Anda di halaman 1dari 12

STRATEGI PENDIDIKAN SEBAYA MENINGKATKAN KESEHATAN

REPRODUKSI REMAJA DI PESANTREN

Roikhatul Jannah
Dosen Jurusan Fisioterapi Poltekkes Kemenkes Jakarta III
Jl. Arteri JORR Jatiwarna Kecamatan Pondok Melati Kota Bekasi
Email : ro_ikha@yahoo.com

ABSTRACT
In the last decades, health agents have been exploring and developing adolescent sexual
reproductive health initiative in respon various sexual reproductive health cases among
young people. This study aims to observe how effective peer education strategy to improve
awareness as well as reproductive health knowledge among young people in pesantren.
This research is qualitative approach that utilized ethnographic perspective for interpreting
the result. By analyzing final report of the implemented initiatives in pesantrens, the result
of this study shows that peer education strategy is effective, applicable, manageable, and
modifiable for educating santri's reproductive health as long as health agents success in
lobbing the pesantren leader, the Kyai. Conclusion: Peer education concept which is
culturally sensitive is proofed and recommended in adolescent sexual reproductive health
(ASRH) initiative development for pesantren's student when it it is able to blended and
integrated with activities of santris.
Keywords: reproductive health, peer educator, behavior change, adolescent sexual health

ABSTRAK
Beberapa decade terakhir, para praktisi kesehatan mencari dan mengembangkan berbagai
program kesehatan seksual reproduksi remaja (KRR) untuk merespon/ mengatasi berbagai
kasus kesehatan seksual dan reproduksi yang dialami remaja. Penelitian ini bertujuan
melihat bagaimana keefektifan strategi peer education untuk meningkatkan kesadaran dan
pengetahuan kesehatan seksual dan reproduksi remaja di pesantren. Penelitian merupakan
tipe kualitatif yang menggunakan pendekatan etnografi dalam menginterpretasikan hasil
yang ditemukan. Dengan mencermati dan melakukan analisa mendalam terhadap berbagai
laporan akhir program kesehatan seksual reproduksi remaja yang telah diimplementasikan
di pesantren, hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi peer education merupakan
metode yang efektif, bisa untuk diterapkan, bisa di manage dengan baik, bisa dimunculkan
dengan berbagai modifikasi, untuk mendidik kesehatan reproduksi di kalangan santri selama
pihak pengembang program mampu dan sukses melakukan lobi kepada pimpinan pesantren,
yaitu Kyai. Kesimpulan: konsep peer education sebagai pendekatan yang sensitif kultur
sangat berkaitan dengan tradisi dan kondisi yang ada di pesantren telah terbukti efektif
dan direkomendasikan untuk dikembangkan pada berbagai program kesehatan seksual
reproduksi bagi pelajar pesantren dengan cara diintegrasikan, disisipkan, diintegrasikan
dalam berbagai aktifitas santri yang sudah ada.
Kata Kunci: kesehatan reproduksi, peer edukator, perubahan perilaku, kesehatan seksual
remaja

79
80 Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, Vol. 2, Nomor 1, September 2014, hlm : 79 -90

PENDAHULUAN ini, menurut Masruchah dan Kenan (2005),


Banyaknya kasus yang berkembang tentang direspon sejumlah santri dengan mengakses
masalah kesehatan reproduksi remaja (KRR) berbagai informasi tentang kesehatan
secara global seperti kehamilan tak diinginkan, reproduksi secara mandiri ke berbagai sumber
aborsi, penyebaran HIV/AIDS dan penyakit seperti situs internet bebas dan materi-materi
menular seksual lainnya (Cook 2007; Skinner porno yang beredar tanpa ada yang
2008; Quinlivan 2006) menempatkan isu KRR bertanggung jawab.
dalam porsi yang signifikan di mata dunia.
Sebuah survey yang dilakukan oleh Komisi Kesehatan reproduksi remaja di Indonesia
Perlindungan Anak (KPA) mengungkapkan diatur dalam undang-undang kesehatan no 32
bahwa 62,7% remaja perempuan Indonesia tahun 2009, dimana edukasi, informasi, dan
sudah tidak perawan lagi (Yuni 2009; layanan menjadi tanggungjawab pemerintah,
Menkokesra 2010). Survey ini dilakukan di pemda, dan masyarakat. Program promosi
33 provinsi pada tahun 2008. Sugiri Syarief, kesehatan reproduksi remaja paling tidak
kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana berupa informasi pengetahuan dasar kesehatan
Nasional (BKKBN), juga menambahkan reproduksi meliputi aspek tumbuh kembang
bahwa lebih dari 50% remaja indonesia telah remaja: sistem, proses dan fungsi alat
melakukan seks di luar nikah padahal mereka reproduksi; pengetahuan mendewasakan usia
tidak memiliki bekal pengetahuan yang cukup kawin dan merencanakan kehamilan;
tentang metode kontrasepsi dan resiko informasi seputar penyakit menular seksual
penyebaran penyakit menular seksual. Angka dan HIV/AIDS; bahaya narkoba dan miras;
ini dinyatakan mengalami kenaikan dari data pengaruh sosial dan media terhadap perilaku
survey yang dilakukan sebelumnya (BKKBN seksual; kekerasan seksual; kemampuan
2009). berkomunikasi dan memperkuat kepercayaan
diri; dan hak-hak reproduksi.
Data empiris tersebut menggambarkan bahwa
remaja di seluruh dunia rawan dengan masalah Pesantren dengan empat elemen pokok yaitu
yang ditimbulkan oleh efek perilaku Kyai, santri, pondok, dan kitab kuning
seksualnya. Meskipun hasil survey tersebut (Kholifah 2005) secara umum berpenghuni
tidak menyebutkan para santri termasuk dalam santri remaja pelajar yang menempuh
subjek penelitian tersebut secara eksplisit, pendidikan menengah pertama dan menengah
lingkungan pesantren masih potensial dan atas. Pembelajaran KRR menganut perspektif
rentan terhadap masalah KRR. Hal ini Islam, dimana wacana tentang aktifitas
dikarenakan sebagian besar penghuni seksual, reproduksi, dan kepuasan batin yang
pesantren adalah kaum muda atau remaja ditimbulkan dialokasikan sebagai topik
yang masih berinteraksi dengan lingkungan pembahasan yang hanya di konsumsi oleh
luar pesantren. Disisi lain, kondisi pesantren orang dewasa (Kholifah 2005). Bahkan
dikenal lebih tertutup dan membatasi terhadap Dhofier (1999) menekankan bahwa pitutur
pembicaraan seputar kesehatan reproduksi ulama menyatakan aktifitas seksual dan
dengan alasan tabu dan sensitif. Kalaupun reproduksi hanya diperkenankan dilakukan
mereka membahasnya, fokusnya sangat sempit oleh orang-orang yang terikat pernikahan
hanya dari perspektif agama dengan cara-cara dengan pasangan nikahnya. Sehingga,
simbolik (UNESCO 2004). Sehingga makna pesantren membatasi dan sebagian melarang
sebenarnya dari topik-topik yang ada pada berbagai aktivitas yang mengarah, memancing,
isu kesehatan reproduksi seringkali kurang dan membuka kesempatan terjadinya aktivitas
dipahami oleh santri. Kondisi di pesantren seksual yang tidak bertanggung jawab
Roikhatul Jannah, Strategi Pendidikan Sebaya Meningkatkan Kesehatan Reproduksi Remaja Di Pesantren 81

