Anda di halaman 1dari 15

AKUNTANSI KEUANGAN DAN PERPAJAKAN

INTERNASIONAL

Mata Kuliah: Bisnis Internasional


Dosen: Kartika Putri Kumala Sari, SE., MSA., Ak., CA

Ketua Kelompok
Siti Khoiroh Umatin / 205030401111034 / No. Absen 24

Anggota
Kamilatul `Ilmi Laily / 205030401111029 / No. Absen 22
Anggita Hana Febriani / 205030401111032 / No. Absen 23
Azril Nazarudin / 205030401111036 / No. Absen 25
Joyan Zadaputra / 205030407111012 / No. Absen 27
Akillah Adra Putri / 205030407111041 / No. Absen 33

PROGAM STUDI PERPAJAKAN

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

TAHUN 2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan nikmat, serta
hidayah-Nya yang besar. Sehinga kami akhirnya bisa menyelesaikan Makalah Bisnis Internasional
“Akuntansi Keuangan dan Perpajakan Internasional” guna memenuhi tugas kelompok harian Prodi
Perpajakan di Universitas Brawijaya.

Kami menyadari bahwa penulisan tidak dapat terselesaikan tanpa dukungan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, kami ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak terutama kepada Ibu
Kartika Putri Kumala Sari, SE., MSA., Ak., CA selaku dosen pengajar mata kuliah Bisnis Internasional.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat diharapkan oleh kami agar bisa bermanfaat bagi semua pembaca.

Malang, 17 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................................iii
BAB I...............................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................................1
1.3 Tujuan...................................................................................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................................................2
TINJAUAN TEORI........................................................................................................................................2
2.1 Akuntansi dan Perpajakan..................................................................................................................2
BAB III............................................................................................................................................................3
STUDI KASUS...............................................................................................................................................3
3.1 The Environment of Global Financial Markets.................................................................................3
3.2 Global Equity Markets.........................................................................................................................4
3.3 Some Trends.........................................................................................................................................5
3.4 The Environment of International Financial Accounting.................................................................6
3.5 International Finance Reporting.........................................................................................................7
3.6 Audinting in an International Environment.......................................................................................8
BAB IV..........................................................................................................................................................10
PENUTUP.....................................................................................................................................................10
4.1 Kesimpulan.........................................................................................................................................10
4.2 Saran....................................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu manfaat dari adanya globalisasi yakni dapat membawa perekonomian menjadi lebih dekat.
Hal ini dibuktikan dengan semakin meningkatnya transaksi yang terjadi antar negara yang banyak dilakukan
oleh para pelaku bisnis sehingga menjadi tantangan tersendiri bagi otoritas pajak dalam menerapkan aturan
perpajakan yang ada
Indonesia merupakan salah satu anggota dari G-20. Oleh sebab itu, Indonesia memiliki peranan aktif
dalam menerapkan pertukaran informasi secara otomatis atau yang sering disebut dengan Automatic
Exchange of Information (AEoI). Semenjak adanya reformasi perpajakan yang ditandai dengan
dikeluarkannya undang-undang perpajakan tahun 1983, sistem perpajakan di Indonesia berubah dari official
assessment menjadi self assessment. Dengan adanya self assessment , wajib pajak memiliki hak dan
kewajiban baik dalam menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri jumlah kewajiban perpajakannya.
Self assessment sebagai teknik pelaporan pajak yang dilakukan oleh wajib pajak merupakan standar untuk
pengumpulan informasi pajak yang relevan di seluruh dunia. Dengan diberlakukannya mekanisme ini, maka
sebagian besar fakta berada di tangan wajib pajak karena berdasarkan kejujuran dari mereka sendiri. Oleh
karena itu, untuk mencegah terjadinya pelanggaran yang dilakukan oleh wajib pajak terhadap penyampaian
informasi untuk tujuan perpajakan, maka dibutuhkan penerapan transparansi perpajakan berupa pertukaran
informasi sebagai alat untuk otoritas pajak melakukan cross check atas informasi yang telah tersedia.
Berdasarkan uraian diatas, maka dari itu penulis akan menulis makalah tentang Akuntansi dan
Perpajakan Internasional.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah pasar keuangan global?
2. Bagaimanakah pasar ekuitas global?
3. Bagaimana beberapa trend?
4. Bagaimana lingkungan akuntansi keuangan internasional?
5. Bagaimana laporan keuangan internasional?
6. Bagaimana audit dalam lingkungan internasional?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pasar keuangan global.
2. Mengetahui pasar ekuitas global.
3. Mengetahui tren yang sama.
4. Mengetahui lingkungan akuntansi keuangan internasional.
5. Mengetahui laporan keuangan internasional.
6. Mengetahui audit dalam lingkungan internasional.

