi maladaptif.
Berikut adalah batasna-batasan umur yang mencakup batasan umur lansia dari
pendapat berbagai ahli yang dikutip dari Nugroho (2000) dalam Buku (Efendi, Ferry,
Makhfudli, 2009)
6
1. Menurut Undang-undang Nomor 13 1998 dalam Bab 1 Ayat 2 yang berbunyi
“Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 9enam puluh) tahun ke
ats”.
Birren dan Jenner (1877) mengusulkan untuk membedakan usia antara usia
biologis, psikologis, dan usia sosial. Usia biologis adalh usia yang merujuk pada
jangka waktu seseorang sejak lahirnya, berada dalam keadaan hidup, tidak mati. Usia
psikologis adalah usia yang merujuk pada kemampuan seseorang untuk mengadakan
adalah usia yang merujuk kepada peran-peran yang diharapkan atau diberikan
Makhfudli, 2009).
7
E.Perubahan Sistem Tubuh Lansia
1. Perubahan Fisik
a. Sel
Pada lansia, jumlah selnya akan lebih sedikit dan ukurannya akan lebih besar.
Cairan tubuh dan cairan intraseluler akan berkurang, proporsi protein di otak,
ginjal, darah, dan hati juga ikut berkurang. Jumlah sel otak akan menurun,
mekanisme perbaikan sel akan terganggu, dan otak menjadi atrofi. (Efendi,
b. Sistem persarafan
Makhfudli, 2009).
c. Sistem pendengaran
8
d. Sistem penglihatan
sinar, kornea lebih berbentuk seperti bole (sferis), lensa lebih suram (keruh)
daya adaptasi terhadap kegelapan menjadi lebih lambat dan sulit untuk
pandang, dan menurunnya daya untuk membedakan antara warna biru dengan
e. Sistem kardiovaskuler
9
g. Sistem pernapasan
h. Sistem gastrointestinal
melebar, sensitivitas akan rasa lapar menurun, produksi asam lambung dan
i. Sistem genitourinaria
Ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menurun
biasanya +1), blood urea nitrogen (BUN) meningkat hingga 21 mg%m nilai
10
j. Sistem endokrin
Menurunnya produksi ACTH, TSH, FSH, dan LH, aktivitas tiroid, basal
k. Sistem integumen
menurun, kulit kepala dan rambut menipis serta berwarna kelabu, rambut
jari menjadi keras dan rapuh, kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti
l. Sistem muskuloskeletal
sklerosis, atrofi serabut otot sehingga gerak seseorang menjadi lambat, otot-otot
2. Perubahan Mental
11
3. Perubahan Psikososial
Berikur ini adalah hal-hal yang akan terjadi pada masa pensiun (Efendi, Ferry,
Makhfudli, 2009):
b. Kehilangan status karena dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup tinggi,
F.Proses Penuaan
Proses penuaan terdiri atas teori-teori tentang penuaan, aspek biologis pada proses
penuaan pada tingkat sel, proses penuaan menurut sistem tubuh, dan aspek psikologis
pada proses penuaan ( Maryam, Ekasar, Risdawati, Jubaedi, dan Batubara, 2008).
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses meghilangnya secara perlahan lahan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
dapat digolongkan dalam dua kelompok, yaitu termasuk kelompok teori biologis dan
1. Teori Biologis
12
a. Teori jam genetik
spesies-spesies tertentu memiliki harapan hidup (life span) yang tertentu pula.
Keadaan tubuh akan baik-baik saja selama sel masih berfungsi dengan baik,
Bahwa eror akan terjadi pada struktur DNA, RNA, dan sintesis protein.
