Anda di halaman 1dari 8

Cara diagnosis penyakit jamur superfisialis

Mikosis Superfisialis
Mikosis superfisialis ialah penyakit jamur yang mengenai lapisan permukaan kulit
yaitu stratum korneum, rambut dan kuku. Mikosis superfisialis dibagi menjadi dua
kelompok :
1) Yang disebabkan oleh jamur bukan golongan dermatofita yaitu Pitiriasis
versikolor, Otomikosis, Piedra hitam, Piedra putih, Onikomikosis, dan Tinea
Palparis.
2) Yang disebabkan oleh jamur golongan dermatofita yaitu dermatofitosis
(Mulyati,2008).
Dermatofitosis
Dermatofitosis adalah mikosis superfisialis yang disebabkan oleh jamur golongan
dermatofita. Jamur ini mengeluarkan enzim keratinase sehingga mampu mencerna
keratin pada kuku, rambut dan stratum korneum pada kulit.
Berdasarkan sifat morfologi, dermatofita dikelompokkan dalam 3 genus :
Trichophyton, Microsporum dan Epidermophyton (Mulyati, 2008).
Secara klinis dermatofitosis dibagi berdasarkan bagian tubuh yang terkena, yaitu :
a. Tinea kapitis mengenai sklap, rambut, alis, bulu mata.
b. Tinea korporis mengenai badan dan anggota badan, selain tangan, kaki dan
daerah Tinea kruris.
c. Tinea kruris mengenai genitokrural sampai dengan bokong, pubis, paha atas
medial.
d. Tinea barbae mengenai daerah jenggot/jambang.
e. Tinea manum mengenai tangan dan telapak tangan.
f. Tinea pedis mengenai kaki dan telapak kaki.
g. Tinea unguium mengenai kuku (Mansjoer, 2000).

Gejala klinis
Manifestasi klinis dibagi menjadi 5 jenis yaitu :
1) Bentuk subungual distalis.
Bentuk ini paling sering ditemukan dan mulai berkembang pada stratum korneum
hiponikum pada batas distal lempeng kuku. Selanjutnya infeksi berjalan kearah
yang paling dekat dengan alas kuku dan menyerang permukaan ventral lempeng
kuku dengan perjalanan kronik. Pada kuku dengan bagian distal tampak bercak
putih atau kuning keabuan yang menyebabkan permukaan bebas kuku terangkat.
Lesi meluas ke matriks kuku sehingga terjadi penebalan region subungual.
2) Bentuk lateralis.
Penyakit ini mulai dengan perubahan bagian luar lateral kuku yang menjadi
kuning. Lesi meluas kebagian distal atau proksimal kuku. Kemudian menjadi
paronikia (peradangan jaringan sekitar kuku).
3) Leukonikia trikofita atau leukonikia mikotika.
Kelainan kuku pada bentuk ini merupakan leukonikia atau keputihan
dipermukaan kuku yang dapat kronik untuk dibuktikan adanya elemen jamur.
Biasanya didapatkan pada kuku kaki, berupa bercak putih superfisialis dan
berbatas tegas.
4) Bentuk subungual proksimalis.
Bentuk ini mulai dari pangkal kuku bagian proksimal terutama menyerang
kuku dan membentuk gambaran klinis yang khas, yaitu terlihat kuku di bagian
distal masih utuh, sedangkan bagian proksimal rusak.
5) Bentuk distrofi kuku total.
Bentuk ini merupkan keadaan lanjut dari bentuk klinis di atas. Pada bentuk ini
kerusakan terjadi pada seluruh lempeng kuku. (Mansjoer,2000).

Diagnosa
Pemeriksaan mikologi untuk membantu menegakkan diagnosis terdiri atas pemeriksaan
langsung sediaan basah dan biakan. Bahan diambil dari permukaan kuku yang sakit dan dipotong
sedalam-dalamnya sehingga mengenai seluruh tebal kuku dan bahan dibawah kuku diambil juga.
Setelah dilarutkan dengan larutan KOH 10% dan tunggu 15-20 menit untuk melarutkan jaringan.
pemeriksaan biakan dilaksanakan pada medium dektrosa Sabouraud yang diberikan antibiotika
(kloramfenikol) atau ditambah pula sikloheksimid untuk menghindarkan kontaminasi bakteri
maupun jamur kontaminan

Prosedur Diagnostik

1). Pemeriksaan Mikroskopik

Pemeriksaan mikroskopik banyak digunakan sebagai pemeriksaan cepat dan tidak

mahal untuk membuktikan terjadinya dermatofitosis. Pada pemeriksaan ini, septa serta

cabang hifa adalah bagian utama yang diperiksa dengan preparat KOH 10- 20%.

Pemeriksaan ini sangat baik untuk dermatofitosis superfisial.


2). Kultur
Prosedur diagnostik pada infeksi fungi superfisial didasarkan pada makroskopik,

mikroskopik dan karakteristik metabolik organisme tersebut. Sementara beberapa

dermatofita lebih dapat diidentifikasi berdasarkan kultur primernya, banyak dermatofita

membutuhkan diferensiasi lebih lanjut berdasarkan media kultur yang spesifik atau

melalui tes biokimia yang spesifik.

Kultur pada dermatofitosis ditujukan untuk melihat mikrokonidia dan makrokonidia

pada dermatofita penyebab infeksi. Berbagai media yang umumnya digunakan adalah

Sabourad’s dextrose agar (SDA), dermatophyte test medium (DTM), potato dextrose

agar (PDA), atau Borelli’s lactrimel agar (BLA). Kultur merupakan tes paling spesifik

untuk onychomikosis.

3). Histopatologi
Biopsi kulit tidak umum digunakan pada dermatofitosis. Biopsi dapat membantu

diagnosis dimana agen sistemik diperkirakan sebagai pengobatan. Biopsi dapat

digunakan pada Majocchi’s granuloma untuk membuat diagnosis lebih pasti dimana

pemeriksaan KOH pada permukaan menunjukkan hasil negatif. Biopsi juga terkadang

berguna untuk menunjukkan adanya hifa pada kasus capitis.

4). Lampu Wood


Pemeriksaan dengan lampu Wood (365 nm) dapat menunjukkan flourescence pada

jamur patogen tertentu. Rambut yang terdiagnosis positif harus diperiksa lebih lanjut,

seperti pemeriksaan kultur. Tabel 4 berisis pola umum dermatofita dan reaksinya

terhadap lampu Wood.


Pengobatan
Secara umum dengan meningkatkan kebersihan/hygiene penderita, sedangkan
secara khusus terbagi menjadi dua yaitu :
1) Pengobatan sistemik dapat dilakukan dengan cara :
a. Griseofulvin, dengan dosis anak 15-20 mg/kg BB/hari, dosis dewasa 500-1000
mg/kg BB/hari selama 2-4 minggu.
b. Obat-obat itrakonazol atau golongan terbinafin 2 x 200 mg/kg selama 3-6
bulan memberi hasil yang memuaskan.
2) pengobatan topikal dapat dilakukan dengan cara :
a. Salep Whitefild I, II
b. Kompres asam salisilat 5% asam benzoat 10% dan resolsinol 5% dalam spirtus.
c. Castellani’s paint
d. asam undesilenat dalam bentuk cairan
e. Tolnaftat dalam bentuk cairan
f. Imidazol dalam bentuk cairan.

Anda mungkin juga menyukai