Anda di halaman 1dari 28

LABORATORIUM FARMAOGNOSI-FITOKIMIA

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKALAH
MENGKUDU (Morinda citrifolia L.)

OLEH
NAMA : SYALFA KHAIRUNNISA
STAMBUK : 15020150249
KELOMPOK : IV (EMPAT)
KELAS : C12
ASISTEN : NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Dan harapan saya
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya


yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu saya
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Makassar, April 2018

Penyusun
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mengkudu (Morinda citrifolia L.) adalah tanaman asli Indonesia


yang tidak asing lagi bagi sebagian masyarakat terutama masyarakat
yang tinggal di daerah pedesaan. Di Indonesia, mengkudu tumbuh
hampir di seluruh wilayah Indonesia, baik secara liar atau sengaja
ditanam sebagai sayuran, di samping itu mengkudu dari dulu hingga
sekarang banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku obat tradisional.
Walaupun demikian, pemanfaatannya belum dilakukan secara optimal
dan ini dikarenakan oleh terbatasnya pengetahuan masyarakat tentang
hal tersebut, di samping dari segi budidayanya. Di daerah pedesaan,
buah mengkudu dibiarkan masak pohon dan berjatuhan di tanah hingga
akhirnya mengeluarkan bau busuk.
Pemanfaatan buah mengkudu sebagai bahan baku industri pangan
dan non pangan telah banyak dilakukan. Buah mengkudu terdiri dari
daging buah, kulit buah, biji dan sari buah. Pada umumnya pe-manfaatan
mengkudu baru terbatas pada sari buah-nya saja sedangkan bagian
yang lain belum diman-faatkan secara optimal. Produksi sari buah
mengkudu yang semakin meningkat menghasilkan limbah hasil
pengolahan mengkudu yang semakin banyak. Limbah yang dihasilkan
dari produksi sari buah mengkudu adalah berupa kulit buah, biji dan
daging buah mengkudu. Daging buah mengkudu yang sudah diambil sari
buahnya berupa ampas merupakan limbah padat yang dihasilkan dari
industri pengolahan mengkudu. Selama ini, ampas daging buah
mengkudu hanya dibuang tanpa dimanfaatkan lebih lanjut.
Ampas daging buah mengkudu merupakan limbah lignoselulotik yang
mempunyai fraksi serat. Daging buah mengkudu dapat dipisahkan dari
sari buah mengkudu untuk mendapatkan serat. Serat yang terkandung
dalam daging buah mengkudu mempunyai persentase yang cukup tinggi.
Menurut Wadsworth et al., (1999) serat makanan atau dietary fiber dapat
diekstraksi dari daging buah mengkudu. Serat makanan atau dietary fiber
dapat memberikan manfaat yang cukup besar bagi tubuh apabila
dikonsumsi.
Serat pada awalnya hanya dianggap sebagai senyawa yang inert
secara gizi didasarkan bahwa senyawa tersebut tidak dapat dicerna serta
hasil fermentasinya tidak dapat digunakan oleh tubuh dan hanya
dianggap sebagai sumber energi yang tidak tersedia serta hanya dikenal
mempunyai efek sebagai pencahar perut Beberapa penelitian terdahulu
menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara konsumsi serat
makanan dan insiden timbul-nya berbagai penyakit. Serat (dietary fiber)
mempu-nyai banyak manfaat kesehatan serta mempunyai kemampuan
mencegah berbagai macam penyakit yang berhubungan dengan sistem
pencernaan manusia, seperti konstipasi (sulit buang air besar),
diverticulosis (bintil-bintil pada dinding usus), hameorhoid (ambeien),
tumor dan kanker pada saluran pencernaan serta usus buntu.
Serat mengkudu dapat dikonsumsi sebagai campuran untuk membuat
makanan atau produk minuman berserat. Serat mengkudu tersusun dari
selulosa, lignin serta komponen lain. Serat terutama selulosa,
hemiselulosa dan lignin mempunyai sifat yang sangat sukar larut dalam
air.
Mengkudu atau pace (Morinda citrifolia L.) merupakan salah satu
tanaman obat yang dalam beberapa tahun terakhir banyak peminatnya.
Merupakan tanaman tropis dan liar, mengkudu dapat tumbuh di tepi
pantai hingga ketinggian 1500 m dpl (di atas permukaan laut), baik di
lahan subur maupun marginal. Penyebarannya cukup luas, meliputi
seluruh kepulauan Pasifik Selatan, Malaysia, Indonesia, Taiwan, Filipina,
Vietnam, India, Afrika, dan Hindia Barat (Solomon, 1999).
Tanaman mengkudu berbuah sepanjang tahun. Ukuran dan bentuk
buahnya bervariasi, pada umumnya mengandung banyak biji, dalam satu
buah terdapat > 300 biji, namun ada juga tipe mengkudu yang memiliki
sedikit biji. Bijinya dibungkus oleh suatu lapisan atau kantong biji,
sehingga daya simpannya lama dan daya tumbuhnya tinggi. Dengan
demikian, perbanyakan mengkudu dengan biji sangat mudah dilakukan.
Meningkatnya animo masyarakat dalam memanfaatkan mengkudu
