Anda di halaman 1dari 26

KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Wilayah Indonesia merupakan wilayah yang sangat strategis dan

baik untuk pertmubuhan tanaman taman. Hal ini dibuktikan dengan

banyaknya keanekaragaman dari tumbuhan yang dapat dijumpai.Dan dari

berbagai tanaman tersebut, memiliki banyak potensi untuk dijadikan obat-

obat yang berasal dari alam.

Pengobatan tradisional yang menggunakan bahan-bahan alam telah

sangat berkembang hingga saat ini dan sangat menarik minat masyarakat

pada umumnya untuk kembali menggunakan bahan-bahan alam sebagai

obat karena mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan obat-

obat sintesis. Oleh sebab itu perlu dilakukan pemisahan senyawa

bermanfaat dari tamanan untuk dapat di manfaatkan secara maksimal.

Kromatografi merupakan salah satu metode pemisahan komponen-

komponen campuran dimana cuplikan berkesetimbangan di antara dua

fasa, fasa gerak yang membawa cuplikan dan fasa diam yang menahan

cuplikan secara selektif. Bila fasa gerak berupa gas, disebut kromatografi

gas.

Kromatografi kolom merupakan metode kromatografi klasik yang

masih banyak digunakan.Kromatografi kolom digunakan untuk

memisahkan senyawa-senyawa dalam jumlah yang banyak berdasarkan

IKA YULIA ZAHATIFA NUR FADHILAH SYAHID


15020150260
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL
adsorpsi dan partisi. Kemasan adsorben yang sering digunakan adalah

silika gel G-60, kieselgur, Al2O3, dan Diaion.

Kecepatan elusi sebaiknya dibuat konstan. Jika kecepatan elusi

terlalu kecil maka senyawa-senyawa akan terdifusi ke dalam eluen dan

akan menyebabkan pita makin melebar yang akibatnya pemisahan tidak

dapat berlangsung dengan baik. Pada kromatografi kolom, tahap

pengisian kolom dengan adsorben biasanya merupakan tahapan yang

paling sulit. Pengisian ini harus sehomogen mungkin dan harus benar-

benar bebas dari gelembung udara. Permukaan adsorben harus benar-

benar horizontal, hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya cacat

yang dapat terjadi selama proses elusi berjalan.

Percobaan ini dilakukan untuk memisahkan komponen kimia

tumbuhan berdasarkan tingkat kepolarandengan cara menggunakan gaya

gravitasi.

B. Rumusan praktikum

Adapun rumusan masalah pada praktikum kali ini yaitu :

1. Berapa jumlah fraksi yang diperoleh dari fraksi daun coklat

(Theobroma cacao L)

2. Warna apa saja yang diperoleh dari fraksi daun coklat

(Theobroma cacao L) pada proses kromatografi kolom

konvensional ?

IKA YULIA ZAHATIFA NUR FADHILAH SYAHID


15020150260
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL
C. Maksud praktikum

Adapun maksud dari peraktikum ini adalah untuk mengetahui dan

memahami cara penggunaan serta prinsip kerja kromatografi kolom

konvensional menggunakan fraksi halus daun coklat (Theobroma cacao L)

D. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk memisahkan senyawa

kimia fraksi daun coklat (Theobroma cacao L.) menggunakan kromatografi

kolom konvensional berdasarkan intensitas warna dan tingkat kepolaran.

E. Manfaat Praktikum

1. Manfaat umum

Adapun manfaat umum dari praktikum kali ini yaitu agar dapat

mengetahui cara memisahkan senyawa menggunakan metode

kromatografi kolom konvensional terhadap fraksi daun coklat

(Theobroma cacao L.)

2. Manfaat khusus

Adapun manfaat khusus dari praktikum kali ini yaitu agar dapat

mengetahui cara memisahkan senyawa menggunakan metode

kromatografi kolom konvensional terhadap fraksi daun coklat

(Theobroma cacao L.), dengan melihat intensitas warna yang

dihasilkan.