termasuk program KRR (Kholifah 2005). semacam ini disebut less power dan
Meski demikian, kurikulum pendidikan vulnerable, dimana action for change dalam
pesantren memuat sejumlah topik kesehatan bentuk empowerment mutlak dianjurkan.
reproduksi seperti menstruasi, mimpi basah, Mengacu pada framework program aksi yang
higienis dan kebersihan (Smith-Hefner 2006; dikemukakan dalam International Conference
Kholifah 2005). Materi tersebut tersedia pada on Population and Development (ICPD)
berbagai kitab kuning yang merupakan text (1994), kesehatan seksual reproduksi disebut
book santri. Tahun 1953, pesantren dihimbau sebagai hak asasi manusia yang bertekad
untuk ikut promosi penundaan usia menikah mengajak serta memotori para praktisi di
(Hulupi, 2007) walaupun relatif tertutup pada bidang kesehatan untuk menciptakan dan
pihak luar dan membatasi area interpretasi mengimplementsikan berbagai program
terhadap topik seksual reproduksi pada kesehatan seksual dan reproduksi yang
perspektif mereka dengan dalih berkaitan memperhatikan faktor-faktor budaya,
dengan tradisi dan ajaran agama. lingkungan dan kehidupan sosial masyarakat
target grup. Tujuan akhir dari gerakan ini
Sebuah survey tahun 2006 menunjukkan adalah pelayanan dan akses kesehatan
bahwa, 500 (lima ratus) santri teridentifikasi reproduksi sudah dapat dinikmati seluruh
mengunjungi dan memanfaatkan aspek masyarakat global pada tahun 2015.
layanan kesehatan reproduksi remaja pada
sejumlah pusat informasi dan bimbingan Merespon hasil conference World Health
remaja yang disediakan pemerintah (Hulupi, Organization (WHO) tersebut, berbagai
2007) yang dikembangkan bebasis peer program kesehatan reproduksi
education atau pendidikan sebaya. Karena diimplementasikan di banyak komunitas.
educator remaja diasumsikan memiliki Khusus bagi komunitas pesantren, program
pengetahuan dan pengalaman yang terbatas yang sama juga dikembangkan oleh pihak-
tentang kesehatan reproduksi, maka metode pihak yang perhatian dengan pesantren. Dari
ini tidak cukup efektif untuk meningkatakan berbagai variasi kekuatan dan kelemahan
pengetahuan kesehatan reproduksi remaja masing-masing strategi yang dikemukakan,
(Ward 1997), sehingga metode ini kemudian peer education atau pendidikan sebaya,
dikembangkan dan dimodifikasi pada bebrapa muncul menjadi strategi yang popular
aspek peerness yang lebih luas, yaitu area termasuk di pesantren. Merespon maraknya
yang tidak hanya menekankan pada kesetaraan pemakaian strategi ini di berbagai daerah,
umur, akan tetapi juga mempertimbangkan negara, dan kelompok pengembang program
bagaimana cara mengolah, mengemas dan kesehatan yang berbeda, peneliti bermaksud
menyampaikan informasi tentang kesehatan mencermati sejauh mana sesungguhnya
reproduksi yang diinginkan remaja secara keefektifan peer education dalam
emosional, seperti yang dilakukan oleh teman meningkatkan kesehatan reproduksi remaja
sebaya mereka (Shiner, 1999). khususnya pada komunitas pesantren. Secara
khusus penelitian juga bertujuan untuk
Fakta menunjukan bahwa remaja pesantren mengetahui: (1) alasan mengapa pendidikan
membutuhkan penguatan di bidang sebaya dipilih sebagai strategi; (2) bagaimana
pengetahuan dan akses terhadap informasi pendidikan sebaya di terapkan pada program
kesehatan reproduksi. Dalam teori power- KRR di pesantren; (3) apa saja bentuk-bentuk
empowerment Laverack (2005), kondisi aktivitas yang dikembangkan dalam strategi
pesantren yang membutuhkan peningkatan ini, (4) bagaimana pengaruh strategi tersebut
edukasi di bidang kesehatan reproduksi bagi santri.
82 Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, Vol. 2, Nomor 1, September 2014, hlm : 79 -90

