Roikhatul Jannah
Dosen Jurusan Fisioterapi Poltekkes Kemenkes Jakarta III
Jl. Arteri JORR Jatiwarna Kecamatan Pondok Melati Kota Bekasi
Email : ro_ikha@yahoo.com
ABSTRACT
In the last decades, health agents have been exploring and developing adolescent sexual
reproductive health initiative in respon various sexual reproductive health cases among
young people. This study aims to observe how effective peer education strategy to improve
awareness as well as reproductive health knowledge among young people in pesantren.
This research is qualitative approach that utilized ethnographic perspective for interpreting
the result. By analyzing final report of the implemented initiatives in pesantrens, the result
of this study shows that peer education strategy is effective, applicable, manageable, and
modifiable for educating santri's reproductive health as long as health agents success in
lobbing the pesantren leader, the Kyai. Conclusion: Peer education concept which is
culturally sensitive is proofed and recommended in adolescent sexual reproductive health
(ASRH) initiative development for pesantren's student when it it is able to blended and
integrated with activities of santris.
Keywords: reproductive health, peer educator, behavior change, adolescent sexual health
ABSTRAK
Beberapa decade terakhir, para praktisi kesehatan mencari dan mengembangkan berbagai
program kesehatan seksual reproduksi remaja (KRR) untuk merespon/ mengatasi berbagai
kasus kesehatan seksual dan reproduksi yang dialami remaja. Penelitian ini bertujuan
melihat bagaimana keefektifan strategi peer education untuk meningkatkan kesadaran dan
pengetahuan kesehatan seksual dan reproduksi remaja di pesantren. Penelitian merupakan
tipe kualitatif yang menggunakan pendekatan etnografi dalam menginterpretasikan hasil
yang ditemukan. Dengan mencermati dan melakukan analisa mendalam terhadap berbagai
laporan akhir program kesehatan seksual reproduksi remaja yang telah diimplementasikan
di pesantren, hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi peer education merupakan
metode yang efektif, bisa untuk diterapkan, bisa di manage dengan baik, bisa dimunculkan
dengan berbagai modifikasi, untuk mendidik kesehatan reproduksi di kalangan santri selama
pihak pengembang program mampu dan sukses melakukan lobi kepada pimpinan pesantren,
yaitu Kyai. Kesimpulan: konsep peer education sebagai pendekatan yang sensitif kultur
sangat berkaitan dengan tradisi dan kondisi yang ada di pesantren telah terbukti efektif
dan direkomendasikan untuk dikembangkan pada berbagai program kesehatan seksual
reproduksi bagi pelajar pesantren dengan cara diintegrasikan, disisipkan, diintegrasikan
dalam berbagai aktifitas santri yang sudah ada.
Kata Kunci: kesehatan reproduksi, peer edukator, perubahan perilaku, kesehatan seksual
remaja
79
80 Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, Vol. 2, Nomor 1, September 2014, hlm : 79 -90
termasuk program KRR (Kholifah 2005). semacam ini disebut less power dan
Meski demikian, kurikulum pendidikan vulnerable, dimana action for change dalam
pesantren memuat sejumlah topik kesehatan bentuk empowerment mutlak dianjurkan.
reproduksi seperti menstruasi, mimpi basah, Mengacu pada framework program aksi yang
higienis dan kebersihan (Smith-Hefner 2006; dikemukakan dalam International Conference
Kholifah 2005). Materi tersebut tersedia pada on Population and Development (ICPD)
berbagai kitab kuning yang merupakan text (1994), kesehatan seksual reproduksi disebut
book santri. Tahun 1953, pesantren dihimbau sebagai hak asasi manusia yang bertekad
untuk ikut promosi penundaan usia menikah mengajak serta memotori para praktisi di
(Hulupi, 2007) walaupun relatif tertutup pada bidang kesehatan untuk menciptakan dan
pihak luar dan membatasi area interpretasi mengimplementsikan berbagai program
terhadap topik seksual reproduksi pada kesehatan seksual dan reproduksi yang
perspektif mereka dengan dalih berkaitan memperhatikan faktor-faktor budaya,
dengan tradisi dan ajaran agama. lingkungan dan kehidupan sosial masyarakat
target grup. Tujuan akhir dari gerakan ini
Sebuah survey tahun 2006 menunjukkan adalah pelayanan dan akses kesehatan
bahwa, 500 (lima ratus) santri teridentifikasi reproduksi sudah dapat dinikmati seluruh
mengunjungi dan memanfaatkan aspek masyarakat global pada tahun 2015.