IKA YULIA ZAHATIFA NUR FADHILAH SYAHID


15020150260
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Tanaman

1. Klasifikasi tanaman
Menurut Tjitrosoepomo (1998) tanaman kakao dapat diklasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Anak divisi : Angioospermae
Kelas : Dicotyledobeae
Anak kelas : Dialypetalae
Bangsa : Malvales
Suku : Sterculiaceae
Marga : Theobroma
Jenis : Theobroma cacao L.
2. Morfologi tanaman
Tanaman kakao termasuk golongan tanaman tahunan yang

tergolong dalam kelompok tanaman caulofloris, yaitu tanaman yang

berbunga dan berbuah pada batang dan cabang. Tanaman ini pada

garis besarnya dapat dibagi atas dua bagian, yaitu bagian vegetatif

yang meliputi akar, batang serta daun dan bagian generatif yang

meliputi bunga dan buah (Siregar at al., 1989).

a. Akar

Akar tanaman kakao mempunyai akar tunggang, pertumbuhannya

dapat mencapai 8 meter kearah samping dan 15 meter kearah

bawah. Kakao yang diperbanyak secara vegetatif pada awal

IKA YULIA ZAHATIFA NUR FADHILAH SYAHID


15020150260
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL
pertumbuhannya tidak membentuk akar tunggang, melainkan

akar-akar serabut yang banyak jumlahnya. Setelah dewasa

tanaman tersebut akan membentuk dua akar jumlahnya. Setelah

dewasa tanaman tersebut akan membentuk dua akar yang

menyerupai akar tunggang. Pada kecambah yang telah berumur 1

– 2 minggu terdapat akar-akar cabang (Radik lateralis) yang

merupakan tempat tumbuhnya akar-akar rambut (Fibrilla) dengan

jumlah yang cukup banyak. Pada bagian ujung akar ini terdapat

bulu akar yang dilindungi oleh tudung akar (Calyptra). Bulu akar

inilah yang berfungsi menyerap larutan dan garam-garam tanah.

Diameter bulu akar hanya 10 mikro dan panjang maksimum hanya

1 milimeter.

b. Batang

Diawal pertumbuhannya tanaman kakao yang diperbanyak

dengan biji akan membentuk batang utama sebelum tumbuh

cabang-cabang primer. Letak pertumbuhan cabang-cabang primer

disebut jorquette, dengan ketinggian yang ideal 1,2 – 1,5 meter

dari permukaan tanah dan jorquette ini tidak terdapat pada kakao

yang diperbanyak secara vegetatif. Ditinjau dari segi

pertumbuhannya, cabang-cabang pada tanaman kakao tumbuh

kearah atas dan samping. Cabang yang tumbuh kearah atas

disebut cabang Orthotrop dan cabang yang tumbuh kearah

samping disebut dengan Plagiotrop. Dari batang dan kedua jenis

IKA YULIA ZAHATIFA NUR FADHILAH SYAHID


15020150260
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL
cabang tersebut sering ditumbuhi tunas-tunas air (Chupon) yang

banyak menyerap energi, sehingga bila dibiarkan tumbuh akan

mengurangi pembungaan dan pembuahan (Siregar et al., 1989).

c. Bunga

Bunga kakao tergolong bunga sempurna, terdiri atas daun kelopak

(Calyx) sebanyak 5 helai dan benang sari ( Androecium)

berjumlah 10 helai. Diameter bunga 1,5 centimeter. Bunga

disangga oleh tangkai bunga yang panjangnya 2 – 4 centimeter

(Siregar et al., 1989).

Pembungaan kakao bersifat cauliflora dan ramiflora, artinya

bunga-bunga dan buah tumbuh melekat pada batang atau

cabang, dimana bunganya terdapat hanya sampai cabang

sekunder (Ginting, 1975).Tanaman kakao dalam keadaan normal

dapat menghasilkan bunga sebanyak 6000 – 10.000 pertahun

tetapi hanya sekitar lima persen yang dapat menjadi buah (Siregar

et al., 1989).

d. Buah

Buah kakao berupa buah buni yang daging bijinya sangat lunak.