METODE interpretasi data. Dalam tahap analisa dan


Penelitian ini menggunakan penelitian interpretasi data, peneliti menggunakan
kualitatif yang bersifat mengembangkan kajian p e n d e k a t a n e t h n o g r a p h y, y a n g
evaluasi tindakan eksperimental. Hal ini berarti mempertimbangkan dan melibatkan unsur
penelitian mengkaji suatu area pembahasan, agama, budaya, dan tradisi pesantren sebagai
proses peristiwa dan hasilnya yang terjadi dan bahan dan acuan analisa.
dibangun melewati pengaruh tindakan dan
upaya manusia (Beaghole, 1993). Prosedur HASIL DAN PEMBAHASAN
dilakukan melalui analisa berbagai laporan Seluruh laporan menunjukkan bahwa program
program KRR yang telah diimplementasikan KRR pesantren bertujuan untuk meningkatkan
di pesantren. kesehatan reproduksi santri yang berusia
sekolah dengan mayoritas target group santri
Hasil analisa dijabarkan dalam bentuk usia sekolah menengah atas dan usia sekolah
deskripsi data. Untuk mendapat gambaran menengah pertama pada sebagian kecil.
yang detail ini peneliti memperkaya Adapun cara dan media yangdigunakan
pengetahuan tentang area yang diteliti, dijelaskan dalam sub pembahasan intervensi.
meliputi isu kesehatan reproduksi, remaja, Secara umum, semua implementasi program
promosi kesehatan, dan pesantren sesuai edukasi dalam rangka peningkatan kesehatan
konteks yang dikaji (Popay, 1998) dan reproduksi remaja di pesantren menggunakan
bagaimana promoter kesehatan memahami beberapa gabungan strategi promosi kesehatan
target grup dan socio-environmentalnya yang terangkai dalam tahapan proses yang
(Murphy, 2007). Memahami dan mendalami sistematis. Pemilihan jenis dan ramuan strategi
tentang area yang diteliti adalah tindakan dilakukan oleh pihak provider program dengan
penting dalam penelitian kualitatif sebagai berbagai pertimbangan seperti besar atau
bentuk upaya menjaga validitas data yang jumlah cakupan target group, jarak dan area
diperoleh, karena naturalistic, contextual, dan persebaran target group, periode atau panjang
rigorous menjadi asas yang dikembangkan pendek waktu intervensi program terhadap
dalam pengumpulan data (Liamputtong & target group. Semua faktor penentu tersebut
Ezzy 2005). ditemukan bervariasi pada data yang diperoleh.
Secara global, setiap program KRR di
Dua cara yang dilakukan peneliti dalam pesantren melalui tahapan lobby, intervensi,
mendalami area penelitian adalah melalui dan evaluasi.
kajian literature dan survey lapangan. Sampel
penelitian berupa laporan program KRR yang Peer education yang ditemukan dalam
diteliti. Sampel dipilih dengan pertimbangan berbagai program dimodifikasi dalam bentuk
purposive sampling dan didapatkan dari kegiatan sebagai berikut:
berbagai sumber meliputi laporan yang 1. Mendirikan team educator yang terdiri
tersedia di Internet dan laporan yang diakses atas santri senior dan ustadz ustadzah
pada lembaga swadaya masyarakat (LSM) (guru muda). Penyelenggara mendirikan
dan instansi pemerintah di Cirebon dan Jakarta. tim koordinasi dimana anggotanya
biasanya Pengurus Pondok untuk
Tehnik analisa yang digunakan mengacu pada mengolah seluruh aktifitas intervensi di
teori data analisis yang disampaikan oleh pesantren. Anggota yang dipilih adalah
Liamputtong dan Ezzy (2005) dengan tahapan: yang berjiwa muda dan bisa melebur
membaca secara teliti seluruh berkas data; dengan santri. Sesuai dengan tradisi
koding, menyusun tema-tema hasil, dan pesantren yang menggunakan
Roikhatul Jannah, Strategi Pendidikan Sebaya Meningkatkan Kesehatan Reproduksi Remaja Di Pesantren 83

managemen Pengurus Pondok, tim pun komunikasi khusus yang digunakan


disisipkan dalam kepengurusan. Tim ini dalam menyampaikan informasi KRR
dianggap penting keberadaanya, agar kepada santri. Mereka bertanggung jawab
proses edukasi KRR terhadap santri sebagai pendamping peer educator dan
terfokus lebih maksimal tanpa gangguan menjadi sumber yang lebih luas bagi
berbagai hal yang bersifat administratif santri yang ingin berkonsultasi dan
dan berhubungan dengan masalah mencari informasi yang lebih mendalam
birokrasi dan dana. Tim bekerja khusus dan detail tentang kesehatan reproduksi.
melayani kebutuhan santri dan menjadi Pada beberapa program yang tidak
jembatan antara santri dan pihak mendirikan peer educator, guru terpilih
penyelenggara lain dalam hal berperan menjadi peer educator yang
membutuhkan segala sesuatu di luar berhubungan langsung dengan santri
materi pengetahuan KRR. Pada budaya (bukan sebagai pendamping peer
pesantren, proses birokrasi yang telah educator) dalam menyebarkan dan
direstui Kyai akan dihandle pengurus menyampaikan informasi KRR. Pada
dengan bimbingan ustadz ustadzah kasus ini, para guru muda menyisipkan
sebagai perpanjangan tangan Kyai. materi KRR melalui pelajaran sekolah
2. Training student leader atau training dan forum diskusi yang di adakan secara
peer educator/santri pendidik yang khusus.
ditujukan untuk santri senior anggota 4. Diskusi group student leader atau murug.
team educator. Training bertujuan untuk Forum ini aslinya adalah kelompok kecil
membekali pendidik seusia dengan dimana santri senior bertanggung jawab
tambahan pengetahuan kesehatan seksual mengajar "ngaji kitab" beberapa santri
reproduksi dan variasi cara junior. Diskusi ini merupakan aksi tindak
menyampaikan materi ke santri lain lanjut yang dilakukan oleh student leader
dengan modifikasi. Training dilakukan setelah mendapatkan training tentang
oleh ahli kesehatan. Setelah mendapatkan KRR. Pada kegiatan ini, setelah mengajar
training ini, student leader / santri diminta materi kitab, peer educator
untuk melaksanakan langkah tidak lanjut mempresentasikan materi tentang KRR
penyebaran informasi KRR untuk santri kepada anggota grup dan membahas
lain dengan menyisipkan issu KRR pada bersama setiap topik secara mendalam.
kegiatan yang sudah ada di pesantren Komunikasi yang digunakan tidak formal
tersebut. layaknya obrolan atau 'ngerumpi'. Diskusi
3. Training peer counselor yang ditujukan juga dikenal dengan istilah youth friendly
kepada guru muda dan guru yang berjiwa forum. Diskusi ini dilakukan secara rutin
muda yang bisa memiliki kedekatan sesuai jadwal mengaji dengan
dengan santri. Pada beberapa program, menyuguhkan tema yang berbeda pada
peer counselor juga disebut dengan guru setiap pertemuan. Interval pengadaan
muda dan ustadz muda. Sama seperti diskusi antar program satu dengan yang
pemilihan peer educator, penentuan dan lain cukup bervariasi antara mingguan,
keputusan seorang guru menjadi peer dwimingguan, bulanan, dan pertiga
counselor juga menjadi wewenang pihak bulanan.
pesantren yang dilakukan oleh kyai dan 5. Mendirikan pusat informasi tentang KRR.
pengurus pesantren. Pada training ini Kegiatan ini bertujuan untuk menfasilitasi
para guru terpilih dilatih dan dibekali santri dengan ruang khusus yang
pengetahuan tentang KRR dan metode memungkinkan mereka membahas
84 Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, Vol. 2, Nomor 1, September 2014, hlm : 79 -90