sebagai bahan perawatan, pencegahan, dan pengobatan penyakit
menyebabkan komoditas ini banyak diminati. Sejak tahun 1998 di
kawasan Jabotabek telah tumbuh sekitar 50 perusahaan pengolah buah
mengkudu, baik perusahaan skala besar maupun skala rumah tangga
(Bangun dan Sarwono, 2002).
Komoditas ini membuka peluang bisnis dari hulu sampai hilir bagi
masyarakat lapisan bawah sampai atas. Diperkirakan nilainya telah
mencapai Buletin Plasma Nutfah Vol.12 No.1 Th.2006 2 puluhan miliar
rupiah. Produk olahan mengkudu berupa jus, ekstrak buah dalam kapsul,
dan produk olahan mengkudu lainnya telah diekspor ke beberapa negara
seperti Malaysia, Singapura, beberapa negara Timur Tengah, dan Eropa.
Pengembangan produk olahan mengkudu juga meluas hingga ke industri
kosmetik (Chosdu dan Basjir, 2002).
Pemanfaatan mengkudu sebagai obat tradisional sebenarnya sudah
sejak lama dikenal, baik di Indonesia maupun di luar negeri. Waha
(2001), mengemukakan, pada tahun 100 SM penduduk Asia Tenggara
berimigrasi ke kepulauan Polinesia dan membawa tanaman mengkudu
sebagai tanaman obat. Laporan tentang khasiat mengkudu sudah ada
pada tulisan-tulisan kuno 2000 tahun yang lalu masa dinasti Han di Cina.
Pada tahun 1860 penggunaan mengkudu sebagai bahan pengobatan
alami mulai tercatat dalam literatur-literatur Barat. Dalam pengobatan
tradisional, mengkudu digunakan untuk obat batuk, radang amandel,
sariawan, tekanan darah tinggi, beri-beri, melancarkan kencing, radang
ginjal, radang empedu, radang usus, sembelit, limpa, lever, kencing
manis, cacingan, cacar air, sakit pinggang, sakit perut, masuk angin, dan
kegemukan (Wijayakusuma et al. 1992).
Hasil penelitian akhir-akhir ini mengungkapkan bahwa mengkudu
dapat digunakan sebagai obat tumor dan kanker (Hirazumi et al, 1999).
Di satu sisi perkembangan pesat agroindustri berbasis mengkudu
sangat menggembirakan. Di sisi lain, industri ini berkembang di atas
landasan yang sangat rapuh karena belum didukung oleh teknik budi
daya yang baik atau Good Agricultural Practice (GAP), sehingga dapat
tersisihkan oleh produk unggulan sejenis yang lebih maju dan bebas
bersaing di Indonesia. Produk olahan obat tradisional juga harus
bertumpu pada quality, safety, dan efficacy (QSE). Aspek QSE sangat
dipengaruhi oleh kandungan metabolit sekunder tanaman yang
dipengaruhi oleh ragam genetik, lingkungan tumbuh, budi daya, dan
pascapanen (Darusman 2002; Suwandi, 2002).
Minimnya dukungan penelitian ilmiah terhadap khasiat, keamanan,
pemanfaatan produk olahan mengkudu merupakan kendala dalam
pengembangannya (Barani, 2002).
Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian secara sistematis dan
terarah, mulai dari pemilihan jenis unggul dengan cara mengidentifikasi
tipe tanaman dan mutu buah mengkudu, teknologi budi daya yang
mengacu kepada GAP dan pengolahan produk yang mengacu kepada
GMP (good manufacturing practices).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana klasifikasi dari tanaman mengkudu (Morinda citrifolia L.)?
2. Apa nama lain dari tanaman mengkudu (Morinda citrifolia L.)?
3. Bagaimana morfologi dari tanaman mengkudu (Morinda citrifolia L.)?
4. Apa saja kandungan kimia dari tanaman mengkudu (Morinda citrifolia
L.)?
5. Apa khasiat dari tanaman mengkudu (Morinda citrifolia L.)?
6. Bagaimana cara penggunaan tanaman mengkudu (Morinda citrifolia
L.)?
7. Bagaimana metode ektraksi yang digunakan untuk tanaman
mengkudu (Morinda citrifolia L.)?
8. Bagaimana metode isolasi yang digunakan untuk tanaman mengkudu
(Morinda citrifolia L.)?
9. Bagaimana Biosintesis salah satu senyawa pada tanaman mengkudu
(Morinda citrifolia L.)?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui klasifikasi dari tanaman mengkudu (Morinda
citrifolia L.).
2. Untuk mengetahui nama lain dari tanaman mengkudu (Morinda
citrifolia L.).
3. Untuk mengetahui morfologi dari tanaman mengkudu (Morinda
citrifolia L.).
4. Untuk mengetahui kandungan kimia dari tanaman mengkudu
(Morinda citrifolia L.).
5. Untuk mengetahui khasiat dari tanaman mengkudu (Morinda citrifolia
L.).
6. Untuk mengetahui cara penggunaan dari tanaman mengkudu
(Morinda citrifolia L.).
7. Untuk mengetahui metode ekstraksi yang digunakan pada tanaman
mengkudu (Morinda citrifolia L.).
8. Untuk mengetahui metode isolasi yang digunakan pada tanaman
mengkudu (Morinda citrifolia L.).
9. Untuk mengetahui biosintesis salah satu senyawa pada tanaman
mengkudu (Morinda citrifolia L.).
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Klasifikasi tanaman mengkudu (Morinda citrifolia L.)