1
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Akuntansi dan Perpajakan


Menurut Sommerfeld R.M., Anderson H.M., & Brock Horace R Pengertian Pajak adalah suatu
pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah, bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib
dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu, tanpa mendapat imbalan yang langsung
dan proporsional, agar pemerintah dapat melaksanakan tugas-tugasnya untuk menjalankan pemerintahan.
Sedangkan menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH Pengertian pajak adalah iuran rakyat kepada Kas
Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra
prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Definisi tersebut kemudian dikoreksinya yang berbunyi sebagai berikut: Pajak adalah peralihan kekayaan
dari pihak rakyat kepada Kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk
public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment. Pajak sebagai suatu
kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan kekas negara yang disebabkan suatu keadaan , kejadian, dan
perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang
ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung,
untuk memelihara kesejahteraan umum (Djajadiningrat dalam Resmi, 2014:1).
Sedangkan pengertian Akuntansi menurut ABP Statement No. 4 dalam Smith Skousen (1995 : 3)
adalah suatu aktivitas jasa yang fadalah untuk menyediakan informasi kuantitatif, terutama yang mempunyai
sifat dalam pengambilan keputusan ekonomis dalam memberikan keputusan pilihan-pilihan yang logis
diantara berbagai tindakan alternatif. Akuntansi adalah proses mengidentifikasikan, mengukur dan
melaporkan informasi ekonomi untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas
bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut. (Soemarsono S.R, 2004). Dan menurut American
Institute of Certified Public Accountants (AICPA) Akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan dan
pengikhtisaran dengan cara tertentu dalam ukuran moneter, transaksi dan kejadian-kejadian yang umumnya
bersifat keuangan termasuk menafsirkan hasil-hasilnya. Dalam artian, akuntansi adalah seni mencatat,
menggolongkan dan menyusun ikhtisar kejadian atas transaksi keuangan yang selanjutnya disajikan dalam
laporan keuangan.
Perpajakan dan Akuntansi adalah satu kesatuan yang sangat penting bagi sebuah
perusahaan/organisasi karena Penyusunan laporan keuangan ini diperlukan untuk mempermudah perusahaan
dalam melaporan harta/kekayaan dan juga penghasilan serta biaya yang diperoleh perusahaan pada periode
tertentu. Perusahaan/organisasi memerlukan jenis laporan laba/rugi untuk menghitung besarnya pajak yang
terutang pada tahun pajak tertentu.

2
BAB III
STUDI KASUS

3.1 The Environment of Global Financial Markets


Sistem keuangan global telah bertahan cukup lama semenjak adanya ketidakpastian selama covid-19.
Pemulihan ekonomi diperkirakan akan lebih lambat di beberapa ekomnomi Negara berkembang (EMEs)
sebagai akibat dari distribusi vaksin yang memperlambat dan ketidakseimbangan ekonomi sebelumnya.
Harga aset keuangan dan perumahan terus mengalami peningkatan, seiring dengan peningkatan pinjaman.
Ssebagian besar bank meimiliki posisi yang baik untuk kerugian kredit yang lebih tinggi karena memiliki
modal dan likuiditas yang kuat. Namun, kerugian besar tidak dapat terduga jika pasokan kredit mengalami
penurunan. Secara Internasional, kebijakan tetap fokus pada dampak pandemic yang dapat merugikan
keuangan global. Fokus baru adalah menangani risiko di sector lembaga keuangan non-bank (LKNB)
termasuk dana investasi. Bandan-badan global, serta regulator nasional juga bekerja untuk memastikan
transisi yang teratur.

1. Kelemahan ekonomi yang berkepanjangan dan pemulihan yang tidak merata merupakan risiko utama
bagi stabilitas keuangan.
Pemulihan terhadap stabilitas keuangan tetap bergantung pada tingkat wabah virus baru, dan
distribusi vaksin yang efektif dan tepat waktu. Dalam waktu dekat, tekanan keuangan untuk rumah tangga
dan bisnis akan meningkat jika pemulihannya goyah. Lembaga keuangan juga akan menghadapi kerugian
kredit yang lebih besar dari yang diperkirakan saat ini. Dalam jangka menengah, pemulihan yang lamban
akan membuat risiko stabilitas keuangan tetap tinggi mengingat tingginya tingkat utang di banyak negara
dan area kerapuhan di beberapa sistem keuangan.
Pemulihan ekonomi di beberapa EME diproyeksikan lebih lambat daripada di negara maju sebagai
akibat dari ketidakseimbangan ekonomi dan keuangan yang sudah ada sebelumnya, dukungan fiskal yang
lebih terbatas, dan peluncuran vaksin COVID-19 yang lebih lambat. Oleh karena itu, risiko stabilitas
keuangan yang terkait dengan pandemi akan lebih persisten di EME. Meningkatnya imbal hasil obligasi
pemerintah di negara maju kemudian akan menghadirkan dilema bagi beberapa bank sentral EME antara
mendukung ekonomi domestik mereka dengan suku bunga kebijakan yang rendah, atau menaikkan suku
bunga kebijakan untuk mencegah arus keluar modal.