masalah kesehatan reproduksi dengan permintaan jadwal yang lebih rutin, dan
lebih nyaman, dengan tingkat dan penawaran sponsor siaran oleh
penghormatan privasi yang lebih tinggi. beberapa produk. Selain itu, guru muda
Implikasinya memanfaatkan tradisi sebagai narasumber juga dikontak banyak
kegiatan bimbingan penyuluhan (BP) pihak yang ingin berkonsultasi KRR.
dan perpustakaan. Di tempat ini, santri 8. Payanan klinis KRR di pesantren oleh
bisa mengkonsultasikan masalah KRR dokter yang bekerjasama dengan peer
baik secara pustaka dengan literatur yang educator dan peer counselor. Beberapa
tersedia, maupun dengan lisan dan tulisan pesantren yang memiliki klinik difasilitasi
dengan peer educator dan peer counselor. untuk mengembangkan pelayanan di area
Beberapa pusat informasi juga dilengkapi KRR seperti pelayanan konsultasi klinis
dengan peralatan audio visual yang terhadap menstruasi dan gangguan organ
memungkinkan santri memperoleh reproduksi. Pada pesantren yang belum
informasi KRR dari literature berbentuk memiliki klinik, pihak penyelenggara
video. Istilah pusat informasi ditemukan program menfasilitasi terbangunnya akses
berbeda antara program satu dengan ke klinik dan rumah sakit di luar
program lain seperti pojok remaja, pojok pesantren yang memberikan layanan
ARH (adolescence reproductive health), KRR.
ARH center, ARH corner, dan youth 9. Penyediaan literatur KRR. Kegiatan ini
center. ditujukan unuk memperluas akses santri
6. Pelayanan konsultasi tentang KRR oleh terhadap informasi KRR. Literatur yang
peer educator dan peer counselor. disediakan berupa media cetak seperti
Kegiatan ini merupakan bagian dari buku-buku, modul, leaflet, brosur, dan
tindak aksi yang dilakukan oleh peer poster; dan audio visual literature seperti
educator dan peer counselor setelah VCD dan DVD. Beberapa program juga
mendapatkan training. Proses konsultasi membangun dan menyediakan
bisa dilakukan dimana saja yang dinggap sambunngan internet untuk santri dengan
nyaman oleh konselor dan kliennya akses terbatas pada seputar situs informasi
seperti taman di pesantren, kantin, atau KRR dunia. Kegiatan ini dikoordinasi
area lain di pesantren termasuk pusat oleh oleh peer educator.
informai KRR. Konselor juga diharapkan 10. Program magang dan pertukaran pelajar.
untuk bersedia melakukan konsultasi Pada kegiatan magang, penyelenggara
secara tatap muka dan tertulis melalui menfasilitasi beberapa peer educator dan
surat. peer counselor untuk belajar tentang
7. Siaran radio tentang KRR. Aksi tindak penyebaran informasi KRR secara lebih
lanjut ini ditemukan dilakukan oleh mendalam dari institusi lain di luar
seorang guru muda ayng menjadi peer pesantren. Beberapa diantara mereka juga
educator. Karena kemampuannya dalam dikirim ke luar negeri untuk bertukar
berkomunikasi dan menjalin hubungan informasi.
baik dengan para remaja santri, dia 11. Program percontohan pesantren. Selain
mendapat tawaran untuk menyampaikan belajar dari institusi lain, pihak pesantren
materi KRR melalui media radio di juga difasilitasi untuk dikunjungi dan
daerah pesantren tempat dia bekerja bertukar informasi dengan beberapa pihak
berada. Kegiatan ini mendapat sambutan yang datang dan ingin belajar tentang
yang hangat dari para pendengar dengan penyebaran KRR. Beberapa pesantren
indikator banyaknya komentar, masukan, menjadi model dan percontohan bagi
Roikhatul Jannah, Strategi Pendidikan Sebaya Meningkatkan Kesehatan Reproduksi Remaja Di Pesantren 85

