Anda di halaman 1dari 12

Kelompok 8

Arifah Habsi Puteh (205030400111020)


Tasya Amalia Kurniawan (205030400111052)

MODUL 3
AKUNTANSI PPH FINAL DAN NON FINAL

a. PPh Pasal 21
Pajak penghasilan yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan,
dan pembayaran lain dengan bentuk dan nama apa pun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak
Orang Pribadi.

Contoh kasus
Ny. Handall berstatus kawin dan mempunyai tanggungan satu orang anak, bekerja pada PT XYZ
dengan gaji Rp6.000.000 sebulan dan diberikan tunjangan pajak Rp50.000 serta iuran pensiun
yang dibayar Ny. Handall Rp20.000 sebulan ke Yayasan Dana Pensiun yang pendirinya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan.

Gaji Sebulan Rp6.000.000

Pengurangan:
Biaya jabatan 5% x Rp6.000.000 Rp300.000
Iuran pensiun Rp20.000
Rp320.000
Neto sebulan Rp5.680.000
Neto setahun (12 x Rp5.680.000) Rp68.160.000

PTKP Rp58.500.000
PKP Rp9.660.000

PPh pasal 21
5% x Rp9.660.000 = Rp483.000

PPh 21 terutang setahun = Rp483.000


PPh 21 terutang sebulan = Rp40.250
Ayat jurnal yang disusun

1. Saat terutang PPh 21


Akun Debit Kredit

Biaya Gaji Rp6.000.000

Tunjangan Pajak Rp50.000

PPh pasal 21 terutang Rp40.250

Iuran pensiun terutang Rp20.000

Kas dan Bank Rp5.989.750

2. Saat penyetoran PPh 21


Akun Debit Kredit

PPh pasal 21 terutang Rp40.250

Iuran pensiun terutang Rp20.000

Kas dan Bank Rp60.250

3. Saat pembebanan biaya atas tunjangan pajak


Akun Debit Kredit

Saldo laba Rp50.000

Tunjangan pajak Rp50.000

Tunjangan merupakan deductible expense sehingga merupakan biaya penambah yang dapat
menjadi pengurang penghasilan kena pajak. Ketika pengkoreksian pencatatan atas tunjangan
pajak, akan mengurangi laba perusahaan dan menutup pencatatan atas tunjangan pajak yang
diberikan kepada karyawan.
B. PPh Pasal 22
Pajak yang dipungut atas transaksi pembelian barang yang dananya bersumber dari
APBN/APBD dan transaksi yang dilakukan oleh lembaga/badan yang berkenaan dengan
kegiatan di bidang impor/kegiatan usaha bidang lain.

Contoh kasus:
PT ABC adalah distributor tunggal Kertas Papyrus menjual kertas seharga Rp25.000.000 kepada
PT XYZ secara tunai. Tarif PPh pasal 22 sebesar 0,1% dari DPP.

PPh pasal 22 terutang = 0,1% x Rp25.000.000 = Rp25.000

Ayat jurnal yang disusun oleh PT ABC (pihak pemungut)

1. Saat terutang PPh 22


Akun Debit Kredit

Kas dan Bank Rp25.025.000

PPh pasal 22 terutang Rp25.000

Penjualan Rp25.000.000

2. Saat penyetoran PPh pasal 22


Akun Debit Kredit

PPh pasal 22 terutang Rp25.000

Kas dan Bank Rp25.000

Ayat jurnal yang disusun oleh PT XYZ (pihak yang dipungut)

1. Saat membeli barang


Akun Debit Kredit

Pembelian Rp25.000.000

PPh pasal 22 Rp25.000

Kas dan Bank Rp25.025.000


2. Saat pengkreditan pajak
Akun Debit Kredit

PPh terutang Rp25.000

PPh pasal 22 Rp25.000

C. PPh Pasal 23
Pajak yang dipotong oleh pemungut pajak dari Wajib Pajak atas penghasilan yang diperoleh dari
modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain yang dipotong dalam Pajak
Penghasilan Pasal 21.

Contoh kasus:
PT ABC membayar bunga pinjaman kepada PT XYZ sebesar Rp100.000.000 atas pembayaran
tersebut dipotong PPh Pasal 23 sebesar 15% dari jumlah bruto

Ayat jurnal yang dibuat oleh PT ABC (pemberi hasil)

1. Saat pembayaran bunga


Akun Debit Kredit

Biaya bunga Rp100.000.000

PPh pasal 23 terutang Rp15.000.000

Kas dan Bank Rp85.000.000

2. Saat menyetor ke kas negara melalui bank persepsi


Akun Debit Kredit

PPh pasal 23 terutang Rp15.000.000

Kas dan Bank Rp15.000.000


Ayat jurnal yang dibuat oleh PT XYZ (penerima hasil)

1. Saat menerima bunga


Akun Debit Kredit

Kas dan Bank Rp85.000.000

PPh pasal 23 (15%) Rp15.000.000

Penghasilan bunga Rp100.000.000

2. Saat pengkreditan
Akun Debit Kredit

PPh terutang Rp15.000.000

PPh pasal 23 Rp15.000.000

Asumsi saat perhitungan pajak terutang akhir tahun adalah sebesar Rp14.500.000. Namun,
sebelumnya total kredit PPh 23 yang sudah dipotong adalah sebesar Rp500.000 sehingga atas
kelebihan tersebut dapat direstitusikan.