2. Harga ekuitas dan obligasi korporasi menunjukkan prospek yang baik untuk kedepannya
Kemajuan vaksin, ekspektasi stimulus tambahan di Amerika Serikat dan suku bunga rendah yang
berkelanjutan telah mendukung kenaikan lebih lanjut dalam harga aset keuangan. Indeks ekuitas utama
rata-rata sekitar 15 persen lebih tinggi dari levelnya sebelum pandemi. Harga ekuitas yang tinggi
mencerminkan tingkat suku bunga jangka panjang yang rendah, dengan premi risiko ekuitas di sekitar
posisinya selama beberapa dekade terakhir.. Meskipun demikian, ada beberapa segmen dengan penilaian
tinggi relatif terhadap metrik penetapan harga tradisional, termasuk beberapa perusahaan teknologi dan
beberapa perusahaan kecil di Amerika Serikat, di mana telah terjadi peningkatan tajam dalam aktivitas
perdagangan ritel. Sementara leverage di antara investor ritel tetap rendah, peristiwa baru-baru ini di
sekitar hedge fund Archegos menyoroti bahwa investasi dengan leverage tinggi dan tidak jelas dalam
sejumlah kecil aset dapat menyebabkan kerugian signifikan di antara pelaku pasar keuangan.

3. Risiko meningkat di industri yang paling terpengaruh oleh pandemi dan untuk usaha kecil
Utang korporasi meningkat selama tahun 2020 di negara-negara maju, termasuk di antara
peminjam dengan peringkat terendah, didukung oleh kondisi keuangan yang akomodatif. Sebagian besar
dari pinjaman ini adalah untuk meningkatkan penyangga likuiditas perusahaan, dan beberapa perusahaan
mulai membayar kembali dana ini selama paruh kedua tahun lalu. Gagal bayar di pasar obligasi korporasi
dan penurunan peringkat kredit telah meningkat selama setahun terakhir, namun tetap di bawah tingkat

3
krisis keuangan global (GFC) di Amerika Serikat dan Eropa. Namun, default diperkirakan akan
meningkat lebih lanjut selama tahun 2021. Secara global, usaha kecil dan menengah (UKM) tampak lebih
rentan dalam waktu dekat daripada bisnis besar. UKM secara tidak proporsional dalam industri jasa lebih
dibatasi oleh pandemi, dan mereka juga umumnya memiliki penyangga likuiditas yang lebih rendah dan
pilihan yang lebih terbatas untuk memperoleh pendanaan. Hal ini terutama terjadi karena standar
pinjaman telah diperketat untuk UKM di banyak negara.

4. Bank telah tahan terhadap meningkatnya kerugian kredit, tetapi beberapa akan diuji oleh kenaikan besar
dalam default
Reformasi regulasi yang dilaksanakan setelah KKG menjadi penting dalam meningkatkan
ketahanan bank. Median penyangga modal Common Equity Tier 1 (CET1) bank-bank ekonomi maju
meningkat sekitar 7,5 poin persentase antara GFC dan awal pandemi. Respons kebijakan terhadap
pandemi juga telah meningkatkan arus kas rumah tangga dan bisnis sehingga membatasi kesulitan
keuangan mereka. Oleh karena itu, bank dapat terus memberikan pinjaman kepada rumah tangga dan
bisnis, meskipun kondisi pinjaman baru untuk usaha kecil dan beberapa sektor yang paling terkena
dampak pandemi telah sangat diperketat.

5. Kondisi di EMEs secara umum telah membaik tetapi masih terdapat tantangan dalam menstabilkan
keuanagan.
Membaiknya kondisi keuangan EME sejak pertengahan tahun 2020 dibarengi dengan pemulihan
aktivitas ekonomi dan perdagangan global. Imbal hasil obligasi pemerintah dalam mata uang lokal tetap
rendah dibandingkan dengan tingkat sebelum pandemi untuk sebagian besar EME, meskipun meningkat
dalam beberapa bulan terakhir, sementara spread pada obligasi berdenominasi dolar AS secara umum
terus menyempit menuju tingkat pra-pandemi (Grafik 1.11). Dalam lingkungan suku bunga rendah ini,
negara dan perusahaan EME telah mengeluarkan sejumlah besar mata uang lokal dan utang
berdenominasi dolar AS. Hal ini telah meningkatkan tingkat utang EME dan memberikan tekanan pada
bank domestik, yang telah menyerap sebagian besar penerbitan mata uang lokal. Peningkatan utang ini
juga meningkatkan risiko mata uang di mana utang dalam mata uang asing tidak dilindung nilai, dan
risiko arus keluar modal di mana utang mata uang lokal atau dolar AS telah dibeli oleh investor asing.