pesantren dan sekolah menengah di luar group dan pihak penyelenggara program
pesantren karena prestasi santri dan peer agar tidak hanya melulu materi KRR.
counselor di bidang KRR diakui oleh Kegiatan semacam ini disebut dengan
masyarakat di luar pesantren. Pesantren edutaiment yang berarti erdiri atas unsure
semacam ini banyak mendapat kontak edukasi atau pendidikan dan
dari institusi lain untuk mempresentasikan entertainment atau hiburan. Kegiatan ini
tentang KRR; dan banyak diminati oleh dikoordinasi oleh panitiayang terdiri atas
banyak pihak yang konsen dengan isu unsure penyelenggar program dan pihak
yang sama. pesantren, termasuk peer counselor.
12. Menfasilitasi dan memberi kesempatan 15. Festival seni yang mengekspresikan
kepada peer educator dan peer counselor pengetahuan KRR. Senada dengan youth
untuk melihat, mengetahui, dan came, kegiatan ini juga bersifat incidental
memperkaya wawasan tentang KRR di yang diadakan hanya satu kali selama
tingkat dunia dengan menghadiri berbagai periode program diimplementasikan di
seminar dan konfrensi tingkat local dan target group tertentu. Festival yang
internasional. Kesempatan ke luar negeri ditemukan berupa lomba lukis, lomba
diberikan kepada mereka yang memiliki nasyid dan qoshidah, lomba tari, dan
prestasi dan memiliki kemampuan bahasa lomba menulis dan membacakan puisi.
Inggris untuk berkomunikasi dengan Pada setiap hal yang dilombakan, tema
peserta lain di mancanegara. yang diusung selalu tentang KRR. Hal
13. Menyisipkan materi KRR lewat kegiatan ini bertujuan untuk membangun wawasan
santri seperti madding, pidato, dan KRR yang lebih luas bagi santri dan
pengantar senam kesegaran jasmani. memahami bahwa KRR ada pada semua
Kegiatan ini dilakukan oleh peer educator aspek kehidupan. Kegiatan ini diadakan
dan peer counselor sebagai bentuk dan diorganisir secara langsung oleh
modifikasi yang mungkin dilakukan penyelenggara program melalui tim
dalam menyampaikan informasi KRR. khusu yang telah dibentuk.
Mereka menyisipkan topic-topik yang 16. Lomba kamar bersih. Kegiatan ini mirip
ada pada isu KRR sebagai tema redaksi dengan acara festival akan tetapi
penerbitan madding secara berkala, penekanan yang diberikan adalah
menjadikan tema-tema dalam isu KRR menjaga dan memelihara personal
sebagi tema dalam latihan pidato yang hygiene dan kebersihan lingkungan.
diadakan secara rutin, dan Kegiaan dilakukan dengan menilai
menghubungkan tema KRR dengan kebersihan kamar, lingkungan sekitar
pidato atau ceramah pengantar sebelum kamar, dan kamar mandi yang
melaksanakan senam kesegaran jasmani dipergunakan anggota kamar yang
yang diadakan rutin mingguan. bersangkutan. Pada sesi pengumuman
14. Youth came. Kegiatan ini merupakan pemenang, acara dibuka dan dengan
bagian dari ekstrakurikuler pramuka yang diskusi interaktif tentang bagaimana
diadakan di luar pesantren. Sesuai dengan menjaga kebersihan pribadi, terutama
namanya, kegiatan berupa acar pada hal yang menyangkut pemeliharaan
perkemahan yang memodifikasi segala organ-organ reproduksi.
bentuk kegiatan kemah untuk bertema 17. Pembuatan dan pengadaan bulletin.
KRR. Kegiatan semacam ini diadakan Dalam kegiatan ini, pihak penyelenggara
hanya satu kali dan bersifat sebagai program memproduksi sebuah bulletin
refreshment atau penyegaran bagi target yang memuat tema tentang kesehatan
86 Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, Vol. 2, Nomor 1, September 2014, hlm : 79 -90