layanan kesehatan reproduksi remaja pada
sejumlah pusat informasi dan bimbingan Merespon hasil conference World Health
remaja yang disediakan pemerintah (Hulupi, Organization (WHO) tersebut, berbagai
2007) yang dikembangkan bebasis peer program kesehatan reproduksi
education atau pendidikan sebaya. Karena diimplementasikan di banyak komunitas.
educator remaja diasumsikan memiliki Khusus bagi komunitas pesantren, program
pengetahuan dan pengalaman yang terbatas yang sama juga dikembangkan oleh pihak-
tentang kesehatan reproduksi, maka metode pihak yang perhatian dengan pesantren. Dari
ini tidak cukup efektif untuk meningkatakan berbagai variasi kekuatan dan kelemahan
pengetahuan kesehatan reproduksi remaja masing-masing strategi yang dikemukakan,
(Ward 1997), sehingga metode ini kemudian peer education atau pendidikan sebaya,
dikembangkan dan dimodifikasi pada bebrapa muncul menjadi strategi yang popular
aspek peerness yang lebih luas, yaitu area termasuk di pesantren. Merespon maraknya
yang tidak hanya menekankan pada kesetaraan pemakaian strategi ini di berbagai daerah,
umur, akan tetapi juga mempertimbangkan negara, dan kelompok pengembang program
bagaimana cara mengolah, mengemas dan kesehatan yang berbeda, peneliti bermaksud
menyampaikan informasi tentang kesehatan mencermati sejauh mana sesungguhnya
reproduksi yang diinginkan remaja secara keefektifan peer education dalam
emosional, seperti yang dilakukan oleh teman meningkatkan kesehatan reproduksi remaja
sebaya mereka (Shiner, 1999). khususnya pada komunitas pesantren. Secara
khusus penelitian juga bertujuan untuk
Fakta menunjukan bahwa remaja pesantren mengetahui: (1) alasan mengapa pendidikan
membutuhkan penguatan di bidang sebaya dipilih sebagai strategi; (2) bagaimana
pengetahuan dan akses terhadap informasi pendidikan sebaya di terapkan pada program
kesehatan reproduksi. Dalam teori power- KRR di pesantren; (3) apa saja bentuk-bentuk
empowerment Laverack (2005), kondisi aktivitas yang dikembangkan dalam strategi
pesantren yang membutuhkan peningkatan ini, (4) bagaimana pengaruh strategi tersebut
edukasi di bidang kesehatan reproduksi bagi santri.
82 Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, Vol. 2, Nomor 1, September 2014, hlm : 79 -90
masalah kesehatan reproduksi dengan permintaan jadwal yang lebih rutin, dan
lebih nyaman, dengan tingkat dan penawaran sponsor siaran oleh
penghormatan privasi yang lebih tinggi. beberapa produk. Selain itu, guru muda
Implikasinya memanfaatkan tradisi sebagai narasumber juga dikontak banyak
kegiatan bimbingan penyuluhan (BP) pihak yang ingin berkonsultasi KRR.
dan perpustakaan. Di tempat ini, santri 8. Payanan klinis KRR di pesantren oleh
bisa mengkonsultasikan masalah KRR dokter yang bekerjasama dengan peer
baik secara pustaka dengan literatur yang educator dan peer counselor. Beberapa
tersedia, maupun dengan lisan dan tulisan pesantren yang memiliki klinik difasilitasi
dengan peer educator dan peer counselor. untuk mengembangkan pelayanan di area
Beberapa pusat informasi juga dilengkapi KRR seperti pelayanan konsultasi klinis
dengan peralatan audio visual yang terhadap menstruasi dan gangguan organ
memungkinkan santri memperoleh reproduksi. Pada pesantren yang belum
informasi KRR dari literature berbentuk memiliki klinik, pihak penyelenggara
video. Istilah pusat informasi ditemukan program menfasilitasi terbangunnya akses
berbeda antara program satu dengan ke klinik dan rumah sakit di luar
program lain seperti pojok remaja, pojok pesantren yang memberikan layanan
ARH (adolescence reproductive health), KRR.