3.2 Global Equity Markets


Pasar ekuitas global dibagi menjadi dua jenis, yakni:
1. Pasar Perdana
Pasar perdana merupakan pasar dimana terjadinya penjualan saham baru oleh korporasi kepada para
investor awal
2.  Pasar Sekunder
Pasar sekunder merupakan pasar dimana perdagangan saham terjadi di antara para investor

Pasar ekuitas juga dibagi menjadi dua macam, yaitu Pasar Negara Maju dan Pasar Negara Berkembang.
Pasar Negara Maju terdiri dari 31 negara yang meliputi daerah Eropa, Timur Tengah atau Afrika, Timur
Jauh, Atlantik, dan Amerika Utara. Sedangkan Pasar Negara Berkembang meliputi Amerika Latin, Asia,
Eropa, dan Timur Tengah atau Afrika.

Indikator yang digunakan sebagai pembedanya adalah :

1. Kapitalisasi
Kapitalisasi pada pasar negara berkembang didasarkan jika memenuhi salah satu kriteria, yakni berlokasi
dalam perekonomian yang berpendapatan rendah atau menengah, ataupun kapitalisasi pasar yang dapat
diinvestasi relative rendah terhadap gambaran GNI terakhirnya.
4
2. Likuiditas
Ukuran likuiditas pasar ekuitas ialah rasio perputaran, yang artinya rasio transaksi-transaksi pasar saham
pada akhir periode waktu dibagi ukuran, atau kapitalisasi pasar, dari pasar ekuitas. Semakin tinggi rasio
perputaran, maka akan semakin tinggi pula likuid pasar ekuitas.
3. Konsentrasi Pasar Ekuitas
Pasar ekuitas global bertolak ukur atas aktivitas pasar ekuitas nasional tertentu, yakni indeks saham yang
diperdagangkan di bursa sekunder yang digunakan.

3.3 Some Trends


Tren merupakan arah yang kemungkinan akan dituju oleh ilmu akuntansi. Tren hanya menunjukkan
kecenderungan yang dilihat saat ini dan kenyataannya dapat dibuktikan dikemudian hari.
Tren yang dibuat Enthoven (1985) terdiri dari 10 shift, yaitu :
1. Dunia akan bergerak dari ekonomi nasional ke ekonomi global
2. Dasar pemikiran orang akan beralih dari skup jangka pendek ke skup jangka panjang
3. Cirri masyarakat kita akan beralih dari masyarakat industry ke masyarakat informasi
4. Struktur organisasi akan berubah dari yang bersifat hierarki dengan inti kekuasaan ke struktur
organisasi yang bersifat jaringan atau net working, kekuasaan sudah tidak dikedepankan lagi.
5. Pilihan semakin banyak sehingga masyarakat beralih dari dua pilihan ke pilihan banyak
6. Pertumbuhan ekonomi akan beralih dari dunia bagian utara ke bagian selatan
7. Keterlibatan politik masyarakat akan beralih dari demokrasi perwakilan ke demokrasi partisipasi
8. Dari bantuan institusi ke mandiri
9. Kemajuan teknologi akan beralih dari teknologi keras ke teknologi lunak
10. Kekuasaan akan beralih dari sentralisasi ke desentralisasi
Kesepuluh shift ini yang dijadikan dasar oleh Enthoven untuk memprediksi pengaruh tren itu ke dalam
profesi dan bidang ilmu akuntansi.

Beberapa topik baru dalam akuntansi yang menjadi tren diantaranya :


1. Akuntansi internasional atau akuntansi global
2. Akuntansi islam
3. Akuntansi sumber daya manusia
4. Triple entry system
5. Employee Reporting
6. Value Added reporting
7. Akuntansi Perilaku
8. Multi Diciplines Paradigm
9. Akuntansi dan Pembangunan Berkelanjutan
10. Efficient Market Hypothesis
11. Krisis Akuntansi