Tanaman mengkudu diklasifikasikan sebagai berikut (Djauhariya, 2003):


Filum : Angiospermae
Subfilum : Dicotyledonae
Divisi : Lignosae
Famili : Rubiaceae
Genus : Morinda
Spesies : Morinda citrifolia L.

2.2 Nama Lain tanaman mengkudu (Morinda citrifolia L.)

Mengkudu (Basa Aceh: keumeudee, Jawa: pace, kemudu, kudu);


cangkudu (Sunda), kodhuk (Madura), tibah (Bali) berasal daerah Asia
Tenggara, tergolong dalam famili Rubiaceae. Nama lain untuk tanaman
ini adalah Noni (bahasa Hawaii), Nono (bahasa Tahiti), Nonu (bahasa
Tonga), ungcoikan (bahasa Myanmar) dan Ach (bahasa Hindi).
Morinda citrifolia L mempunyai nama daerah : Eodu, mengkudu,
bengkudu, (Sumatera); kudu, cengkudu, kemudu, pace (Jawa);
wangkudu, manakudu, bakulu (Nusa tenggara); dan di Kalimantan di
kenal dengan nama mangkudu, wangkudu, dan labanan (Wijayakusuma,
1995).
2.3 Morfologi tanaman mengkudu (Morinda citrifolia L.)

Tumbuhan ini berbentuk pohon dengan tinggi 4-8 cm. Batang


berkayu, bulat, kulit kasar, percabangan monopoidal. Daun tunggal, bulat
telur, ujung dan pangkal runcing. Panjang 10-40 cm. Bunga majemuk,
bentuk bongkol, bertangkai, benang sari 5. Buah bongkol, permukaan
tidak teratur, berdaging, panjang 5-10 cm, hijau kekuningan (Syamsul
hidayat dan Hutapea,1991).

Secara visual, dari ketujuh tipe yang teramati tersebut terdapat


empat tipe yang mempunyai buah berukuran relatif besar (tipe 1, 2, 4,
dan 5) dan tiga tipe mempunyai buah berukuran kecil (tipe 3, 6, dan 7).
Salah satu tipe yang mempunyai buah berukuran besar dan mempunyai
bentuk buah yang spesifik setiap buah bercabang, yaitu tipe 5. Tipe ini
sangat berbeda dengan tipe lainnya, bobot/buahnya lebih tinggi (rata-rata
300 g/buah) dibandingkan dengan tipe lainnya. Tipe tersebut hanya
ditemukan di Tasikmalaya (Tabel 1 dan 2). Terdapat satu tipe lagi pada
kelompok ukuran buah besar yang mempunyai karakter yang berbeda
dibandingkan dengan tipe lainnya, yaitu tipe 4 yang hanya terdapat di
Keraton Surakarta dan Semarang, dengan populasi yang sangat
terbatas. Tipe ini bentuk buahnya memanjang namun agak ramping,
diameter 3,25+0,19 cm, jumlah biji sangat sedikit (25,16+4,22) biji/buah,
atau dianggap tidak berbiji (seed less), pada umumnya mengkudu
memiliki biji sangat banyak, bisa mencapai 120,00+7,71 biji/buah (Tabel
1). Tipe mengkudu yang bijinya sedikit, oleh penduduk setempat disebut
mengkudu sukun. Bentuk biji mengkudu tidak ada perbedaan yang
mencolok antartipe mengkudu, bentuk bijinya oval, pipih, dan berwarna
coklat.
Rendahnya jumlah biji ini berdampak terhadap tingginya rasio
jumlah daging buah. Tipe 4 termasuk sangat langka, sehingga perlu
perhatian khusus untuk mempertahankan keberadaannya agar tetap
lestari. Tipe 4 hanya dijumpai di Keraton Surakarta dan di Semarang
dengan populasi yang sangat terbatas. Berbeda dengan tipe lainnya, tipe
1 ukuran buahnya lebih panjang dibandingkan dengan tipe lainnya, sifat
yang mencolok adalah daerah penyebarannya cukup luas, ditemukan di
semua daerah survey. Selain karakter tersebut, terdapat karakter lain
yang menonjol, yaitu buahnya lebih panjang dibandingkan dengan tipe
lainnya. Berdasarkan rasa buah, terdapat dua tipe mengkudu, yaitu rasa
buahnya asam manis dan pahit. Pada umumnya tipe yang ukuran
buahnya besar rasanya asam manis, tetapi terdapat satu tipe mengkudu
yang ukuran buahnya besar tetapi rasa buahnya pahit, yaitu tipe 2. Tipe 2
ditemukan di Malingping Banten (tepi pantai) dan Bogor (Cipaku dan
Jasinga). Di Jasinga dan Cipaku, menurut hasil wawancara dengan
pemiliknya, bibit tanaman merupakan introduksi dari Malingping,
sehingga rasa buat pahit diduga adalah sifat genetik bawaan dari pohon
induk, bukan karena pengaruh lingkungan tumbuh. Tipe yang ukuran
buahnya kecil (tipe 3), rasa buahnya pahit, baik yang ditemukan di
Malingping (tepi pantai), maupun di Bogor (Cipaku dan Jasinga). Menurut
informasi dari pemiliknya, bibit tanaman tersebut juga diperoleh dari
Malingping (tepi pantai). Selain tipe 3, terdapat tipe yang ukuran buahnya
termasuk kecil, rasa buahnya pahit, yaitu tipe 6 dan 7 (Gambar 6 dan 7).
Tipe 6 buahnya kecil, sedikit berbenjol, sehingga permukaan buah tidak
merata. Tipe ini ditemukan di Jasinga dan tepi pantai Malingping. Tipe 7
bentuk buahnya berkarang tidak beraturan, hanya ditemukan di tepi
pantai Malingping.