Kulit buah mempunyai sepuluh alur dan tebalnya 1 – 2 centimeter

(Siregar et al., 1989).

Bentuk, ukuran dan warna buah kakao bermacam-macam serta

panjangnya sekitar 10 – 30 centimeter, umumnya ada tiga macam

warna buah kakau, yaitu hijau muda sampai hijau tua, waktu muda

IKA YULIA ZAHATIFA NUR FADHILAH SYAHID


15020150260
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL
dan menjadi kuning setelah masak, warna merah serta campuran

antara merah dan hijau. Buah ini akan masak 5 – 6 bulan setelah

terjadinya penyerbukan. Buah muda yang ukurannya kurang dari

10 centimeter disebut cherelle (pentil). Buah ini sering sekali

mengalami pengeringan (cherellewilt) sebagai gejala spesifik dari

tanaman kakao. Gejala demikian disebut physiological effect

thinning, yakni adanya proses fisiologis yang menyebabkan

terhanbatnya penyaluran hara yang menunjang pertumbuhan

buah muda. Gejala tersebut dapat juga dikarenakan adanya

kompetisi energi antara vegetatif dan generatif atau karena

adanya pengurangan hormon yang dibutuhkan untuk

pertumbuhahn buah muda (Siregar et al., 1989).

Biji kakao tidak mempunyai masa dormasi sehingga

penyimpanan biji untuk benih dengan waktu yang agak lama tidak

memungkinkan. Biji ini diselimuti oleh lapisan yang lunak dan

manis rasanya, jika telah masak lapisan tersebut pulp atau

micilage. Pulp ini dapat menghambat perkecambahan dan

karenanya biji yang akan digunakan untuk menghindari dari

kerusakan biji dimana jika pulp ini tidak dibuang maka didalam

penyimpanan akan terjadi proses fermentasi sehingga dapat

merukkan biji.

3. Nama lain

Bugis (sitokala), Makassar (coklat), Sulawesi tengah (coklat)

IKA YULIA ZAHATIFA NUR FADHILAH SYAHID


15020150260
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL
4. Kandungan kimia

Cokelat terbuat dari biji cocoa yang kaya akan senyawa beraroma

bernama falovonoids, yang juga terdapat di daun teh, kebanyakan

buah-buahan dan sayur-sayuran. Sampai saat ini, lebih dari 4000

macam flavonoid yang telah diidentifikasikan. Tumbuh-tumbuhan

mensintesis senyawa yang dapat larut dalam air ini dari asam amino

phenylalanine dan asetat. Flavonoids berperan sebagai antioksida,

menetralkan efek-efek buruk dari radikal bebas yang dapat

menghancurkan sel-sel dan jaringan-jaringan tubuh. Satu setengah

ons batang cokelat hitam kira-kira memiliki 800 miligram antioksida,

kira-kira sama jumlahnya seperti yang terdapat di dalam secangkir teh

hitam. Karbohidrat yang dibentuk oleh senyawa kimia dalam coklat

menghasilkan serotonin, yang membantu stimulasi otak sehingga kita

merasa santai dan tenang. Dengan mengonsumsi coklat, tubuh akan

menghasilkan antioksidan yang membantu mencegah serangan

jantung dan mempertahankan daya tahan tubuh. Peneliti dari

Univeristy California menemukan kandungan senyawa flavan-3-ols

dalam coklat yang terbukti dapat menurunkan risiko penyakit

kardiovaskular.

5. Khasiat tanaman

Secara umum, kakao dianggap sumber kaya antioksidan seperti

procyanidins dan flavonoids, yang mungkin memberikan sifat

antipenuaan. Cacao juga mengandung tingkat tinggi flavonoid,

IKA YULIA ZAHATIFA NUR FADHILAH SYAHID


15020150260
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL
khususnya epicatechin yang mungkin memliki efek menguntungkan

pada kesehatan jantung.