Pada tahun 1926-1927, terdapat empat model treaties on double taxation yang terdiri dari dua model
terkait penghindaran pajak (tax avoidance) dan dua model lainnya terkait penggelapan pajak (tax evasion).
Pada dua dekade selanjutnya, Organisation for European Economic Cooperation (OEEC) didirikan yang
merupakan cikal bakal dari OECD yang dibentuk tahun 1961. Pada tahun 1958-1963, tim fiskal dari
OEEC/OECD mengajukan series model article terkait pertukaran informasi untuk tujuan perpajakan. Pada
tahun 1963, OECD menerbitkan versi pertama dari Model of Double Taxation Convention on Income and
Capital dilengkapi dengan Commentary untuk setiap artikelnya. Pertukaran informasi diatur di Article 26.
Pada tahun 1977, OECD merilis versi baru dari Convention Model dan melakukan pembaharuan atas
penjelasannya. Terdapat tiga cara berbeda dalam melakukan pertukaran informasi, yaitu melalui permintaan,
5
spontan, dan otomatis. Konsep ini berlaku untuk semua pajak yang dikenakan oleh Contracting State dan
tidak hanya untuk pajak yang dilindungi oleh Convention. Sejumlah besar pertukaran informasi secara
otomatis untuk kategori dari data-data tertentu telah terjadi selama puluhan tahun. Pada tahun 2008, 2010,
dan 2014 OECD melakukan pembaruan terhadap Convention Model tetapi Article 26 berikut penjelasan
yang relevan mengenai artikel tersebut juga berubah secara signifikan.
Sampai saat ini, pertukaran informasi keuangan yang dilakukan dalam rangka mengurangi praktik
penghindaran dan penggelapan pajak adalah pertukaran informasi berdasarkan permintaan. Informasi yang
diperoleh dari negara mitra digunakan untuk melengkapi informasi yang telah tersedia di dalam negeri. Jika
di dalam negeri tidak ada informasi terkait wajib pajak, maka informasi tersebut dapat dijadikan sebagai
trigger awal dalam menggali potensi pajak. Namun, pada praktiknya, pertukaran informasi berdasarkan
permintaan ini dinilai tidak cukup efektif dalam memberantas praktik penghindaran pajak yang sudah
semakin agresif dengan skema-skema yang semakin canggih. Hal ini dikarenakan panjangnya prosedur
administratif pertukaran informasi yang diperlukan. Oleh sebab itu, OECD merekomendasikan kebijakan
pertukaran informasi keuangan secara otomatis ini untuk dapat diimplementasikan secara global.
Tren yang terjadi pada rezim perpajakan internasional saat ini telah mengarah kepada era keterbukaan
informasi yakni berupa pertukaran informasi keuangan secara otomatis. Tantangan yang dihadapi oleh
negara-negara berkembang di dunia dalam melakukan pertukaran informasi keuangan yaitu kurangnya
jumlah sumber daya manusia yang kompeten, belum adanya infrastruktur yang memadai, belum tersedianya
sistem audit atas informasi yang dipertukarkan, dan masih lemahnya perlindungan terhadap hak-hak wajib
pajak. Beberapa solusi yang ditawarkan adalah dengan melakukan tax inspectors without borders, revenue
sharing mechanism, dan cross border join tax audit. Tren yang terjadi di Indonesia dalam penerapan
pertukaran informasi keuangan sudah mulai menuju ke arah transparansi perpajakan. Hal ini dibuktikan
dengan diterapkannya pertukaran informasi keuangan secara otomatis di Indonesia pada tahun 2018.
Persiapan yang telah dilakukan Indonesia yakni dengan menerapkan amnesti pajak dan membuat regulasi
terkait pertukaran informasi. Tantangan yang dihadapi Indonesia adalah belum adanya infrastruktur yang
memadai, belum adanya regulasi secara detil terkait penerapan pertukaran informasi ini, dan kerahasiaan
perbankan. Oleh sebab itu, untuk selanjutnya dibutuhkan model pertukaran informasi keuangan secara
otomatis yang efisien sehingga Indonesia dapat menerapkan transparansi perpajakan secara optimal (Rifan,
2020).

3.4 The Environment of International Financial Accounting


Sama halnya dengan bisnis secara umum, praktek akuntansi dan pengungkapan informasi pun
dipengaruhi oleh faktor ekonomi, sosial dan politik. Faktor-faktor yang mempengaruhi praktek akuntansi
dan pengungkapan informasi adalah :

a. Budaya.
b. Regulasi akuntansi.
c. Profesi akuntansi.
d. Riset dan pendidikan akuntansi.
e. Inflasi.
f. Pengembangan dan pertumbuhan ekonomi.
g. Sistem perpajakan.
h. Pasar modal dan pasar uang.
i. Aktivitas-aktivitas perusahaan.
j. Sistem kepemilikan perusahaan.
k. Sistem politik.
l. Sistem hukum.
m. Iklim sosial.
n. Faktor-faktor internasional.