Berikut adalah ciri-ciri tanaman mengkudu :


a. Pohon
Pohonnya tidak terlalu besar, dengan tinggi, tingginya 3-8 m.
Batangnya bengkok-bengkok berdahan kaku, memiliki akar tunggang
yang tertancap dalam. Kulit batang coklat kekuningan, beralur
dangkal, tidak berbulu, anak cabangnya segi empat. Tajuknya hijau
seprti daun. Batang mengkudu mudah dibelah setelah dikeringkan dan
bisa digunakan sebagai kayu bakar dan tiang. Di bidang pertanian
kayu mengkudu digunakan untuk menopang tanaman lada.
Sumber:

www.wikipedia.com
Gambar 2. Pohon Mengkudu
b. Daun
Daunnya besar dan tunggal. Daun kebanyakan bersilang berhadapan,
bertangkai, bulat telur lebar hingga bentuk elips, kebanyakan dengan
ujung runcing, sisi atas hijau tua mengkilat, sama sekali gundul, 10-40
kali 5-17 cm. Daun penumpu bentuknya bervariasi, kadang bulat telur,
bertepi rata, hijau kekuningan, gundul, dengan panjang 1,5 cm,
dibawah karangan bunga selalu cukup tinggi dan tumbuh menjadi
satu. Peruratan daun menyirip. Daun mengkudu dapat dimakan
sebagai sayuran. Nilai gizinya tinggi karena banyak mengandung
vitamin A.

Sumber:

www.wikipedia.com
Gambar 3. Daun Mengkudu
c. Bunga
Perbungaan mengkudu bertipe bongkol dengan tangkai 1-4 cm, rapat,
berbunga banyak, tumbuh di ketiak. (http://um.ac.id) Bunga
berbilangan 5-6, berbau harum. Mahkota bentuk tabung bentuk
terompet, putih, dalam lehernya berambut wol, tabung panjangnya
bisa mencapai 1,5 cm, taju sempit. Benang sari 5, tumbuh jadi satu
dengan tabung mahkota hingga tinggi, tangkai sari berambut wol.
Sumber:
www.wikipedia.com
Gambar 4. Bunga Mengkudu
d. Buah
Kelopak bunga tumbuh menjadi buah yang bulat atau lonjong seperti
telur ayam. Permukaan buah seperti terbagi dalam sel-sel poligonal
(bersegi banyak) yang berbintik-bintik atau berkutil. Bakal buah pada
ujungnya dengan kelopak yang tetap tinggal yang berwarna hijau
kekuningan. Mula-mula buahnya berwarna hijau ketika masih muda,
dan menjadi putih kekuningan menjelang buahnya masak dan setelah
benar-benar matang menjadi putih transparan dan lunak. Daging buah
tersusun atas buah-buah batu yang berbentuk pyramid/bentuk
memanjang segitiga dan berwarna coklat kemerahan, (Steenis,1975).
e. Biji
Biji mengkudu berwarna hitam, memiliki albumen yang keras dan
ruang udara yang tampak jelas. Biji itu tetap memiliki daya tumbuh
tinggi, walaupun telah disimpan selama 6 bulan. Perkecambahannya
3-9 minggu setelah biji disemaikan. Pertumbuhan tanaman setelah biji
tumbuh sangat cepat. Dalam waktu 6 bulan, tinggi tanaman dapat
mencapai 1,2-1,5 m. Perbungaan dan pembuahan dimulai pada tahun
ke-3 dan berlangsung terus-menerus sepanjang tahun. Umur
maksimum dari tanaman mengkudu adalah sekitar 25 tahun.
Sumber:
www.wikipedia.com
Gambar 5. Biji Mengkudu

2.4 Kandungan Kimia tanaman mengkudu (Morinda citrifolia L.)

Buah mengkudu mengandung skopoletin, rutin, polisakarida, asam


askorbat, β-karoten, 1-arginin, proxironin, dan proxeroninase, iridoid,
asperolusid, iridoid antrakinon, asam lemak, kalsium, vitamin B, asam
amino, glikosida, dan juga glukosa (Sjabana dan Bahalwan, 2002;
Wijayakusuma dan Dalimartha, 1995). Selain itu juga dikandung
senyawa-senyawa seperti, morindon, rubiadin, dan flavonoid (Bangun
dan Sarwono, 2002).

