MODUL 3
AKUNTANSI PPH FINAL DAN NON FINAL
a. PPh Pasal 21
Pajak penghasilan yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan,
dan pembayaran lain dengan bentuk dan nama apa pun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak
Orang Pribadi.
Contoh kasus
Ny. Handall berstatus kawin dan mempunyai tanggungan satu orang anak, bekerja pada PT XYZ
dengan gaji Rp6.000.000 sebulan dan diberikan tunjangan pajak Rp50.000 serta iuran pensiun
yang dibayar Ny. Handall Rp20.000 sebulan ke Yayasan Dana Pensiun yang pendirinya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan.
Pengurangan:
Biaya jabatan 5% x Rp6.000.000 Rp300.000
Iuran pensiun Rp20.000
Rp320.000
Neto sebulan Rp5.680.000
Neto setahun (12 x Rp5.680.000) Rp68.160.000
PTKP Rp58.500.000
PKP Rp9.660.000
PPh pasal 21
5% x Rp9.660.000 = Rp483.000
Tunjangan merupakan deductible expense sehingga merupakan biaya penambah yang dapat
menjadi pengurang penghasilan kena pajak. Ketika pengkoreksian pencatatan atas tunjangan
pajak, akan mengurangi laba perusahaan dan menutup pencatatan atas tunjangan pajak yang
diberikan kepada karyawan.
B. PPh Pasal 22
Pajak yang dipungut atas transaksi pembelian barang yang dananya bersumber dari
APBN/APBD dan transaksi yang dilakukan oleh lembaga/badan yang berkenaan dengan
kegiatan di bidang impor/kegiatan usaha bidang lain.
Contoh kasus:
PT ABC adalah distributor tunggal Kertas Papyrus menjual kertas seharga Rp25.000.000 kepada
PT XYZ secara tunai. Tarif PPh pasal 22 sebesar 0,1% dari DPP.
Penjualan Rp25.000.000
Pembelian Rp25.000.000
C. PPh Pasal 23
Pajak yang dipotong oleh pemungut pajak dari Wajib Pajak atas penghasilan yang diperoleh dari
modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain yang dipotong dalam Pajak
Penghasilan Pasal 21.
Contoh kasus:
PT ABC membayar bunga pinjaman kepada PT XYZ sebesar Rp100.000.000 atas pembayaran
tersebut dipotong PPh Pasal 23 sebesar 15% dari jumlah bruto
2. Saat pengkreditan
Akun Debit Kredit
Asumsi saat perhitungan pajak terutang akhir tahun adalah sebesar Rp14.500.000. Namun,
sebelumnya total kredit PPh 23 yang sudah dipotong adalah sebesar Rp500.000 sehingga atas
kelebihan tersebut dapat direstitusikan.
Contoh kasus:
PT ABC memperoleh penghasilan tahun 2022 yang terdiri atas:
1. Penghasilan dari Cina Rp200.000.000 dengan tarif pajak 30%
2. Penghasilan dalam negeri Rp450.000.000
Dalam penghasilan dalam negeri ini termasuk penghasilan final sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat 2 UU PPh sebesar Rp50.000.000
Perhitungan KPLN:
1. Penghasilan dari LN
Penghasilan dari China Rp200.000.000
Dari perhitungan di atas, diketahui bahwa PPh maksimum yang dapat dikreditkan sebesar
Rp50.000.000, akan tetapi pajak penghasilan yang terutang atau dipotong di China adalah
sebesar Rp60.000.000. Dengan demikian, jumlah yang dapat dikreditkan adalah Rp50.000.000.
Jumlah yang dapat dikreditkan, dipilih dari jumlah terendah di antara jumlah PPh maksimum
yang boleh dikreditkan dan jumlah PPh yang terutang/dibayar di China.
Ayat jurnal kasus pengkreditan.
Akun Debit Kredit
E. PPh Pasal 25
Pengertian
PPh pasal 25 adalah angsuran pajak penghasilan yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak
setiap bulan dalam tahun pajak berjalan
Perhitungan
PPh terutang menurut SPT tahun lalu dikurangi PPh yang dipotong dan/atau dipungut serta PPh
yang dibayar di luar negeri yang dikreditkan kemudian dibagi 12 atau banyaknya bulan dalam
bagian tahun pajak
Pencatatan
Contoh Kasus
PT Jaya memiliki pajak terutang pada tahun 2019 sebesar Rp5.440.000.000, sesuai dengan SPT
Tahunan Badan Tahun 2019 dan Kredit Pajak (1) PPh Pasal 22 sebesar Rp600.000.000, (2) PPh
Pasal 23 sebesar Rp400.000.000 dan (3) PPh Pasal 24 sebesar Rp1.200.000.000. Buatlah
perhitungan PPh Pasal 25 dan pencatatan dari transaksi tersebut
Perhitungan PPh Pasal 25
Pencatatan
Pencatatan
Pencatatan
Contoh Kasus
PT Jaya melakukan angsuran PPh Pasal 25 mulai bulan Mei sebesar Rp1.500.000. Sedangkan
untuk angsuran PPh Pasal 25 untuk bulan Januari hingga April sebesar Rp1.200.000. Setelah
dihitung PPh yang terutang untuk satu tahun, PT Jaya memiliki PPh terutang sebesar
Rp14.200.000. Kredit pajak yang dimiliki diantaranya (1) PPh Pasal 23 sebesar Rp300.000 dan
(2) PPh Pasal 22 sebesar Rp450.000. Buatlah pencatatan PT Jaya saat mencatat PPh terutang dan
restitusi PPh Pasal 25
Perhitungan Lebih Bayar PPh Pasal 25
Pajak Penghasilan Terutang berdasarkan SPT Tahunan PT Jaya Rp14.200.000
Kredit Pajak
PPh Pasal 22 Rp450.000
PPh Pasal 23 Rp300.000
PPh Pasal 25 Rp16.800.000
Rp17.550.000
PPh Pasal 28A Lebih Bayar (Rp3.350.000)
Pencatatan
F. PPh Pasal 26
Pengertian
Pajak penghasilan yang dikenakan atas penghasilan yang bersumber dari Indonesia dan diterima
oleh WPLN selain BUT. PPh 26 bersifat final sehingga tidak dapat dikreditkan dengan pajak
terutang lainnya.
Contoh Kasus
PT Jaya Abadi membayar premi asuransi kepada Tech Inc sebesar Rp25.000.000 dengan
perkiraan penghasilan neto sesuai Keputusan Menteri keuangan sebesar 50%. Buatlah pencatatan
PPh Pasal 26 terutang PT Jaya Abadi
Pencatatan
Kas Rp22.500.000
Pengertian
Pajak yang dikenakan pada jenis penghasilan tertentu yang bersifat final. PPh Pasal 4 ayat 2
bersifat final sehingga tidak dapat dikreditkan dengan pajak terutang lainnya.
Contoh Kasus
PT Abadi Sejati membayar bunga bank sebesar Rp8.000.000 kepada PT Sanjaya atas deposito.
Buatlah Pencatatan yang harus dibuat oleh PT Abadi Sejati.
Pencatatan
1. Pencatatan PPh Pasal 4 ayat 2 terutang
Nama Akun Debit Kredit
Kas Rp6.400.000