6
Sistem akuntansi di suatu negara akan bervariasi sesuai dengan sejauh mana pengaruh lingkungan
yang disebutkan di atas dan sistem tersebut akan mengarah pada pola perilaku tertentu. Mengenai
kepemilikan, perusahaan milik publik tentu membutuhkan pengungkapan dan akuntabilitas publik yang lebih
besar daripada perusahaan milik keluarga. Sistem akuntansi juga akan dipengaruhi oleh kegiatan komersial,
oleh perusahaan yang bergerak di bidang pertanian, jelas sistem akuntansinya akan berbeda dengan
perusahaan manufaktur atau pertambangan. Sedangkan untuk sumber dana perusahaan, tentunya tekanan
terhadap akuntabilitas publik dan keterbukaan informasi menjadi lebih besar jika perusahaan dibiayai oleh
pihak luar dibandingkan jika perusahaan dibiayai oleh keluarga atau bank.
Untuk faktor-faktor tersebut di atas, satu hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa faktor-faktor
tersebut bersifat dinamis dan bervariasi dari satu negara ke negara lain. Dinamika dan variasi ini menentukan
dan memvariasikan sistem akuntansi di berbagai negara. Selanjutnya, faktor utama yang mendukung
perkembangan pelaporan perusahaan adalah hasil akhir dari proses akuntansi internasional, yaitu
kepemilikan saham oleh publik, pertumbuhan manajemen profesional dan pertukaran efek (pasar modal).

Tekanan Internasional Untuk Perubahan Akuntansi


Faktor-faktor tekanan internasional yang mempengaruhi perubahan akuntansi adalah saling
ketergantungan ekonomi/politik antar negara, investasi asing langsung, perubahan strategi perusahaan
multinasional, dampak teknologi baru, pesatnya pertumbuhan pasar keuangan internasional, ekspansi
kegiatan layanan dan berbagai kegiatan organisasi.
Guna membuat standar akuntansi dan auditing internasional, the International Accounting Standards
Committee (IASC) dan the International Federation of Accountants (IFAC) melakukan berbagai usaha untuk
tujuan harmonisasi tersebut. Selain itu, kedua organisasi tersebut juga memberikan berbagai “private
professional counterpoint” untuk berbagai organisasi intergovernmental seperti UN, OECD, dan the
European Community.

3.5 International Finance Reporting


Dewasa ini, globalisasi menyebabkan meningkatnya interaksi antar investor para pelaku usaha dan
perusahaan perusahaan lintas negara. Dengan adanya kebutuhan informasi khususnya di informasi keuangan
suatu perusahaan secara seragam membutuhkan informasi keuangan berkualitas tinggi yang sesuai dengan
tujuannya. Guna memenuhi tujuan tersebut, muncullah International Financial Reporting standards yang
diterima oleh lebih dari 115 negara di dunia sejak 2011 silam.
IFRS adalah suatu upaya untuk memperkuat arsitektur keuangan global dan mencari solusi jangka
panjang terhadap kekurangannya transparansi informasi keuangan. Tujuan IFRS adalah memastikan bahwa
laporan keuangan interim perusahaan mengandung informasi yang berkualitas tinggi yang menghasilkan
transparansi bagi para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang periode yang disajikan, menyediakan
titik awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan pada IFRS, dan dapat dihasilkan dengan biaya
yang tidak melebihi manfaat untuk para pengguna (Gamayuni, 2009). IFRS merupakan standar akuntansi
yang diharapkan menjadi standar global yang digunakan di seluruh dunia. IFRS menyajikan laporan lebih
akurat, laporan keuangan yang lebih komprehensif dan tepat waktu.
Dimulai pada tahun 2005, negara-negara di Eropa telah mempersiapkan untuk mengganti standar
akuntansi nasional mereka menjadi standar akuntansi IFRS. Dan pada 2006, kawasan Eropa telah
menggunakan ifrs sebagai standar akuntansi nya. IFRS memperkenalkan konsep fair value (nilai pasar) yang
diharapkan memberikan volatilitas di dalam angka akuntansi. Implementasi IFRS di Eropa memberikan
dampak dalam performa keuangan dan kualitas laporan keuangan terutama pada ekuitas perusahaan (Dalla &
Iatridis, 2011). Pengabdian IFRS oleh negara-negara di dunia semakin meningkat, beberapa negara di Asia
seperti Malaysia, Cina dan termasuk Indonesia sudah mulai mengadopsi IFRS.
Ikatan akuntan indonesia sebagai organisasi yang berwenang untuk membuat standar akuntansi di
Indonesia telah melaksanakan program adaptasi dan harmonisasi standar akuntansi internasional. Ini di
Indonesia dimulai pada 2008 di mana dilakukan adopsi seluruh IFRS terakhir ke dalam PSAK ( Penyertaan