Senyawa kimia dalam tanaman terdiri dari dua bagian, yaitu senyawa
metabolit primer atau yang disebut dengan senyawa bermolekul besar
dan senyawa metabolit sekunder atau yang disebut dengan senyawa
bermolekul kecil (Sirait, 2007). Senyawa metabolit sekunder yang
terkandung dalam tanaman mengkudu diantaranya alkaloid dan
antrakuinon yang berfungsi sebagai antibakteri dan anti kanker
(Rukmana, 2002). Menurut Solomon (2002) senyawa antrakuinon,
alkaloid dan glikosida terdapat hampir pada semua bagian tanaman
mengkudu terutama bagian daun dan buahnya yang berfungsi untuk
mengobati masalah pencernaan dan gangguan jantung. Senyawa aktif
tersebut bersifat bakterisidal pada bakteri Staphylococcus yang
menyebabkan infeksi pada jantung dan Shigella yang menyebakan
disentri, selain itu juga dapat mematikan bakteri penyebab infeksi
diantaranya Salmonella sp, E. Coli dan Bacillus sp. (Solomon, 2002).

Sirait (2007) menyatakan bahwa alkaloid adalah hasil senyawa


metabolisme sekunder terbesar dalam tumbuhan yang mengandung
atom nitrogen basa sebagai gabungan dari sistem heterosiklik. Senyawa
alkaloid sering digunakan dalam bidang pengobatan yang dapat
menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan gram negatif (Karou
et al., 2006). Robinson (1995) menyatakan bahwa senyawa alkaloid
dapat mengganggu terbentuknya jembatan seberang silang komponen
penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel
tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel. Struktur
kimia alkaloid dapat dilihat pada Gambar 2.
Senyawa metabolit sekunder lainnya dari daun mengkudu adalah
saponin.
Saponin merupakan glikosida sterol berdasarkan ketidaklarutannya dalam air
dan tidak beracun terhadap hewan (Robinson, 1995). Kerja saponin dalam
menghambat pertumbuhan bakteri patogen diantaranya menghambat fungsi
membran sel bakteri dengan merusak permeabilitas membran sel yang
mengakibatkan dinding sel bakteri lisis (Cheeke, 2001).
Menurut Harbone (1987), saponin dapat menimbulkan busa seperti
sabun apabila dikocok dalam air ataupun saat ekstraksi, sehingga dapat
membersihkan materi yang menempel pada dinding usus. Francis et al.
(2002) memaparkan bahwa saponin memiliki kemampuan untuk
meningkatkan permeabilitas membran sel usus, sehingga akan
memudahkan molekul besar terserap dalam tubuh dan terjadi peningkatan
nutrien yang dideposit oleh tubuh serta berpengaruh terhadap pertambahan
bobot badan. Struktur kimia saponin dapat dilihat pada Gambar 3.
Antrakuinon merupakan golongan dari senyawa glikosida termasuk
turunan kuinon yang biasanya terkandung dalam jumlah yang sedikit dalam
bagian tanaman (Sirait, 2007). Robinson (1995) menyatakan bahwa
antrakuinon merupakan senyawa kristal bertitik leleh tinggi, larut dalam
pelarut organik dan basa. Turunan kuinon ini efektif dalam menghambat
bakteri gram negatif dengan menghambat sintesis DNA bakteri, sehingga
tidak terjadi replikasi DNA bakteri dan bakteri tidak dapat terbentuk secara
utuh (Siswandono dan Soekardjo, 1995). Struktur kimia antrakuinon dapat
dilihat pada Gambar 4.
2.5 Khasiat tanaman mengkudu (Morinda citrifolia L.)

Tanaman mengkudu terutama buahnya memiliki banyak kegunaan


antara lain: untuk obat tekanan darah tinggi, beri-beri, melancarkan
kencing, radang ginjal, radang empedu, radang usus, disentri, sembelit,
nyeri limpa, limpa bengkak, sakit lever, liur berdarah, kencing manis
(diabetes melitus), cacingan, cacar air, kegemukan (obesitas), sakit
pinggang (lumbago), sakit perut (kolik), dan perut mulas karena masuk
angin, kulit kaki terasa kasar (pelembut kulit), menghilangkan ketombe,
antiseptik, peluruh haid (emenagog), dan pembersih darah. Air perasan
buah masak yang diparut digunakan untuk kumur-kumur (gargle) pada
difteri atau radang amandel. Godogan buah, kulit batang atau akar
digunakan untuk mencuci luka dan ekzema (Wijayakusuma dkk., 1996).