Masing-masing eror akan saling menambah pada eror yang lainnya dan
Teori biologis yang paling tua adalah teori pemakaian dan keausan (tear
and wear), di mana tahun demi tahun hal ini berlangsung dan lama-kelamaan
2. Teori Psikososial
a. Disengagement theory
bahwa individu dan masyarakat yang memasuki usia tua, individu mulai
13
menyimpan lebih banyak aktivitas-aktiviitas yang berfokus pada dirinya
b. Teori aktivitas
Dasar teori ini adalah bahwa konsep diri seseorang bergantung pada
aktivitasnya dalam berbagai peran. Apabila hal ini hilang, maka akan
c. Teori kontinuitas
d. Teori subkultur
Dalam teori ini, dikatakan bahwa lansia sebagai kelompok yang memiliki
norma, harapan, rasa percaya, dan adat kebiasaan tersendiri, sehingga dapat
Teori ini yang dikemukakan oleh Riley (1972) yang menerangkan adanya
Teori ini dikemukakan oleh Lawton (1982). Menurut teori ini, bahwa ada
14
berfungsi pada level kompetensi yang rendah hanya mampu bertahan pada
1. Tujuan
Meningkatkan derajat kesehatan dan mutu keidupan untuk mencapai masa tua
yang bahagia dan berguna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai
2. Sasaran
2008).
2008).
3) Masyarakat.
2008).
15
1) Upaya promotif, yaitu upaya untuk menggairahkan semangat hidup para
b) Kegiatan olahraga.
16
b) Pemeriksaan kesehatan berkala.
e) Perawatan fisioterapi.
lansia.
A.Definisi
dalam kandung kemih lebih besar dari resistansi uretra. Agency for Health Care
Meridean, 2001).
sebagai keluarnya urin secara involunter yang menimbulkan masalah sosial dan
higiene serta secara objektif tampak nyata. Inkontinensia urin dapat merupakan
suatu gejala, tanda ataupun suatu kondisi. Kondisi ini bukan merupakan bagian yang
17
normal dari proses penuaan, walaupun prevalensinya meningkat sejalan dengan
peningkatan usia.
sementara atau menetap. Klien tidak dapat mengontrol sfingter uretra eksterna.
Merembesnya urine dapat berlangsung terus menerus atau sedikit sedikit (Potter dan
Perry, 2005).
sfingter eksternal sementara atau menetap untuk mengontrol ekskresi urin. Secara
Inkontinensia urin yang dialami oleh pasien dapat menimbulkan dampak yang
merugikan pada pasien, seperti gangguan kenyamanan karena pakaian basah terus,
risiko terjadi dekubitus (luka pada daerah yang tertekan), dan dapat menimbulkan
rasa rendah diri pada pasien. Inkontinensia urin yang tidak segera ditangani juga
18
pengeluaran urin yang terus menerus dan tidak
dapat diperkirakan. Kemungkinan penyebab
inkontinensia total antara lain: disfungsi
nsia Total neorologis, kontraksi independen dan refleks
detrusor karena pembedahan, trauma atau
penyakit yang mempengaruhi saraf medulla
spinalis, fistula, neuropati.
Stres Inkontinensia Urin (SUI) didefinisikan
oleh Internasional Continence Society (ICS)
adalah keluarnya urin tanpa disadari pada saat
aktifitas atau saat bersin atau saat batuk.
Inkontinensia stress terjadi disebabkan otot
3. Inkontine
spingter uretra tidak dapat menahan keluarnya
nsia Stress
urin yang disebabkan meningkatnya tekanan di
abdomen secara tiba-tiba. Peningkatan tekanan
abdomen dapat terjadi sewaktu batuk, bersin,
mengangkat benda yang berat, maupun
tertawa.(Mass, L, Meridean, dkk. (2001)
Keadaan di mana seseorang mengalami
pengeluaran urin yang tidak dirasakan.
Inkontinensia tipe ini kemungkinan
disebabkan oleh adanya kerusakan neurologis
4. Inkontine
(lesi medulla spinalis). Inkontinensia refleks
nsia Reflex
ditandai dengan tidak adanya dorongan untuk
berkemih, merasa bahwa kandung kemih
penuh, dan kontraksi atau spasme kandung
kemih tidak dihambat pada interval teratur
keadaan seseorang yang mengalami
pengeluaran urin secara tanpa disadari dan
5. Inkontine tidak dapat diperkirakan. Keadaan
nsia inkontinensia ini ditandai dengan tidak adanya
Fungsional dorongan untuk berkemih, merasa bahwa
kandung kemih penuh, kontraksi kandung
kemih cukup kuat untuk mengeluarkan urin.