7
standar akuntansi keuangan) sampai 2010. Pada 2011 dilakukan persiapan infrastruktur pendukung untuk
implementasi PSAK yang sudah mengadopsi IFRS dan pada 2012 dilakukan pengaplikasian penuhi IFRS
bagi perusahaan-perusahaan yang memiliki akuntabilitas publik (Purba, 2010).
Sebab utama kenapa di Indonesia harus melakukan konvergensi IFRS tidak lepas dari kepentingan
global adalah agar dapat meningkatkan daya informasi dari laporan keuangan perusahaan perusahaan di
Indonesia. Disamping itu, konvergensi IFRS adalah salah satu kesepakatan pemerintah Indonesia sebagai
anggota G20.
Hasil dari pertemuan pemimpin negara G20 di Washington DC Amerika Serikat pada 15 November
2008 adalah sebagai berikut :
1. Memperkuat transparansi dan akuntabilitas
2. Meningkatkan kualitas regulasi yang baik
3. Menggalakkan integritas di pasar keuangan
4. Memperkuat kerjasama internasional, dan
5. Mereformasi lembaga keuangan internasional
Konvergensi IFRS dilakukan melalui tiga cara, pertama melalui adopsi yaitu mengambil langsung
IFRS (standardisasi), adaptasi yaitu membuat standar sendiri yang tidak bertentangan dengan IFRS, dan
harmonisasi yaitu menggiatkan standar yang dimiliki dengan standar akuntansi internasional atau tidak
mengikuti sepenuhnya standar internasional. IFRS memiliki tiga ciri utama salah satunya adalah principle
based. Adanya pelaporan penggunaan fair value perusahaan akan melaporkan aset dan kewajiban sejumlah
nilai wajarnya ketika aset atau kewajiban tersebut berada di pasar aktif. Standar yang bersifat principle
based hanya mengatur hal-hal yang prinsip bukan berupa aturan yang detail. Oleh karena itu, konsekuensi
penggunaan principle Based adalah diperlukan professional judgement, dimana seorang akuntan harus
memiliki pengetahuan, keahlian dan etika. Sebab jika tidak memiliki ketiga hal tersebut, professional
judgement yang diambil tidak akan tepat (Agus Ardani, 2016)
Berdasarkan pernyataan IAI, konvergensi PSAK secara penuh menuju IFRS akan dilakukan dengan
tiga tahapan yaitu tahapan adopsi IFRS tahun 2008 sampai tahun 2010, tahapan persiapan akhir pada tahun
2011, dan tahap implementasi IFRS pada 2012 mulai menerapkan PSAK berbasis IFRS secara bertahap dan
komprehensif. Sesuai dengan invers, pengukuran setiap transaksi sebelumnya menggunakan prinsip
historical cost, yaitu jumlah kas atau setara dengan kas pada saat perolehan atau konstruksi atau dapat
diterapkan jumlah yang dapat didistribusikan langsung ke aset pada saat pertama kali aset diakui dengan
persyaratan tertentu (PSAK 19, Revisi 2009). Hal ini memungkinkan peluang manajemen untuk mengelola
laba pada saat pengakuan nilai perolehan aset tersebut.

3.6 Audinting in an International Environment


Audit adalah proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti-bukti transaksi yang
bernilai ekonomis dan membandingkan kesesuaiannya dengan standar yang telah ditetapkan serta
menyajikan hasil-hasil evaluasi tersebut kepada pihak yang membutuhkannya. Standar audit menentukan
aturan untuk melakukan audit proses teknis di mana orang independen (auditor) mengumpulkan bukti untuk
menentukan apakah akun keuangan sesuai dengan standar akuntansi yang disyaratkan dan apakah akun
tersebut juga dapat diandalkan. Ada banyak variasi pada lingkungan audit internasional, seperti :
a. Aspek-aspek prosedural (misalnya penekanan pada audit bentuk panjang di Daratan eropa vs laporan
pendek dan teknik-teknik kertas kerja yang rumit di negara-negara yang berbahasa inggris).
b. Filosofi-filosofi mengenai kualifikasi-kualifikasi auditor yang pantas (misalnya persyaratan minimal
gelar Master di Jerman dibandingkan dengan tidak adanya persyaratan pendidikan tinggi sama sekali
di Inggris).