Buah mengkudu dapat menghambat pertumbuhan tumor dengan


merangsang sistem imun yang melibatkan makrofag dan atau limfosit
(Hirazumi et al., 1994). Ekstrak buah ini juga terbukti paling efektif
menghambat sel RAS yang menyebabkan kanker di antara 500 ekstrak
yang diuji (Hirazumi et al., 1993).
Younos et al. (1990) melakukan studi mengenai efek analgesik
dan sedatif ekstrak tanaman mengkudu dan menyatakan bahwa ekstrak
mengkudu mempunyai aktivitas analgesik secara konsisten, tidak toksik,
dan tergantung pada dosis. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa
diantara 3 fraksi ekstrak metanolik buah mengkudu yang diuji, fraksi etil
asetat menunjukkan aktivitas antioksidan yang paling kuat dengan nilai
IC50 = 46,7 µg/ml diikuti dengan fraksi kloroform dengan nilai IC50 =
227,7 µg/ml, sedangkan fraksi metanol mempunyai nilai IC50 = 888,6
µg/ml (Abdul dan Sugeng, 2004).

2.6 Cara penggunaan tanaman mengkudu (Morinda citrifolia L.)

1. Untuk menurunkan tekanan darah tinggi


Zat aktif dalam mengkudu yaitu scopoletin dan xeronin dapat
menurunkan tekanan darah. Scopoletin bekerja dengan cara
menurunkan tahanan atau resistensi perifer. Besarnya tahan perifer
sangat bergantung pada kontraktilitas otot polos pembuluh darah. Otot
polos pembuluh darah diatur oleh system saraf simpatis melalui
pengeluaran neurotransmitter noradrenalin di ujung saraf simpatis
pada dinding pembuluh darah. Kontraktilitas otot polos pembuluh
darah juga dipengaruhi oleh fungsi endotel pembuluh darah, karena
pada endotel disintesis dan disekresi berbagai bahan vasokonstriktor
dan vasodilator.
Pada Penelitian Utaminingsih dan Rahayu, didapatkan hasil
bahwa pemberian jus buah mengkudu pada tikus secara oral dengan
dosis 5ml/kgBB dan 10 ml/kgBB yang dievaluasi selama 24 jam dapat
meningkatkan volume urin dibandingkan dengan volume urin pada
tikus kontrol. Volume urin pada tikus kontrol adalah 3.33 ± 0.31/100
grBB/24 jam. Volume urin pada tikus dengan perlakuan jus mengkudu
dosis 5 ml/kgBB (6.82 ± 1.18 ml/100 grBB/24jam) dan yang diberikan
dosis 10 ml/kgBB (7.87 ± 1.15 ml/100grBB/24jam).

2.7 Metode EKstraksi yang digunakan pada tanaman mengkudu


(Morinda citrifolia L.)

Ekstraksi merupakan suatu proses yang secara selektif mengambil zat


terlarut dari campuran dengan bantuan pelarut. Menurut Bombardelli
(1991), ekstraksi senyawa aktif tanaman obat adalah pemisahan secara
fisik atau kimiawi dengan menggunakan cairan atau padatan. Pemikiran
metode ekstraksi disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu sifat jaringan
tanaman, sifat kandungan zat aktif dan sifat kelarutan dalam pelarut yang
akan digunakan (Harbone, 1987). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pemilihan pelarut adalah selektifitas, kemampuan mengekstrak,
toksisitas, kemudahan untuk diuapkan dan harga pelarut. Achmadi
(1992) menyatakan beberapa pertimbangan dalam memilih pelarut yaitu:
1. Pelarut polar akan melarutkan senyawa polar dan pelarut non polar
akan
melarutkan senyawa non polar.
2. Air cenderung melarutkan senyawa anorganik dan garam dari asam
maupun basa organik.
Harbone (1987) menyatakan bahwa maserasi adalah metode ekstraksi
dengan cara merendam sampel menggunakan pelarut dengan atau
tanpa pengadukan dan biasanya dilakukan selama sehari semalam (24
jam) tanpa menggunakan pemanas. Tujuan dari maserasi atau
perendaman adalah agar zat aktif yang terdapat di dalam tumbuhan
akan lepas dan mudah masuk ke dalam pelarut, sehingga senyawa yang
diharapkan dalam tanaman dapat terekstrak secara sempurna (Howard,
1989).
Maserasi merupakan metode ekstraksi yang paling sering digunakan
dibanding 10 metode ekstraksi yang lain. Kelebihan metode maserasi
diantaranya tidak memerlukan alat yang rumit, relatif murah, bisa
menghindari kerusakan komponen senyawa karena tidak menggunakan
panas sehingga baik untuk sampel yang tidak tahan panas, sedangkan
kelemahannya adalah dari segi waktu dan penggunaan pelarut yang
tidak efektif (Meloan, 1999).

2.8 Metode isolasi yang digunakan pada tanaman mengkudu (Morinda


citrifolia L.)