ARH center, ARH corner, dan youth 9. Penyediaan literatur KRR. Kegiatan ini
center. ditujukan unuk memperluas akses santri
6. Pelayanan konsultasi tentang KRR oleh terhadap informasi KRR. Literatur yang
peer educator dan peer counselor. disediakan berupa media cetak seperti
Kegiatan ini merupakan bagian dari buku-buku, modul, leaflet, brosur, dan
tindak aksi yang dilakukan oleh peer poster; dan audio visual literature seperti
educator dan peer counselor setelah VCD dan DVD. Beberapa program juga
mendapatkan training. Proses konsultasi membangun dan menyediakan
bisa dilakukan dimana saja yang dinggap sambunngan internet untuk santri dengan
nyaman oleh konselor dan kliennya akses terbatas pada seputar situs informasi
seperti taman di pesantren, kantin, atau KRR dunia. Kegiatan ini dikoordinasi
area lain di pesantren termasuk pusat oleh oleh peer educator.
informai KRR. Konselor juga diharapkan 10. Program magang dan pertukaran pelajar.
untuk bersedia melakukan konsultasi Pada kegiatan magang, penyelenggara
secara tatap muka dan tertulis melalui menfasilitasi beberapa peer educator dan
surat. peer counselor untuk belajar tentang
7. Siaran radio tentang KRR. Aksi tindak penyebaran informasi KRR secara lebih
lanjut ini ditemukan dilakukan oleh mendalam dari institusi lain di luar
seorang guru muda ayng menjadi peer pesantren. Beberapa diantara mereka juga
educator. Karena kemampuannya dalam dikirim ke luar negeri untuk bertukar
berkomunikasi dan menjalin hubungan informasi.
baik dengan para remaja santri, dia 11. Program percontohan pesantren. Selain
mendapat tawaran untuk menyampaikan belajar dari institusi lain, pihak pesantren
materi KRR melalui media radio di juga difasilitasi untuk dikunjungi dan
daerah pesantren tempat dia bekerja bertukar informasi dengan beberapa pihak
berada. Kegiatan ini mendapat sambutan yang datang dan ingin belajar tentang
yang hangat dari para pendengar dengan penyebaran KRR. Beberapa pesantren
indikator banyaknya komentar, masukan, menjadi model dan percontohan bagi
Roikhatul Jannah, Strategi Pendidikan Sebaya Meningkatkan Kesehatan Reproduksi Remaja Di Pesantren 85
pesantren dan sekolah menengah di luar group dan pihak penyelenggara program
pesantren karena prestasi santri dan peer agar tidak hanya melulu materi KRR.
counselor di bidang KRR diakui oleh Kegiatan semacam ini disebut dengan
masyarakat di luar pesantren. Pesantren edutaiment yang berarti erdiri atas unsure
semacam ini banyak mendapat kontak edukasi atau pendidikan dan
dari institusi lain untuk mempresentasikan entertainment atau hiburan. Kegiatan ini
tentang KRR; dan banyak diminati oleh dikoordinasi oleh panitiayang terdiri atas
banyak pihak yang konsen dengan isu unsure penyelenggar program dan pihak
yang sama. pesantren, termasuk peer counselor.
12. Menfasilitasi dan memberi kesempatan 15. Festival seni yang mengekspresikan
kepada peer educator dan peer counselor pengetahuan KRR. Senada dengan youth
untuk melihat, mengetahui, dan came, kegiatan ini juga bersifat incidental
memperkaya wawasan tentang KRR di yang diadakan hanya satu kali selama
tingkat dunia dengan menghadiri berbagai periode program diimplementasikan di
seminar dan konfrensi tingkat local dan target group tertentu. Festival yang
internasional. Kesempatan ke luar negeri ditemukan berupa lomba lukis, lomba
diberikan kepada mereka yang memiliki nasyid dan qoshidah, lomba tari, dan
prestasi dan memiliki kemampuan bahasa lomba menulis dan membacakan puisi.
Inggris untuk berkomunikasi dengan Pada setiap hal yang dilombakan, tema
peserta lain di mancanegara. yang diusung selalu tentang KRR. Hal
13. Menyisipkan materi KRR lewat kegiatan ini bertujuan untuk membangun wawasan
santri seperti madding, pidato, dan KRR yang lebih luas bagi santri dan
pengantar senam kesegaran jasmani. memahami bahwa KRR ada pada semua
Kegiatan ini dilakukan oleh peer educator aspek kehidupan. Kegiatan ini diadakan
dan peer counselor sebagai bentuk dan diorganisir secara langsung oleh
modifikasi yang mungkin dilakukan penyelenggara program melalui tim
dalam menyampaikan informasi KRR. khusu yang telah dibentuk.