B.Uraian Kromatografi Kolom Konvensional

Kromatografi kolom adalah suatu metode pemisahan yang di

dasarkan pada pemisahan daya adsorbsi suatu adsorben  terhadap suatu

senyawa, baik pengotornya maupun hasil isolasinya. Sebelumnya

dilakukan percobaan tarhadap kromatografi lapis tipis sebagai pencari

kondisi eluen. Misalnya apsolsi yang cocok dengan pelarut yang baik

sehingga antara pengotor dan hasil isolasinya terpisah secara sempurna

(Kasiman, 2006).

Kromatografi kolom merupakan metode kromatografi klasik yang

masih banyak digunakan. Kromatografi kolom digunakan untuk

memisahkan senyawa-senyawa dalam jumlah yang banyak berdasarkan

adsorpsi dan partisi. Kemasan adsorben yang sering digunakan adalah

silika gel G-60, kieselgur, Al2O3, dan Diaion (Handayani, 2008).

Dalam proses kromatografi selalu terdapat kecenderungan molekul-

molekul komponen untuk melarut dalam cairan,melekat pada permukaan

padatan halus,bereaksi secara kimia dan terseklusi pada pori-pori fase

diam,komponen yang dipisahkan harus larut dalam fase gerak dan harus

mempunyai kemampuan untuk berinteraksi dengan fase diam dengan

cara melarut di dalamnya, teradsorbsi atau bereaksi secara kimia,

pemisahan terjadi berdasarkan perbedaan migrasi zat-zat yang menyusun

suatu sampel, hasil pemisahan dapat digunakan untuk keperluan analisis

IKA YULIA ZAHATIFA NUR FADHILAH SYAHID


15020150260
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL
kualitatif dan pemurnian suatu senyawa,dalam beberapa hal metode

pemisahan kromatografi mempunyai kemiripan dengan metode

pemisahan ekstraksi,kedua metode ini sama-sama menggunakan dua

fase dimana satu fase bergerak dengan fase lainya,kesetimbangan solut

selalu terjadi dia antara dua fase. (Alimin dkk,2007).

Pemisahan kromatografi kolom didasarkan pada adsorbsi komponen

campuran dengan berbeda-beda terhadap permukaan fase diam.

Kromatografi kolom teradsorbsi termasuk pada saat pemisahan cair

padat,substrak padat bertindak sebagai fase diam yang sifatnya tidak larut

pada fase cair, fase geraknya dalah cairan atau pelarut yang mengalir

membawa komponen campuran sepanjang kolom, pemisahan

bergantung pada kesetimbangan yang terbentuk pada bidang antar muka

diantara butiran-butiran adsorben dan fase geraknya serta kelarutan relatif

komponen pada fase geraknya, antara molekul dan pelarut terjadi

kompetisi untuk teradsorbsi pada permukaan adsorben dan masuk

kembali pada fase gerak (Yazid,2005).

Dalam perkembangan selanjutnya metode KLT tidak hanya

digunakan untuk mengidentifikasi noda akan tetapi juga untuk mengisolasi

ekstrak, metode ini kemudian dikenal sebagai KLT preparatif. Metode ini

merupakan salah satu metode yang paling sederhana dan murah untuk

mengisolasi komponen kimia dari suatu bahan alam. Prinsip kromatografi

partisi dapat dijelaskan dengan hukum partisi yang dapat diterapkan pada

sistem multikomponen yang dibahas di bagian sebelumnya. Dalam

IKA YULIA ZAHATIFA NUR FADHILAH SYAHID


15020150260
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL
kromatografi partisi, ekstraksi terjadi berulang dalam satu kali proses.

Dalam percobaan, zat terlarut didistribusikan antara fase stationer dan

fasa mobile. Fase stationer dalam banyak kasus pelarut diadsorbsi pada

adsorben dan fasa mobile adalah molekul pelarut yang mengisi ruang

antar partikel yang teradsorbsi. Contoh khas kromatografi partisi adalah

kromatografi kolom yang digunakan luas karena merupakan sangat efisien

untuk pemisahan senyawa organik. (Handayani, 2008).