Beberapa senyawa aktif telah diidentifikasi dari buah mengkudu ini


antara lain skopoletin (suatu kumarin fenolik), polisakarida, asam
askorbat, β-karoten, l-arginin, proxironin, dan proxeroninase (Sjabana
dan Bahalwan, 2002). (Wang dkk, 1999) melaporkan adanya 2 glikosida
(rutin dan asam asperulosidat) dan ester asam lemak trisakarida [2,6-di-
O-(β-D-glukopiranosil)-1-O-oktanoil-β-D-glukopiranosa yang diisolasi dari
fraksi tidak larut butanol ekstrak etanol buah mengkudu. Senyawa-
senyawa fenolik telah dilaporkan mempunyai aktivitas antioksidan
karena sifat-sifat redoksnya. Senyawa fenolik beraksi sebagai agen
pereduksi, pemberi hidrogen, peredam oksigen singlet, dan juga sebagai
pengkelat logam yang potensial (Kahkonen dkk, 1999). Salah satu
kandungan buah mengkudu adalah skopoletin atau 7-hidroksi-6-
metoksikumarin (Wang dkk, 2002). Penelitian ini bertujuan untuk
mengisolasi skopoletin dan kemudian menguji aktivitas antioksidannya
karena senyawa skopoletin merupakan senyawa fenolik.
Isolasi skopoletin dari buah Mengkudu. Sebanyak lebih kurang 15 kg
buah mengkudu di maserasi dengan metanol dan selanjutnya disaring
dengan penyaring vakum. Sari dikumpulkan, dienapkan lalu diuapkan
menggunakan rotavapor pada suhu 60°C. Ekstrak metanol buah
mengkudu selanjutnya dipartisi dengan kloroform. Ekstrak kloroform hasil
partisi (9,50 gram) selanjutnya difraksinasi dengan kromatografi kolom
(75 x 3,5 cm) menggunakan fase diam silika gel (80-120 mesh) dengan
elusi gradien menggunakan campuran heksan-kloroform-metanol
(Gambar 1). Skopoletin yang diperoleh dari fraksi 6 selanjutnya
dimurnikan dengan rekristalisasi.
Skopoletin dapat diisolasi dengan cara fraksinasi ekstrak kloroform
hasil partisi ekstrak metanol buah mengkudu. Aktivitas antioksidan
skopoletin menggunakan metode uji penangkapan radikal DPPH adalah
lebih kecil (IC50
348,79 μg/mL) dibandingkan dengan vitamin E (9,77 μg/mL). Demikian
juga dengan metode linoleat-tiosianat, skopoletin menunjukkan aktivitas
antioksidan yang lebih lemah dibandingkan vitamin E.
2.9 Biosintesis salah satu senyawa pada tanaman mengkudu (Morinda
citrifolia L.)
Buah Mengkudu segar mengandung banyak senyawa bio-aktif yang
mempunyai aktivitas antioksidan dan antibakteri. Namun, sebagian besar
senyawa tersebut memiliki bioavailabilitas yang rendah karena bersifat
non-polar, sensitive pH basa, mempunyai rasa pahit, dan bau tidak
sedap.
Kitosan dan natrium tripolifosfat (STPP) dapat digunakan sebagai
bahan nano-enkapsulasi untuk meningkatkan bioavailabilitas senyawa
aktif dalam buah mengkudu. Nano-enkapsulasi mengkudu diproses
dengan metode gelasi ionik antara kitosan, ekstrak buah mengkudu, dan
STPP. Ukuran partikel dan potensi zeta diamati menggunakan particle
size analyzer (PSA), menghasilkan partikel berukuran 534 nm dengan
potensi zeta +6 mv. Morfologi partikel diamati menggunakan
transmission electron microscopy (TEM), menunjukkan partikel yang
bulat dan halus. Pengamatan aktivitas antioksidan menggunakan metode
2,2-diphenil 1-pichylhydazyl (DPPH), menunjukkan bahwa nano-
enkapsulasi ekstrak mengkudu mempunyai aktivitas antioksidan sebesar
60,5 %, berpotensi menjadi agen antioksidan.
Metode ekstraksi
Buah mengkudu 1,5 kg ditambah 1900 ml aquades dan diblender selama
15 menit. Hasil blender selanjutnya disaring dan diambil ekstrak airnya.
Ekstrak air yang dihasilkan dipanaskan pada suhu 90oC untuk
mengurangi kadar airnya, hingga teksturnya seperti pasta. Pasta yang
dihasilkan ditambahkan dengan alkohol 96% sebanyak 575 ml dan
diaduk-aduk. Setelah itu ditunggu selama 20 menit, selanjutnya
dipisahkan antara endapan dan larutan. Larutan yang dihasilkan siap
untuk dienkapsulasi.
Biosintesis kitosan – STPP dengan ekstrak alkohol mengkudu
Kitosan sebanyak 0,069 gr dilarutkan dalam 11 ml asetat 2,5 % pH 4.
Larutan kitosan yang didapatkan ditambahkan dengan ekstrak alkohol
mengkudu. Optimasi penambahan ekstrak antara 3-9 ml. Langkah
berikurnya, larutan distirrer dengan kecepatan 400 rpm selama 20 menit.
Tahap selanjutnya, ditambahkan larutan STPP dengan konsentrasi
0,25% sebanyak 300 μl dan di stirrer dengan kecepatan 400 rpm selama
20 menit. Ke-7 hasil formulasi yang didapatkan selanjutnya disentrifuge
dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit. Hasil formulasi yang tidak
mengendap dilakukan analisis berikutnya.
Dinamic light scattering
Sampel dimurnikan terlebih dahulu dengan disentrifuge 3.000 rpm
selama 15 menit. Penentuan ukuran dan zeta potensial menngunakan
alat particle size analyzer (PSA) merk HORIBA SZ – 100, dengan prinsip
dinamic light scattering. Pengukuran dilakukan dengan scattering angle
90o dan temperatur dari holder 24,8 oC.
Transmission electron microscopy
Morfologi, bentuk dan ukuran dianalisis menggunakan transmission
electron microscopy (TEM) tipe JEOL JEM 1400, Japan. Nanopartikel
diaplikasikan pada grid tembaga berlapis karbon dan kemudian dilapisi
dengan 2% asam fosfotungstat dan diamati menggunakan TEM.
Aktivitas antioksidan – metode DPPH
Analisis aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH (Krishnaiah et
al., 2015). 2,2-diphenyl-1-picryl hydrazyl (DPPH) merupakan senyawa
radikal bebas stabil yang akan bereaksi dengan antioksidan. Sebanyak
10 mg sampel dilarutkan pada 30 mL methanol dan disentrifus (Sartorius
Sigma 3–18 K) selama 10 menit. Supernatan ditambahkan ke 3 mL dari
0,025 g/l DPPH dalam methanol. Absorbansi diukur setelah 40 menit
pada suhu ruang menggunakan spektofotometer UV-Vis dengan
methanol sebagai pembanding.
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Kandungan kimia dari tanaman mengkudu (Morinda citrifolia L.) adalah