B.Epidemiologi
untuk mendapatkan faktor risiko spesifik dari para penderita inkontinensia (B,
Pribakti, 2011).
19
Meskipun inkontinensia dianggap merupakan konsekuensi normal dari proses
penuaan dan persalinan, namun banyak faktor predisposisi lain yang penting.
Hubungan antara prolaps genital dan inkontinensia urine juga perlu diingat, seperti
juga perbedaan antara inkontiensi jaringan dan wanita yang inkonten (B, Pribakti,
2011).
Inkontinensia urin adalah tahap akhir dari banyak proses patologik, dan
penelitian akhir-akhir ini memfokuskan pada dua hal : diagnosis yang akurat dan
penanganan selanjutnya. Acuan dari semua panelitian ini adalah klasifikasi umum
dari disfungsi saluran kemmih bagian bawah yang distandarisasi oleh Komite
C.Etiologi
Seiring dengan bertambahnya usia, ada beberapa perubahan pada anatomi dan
fungsi organ kemih, antara lain: melemahnya otot dasar panggul akibat kehamilan
berkali-kali, kebiasaan mengejan yang salah, atau batuk kronis. Ini mengakibatkan
seseorang tidak dapat menahan air seni. Selain itu, adanya kontraksi (gerakan)
abnormal dari dinding kandung kemih, sehingga walaupun kandung kemih baru terisi
sedikit, sudah menimbulkan rasa ingin berkemih. (Darmojo, 2009). Penyebab utama
didefinisikan sebagai pengeluaran urin yang tidak disadari ketika tekanan intra
vesikalis melebihi tekanan penutupan uretra maksimal, dan tidak ada aktivitas
20
detrusor. Hal ini terjadi karena tidak kompeten yang dapat disebabkan oleh
2. Ketidakstabilan Detrusor
Detrusor (lapisan muskuler) yang tidak stabil adalah salah satu yang
Kontransi ini dapat mengakibatkan kebocoran urin. Insiden ini meningkat dengan
usia, dan DI adalah penyebab paling umum inkontinensia urin pada orang tua (B,
Pribakti, 2011).
Kontraksi detrusor dapat berupa phasic atau sistolik, dimana mereka meniru
3. Overflow Inkontinensia
untuk menahan keinginan berkemih, dan setiap kondisi yang dapat menyebabkan
aliran yang jelak dan pengosongan kandung kemih inkomplit, tanpa terjadinya
21
Ini suatu kondisi dimana kandung kemih menjadi lembek dengan aktivitas
detrusor sedikit atau tidak ada. Kadang terdapat obstruksi kronis kandung kemih
menjadi kecil karena fibrosis, namun tetap hanya sedikit atau tidak ada aktivitas
detrusor. Wanita itu gagal untuk mengosongkan dan kansung kemih bocor setiap
kali penuh. Selain itu karena kapasitas kandung kemih fungsional sangat kecil,
frekwensi berkemih meningkat dan infeksi saluran kemih berulang (B, Pribakti,
2011).
episode retensi urin akut bisa mengakibatkan atoni kronis kandung kemih dan
overflow dibuat bila sisa urin lebih dari 50% dari kapasitas kandung kemih (B,
Pribakti, 2011).
4. Infeksi
Gangguan saluran kemih bagian bawah bisa karena infeksi. Jika terjadi
topical. Terapi perilaku harus dilakukan jika pasien baru menjalani prostatektomi.
Dan, bila terjadi impaksi feses, maka harus dihilangkan misalnya dengan
makanan kaya serat, mobilitas, asupan cairan yang adekuat, atau jika perlu
penggunaan laksatif. Inkontinensia Urine juga bisa terjadi karena produksi urin
5. Kehamilan
22
Penambahan berat dan tekanan selama kehamilan dapat menyebabkan
melemahnya otot dasar panggul karena ditekan selama sembilan bulan. Faktor
risiko yang lain adalah obesitas atau kegemukan, riwayat operasi kandungan dan
perubahan struktur kandung kemih dan otot dasar panggul (Darmojo, 2009).
1. Inkontinensia Stres
dokter kandungan, pengeluaran urine yang tidak disadari selama aktivitas fisik.