Prinsip kerja kromatografi kolom adalah dengan adanya perbedaan

daya serap dari masing-masing komponen, campuran yang akan diuji,

dilarutkan dalam sedikit pelarut lalu di masukan lewat puncak kolom dan

dibiarkan mengalir kedalam zat menyerap. Senyawa yang lebih polar akan

terserap lebih kuat sehingga turun lebih lambat dari senyawa non polar 

terserap lebih lemah dan turun lebih cepat. Zat yang di serap dari larutan

secara sempurna oleh bahan penyerap berupa pita sempit pada kolom

(Handayani, 2008).

Kromatografi kolom merupakan pilihan yang baik jika ingin

memisahkan campuran senyawa yang masih dalam bentuk

ekstrak.Alasannya adalah lebih murah dan tidak memakan waktu yang

lama. Hasil dari pemisahan menggunakan kolom kromatografi ini bisa

berupa fraksi-fraksi yang masih berupa campuran, dan bisa juga

menghasilkan senyawa yang telah murni. Kadang kala hanya dengan

menggunakan kolom kromatografi, target pemisahan campuran telah

berhasil dilakukan tapi akan mengalami kesulitan jika campuran yang

IKA YULIA ZAHATIFA NUR FADHILAH SYAHID


15020150260
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL
akan dipisahkan itu jumlahnya sedikit, karena ada kecenderungan

campuran tersebut akan tertinggal pada fase diam (Tobo, 2001).

Cara pembuatannya ada dua macam (Santoso, 2010):

1. Cara kering yaitu silika gel dimasukkan ke dalam kolom yang telah

diberi kapas kemudian ditambahkan cairan pengelusi.

2. Cara basah yaitu silika gel terlebih dahulu disuspensikan dengan cairan

pengelusi yang akan digunakan kemudian dimasukkan ke dalam kolom

melalui dinding kolom secara kontinyu sedikit demi sedikit hingga

masuk semua, sambil kran kolom dibuka. Eluen dialirkan hingga silika

gel mapat, setelah silika gel mapat eluen dibiarkan mengalir sampai

batas adsorben kemudian kran ditutup dan sampel dimasukkan yang

terlebih dahulu dilarutkan dalam eluen.

(Gambar. Alat Kromotografi Kolom Konvensional)

IKA YULIA ZAHATIFA NUR FADHILAH SYAHID


15020150260
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL
Cara pengisian kolom terbagi dua yaitu (Santso, 2010) :

1. Cara basah

a. Isi dasar kolom dengan kapas.

b. Masukkan eluen.

c. Campurkan dengan rata sebagai adsorben dan eluen.

d. Jangan tersentuh atau diguncangkan ± 6 jam.

e. Setelah stabil, masukkan eluen dan zat, lalu keluarkan eluen.

2. Cara kering

a. Isi tabung dengan kapas.

b. Masukkan eluen.

c. Masukkan adsorben kering sedikit demi sedikit.

d. Lalu di aduk.

IKA YULIA ZAHATIFA NUR FADHILAH SYAHID


15020150260
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL
BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

1. Alat

Adapun alat yang digunakan yaitu batang pengaduk, botol coklat,

cawan porselin, corong kaca, gelas kimia, klem, kolom kaca, pipet

tetes, sendok tanduk besi, statif, timbangan analitik dan vial.

2. Bahan

Adapun bahan yang digunakan yaitu aluminium foil, fraksi daun

daun Coklat (Theobroma cacao L.) eluen n-heksana, dan eluen etil

asetat, kapas, kertas saring, label, silika gel dan tissue.

B. Prosedur Kerja (Najib A, & Malik A, 2018)

1. Penyiapan Alat Kromatografi Kolom Konvensional

Alat-alat perangkat kromatografi kolom dicuci dengan metanol dan

dikeringkan, dirangkai alat kolom dan ditegakkan dengan bantuan statif

dan klem.