skopoletin, rutin, polisakarida, asam askorbat, β-karoten, 1-arginin,
proxironin, dan proxeroninase, iridoid, asperolusid, iridoid antrakinon,
asam lemak, kalsium, vitamin B, asam amino, glikosida, dan juga
glukosa.
2. Khasiat dari tanaman mengkudu (Morinda citrifolia L.) adalah untuk
obat tekanan darah tinggi, beri-beri, melancarkan kencing, radang
ginjal, radang empedu, radang usus, disentri, sembelit, nyeri limpa,
limpa bengkak, sakit lever, liur berdarah, kencing manis (diabetes
melitus), cacingan, cacar air, kegemukan (obesitas), sakit pinggang
(lumbago), sakit perut (kolik), dan perut mulas karena masuk angin,
kulit kaki terasa kasar (pelembut kulit), menghilangkan ketombe,
antiseptik, peluruh haid (emenagog), dan pembersih darah.
3. Metode ektraksi yang cocok untuk tanaman mengkudu (Morinda
citrifolia L.) adalah metode maserasi.
4. Metode isolasi yang cocok untuk tanaman mengkudu (Morinda
citrifolia L.) adalah Kromatografi Cair Vakum.
Daftar Pustaka

Abdul, R., Sugeng, R., 2004, Aktivitas Antioksidan dan Antiradikal Buah
Mengkudu (Morinda citrifolia, L), Laporan Penelitian, lembaga
penelitian UGM, Yogyakarta.

Bangun, A.P., dan Sarwono, B., 2002, Sehat dengan Ramuan Tradisional:
Khasiat dan Manfaat Mengkudu, Agromedia Pustaka, Jakarta.

Hirazumi, A., Furrasawa, E., Chou, S.C., and Hokama, Y., 1994, Anticancer
activity of Morinda citrifolia, L on Intraperitoneally Inplanted Lewis
lungcarcinoma in syingenic mice, Proc. West Pharmacol Soc, 37,
145-146.

Sjabana, D. Dan Bahalwan, R.R., 2002, Seri Referensi Herbal : pesona


Tradisional dan Ilmiah Buah mengkudu (Morinda citrifolia, L).
Salemba Medika, Jakarta.

Syamsuhidayat, S.S and Hutapea, J.R, 1991, Inventaris Tanaman Obat


Indonesia, edisi kedua, Departemen Kesehatan RI, Jakarta

Wijayakusuma, H., Dalimartha, S., dan Wirian, A., 1996, Tanaman Berkhasiat
Obat di Indonesia, Jilid ke-4, Pustaka Kartini, Jakarta.

Wijayakusuma, H., dan Dalimartha, S., 1995, Ramuan Tradisional Untuk


Pengobatan Darah Tinggi, Penebar Swadaya, Jakarta.

www.wikipedia.com

Younos, C., Rolland, A., Fluerentin, J., Lanchers, M., Misslin, R., and Mortier,
F., 1990, Analgetic and behavioral effects of Morinda citrifolia, L,
Plant Medica, 56, 430-434. kontributor : Diah Utari, Dewi Nopitasari,
Moh. Nur Herman Syah dan Endang Sulistyorini, S.P

Anda mungkin juga menyukai