reproduksi remaja untuk didistribusikan yang yang kalah mendapat konsekwensi


ke santri. Bulletin juga memuat dan hukuman. Dari data yang terhimpun,
memberitakan hasil dokumentasi, agenda, ragam permainan KRR antar satu
dan progress, serta pelaksanaan kegiatan program dengan yang lain ditemukan
program. Selain itu, bulletin juga menjadi bervariasi. Jenis permainan bisa
sarana komunikasi antara santri yang ditemukan pada modul pelatihan.
ingin berkonsultasi tentang salah satu 20. Peer educator dan peer counselor
toipik KRR secara tertulis dengan berkontribusi member input dalam
penyelenggara dan tim yang menangani pembuatan modul. Kegiatan ini bertujuan
intervensi. Tulisan yang bisa dimuat untuk menciptakan acuan, panduan atau
dalam bulletin adalah hasil karya santri, aturan yang sistematis tentang sebuah
anggota tim khusus KRR, dan seluruh kegiatan: dimulai dari apa yang
pihak yang terlibat dalam program KRR dilakukan, peralatan yang diperlukan,
yang bersangkutan. Bulletin ini dan waktu yang dibutuhkan untuk
diterbitkan secara berkala. Beberapa melaksanakan kegiatan tersebut. Modul
program ada yang memproduksi dwi yang diproduksi oleh program KRR
mingguan, dan ada yang bulanan. pesantren adalah modul pelatihan KRR
18. Seminar KRR. Seminar yang diadakan yang ditujukan untuk menjadi panduan
khusus untuk santri dan anggota pelatihan di program yang sama atau
pesantren yang lain tempat dimana diadopsi program lain. Penciptaan modul
program KRR dilaksanakan. Tentu saja disesuakan dengan tujuan pembuatan
peserta seminar adalah santri pesantren modul. Pada beberapa program, modul
tersebut tanpa dibatasi pada peer educator diciptakan didasarkan pada pengalaman
dan peer counselor. Seminar ini program yang sedang dilaksanakan
dikoordinasi oleh penyelenggara program dengan tujuan program yang dimiliki
dengan mengundang beberapa ahli menjadi sebuah model yang suatu hari
kesehatan sebagai narasumber. Tema diadopsi pihak lain. Modul semacam ini
yang disajikan tetap seputar isu KRR. diterbitkan setelah program pelatihan
Seminar semacam ini tidak selalu ada di dilaksanakan. Pada sebagian program
semua program. Pada beberapa program yang lain, modul diciptakan sebagai
kegiatan ini diadakan secara berkala kebutuhan program yang ingin
antara tiga sampai enam bulan sekali. menentukan gaya pelatihan sendiri tanpa
19. Game (permainan) KRR. Permainan ini mengadopsi dari pihak lain. Modul ini
merupakan bentuk ice breaking yang dibuat sebelum berbagai pelatihan
bersifat edutaiment yang pelaksanaanya dilaksanakan oleh program karena
tidak berdiri sendiri sebagai suatu pelatihan yang akan dilaksanakan
kegiatan. Permainan diadakan dan diharapkan menggunakan modul yang
diselipkan pada bentuk kegiatan yang sedang dibuat.
besar seperti training, festival, dan 21. Proses dokumentasi dan pelaporan
seminar. Sebagai game KRR, permainan melibatkan konfirmasi data dari Peer
ini menggunakan istilah-istilah yang educator dan peer counselor. Kegiatan
berkaitan dengan kesehatan reproduksi. ini khusus dilakukan oleh penyelenggara
Karena sifatnya sebagai permainan, a t a u p ro v i d e r p r o g r a m u n t u k
pelaksanaanya ada yang menang dan menggambarkan perjalanan dan proses
mendapat reward (penghargaan) dalam pelaksanaan setiap kegiatan intervensi.
bentuk sekecil apapun dan sebaliknya Untuk mendukung pelaporan tersebut,
Roikhatul Jannah, Strategi Pendidikan Sebaya Meningkatkan Kesehatan Reproduksi Remaja Di Pesantren 87

pelapor menyertakan bukti-bukti azas disesuaikan dengan konteks sosial yang


lapangan berupa dokumentasi foto, ada agar bisa lebih diterima oleh santri sebagai
rekaman proses kegiatan, dan catatan target group (Popay, 1998). Dua organisasi
lapangan. Beberapa program juga ini menjadi ujung tombak yang memberi
mendokumentasikan setiap kegiatan masukan kepada pihak penyelenggara program
dalam bentuk audio visual. Kegiatan ini tentang aktifitas dan kesibukan santri di
sangat penting untuk referensi yang pesantren secara objektif. Sehingga provider
memungkinkan menjadi bahan acuan bisa mengolah dan mengembangkan kegiatan
program lain. Selain itu, dokumentasi program yang tidak memberatkan target group
dan pelaporan yang lengkap dari segi waktu, tenaga, dan beban pikiran
memungkinkan proses evaluasi menjadi dengan mempertimbangkan informasi
lebih mudah. Akan tetapi, tidak semua tersebut.
program KRR pesantren memiliki
pelaporan yang detail dan komplit. Secara teori, konsep peer education sangat
mungkin diterapkan di lingkungan pesantren
Tahap evaluasi program, pencapaian yang karena bebrapa alasan. Pertama, target group
diraih antara lain: 1) Meningkatkan adalah remaja. Kedua, jumlah target grup
pengetahuan santri tentang kesehatan memungkinkan provider memfasilitasi
reproduksi pada topik menstruasi, anatomi kebutuhan dan pengembangan peer educator,
dan fungsi organ reproduksi; 2) Miningkatkan dimana jumlah peer educator yang dibentuk
ketrampilan santri komunikasi dalam hal masih memungkinkan untuk menyebarkan
menolak pasangan yang mengajak melakukan isu KRR ke seluruh teman santri yang ada
aktifitas seksual; 3) Meninglatkan pengetahuan dan mereka difasilitasi dengan training dan
di bidang fungsi dan metode kontrasepsi; 4) bahan kajian literatur termasuk manual yang
Meningkatkan pengetahuan santri tentang memadai. Hal ini menjawab kekhawatiran
pencegahan dan penyebaran penyakit menular Hull, Hasmi, dan Widiantoro (2004) yang
seksual termasuk HIV/AIDS; dan 5) meyakini strategi peer educator tidak cocok
Mencegah santri berperilaku aktif dalam untuk remaja Indonesia dengan alasan bahwa
aktifitas seksual. jumlah remaja Indonesia sangat banyak,
sehingga pemerintah melalui BKKBN tidak
Hasil penelitian bahwa konsep peer education mungkin membentuk peer educator untuk
tidak semata-mata muncul dengan kata yang semua remaja Indonesia dan menfasilitasi
lugas. Mengacu definisi yang disampaikan semua educator tersebut dengan manual modul
oleh Shiner (1999) bahwa konsep peer yang dibutuhkan. Ketiga, berbagai kegiatan
education adalah paham youth peerness -yang santri dan sistem pengajaran di pesantren
berarti melibatkan teman sebaya, mengemas bersifat fleksibel untuk mengembangkan isu
pesan ala teman sebaya, dan mengembangkan KRR. Metode sorogan dan bandongan serta
aktifitas-aktifitas untuk teman sebaya, konsep berbagai aktifitas santri termasuk penerbitan
peer education dapat dilihat pada semua majalah dinding, ekstrakurikuler pramuka dan
program KRR pesantren di bagian intervensi seni, dan kegiatan olah raga adalah lahan
program, dalam bentuk kegiatan yang dikreasi subur dimana isu KRR bisa disisipkan,
selama proses implementasi berlangsung. sehingga program tidak perlu membuat
Penerapan konsep ini diyakini peneliti kegiatan baru yang tentu saja membutuhkan
berkaitan erat dengan situasi pesantren. waktu dan tenaga di luar kegiatan yang sudah
Pembentukan peer educator dan peer biasa dilakukan. Keempat, sustainabilitas
counselor menunjukkan bahwa program KRR program dimungkinkan karena proses
pesantren didesain dengan mempertimbangkan regenerasi educator di pesantren bisa selalu
88 Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, Vol. 2, Nomor 1, September 2014, hlm : 79 -90