2. Pengemasan suspensi Silika

Ditimbang silika kasar sebanyak 30 gram, Silika disuspensikan

dengan dengan pelarut n-heksan dihomogenkan sampai tercampur

merata sampai pelarutnya menguap semua dan setelah itu dimasukkan

ke dalam kolom.

IKA YULIA ZAHATIFA NUR FADHILAH SYAHID


15020150260
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL
3.Penyiapan fraksi

Disiapkan alat dan bahan, ditimbang fraksi sebanyak 12 gram dan

dimasukkan ke dalam kolom.

4. Prosedur Kerja Kromatografi Kolom Konvensional

Kolom yang telah dipasang dimasukkan kapas pada ujung kolom

(dasar kolom). Dimasukkan suspensi silika yang telah disiapkan secara

perlahan-lahan. Ditunggu beberapa saat sehingga mampat.

Dimasukkan kertas saring, dimasukkan sampel perlahan-lahan.

Dimasukkan perbandingan eluen satu-satu mulaidari non-polar hingga

polar, perbandingannya yaitu, etil : n-heksan 10:0, 9:1, 8:2, 7:3, 6:4,

5:5, 4:6, 3:7, 2:8, 1:9. Masing-masing eluen dibuat 50 mL; Ditampung

dalam vial hingga mencapai volume 5 mL dan dipisahkan berdasarkan

warna dan diuapkan serta di profil KLT.

IKA YULIA ZAHATIFA NUR FADHILAH SYAHID


15020150260
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL
BAB IV

A. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari praktikum Kromatografi Kolom Konvensional didapatkan hasil

sebagai berikut :

a. Berdasarkan eluen

No. Fase gerak ( eluen ) Fraksi

1. n-heksan (10) : etil asetat (0) 1 – 10

2. n-heksan (9) : etil asetat (1) 11-19

3. n-heksan (8) : etil asetat (2) 20-34

4. n-heksan (7) : etil asetat (3) 34-43

5. n-heksan (6) : etil asetat (4) 44-52

6. n-heksan (5) : etil asetat (5) 53-62

7. n-heksan (4) : etil asetat (6) 63-73

8. n-heksan (3) : etil asetat (7) 74-82

9. n-heksan (2) : etil asetat (1) 83-90

10. n-heksan (1) : etil asetat (9) 91-98

11. n-heksan (0) : etil asetat (10) 99-105

IKA YULIA ZAHATIFA NUR FADHILAH SYAHID


15020150260
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL
b. Berdasarkan warna

No. Fraksi Warna Nomor Vial

1-10,11,13,15-18,21,22,25-
1. fraksi 1 Bening
28

2. fraksi 2 agak keruh 12,14

3. fraksi 3 Keruh 23, 24

4. fraksi 4 agak kuning 19,20,100-104

5. fraksi 5 Kuning 65-67,79-94

6. fraksi 6 kuning pekat 96-99,105

7. fraksi 7 hijau kekuningan 40,68-69,70,78

8. fraksi 8 hijau lumut 64

9. fraksi 9 hijau pekat

10. fraksi 10 Coklat 29,35-39

11. fraksi 11 hijau kehitaman 45-57

IKA YULIA ZAHATIFA NUR FADHILAH SYAHID


15020150260
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL
Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik

pemisahan tertentu. Cara yang asli telah diketengahkan pada tahun 1903

oleh Tsweet yang digunakan untuk pemisahan senyawa-senyawa yang

berwarna, dan nama kromatografi diambil dari senyawa yang berwarna.

Meskipun demikian pembatasan untuk senyawa-senyawa yang berwarna

tak lama, dan sekarang hampir kebanyakan pemisahan secara

kromatografi digunakan juga untuk senyawa-senyawa yang tak berwarna,

termasuk gas.

Kromatografi kolom konvensional adalah metode kromatografi klasik

yang sampai saat ini masih banyak digunakan. Kolom kromatografi

digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa dalam jumlah banyak.