2. Inkontinensia Urgensi
Merupakan pengeluaran urin yang tidak disadari dengan kenginan yang kuat
4. Enuresis
Noctural).
Tanda dan gejala yag ditemukan pada pasien dengan retensi urin menurut Uliyah
(2008) yaitu:
23
3. Ketidak sanggupan untuk berkemih.
1. Usia
Usia bukan hanya berpengaruh pada eliminasi feses dan urine saja, tetapi
juga berpengaruh terhadap kontrol eliminasi itu sendiri. Anak-anak masih belum
mampu untuk mengontrol buang air besar maupun buang air kecil karena sistem
kesulitan dalam pengontrolan eliminasi feses, sehingga pada manusia usia lanjut
laki, dan prevalensi meningkat dengan membahayakan usia. Banyak wanita tua
dan Malone Lee telah menunjukkan bahwa perempuan tua memiliki penurunan
a. Dimensia
24
b. Infeksi saluran kemih
c. Penurunan mobilitas
d. Masalah ginjal
2. Diet
karena kandungan pada jengkol yaitu asam jengkolat, dalam jumlah yang
(Asmadi, 2008).
3. Cairan
untuk difiltrasi menjadi berkurang sehingga urine menjadi berkurang dan lebih
4. Hormon Sex
termasuk disuria, nokturia dan inkontinensia. Selain itu, infeksi saluran kemih
5. Temperatur
25
tubuh akan kekurangan cairan sehingga dampaknya berpotensi terjadi konstipasi
dan pengeluaran urine menjadi sedikit. Selain itu, demam juga dapat
6. Obat-obatan
F.Patofisiologi
Pada lanjut usia inkontinensia urin berkaitan erat dengan anatomi dan fisiologis
juga dipengaruhi oleh faktor fungsional, psikologis dan lingkungan. Pada tingkat
yang paling dasar, proses berkemih diatur oleh reflek yang berpusat di pusat
melalui penghambatan kerja syaraf parasimpatis dan kontraksi leher kandung kemih
yang dipersarafi oleh saraf simpatis serta saraf somatic yang mempersyarafi otot
karena usia sehingga lansia sering mengalami inkontinensia urin. Karena dengan
26
kerusakan dapat mengganggu kondisi antara kontraksi kandung kemih dan relaksasi
G.Penatalaksanaan
1. Non-Farmakologi
dilakukan dengan latihan otot dasar panggul atau latihan Kegel, agar otot dasar
panggul menjadi lebih kuat dan uretra dapat tertutup dengan baik (Setiati, 2001).
pada vagina, uretra, dan rektum. Manfaat dari latihan Kegel ini adalah :
inkontinensia.
2. Farmakologis
kandung kemih. Ini biasanya dilakukan bila terapi non farmakologis tidak dapat
meliputi :
27
b. Efredin (Sudafed) : Menguatkan pintu kandung kemih.
2 Pembedahan
Terapi ini dapat dipertimbangkan pada inkontinensia tipe stress dan urgensi,
3 Modalitas lain
inkontinensia urin, dapat pula digunakan beberapa alat bantu yang digunakan
oleh lansia yang mengalami inkontinensia urin seperti kateter, pampers, dan
komod (Setiati,2001).
1.Pengkajian
1. Identitas klien
28
Inkontinensia pada umumnya biasanya sering atau cenderung terjadi pada lansia
(usia ke atas 65 tahun), dengan jenis kelamin perempuan, tetapi tidak menutup
2. Riwayat kesehatan
ini.
waktu miksi.
sebelumnya, riwayat urinasi dan catatan eliminasi klien, apakah pernah terjadi
Tanyakan apakah ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit serupa
dengan klien dan apakah ada riwayat penyakit bawaan atau keturunan, penyakit
b. Pemeriksaan fisik
29
1) Keadaan umum
Klien tampak lemas dan tanda tanda vital terjadi peningkatan karena respon
2) Pemeriksaan Sistem
a. B1 (breathing)
perkusi.