dilakukan dari santri senior ke santri baru ditujukan kepada kyai dan pengurus pesantren.
dengan bimbingan peer counselor yang tetap Wise (2001) juga mendefinisikan advokasi
karena mereka bekerja untuk dan di pesantren sebagai sebuah usaha keras untuk memperoleh
tersebut. Dengan demikian, ketergantungan dukungan dan rekomendasi, sehingga lobby
target group terhadap penyelenggara dapat dan advokasi dapat disimpulkan sebagai salah
diatasi. Bahkan, kondisi ini memungkinkan satu bentuk aksi empowerment (Talbot &
pihak target untuk memperoleh dukungan lain Verrinder, 2005) yang memungkinkan
dari luar pesantren dan luar program. mempengaruhi dan meningkatkan kesehatan
santri serta mengarahkan ke perubahan
Dari pembahasan di atas dapat diartikan bahwa perilaku yang lebih positif melalui kesadaran
peer education sangat sesuai dengan konteks kyai dan pengurus pesantren tentang
sosial di pesantren dan memenuhi prinsip pentingnya edukasi KRR bagi santri sehingga
dasar dalam mempromosikan kesehatan di mereka menerima dan mengijinkan
pesantren. Meskipun penggunaan strategi peer pelaksanaan program KRR di pesantren yang
education sempat menjadi perdebatan karena mereka pimpin. Karena lobby dan advokasi
pengetahuan remaja tentang kesehatan merupakan bentuk konkrit dari promosi
reproduksi dianggap kurang mencukupi, kesehatan maka secara otomatis proses ini
intervensi program KRR pesantren telah sesuai dengan prinsip dasar health
menggambarkan bahwa dengan training dan promotion (Keleher, 2007).
pendampingan bagi educator kekhawatiran
terjadi bias informasi tentang KRR yang Selain itu, hasil analisa terhadap program
dilakukan oleh educator dapat diatasi. yang menyebutkan reaksi penolakan dari target
group pada tahap pengenalan juga
Berkaitan dengan pemilihan dan penggunaan menunjukkan bahwa target group secara
strategi, hasil dari sebuah intervensi program antusias menujukkan partisipasi dengan
adalah poin penting yang menjadi tujuan. mengenali dirinya sendiri dan menunjukkan
Berdasarkan data yang digambarkan pada sub asset sumber informasi KRR yang dia miliki.
sessi evaluasi, setiap program mengklaim Menurut Zakus dan Lysack (1998 dalam
bahwa program implementasi yang dilakukan Laverack 2005), ekspresi santri yang
telah membawa perubahan pada target group. menganalisa diri sendiri merupakan bagian
Hal ini berarti peer education sebagai konsep dari partisipasi yang menunjukkan bahwa
yang digunakan dalam tahapan intervensi mereka memiliki respek serta motivasi yang
program memberi manfaat perubahan tinggi terhadap program (Deena 2000).
peningkatan kesehatan reproduksi kepada Sehingga, negosiasi dan arahan yang logis
target group. Meskipun demikian, penggunaan melalui proses lobby adalah hal yang terbaik
konsep ini berkaitan dengan tahap lain pada untuk dilakukan sehingga target group bersedia
proses implementasi program. Dimulai dari untuk berpartisipasi dan berperan aktif dalam
tahap persiapan, program menggunakan proses program.
lobby sebagai sebuah strategi. Secara teori,
lobby merupakan salah satu strategi dalam Selain pada tahap pengenalan program,
promosi kesehatan yang menggunakan konsep partisipasi aktif juga jelas terlihat pada
strategi komunikasi. Wise (2001) menyatakan pengembangan program intervensi yang
bahwa lobby adalah salah satu bentuk aksi bersifat akomodatif dan memungkinkan pihak
advokasi yang bisa mempengaruhi dan target group berpartisipasi secara aktif. Hal
membawa perubahan pada kesehatan ini dapat dilihat dari banyaknya jenis kegiatan
masyarakat dan memungkinkan membantu yang ditemukan. Secara logis, tidak mungkin
perubahan perilaku seseorang, dalam hal ini sebuah kegiatan tetap dikembangkan tanpa
Roikhatul Jannah, Strategi Pendidikan Sebaya Meningkatkan Kesehatan Reproduksi Remaja Di Pesantren 89