Mereka menyisipkan topic-topik yang 16. Lomba kamar bersih. Kegiatan ini mirip
ada pada isu KRR sebagai tema redaksi dengan acara festival akan tetapi
penerbitan madding secara berkala, penekanan yang diberikan adalah
menjadikan tema-tema dalam isu KRR menjaga dan memelihara personal
sebagi tema dalam latihan pidato yang hygiene dan kebersihan lingkungan.
diadakan secara rutin, dan Kegiaan dilakukan dengan menilai
menghubungkan tema KRR dengan kebersihan kamar, lingkungan sekitar
pidato atau ceramah pengantar sebelum kamar, dan kamar mandi yang
melaksanakan senam kesegaran jasmani dipergunakan anggota kamar yang
yang diadakan rutin mingguan. bersangkutan. Pada sesi pengumuman
14. Youth came. Kegiatan ini merupakan pemenang, acara dibuka dan dengan
bagian dari ekstrakurikuler pramuka yang diskusi interaktif tentang bagaimana
diadakan di luar pesantren. Sesuai dengan menjaga kebersihan pribadi, terutama
namanya, kegiatan berupa acar pada hal yang menyangkut pemeliharaan
perkemahan yang memodifikasi segala organ-organ reproduksi.
bentuk kegiatan kemah untuk bertema 17. Pembuatan dan pengadaan bulletin.
KRR. Kegiatan semacam ini diadakan Dalam kegiatan ini, pihak penyelenggara
hanya satu kali dan bersifat sebagai program memproduksi sebuah bulletin
refreshment atau penyegaran bagi target yang memuat tema tentang kesehatan
86 Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, Vol. 2, Nomor 1, September 2014, hlm : 79 -90
dilakukan dari santri senior ke santri baru ditujukan kepada kyai dan pengurus pesantren.
dengan bimbingan peer counselor yang tetap Wise (2001) juga mendefinisikan advokasi
karena mereka bekerja untuk dan di pesantren sebagai sebuah usaha keras untuk memperoleh
tersebut. Dengan demikian, ketergantungan dukungan dan rekomendasi, sehingga lobby
target group terhadap penyelenggara dapat dan advokasi dapat disimpulkan sebagai salah
diatasi. Bahkan, kondisi ini memungkinkan satu bentuk aksi empowerment (Talbot &
pihak target untuk memperoleh dukungan lain Verrinder, 2005) yang memungkinkan
dari luar pesantren dan luar program. mempengaruhi dan meningkatkan kesehatan
santri serta mengarahkan ke perubahan
Dari pembahasan di atas dapat diartikan bahwa perilaku yang lebih positif melalui kesadaran
peer education sangat sesuai dengan konteks kyai dan pengurus pesantren tentang
sosial di pesantren dan memenuhi prinsip pentingnya edukasi KRR bagi santri sehingga
dasar dalam mempromosikan kesehatan di mereka menerima dan mengijinkan
pesantren. Meskipun penggunaan strategi peer pelaksanaan program KRR di pesantren yang
education sempat menjadi perdebatan karena mereka pimpin. Karena lobby dan advokasi
pengetahuan remaja tentang kesehatan merupakan bentuk konkrit dari promosi
reproduksi dianggap kurang mencukupi, kesehatan maka secara otomatis proses ini
intervensi program KRR pesantren telah sesuai dengan prinsip dasar health
menggambarkan bahwa dengan training dan promotion (Keleher, 2007).
pendampingan bagi educator kekhawatiran
terjadi bias informasi tentang KRR yang Selain itu, hasil analisa terhadap program
dilakukan oleh educator dapat diatasi. yang menyebutkan reaksi penolakan dari target
group pada tahap pengenalan juga
Berkaitan dengan pemilihan dan penggunaan menunjukkan bahwa target group secara
strategi, hasil dari sebuah intervensi program antusias menujukkan partisipasi dengan
adalah poin penting yang menjadi tujuan. mengenali dirinya sendiri dan menunjukkan
Berdasarkan data yang digambarkan pada sub asset sumber informasi KRR yang dia miliki.
sessi evaluasi, setiap program mengklaim Menurut Zakus dan Lysack (1998 dalam
bahwa program implementasi yang dilakukan Laverack 2005), ekspresi santri yang
telah membawa perubahan pada target group. menganalisa diri sendiri merupakan bagian
Hal ini berarti peer education sebagai konsep dari partisipasi yang menunjukkan bahwa
yang digunakan dalam tahapan intervensi mereka memiliki respek serta motivasi yang
program memberi manfaat perubahan tinggi terhadap program (Deena 2000).