Prinsip dari kromatografi kolom jenis ini adalah kecenderungan komponen

kimia untuk terdistribusi ke dalam fase diam atau fase gerak dengan

proses elusi berdasarkan gaya gravitasi

Fase diam pada kromatografi kolom adalah silica gel dan fase

geraknya adalah silica gel. Silika gel digunakan sebagai fase diam karena

silika gel memiliki pori-pori dan tidak mudah bereaksi dengan senyawa-

senyawa organic pada kolom. Ekstrak dan n heksan merupakan senyawa

organik polar yang akan diidentifikasi penyusun dan warnanya.

Keuntungan dari kromatografi kolom konvensional adalah dapat

memisahkan kandungan-kandungan kimia dalam jumlah banyak dan

pemisahan senyawanya yang baik. Kerugian dari kromatografi kolom

IKA YULIA ZAHATIFA NUR FADHILAH SYAHID


15020150260
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL
konvensional adalah proses pemisahnnya membutuhkan waktu yang

lama.

Namun, kromatografi kolom konvensional ini juga memiliki

kekurangan beberapa contoh disebutkan bahwa dalam pengerjaan

dengan kromatografi kolom konvensional apabila ukuran kolom yang

digunakan cukup besar maka memerlukan bahan kimia yang cukup

banyak sebagai fasa diam dan fasa bergerak, memerlukan waktu yang

cukup lama hanya untuk memisahkan satu campuran, dan juga terkadang

hasil yang didapatkan kurang akurat dikarenakan pita komponen yang

satu bertumpang tindih dengan komponen lainnya.

Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk memisahkan

campuran senyawa dalam fraksi daun coklat (Theobroma cacao L.)

dengan metode kromatografi kolom.Dilakukan isolasi pada kromatografi

kolom konvensional yaitu untuk memisahkan fraksi dari perbandingan

eluen 10:0 sampai eluen 0:10 sehingga dihasilkan bebrapa warna dan

tingkat kepolaran.

Adapun proses pengemasan silika dibuat dalam cara kering agar

aliran eluen yang melewati silica (fase diam) tidak terlalu cepat sehingga

pada saat fraksi melewati fase diam pemisahannya lebih baik. Penyiapan

kolom yaitu dengan cara menyusun kapas, silica gel kasar, kertas saring

dan sampel secara berturut-turut kemudian dibahasi dengan pelarut n-

heksan secukupnya dengan tujuan untuk mempermudah terjadinya

fraksinasi. Pengemasan kering dilakukan dengan memasukkan 30 gram

IKA YULIA ZAHATIFA NUR FADHILAH SYAHID


15020150260
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL
silika kasar kedalam kolom yang telah dimasukkan kapas dan kertas

saring.Setelah itu dimasukkan terlebih dahulu pelarut n-Heksan untuk

membilas silika agar lebih mampat.Kemudian dimasukkan 1 gram fraksi

daun coklat (Theobroma cacao L.) lalu dimasukkan eluen mulai dari

perbandingan 10:0 sampai 0:10. Alasannya penggunaan eluen dengan

tingkat kepolaran yang rendah terlebih dahulu dimasukkan agar fraksi

dapat ditarik oleh senyawa non polar lalu kemudian di tarik oleh senyawa

polar, karena jika yang dimasukkan terlebih dahulu adalah pelarut polar

maka ditakutkan senyawa non polar pada fraksi akan tertarik juga

sehingga proses pemisahan senyawa polar dan non polar tidak efektif.

Alasan penggunaan metode kering adalah karena metode ini, metode

yang mudah dilakukan dan tidak memerlukan waktu yang lama untuk

mempersiapkan pengemasannya. Jadi dengan menggunakan metode

kromatografi kolom konvensional, maka pemisahan senyawa dilakukan

dengan cepat dalam jumlah yang besar atau jumlah yang banyak yaitu

dengan menggunakan 120 vial sebagai wadah untuk menampung fraksi

yang terbentuk.

Dari peraktikum yang telah dilakukan berdasarkan tingkat kepolaran.