Ayat jurnal yang dicatat adalah sebagai berikut:

1. Saat akhir tahun perhitungan lebih bayar


Akun Debit Kredit

PPh terutang Rp14.500.000

PPh pasal 28A Lebih Bayar Rp500.000

PPh pasal 23 Rp15.000.000

2. Saat pengembalian restitusi secara tunai


Akun Debit Kredit

Kas atau bank Rp500.000

PPh pasal 28A Lebih Bayar Rp500.000


D. PPh Pasal 24
Pajak yang terutang atau dibayarkan di luar negeri atas penghasilan yang diterima atau diperoleh
dari luar negeri yang boleh dikreditkan terhadap pajak penghasilan yang terutang atas seluruh
penghasilan wajib pajak dalam negeri.

Contoh kasus:
PT ABC memperoleh penghasilan tahun 2022 yang terdiri atas:
1. Penghasilan dari Cina Rp200.000.000 dengan tarif pajak 30%
2. Penghasilan dalam negeri Rp450.000.000
Dalam penghasilan dalam negeri ini termasuk penghasilan final sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat 2 UU PPh sebesar Rp50.000.000

Perhitungan KPLN:
1. Penghasilan dari LN
Penghasilan dari China Rp200.000.000

2. Penghasilan dari DN Rp450.000.000


Koreksi (Pasal 4(2)) Rp50.000.000
Rp400.000.000

3. Total Penghasilan Neto Rp600.000.000


4. PPh terutang:
25% x Rp600.000.000 = Rp150.000.000
5. Batas maksimum KPLN:
Rp200.000.000 x Rp150.000.000 = Rp50.000.000
Rp600.000.000

PPh yang terutang atau dipotong di China:


Rp200.000.000 x 30% = Rp60.000.000

Dari perhitungan di atas, diketahui bahwa PPh maksimum yang dapat dikreditkan sebesar
Rp50.000.000, akan tetapi pajak penghasilan yang terutang atau dipotong di China adalah
sebesar Rp60.000.000. Dengan demikian, jumlah yang dapat dikreditkan adalah Rp50.000.000.
Jumlah yang dapat dikreditkan, dipilih dari jumlah terendah di antara jumlah PPh maksimum
yang boleh dikreditkan dan jumlah PPh yang terutang/dibayar di China.
Ayat jurnal kasus pengkreditan.
Akun Debit Kredit

PPh terutang Rp50.000.000

PPh pasal 24 Rp50.000.000

E. PPh Pasal 25

Pengertian
PPh pasal 25 adalah angsuran pajak penghasilan yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak
setiap bulan dalam tahun pajak berjalan

Perhitungan
PPh terutang menurut SPT tahun lalu dikurangi PPh yang dipotong dan/atau dipungut serta PPh
yang dibayar di luar negeri yang dikreditkan kemudian dibagi 12 atau banyaknya bulan dalam
bagian tahun pajak

Pencatatan

1. Saat pembayaran tiap bulan


Nama Akun Debit Kredit

PPh Pasal 25 Rpx.xxx

Kas / Bank Rpx.xxx

2. Saat diperhitungkan dengan PPh Badan


Nama Akun Debit Kredit

PPh terutang Rpx.xxx

PPh Pasal 25 Rpx.xxx

Contoh Kasus

PT Jaya memiliki pajak terutang pada tahun 2019 sebesar Rp5.440.000.000, sesuai dengan SPT
Tahunan Badan Tahun 2019 dan Kredit Pajak (1) PPh Pasal 22 sebesar Rp600.000.000, (2) PPh
Pasal 23 sebesar Rp400.000.000 dan (3) PPh Pasal 24 sebesar Rp1.200.000.000. Buatlah
perhitungan PPh Pasal 25 dan pencatatan dari transaksi tersebut
Perhitungan PPh Pasal 25

Pajak Penghasilan Tahun 2019 Rp5.440.000.000


Kredit Pajak
PPh Pasal 22 Rp600.000.000
PPh Pasal 23 Rp400.000.000
PPh Pasal 24 Rp1.200.000.000
Rp2.200.000.000
Pajak Penghasilan yang dibayar sendiri Rp3.240.000.000

Besarnya PPh Pasal 25 yang harus dibayar tiap bulan


1/12 x Rp3.240.000.000 = Rp270.000.000

Pencatatan

1. Saat pembayaran setiap bulan

Nama Akun Debit Kredit

PPh Pasal 25 Rp270.000.000

Kas / Bank Rp270.000.000

2. Saat diperhitungkan dengan PPh terutang


Nama Akun Debit Kredit

PPh terutang Rp3.240.000

PPh Pasal 25 Rp3.240.000

Pengkreditan PPh Pasal 25


PPh Pasal 25 dapat digunakan sebagai pengurang PPh Terutang dan dihitung berdasarkan asumsi