peningkatan kesehatan reproduksi kepada Sehingga, negosiasi dan arahan yang logis
target group. Meskipun demikian, penggunaan melalui proses lobby adalah hal yang terbaik
konsep ini berkaitan dengan tahap lain pada untuk dilakukan sehingga target group bersedia
proses implementasi program. Dimulai dari untuk berpartisipasi dan berperan aktif dalam
tahap persiapan, program menggunakan proses program.
lobby sebagai sebuah strategi. Secara teori,
lobby merupakan salah satu strategi dalam Selain pada tahap pengenalan program,
promosi kesehatan yang menggunakan konsep partisipasi aktif juga jelas terlihat pada
strategi komunikasi. Wise (2001) menyatakan pengembangan program intervensi yang
bahwa lobby adalah salah satu bentuk aksi bersifat akomodatif dan memungkinkan pihak
advokasi yang bisa mempengaruhi dan target group berpartisipasi secara aktif. Hal
membawa perubahan pada kesehatan ini dapat dilihat dari banyaknya jenis kegiatan
masyarakat dan memungkinkan membantu yang ditemukan. Secara logis, tidak mungkin
perubahan perilaku seseorang, dalam hal ini sebuah kegiatan tetap dikembangkan tanpa
Roikhatul Jannah, Strategi Pendidikan Sebaya Meningkatkan Kesehatan Reproduksi Remaja Di Pesantren 89
peserta. Dalam intervensi ini, partisipasi kontrasepsi, pencegahan dan kontrol terhadap
dilakukan oleh target group yang bersedia aktifitas seksual, kemampuan komunikasi
menjadi peer educator, peer counselor, peserta untuk mengatakan tidak kepada pacar yang
festival dan kegiatan lain dengan bertanggung mengajak melakukan aktifitas seksual, dan
jawab menjalankan hak dan kewajiban sesuai mencegah penggunaan narkoba. Konsep peer
dengan posisi masing-masing. Zakus dan education sebagai pendekatan yang sensitif
Lysack (1998 dalam Laverack, 2005) kultur sangat berkaitan dengan tradisi dan
mendefinisikan partisipasi sebagai sebuah kondisi yang ada di pesantren telah terbukti
ekspresi yang antusias dari komunitas target efektif dan direkomendasikan untuk
group untuk menganalisa, merencanakan, dan dikembangkan pada berbagai program
melaksanakan aksi yang berkaitan dengan kesehatan seksual reproduksi bagi pelajar
kebutuhan kesehatan mereka dan mewujudkan pesantren dengan cara diintegrasikan,
organisasi yang mendukung aksi tersebut. disisipkan, diintegrasikan dalam berbagai
Sehingga peer educator dan peer counselor aktifitas santri yang sudah ada.
adalah bukti nyata keterlibatan target group
dalam program. Pada tahap intervensi ini, DAFTAR PUSTAKA
penguatan anggota komunitas (strengthening BKKBN. (2009). Mahasiswa Belum Banyak
community) dan empowerment sebagai bagian Tahu Dampak Seks Pra-nikah.
dalam prinsip pokok promosi kesehatan karena (online). Diunduh dari
semua kegiatan bersifat edukatif dan bertujuan http://www.bkkbn.go.id/Webs/DetailR
untuk meningkatkan kesehatan santri. Contoh ubrik.php?MyID=589 pada tanggal 24
kegiatan yang secara langsung membawa Mei 2010
peningkatan pengetahuan tentang KRR adalah
training peer educator dan peer counselor. Beaglehole, R., Bonita, R. & Kjellstroom, T.
Selain itu, hasil evaluasi akhir setiap program 1993, Basic Epidemiology. Genewa:
menyatakan bahwa kesehatan santri di area WHO
reproduksi meningkat dengan klaim,
Cook, R.J., & Dicken, B.M. 2007.
pengukuran dan standar yang berbeda.