peserta. Dalam intervensi ini, partisipasi kontrasepsi, pencegahan dan kontrol terhadap
dilakukan oleh target group yang bersedia aktifitas seksual, kemampuan komunikasi
menjadi peer educator, peer counselor, peserta untuk mengatakan tidak kepada pacar yang
festival dan kegiatan lain dengan bertanggung mengajak melakukan aktifitas seksual, dan
jawab menjalankan hak dan kewajiban sesuai mencegah penggunaan narkoba. Konsep peer
dengan posisi masing-masing. Zakus dan education sebagai pendekatan yang sensitif
Lysack (1998 dalam Laverack, 2005) kultur sangat berkaitan dengan tradisi dan
mendefinisikan partisipasi sebagai sebuah kondisi yang ada di pesantren telah terbukti
ekspresi yang antusias dari komunitas target efektif dan direkomendasikan untuk
group untuk menganalisa, merencanakan, dan dikembangkan pada berbagai program
melaksanakan aksi yang berkaitan dengan kesehatan seksual reproduksi bagi pelajar
kebutuhan kesehatan mereka dan mewujudkan pesantren dengan cara diintegrasikan,
organisasi yang mendukung aksi tersebut. disisipkan, diintegrasikan dalam berbagai
Sehingga peer educator dan peer counselor aktifitas santri yang sudah ada.
adalah bukti nyata keterlibatan target group
dalam program. Pada tahap intervensi ini, DAFTAR PUSTAKA
penguatan anggota komunitas (strengthening BKKBN. (2009). Mahasiswa Belum Banyak
community) dan empowerment sebagai bagian Tahu Dampak Seks Pra-nikah.
dalam prinsip pokok promosi kesehatan karena (online). Diunduh dari
semua kegiatan bersifat edukatif dan bertujuan http://www.bkkbn.go.id/Webs/DetailR
untuk meningkatkan kesehatan santri. Contoh ubrik.php?MyID=589 pada tanggal 24
kegiatan yang secara langsung membawa Mei 2010
peningkatan pengetahuan tentang KRR adalah
training peer educator dan peer counselor. Beaglehole, R., Bonita, R. & Kjellstroom, T.
Selain itu, hasil evaluasi akhir setiap program 1993, Basic Epidemiology. Genewa:
menyatakan bahwa kesehatan santri di area WHO
reproduksi meningkat dengan klaim,
Cook, R.J., & Dicken, B.M. 2007.
pengukuran dan standar yang berbeda.
Reproductive health and public health
ethics. International Journal of
SIMPULAN
Gynecology and Obstetrics, Vol.99 : 75-
Strategi peer education tidak berdiri sendiri, 79.
tetapi mempertimbangkan kondisi sosial
budaya dan lingkungan dimana target group Deena, W. 2000. Consumer and community
berada, dimana pelaksanaannya mengacu pada participation: A reassessment of process,
prinsip pokok yang telah disepakati yaitu impact and value. Extracted from
equity, empowerment, strengthening the Hanbook of social studies in health
community, community participation, cultural medicine. Sage publication.
respect, accountable, dan social capital. Dhofier, Z. 1999. The Pesantren Tradition:
A Study of the Role of the Kyai in the
Hasil evaluasi menunjukkan peer educator Maintenance of the Traditional Ideology
dalam KRR pesantren membawa perubahan of Islam in Java, Program for Southeast
kepada peningkatan pengetahuan santri Asian Studies Monograph Series Arizona
tentang kesehatan reproduksi pada topik State University, ASU, Tempe, mail: 18
menstruasi, anatomi dan fungsi organ June 2008.
reproduksi, penyebaran dan penularan
penyakit menular seksual termasuk Hulupi, M. E. 2007. An Islamic boarding
HIV/AIDS, pengetahuan tentang metode school in Central Lombok aims to
90 Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, Vol. 2, Nomor 1, September 2014, hlm : 79 -90

promote gender equality, adolescent Popay, J., Roger, A., & Williams, G. 1998.
reproductive health issues. UNFPA Rationale and standards for the
Indonesia, diunduh dari systematic review of qualitative literature
http://indonesia.unfpa.org/news/2007/n in health services research. Journal of
ews2007-Joint%20mission Qualitative health research, Vol .8, No.
%20NTB02.htm. pada tanggal 24 Mei 3 : 341-351.
2010.
Shiner, M 1999, 'Defining peer education',
International Conference on Population and Journal of Adolescence, vol. 22, pp. 555-
Development (ICPD) 1994. Cairo 566,
Programme of Action of the United
Smith-Hefner, N.J. 2006. Reproducing
Nations International Conference on
respectability: sex and sexuality among
Population and Development, paragraph
Muslim Javanese youth. Review of
7.2.
Indonesian and Malaysian Affairs, Vol.
Kementerian Koordinator Bidang 40, No. 1: 143-172.
Kesejahteraan Rakyat (Menkokesra),
Talbot, L., & Verrinder, G. 2005. Promoting
2010. BKKBN: Sebanyak 63% Remaja
health: the primary health care approach,
Pernah Berhubungan Seks, headline
3rd edition, Sydney : Elsevier.
news, p.1. diunduh dari
http://www.menkokesra.go.id/content/ UNESCO. 2004. Supplementing ARH
view/10043/39/, pada tanggal 15 April education for youth in Islamic schools:
2010, a model from Indonesia. Adolescence
education newsletters, Vol 7, No 2 :21.
Keleher, H. 2007. Strategic communication
in Keleher. Macdougal, C. & Murphy, Ward, J., Hunter, G., & Power, R. 1997.
B. (eds). Understanding health promotion, Peer education as a means of drug
New York: Oxford University Press. prevention and education among young
people: an evaluation. Health Education
Kholifah. 2005. Contesting discourses on
Journal, 56
sexuality and sexual subjectivity among
young women in pesantren, Thesis, Wise, M. 2001. The role of advocacy in
B a n g k o k M a h i d o l U n i v e r s i t y. promoting health. Promotion &
Education, Vol.8, No.2 : 69-73.
Liamputtong , P & Ezzy, D. 2005. Qualitative
Research Methods. Melbourne: Oxford World Health Organization (WHO). 2008.
University Press. Sexual Reproductive health for
adolescent: Promoting the sexual and
Masruchah & Keenan, B. 2005. The
reproductive health of adolescents.
legitimacy of religion to create change
D i u n d u h d a r i
in Indonesia in Geetanjali M and
http://www.who.int/reproductive-
Radhika C. Sexuality, gender and rights:
health/adolescent/index.html. pada
exploring theory and practice in South
tanggal 28 September 2008.
and Southeast Asia, New Delhi: Sage
Publication, Yuni. 2009. Wow, 62,7% Pelajar SMP Tak
Perawan. Diunduh dari
Murphy, B. 2007. Strategic communication,
h t t p : / / w w w . h a r i a n -
promotion in Understanding Health
global.com/index.php?option=com_co
Promotion, Keleher MacDougall, C. &
ntent&task=view&id=7291&Itemid=53.
Murphy, B. (eds)., Melbourne: Oxford
Pada tanggal 24 Mei 2010.
University Press.

Anda mungkin juga menyukai