Dari hasil perubahan warna diperoleh fraksi untuk Warna Bening terdapat

22 Fraksi, agak keruh terdapat 2 Fraksi, Keruh terdapat 2 Fraksi, Warna

agak kuning terdapat 5 Fraksi, Warna kuning terdapat 19 fraksi, Warna

kuning pekat terdapat 5, Warna hijau kekuningan terdapat 5 fraksi, Warna

Hijau lumut terdapat 1 fraksi, Warna hijau pekat terdapat 1 Fraksi, Warna

IKA YULIA ZAHATIFA NUR FADHILAH SYAHID


15020150260
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL
Coklat terdapat 6 Fraksi, Warna hijau kehitaman pada terdapat 13 Fraksi.

Perbedaan warna pada masing-masing fraksi dikarenakan perbedaan

kepolaran dari masing-masing senyawa yang terkandung dalam fraksi

daun coklat (Theobroma cacao L), sedangkan tingkat kepekatan warna

disebabkan banyaknya senyawa yang ditarik.

IKA YULIA ZAHATIFA NUR FADHILAH SYAHID


15020150260
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

isolasi pada daun coklat (Theobroma cacao L), menggunakan

kromatografi kolom konvensional berdasarkan tingkat kepolaran diperoleh

fraksi sebanyak 105, yang dipisahkan berdasarkan perbandingan eluen 11

perubahan warna. Dimana diketahui bahwa semakin terang warna yang

dihasilkan maka semakin polar dan sebaliknya semakin pucat warna yang

dihasilkan maka fraksi juga kurang polar dan encer.

B. Saran

Diharapkan agar bahan dan alat yang akan digunakan, dapat

disediakan oleh laboratorium.

IKA YULIA ZAHATIFA NUR FADHILAH SYAHID


15020150260
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2015. Penuntun dan Buku Kerja Fitokimia II. Universitas Muslim
Indonesia; Makassar.
Hayani, E., 2007. “Pemisahan Komponen Rimpang Temu Kunci Secara
Kromatografi Kolom”.Buletin Teknik Pertanian Vol. 12 No. 1.

Khopkar, S.M. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI-Press. Jakarta.

Sastrohamidjojo, Hardjono.1985. Kromatografi Edisi kedua,


Liberty.Yogyakarta

Soebagio, dkk. 2000. Kimia Analitik II. JICA. Malang

Sumar Hendayana. 2010. Kimia Pemisahan. PT Remaja Rosdakarya:


Bandung.

Yazid, Estien. 2005. Kimia Fisika untuk Paramedis. Andi. Yogyakarta

IKA YULIA ZAHATIFA NUR FADHILAH SYAHID


15020150260
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL
LAMPIRAN

Skema Kerja

a. Pengemasan Alat Isolasi

Kolom

- dipasang tegak lurus pada statif

- dibebaslemakkan dengan metanol

- bagian dasar dilapisi kapas

Kolom siap digunakan

b. Pengemasan Fase Diam

Silika gel

- ditimbang 40 gram

- dimasukkan kedalam kolom

Silika di dalam kolom

- silika dimampatkan sampai tidak


terbentuk gelembung udara

Silika selesai dikemas

IKA YULIA ZAHATIFA NUR FADHILAH SYAHID


15020150260
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL
c. Proses Pemisahan/Isolasi

Fraksil

- ditimbang 1 gram

- dimasukkan kedalam kolom

Eluen

- ditambahkan mulai dari


perbandingan 10:0 selapis diatas
permukaan kertas saring

- dielusi

Fraksi-fraksi

- ditampung ke dalam vial

- eluen yang telah habis diganti \

dengan eluen perbandingan 9:1

sampai 0:10

- fraksi digabung berdasarkan

warna

Satu fraksi

IKA YULIA ZAHATIFA NUR FADHILAH SYAHID


15020150260
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

HIJAU KEHITAMAN
HIJAU TUA

IKA YULIA ZAHATIFA NUR FADHILAH SYAHID


15020150260

Anda mungkin juga menyukai