b. B2 (blood)
c. B3 (brain)
d. B4 (bladder)
kemih serta disertai keluarnya darah apabila ada lesi pada bladder,
dan nyeri saat berkemih menandakan disuria akibat dari infeksi, apakah
Palpasi : Rasa nyeri di dapat pada daerah supra pubik / pelvis, seperti
rasa terbakar di urera luar sewaktu kencing / dapat juga di luar waktu
kencing.
e. B5 (bowel)
30
Bising usus adakah peningkatan atau penurunan, Adanya nyeri tekan
c. B6 (bone)
Rencana tindakan
Diagnosa
No
keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
31
perawatan mempertahank
an tonus otot
pubokogsigeal
yang
menyangga
organ-organ
pelvis.
2. Inkontinensia Diharapkan 1. Latih kelayan 1. Melatih
refleks setelah dilakukan mengoongkan kelayan untuk
berhubungan tindakan kandung kemih miksi
dengan lesi keperawatan 2. Lakukan perawatan 2. Memberik
medula spinalis klien dapat kulit dan pakaian an rasa nyaman
diatas arkus mencapai pada Klien pada kelayan
refleks penerapan seperti 3. awasi bila ada tanda
ditunjukan oleh gejala infeksi saluran 3.Infeksi saluran
hal- hal berikut : kemih. kemih dapat
1. Mengekspresi memperburuk
kan keinginan keadaan klien
untuk mencoba
tehnik manual
berkemih
2. Proses berkemih
bisa terkontrol
32
faktor penyebab
inkontinensia
4. Inkontinensia Diharapkan
urgensi setelah dilakukan 1. kolaborasi 1. Un
berhubungan tindakan pemberian obat dengan tuk merelakasi
dengan keperawatan dokter kandung kemih
penurunan klien dapat
fungsi pegetahui cara 2. Ajarkan 2. Me
persarafan mengoftimalkan kelayan bladder training latih kelayan
kandung kemih kandung kemih mengembalikan
dengan kriteria : kontrol miki
1. Klien mampu
mengungkapkan 3. Minta
miksi kalau mau Klien untuk menunda 3. Ag
berkemih waktu ke toilet ar dapat
2. Mengetahi menehan miksi
faktor penyebab dalam waktu
inkontinensia yang lebih lama
urgensi
5. Inkontinenia Diharapkan setelah
overflow dilakukan tindakan
berhubungan keperawatan klien 1. Kaji obstruksi pada
dengan dapat pegetahui kandung kemih
obtruksi pada penyebab obstruksi 1. Mengetahui
kandung kemih kandung kemih, penyebab
dengan kriteria : 2. Lakukan pembedahan obstruksi
1. Klien jika terjadi
mau berkerja pembesaran prostat. 2. Melancarkan
sama dalam 3. Lakukan proses
proses kateterisasi,bila perlu berkemih
pengobatan secara intermiten,dan 3. Memberikan
kalau tidak mungkin rasa nyaman
2. Inkontinensia secara menetap pada klien
bisa di atasi
3.Implementasi
33
pelaksanaan dari rencana tindakan yang telah diktentukan dengan maksud agar kebutuhan
4.Evaluasi
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaan sudah
terjadi selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan, dan pelaksanaan tindakan (Mass, L,
Meridean, 2001).
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi. Jakarta : Salemba
Medika.
Darmojo B. 2009. Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut.Edisi keempat. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.
34
Doengoes, E Marilynn, 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Efendi, Ferry, Makhfudli. (2009).Keperawatan Kesehatan Komunitas : teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Hidayat, Aziz, A.(2006). Pengantar Kebutuhan Dasar manusia: Aplikasi konsep dan proses
keperawatan.Jakarta : Salemba Medika.
Maryam, Siti, R, dkk. (2008).Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba
Medik
Mass, L, Meridean, dkk. (2001). Asuhan Keperawatan Geriatrik : Diagnosis NANDA, Kriteria
Hasil NIC NOC, dan Intervensi NIC. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Potter, Patricia A. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan: Proses dan praktik. Ed. 4.
Jakarta: EGC
Uliyah, Musfiratul. 2008. Ketrampilan Dasar praktik Klinik. Jakarta : Salemba Medika
Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
35