Reproductive health and public health
ethics. International Journal of
SIMPULAN
Gynecology and Obstetrics, Vol.99 : 75-
Strategi peer education tidak berdiri sendiri, 79.
tetapi mempertimbangkan kondisi sosial
budaya dan lingkungan dimana target group Deena, W. 2000. Consumer and community
berada, dimana pelaksanaannya mengacu pada participation: A reassessment of process,
prinsip pokok yang telah disepakati yaitu impact and value. Extracted from
equity, empowerment, strengthening the Hanbook of social studies in health
community, community participation, cultural medicine. Sage publication.
respect, accountable, dan social capital. Dhofier, Z. 1999. The Pesantren Tradition:
A Study of the Role of the Kyai in the
Hasil evaluasi menunjukkan peer educator Maintenance of the Traditional Ideology
dalam KRR pesantren membawa perubahan of Islam in Java, Program for Southeast
kepada peningkatan pengetahuan santri Asian Studies Monograph Series Arizona
tentang kesehatan reproduksi pada topik State University, ASU, Tempe, mail: 18
menstruasi, anatomi dan fungsi organ June 2008.
reproduksi, penyebaran dan penularan
penyakit menular seksual termasuk Hulupi, M. E. 2007. An Islamic boarding
HIV/AIDS, pengetahuan tentang metode school in Central Lombok aims to
90 Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, Vol. 2, Nomor 1, September 2014, hlm : 79 -90
promote gender equality, adolescent Popay, J., Roger, A., & Williams, G. 1998.
reproductive health issues. UNFPA Rationale and standards for the
Indonesia, diunduh dari systematic review of qualitative literature
http://indonesia.unfpa.org/news/2007/n in health services research. Journal of
ews2007-Joint%20mission Qualitative health research, Vol .8, No.
%20NTB02.htm. pada tanggal 24 Mei 3 : 341-351.
2010.
Shiner, M 1999, 'Defining peer education',
International Conference on Population and Journal of Adolescence, vol. 22, pp. 555-
Development (ICPD) 1994. Cairo 566,
Programme of Action of the United
Smith-Hefner, N.J. 2006. Reproducing
Nations International Conference on
respectability: sex and sexuality among
Population and Development, paragraph
Muslim Javanese youth. Review of
7.2.
Indonesian and Malaysian Affairs, Vol.
Kementerian Koordinator Bidang 40, No. 1: 143-172.
Kesejahteraan Rakyat (Menkokesra),
Talbot, L., & Verrinder, G. 2005. Promoting
2010. BKKBN: Sebanyak 63% Remaja
health: the primary health care approach,
Pernah Berhubungan Seks, headline
3rd edition, Sydney : Elsevier.
news, p.1. diunduh dari
http://www.menkokesra.go.id/content/ UNESCO. 2004. Supplementing ARH
view/10043/39/, pada tanggal 15 April education for youth in Islamic schools:
2010, a model from Indonesia. Adolescence
education newsletters, Vol 7, No 2 :21.
Keleher, H. 2007. Strategic communication
in Keleher. Macdougal, C. & Murphy, Ward, J., Hunter, G., & Power, R. 1997.
B. (eds). Understanding health promotion, Peer education as a means of drug
New York: Oxford University Press. prevention and education among young
people: an evaluation. Health Education
Kholifah. 2005. Contesting discourses on
Journal, 56
sexuality and sexual subjectivity among
young women in pesantren, Thesis, Wise, M. 2001. The role of advocacy in
B a n g k o k M a h i d o l U n i v e r s i t y. promoting health. Promotion &
Education, Vol.8, No.2 : 69-73.
Liamputtong , P & Ezzy, D. 2005. Qualitative
Research Methods. Melbourne: Oxford World Health Organization (WHO). 2008.
University Press. Sexual Reproductive health for
adolescent: Promoting the sexual and
Masruchah & Keenan, B. 2005. The
reproductive health of adolescents.
legitimacy of religion to create change
D i u n d u h d a r i
in Indonesia in Geetanjali M and
http://www.who.int/reproductive-
Radhika C. Sexuality, gender and rights:
health/adolescent/index.html. pada
exploring theory and practice in South
tanggal 28 September 2008.
and Southeast Asia, New Delhi: Sage
Publication, Yuni. 2009. Wow, 62,7% Pelajar SMP Tak
Perawan. Diunduh dari
Murphy, B. 2007. Strategic communication,
h t t p : / / w w w . h a r i a n -
promotion in Understanding Health
global.com/index.php?option=com_co
Promotion, Keleher MacDougall, C. &
ntent&task=view&id=7291&Itemid=53.
Murphy, B. (eds)., Melbourne: Oxford
Pada tanggal 24 Mei 2010.
University Press.