Harmonisasi Standar Audit Internasional

8
International Standards on Auditing adalah suatu standar kompetensi bagi profesional yang
bekerja di bidang auditing. ISA diterbitkan oleh International Auditing and Assurance Standards Boards
Standards Boards (IAASB) melalui International Federation of Accountant (IFAC) pada tahun tahun 2009.
ISA dibuat dengan tujuan meningkatkan kualitas bukti-bukti audit yang pada akhirnya meningkatkan
kualitas hasil audit.
Secara garis besar, ISA terdiri dari beberapa hal pokok, yaitu:
1. Tanggungjawab (responsibilities)
2. Perencanaan Audit (Audit planning)
3. Pengendalian Internal (Internal Control)
4. Bukti Audit (Audit evidence)
5. Penggunaan oleh Ahli (Using work of other experts)

Kode Etik Audit Internasional


Menurut IIA (The Institute of Internal Auditors) , kode etik merupakan prinsip-prinsip dan harapan
yang memandu perilaku individu dan organisasi dalam melaksanakan kegiatan audit internal. Kode etik
tersebut merupakan syarat dan harapan minimal. Tujuan IIA mengatur kode etik adalah untuk mendorong
terwujudnya budaya etis dalam profesi audit internal.
Terdapat dua komponen pokok dalam kode etik IIA yaitu: (1) prinsip-prinsip yang relevan bagi profesi
dan praktik audit internal dan (2) aturan perilaku yang menjelaskan norma dan perilaku yang diharapkan dari
para auditor internal.

Prinsip-Prinsip
Auditor diharapkan berperilaku dan menjunjung tinggi prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Integritas. Integritas akan membangun kepercayaan terhadap auditor internal sehingga dapat
memberikan dasar keyakinan atas penilaian yang dilakukannya.
b. Objektivitas. Auditor internal menunjukkan objektivitas profesional yang tinggi dalam
mengumpulkan, mengevaluasi, dan mengkomunikasikan informasi terkait aktivitas dan proses yang
sedang diperiksa. Auditor internal menilai secara seimbang atas semua keadaan yang relevan dan
tidak dipengaruhi oleh kepentingan pribadi atau pihak lainnya dalam memutuskan.
c. Kerahasiaan. Auditor internal menghargai nilai dan kepemilikan informasi yang mereka dapatkan
dan tidak membuka informasi tersebut tanpa kewenangan yang jelas kecuali terdapat kewajiban
hukum atau profesional yang mengharuskan untuk melakukannya.
d. Kompetensi. Auditor internal menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan tugas-tugas audit internal.

9
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
4.2 Saran

10
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, N. F., 2020. Pengertian Pajak Menurut Para Ahli, Lengkap dengan Jenis-Jenisnya. [Online] Available
at: https://www.merdeka.com/jabar/pengertian-pajak-menurut-para-ahli-lengkap-dengan-jenis-jenisnya-
kln.html?page=2

[Accessed 17 10 2021].

Bitar, 2021. Pengertian Akuntansi Menurut Para Ahli. [Online] Available at:
https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-akuntansi/

[Accessed 17 10 2021].

Febriana, W., 2016. Bab II Tinjauan Pustaka. [Online] Available at:


http://eprints.polsri.ac.id/3724/3/3.%20BAB%202.pdf

[Accessed 17 10 2021].

Supriyanto, E., 2011. Akuntansi Perpajakan. Edisi Pertama ed. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Bio Audi Hanantio, D., n.d. SCRIBD. [Online]

Available at: https://id.scribd.com/document/362643974/Standar-Audit-Internasional-Dan-


Perkembangannya

[Accessed 17 10 2021].

Marthen, J., 2012. Makalah akuntansi internasional kel. ii lingkungan audit di jepang dan belanda (jiantari c
301 09 013). [Online]

Available at: https://www.slideshare.net/tarymarthen/makalah-akuntansi-internasional-kel-ii-lingkungan-


audit-di-jepang-dan-belanda-jiantari-c-301-09-013

[Accessed 17 10 2021].

Saitri, A. Y. d. P. W., 2021. AKUNTANSI INTERNASIONAL. Edisi 1 ed. Badung: CV. Noah Aletheia.

Suharso, 2016. Kode Etik Profesi Auditor Internal. [Online]

Available at: https://www.klikharso.com/2016/03/kode-etik-profesi-auditor-internal.html

[Accessed 17 10 2021].

Indonesia, Ikatan Akuntan. 2007. Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta : Salemba Empat

Ardhianto, Wildana Nur. 2019. Pengantar Akuntansi, Yogyakarta : Quadrant

Makmur, Hadian. Pasar Ekuitas Internasional. https://adoc.pub/queue/pasar-ekuitas-internasional.html.


Diakses pada 17 Oktober 2021.
Eko Suwardi. 2000. Akuntansi Internasional, Edisi Pertama. Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta

11
Rifan, D. F. 2020. Analisis penerapan transparansi perpajakan berupa pertukaran informasi
keuangan. Jurnal Akuntansi Aktual, Volume 7 Nomor 1 Februari 2020

12

Anda mungkin juga menyukai