Pencatatan

1. Saat pembayaran angsuran setiap bulannya


Nama Akun Debit Kredit

PPh Pasal 25 Rpx.xxx

Kas / Bank Rpx.xxx


2. Saat pelunasan di akhir tahun pajak
Nama Akun Debit Kredit

Beban Pajak Penghasilan Rpx.xxx

Kas / Bank Rpx.xxx

PPh Pasal 25 Rpx.xxx

Restitusi PPh Pasal 25


Angsuran PPh Pasal 25 dihitung berdasarkan asumsi sehingga dapat terjadi lebih bayar yang
dapat menyebabkan terjadinya restitusi

Pencatatan

1. Saat akhir tahun perhitungan lebih bayar

Nama Akun Debit Kredit

PPh Terutang Rpx.xxx

PPh Pasal 28A Lebih Rpx.xxx


Bayar

PPh Pasal 25 Rpx.xxx

2. Saat pengembalian restitusi secara tunai

Nama Akun Debit Kredit

Kas / Bank Rpx.xxx

PPh Pasal 28A Lebih Rpx.xxx


Bayar

Contoh Kasus

PT Jaya melakukan angsuran PPh Pasal 25 mulai bulan Mei sebesar Rp1.500.000. Sedangkan
untuk angsuran PPh Pasal 25 untuk bulan Januari hingga April sebesar Rp1.200.000. Setelah
dihitung PPh yang terutang untuk satu tahun, PT Jaya memiliki PPh terutang sebesar
Rp14.200.000. Kredit pajak yang dimiliki diantaranya (1) PPh Pasal 23 sebesar Rp300.000 dan
(2) PPh Pasal 22 sebesar Rp450.000. Buatlah pencatatan PT Jaya saat mencatat PPh terutang dan
restitusi PPh Pasal 25
Perhitungan Lebih Bayar PPh Pasal 25
Pajak Penghasilan Terutang berdasarkan SPT Tahunan PT Jaya Rp14.200.000
Kredit Pajak
PPh Pasal 22 Rp450.000
PPh Pasal 23 Rp300.000
PPh Pasal 25 Rp16.800.000
Rp17.550.000
PPh Pasal 28A Lebih Bayar (Rp3.350.000)

Pencatatan

1. Saat membayar PPh Pasal 25 setiap bulan

Nama Akun Debit Kredit

PPh Pasal 25 Rp1.200.000

Kas / Bank Rp1.200.000

2. Saat akhir tahun perhitungan lebih bayar


Nama Akun Debit Kredit

PPh Terutang Rp14.200.000

PPh Pasal 28A Lebih Rp3.350.000


Bayar

PPh Pasal 25 Rp17.550.000

3. Saat pengembalian restitusi secara tunai

Nama Akun Debit Kredit

Kas / Bank Rp3.350.000

PPh Pasal 28A Lebih Rp3.350.000


Bayar

F. PPh Pasal 26

Pengertian
Pajak penghasilan yang dikenakan atas penghasilan yang bersumber dari Indonesia dan diterima
oleh WPLN selain BUT. PPh 26 bersifat final sehingga tidak dapat dikreditkan dengan pajak
terutang lainnya.
Contoh Kasus

PT Jaya Abadi membayar premi asuransi kepada Tech Inc sebesar Rp25.000.000 dengan
perkiraan penghasilan neto sesuai Keputusan Menteri keuangan sebesar 50%. Buatlah pencatatan
PPh Pasal 26 terutang PT Jaya Abadi

Perhitungan PPh Pasal 26


PT Jaya Abadi
20% x 50% x Rp25.000.000 = Rp2.500.000

Pencatatan

1. Pencatatan PPh Pasal 26 terutang

Nama Akun Debit Kredit

Premi Asuransi Rp25.000.000

PPh Pasal 26 terutang Rp2.500.000

Kas Rp22.500.000

2. Pencatatan saat penyetoran

Nama Akun Debit Kredit

PPh Pasal 26 terutang Rp2.500.000

Kas / Bank Rp2.500.000

G. PPh Pasal 4 ayat (2)

Pengertian
Pajak yang dikenakan pada jenis penghasilan tertentu yang bersifat final. PPh Pasal 4 ayat 2
bersifat final sehingga tidak dapat dikreditkan dengan pajak terutang lainnya.

Contoh Kasus
PT Abadi Sejati membayar bunga bank sebesar Rp8.000.000 kepada PT Sanjaya atas deposito.
Buatlah Pencatatan yang harus dibuat oleh PT Abadi Sejati.

Perhitungan PPh Pasal 4 ayat (2)


PT Abadi Sejati
20% x Rp8.000.000 = Rp1.600.000

Pencatatan
1. Pencatatan PPh Pasal 4 ayat 2 terutang
Nama Akun Debit Kredit

Beban bunga Rp8.000.000

PPh Pasal 4 ayat (2) Rp1.600.000


terutang

Kas Rp6.400.000

2. Pencatatan saat penyetoran

Nama Akun Debit Kredit

PPh Pasal 4 ayat (2) Rp1.600.000


terutang

Kas / Bank Rp1.600.000

Anda mungkin juga menyukai