Anda di halaman 1dari 30

BAB IV

HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik Studi

Dua Belas artikel telah ditemukan dalam studi ini. Sebagian besar hasil

penelitian yang ditemukan menggunakan desain cross sectional study, sedangkan

yang lainnya yaitu menggunakan desain randomized control trial Secara

keseluruhan jumlah rata- rata responden dalam penelitian lebih dari 300

responden. Studi yang sesuai dengan tujuan penelitian rata- rata dilakukan di

Indonesia sebanyak 10 studi, dan Asia sebanyak 3 studi.

Dari hasil pencarian litartur didapatkan 9 studi yang membahas tentang

Pendidikan Kesehatan reproduksi, penyuluhan pada sikap remaja, dan

pernikahan dini usia remaja. 4 studi mengenai pola asuh Orang tua, Perilaku seks

bebas, dan pencegahan HIV

Hasil penelusuran sudah sesuai dengan rumusan masalah penelitian yaitu,

“Apakah ada hubungan antara pendidikan kesehatan reproduksi remaja dengan angka

kejadian pernikahan dini ?”. Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu

1. Menjaskan hubungan pendidikan kesehatan reproduksi pada remaja dan kejadian

pernikahan dini

2. Mengidentifikasi pemberian pendidikan kesehatan reproduksi pada remaja

3. Mengidentifikasi hubungan antara Pendidikan Kesehatan reproduksi dan kejadian

pernikahan dini.
Tabel 4.1 Karakteristik Studi
Kategori N %
Tahun Publikasi
2019 2 15
2018 4 30
2017 2 15
2016 2 15
2015 2 15
2011 1 10
Total 13 100
Gambaran Perilaku
Pendidikan Kesehatan 3 25
reproduksi
pernikahan dini usia remaja 3 25

penyuluhan pada sikap 1 8.3


remaja
pola asuh Orang tua 3 25
Perilaku seks bebas 1 8.3
pencegahan HIV 1 8.4
Total 12 100
Desain Penelitian
Cross Sectional Study 7 80
Randomized Control Trial 6 10

Total 13 100

4.2 Karakteristik Responden

Responden dalam studi merupakan anak muda berusia 10–24 tahun

tahun. Sebagian besar tingkat pendidikan di level sekolah

menengah atas dan sarjana.


Tabel 4.2 Hasil Telaah Jurnal

Tujuan & Metode (Desain,


Judul, Penulis, Sampel, Variabel,
No Tempat Hasil Analisis Kesimpulan
Tahun Publikasi Instrumen, Analisis)
Penelitian
untuk
Pengaruh mengetahui
Penyuluhan pengaruh Hasil penelitian yang dilakukan oleh hasil uji Paired Sample T-
D=Quasi Setiawati di SMP Negeri 9 Surakarta pada tahun Test didapatkan bahwa
Kesehatan penyuluhan
Eksperimen 2014 yang berjudul “Pengaruh penyuluhan nilai T hitung < T tabel (-
Reproduksi kesehatan kesehatan reproduksi melalui metode ceramah 10,74 < -2,042) dan hasil
S = 32 siswa
Melalui Audio reproduksi terhadap tingkat pengetahuan kesehatan uji statistik didapat nilai p
V = meningkatkan reproduksi pada siswa SMP Negeri Surakarta” value 0,0001 < alpha
Visual melalui audio
pengetahuan diperoleh perbedaan tingkat pengetahuan yang (0,05) sehingga dapat
Dengan Hasil visual
1. kesehatan bermakna setelah diberikan penyuluhan (p < disimpulkan bahwa Ho
Pengetahuan dengan hasil 0,05). Pada hasil penelitian didapatkan nilai Rata- ditolak dan Ha diterima
reproduksi
Setelah pengetahuan rata terendah yaitu 1,35 pada hasil pretest, yaitu ada pengaruh
I = Kuesioner A kemudian setelah penyuluhan atau diberikan penyuluhan kesehatan
Penyuluhan Pada setelah
= uji Paired perlakuan dilanjutkan post test dengan hasil rata- reproduksi melalui audio
Remaja penyuluhan rata yaitu 2,55 dan sesudah 20 hari penyuluhan visual dengan hasil
Sample T-Test
Sma Negeri 2 pada remaja didapatkan nilai rata-rata yaitu sebesar 2,104. pengetahuan setelah
Pontianak Tahun SMA Negeri penyuluhan.
2017 2 Pontianak
tahun 2017
Sebanyak 242 siswa yang
Untuk memiliki pengetahuan
D = kuantitatif
mengidentifikas kategori baik, terdapat 146
Hubungan S = Random
i hubungan Penelitian menunjukkan bahwa80,67% siswa siswa memiliki sikap
Pengetahuan Sampling 300 siswa
pengetahuan memiliki pengetahuan yang baik tentang favorable dan 96 siswa
Dengan Sikap Siswa yang tersebar pendidikan kesehatan reproduksi remaja
dengan sikap memiliki sikan
Terhadap dikelas VII-IX sedangkan 55% siswa memiliki sikap positif.
siswa terhadap unfavorable. Koefisien
2. Pendidikan V = pengetahuan Dengan taraf signifikan a= 5% diperoleh t hitung
Pendidikan (3,616) > dari t table (1,968) sehingga dapat korelasi yang positif
Kesehatan dengan sikap siswa
Kesehatan disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan menunjukkan bahwa
Reproduksi Remaja terhadap Pendidikan antara pengetahuan dengan sikap siswa terhadap
reproduksi semakin baik pengetahuan
Di SMAN 1 Kesehatan reproduksi Pendidikan Kesehatan reproduksi
remaja di maka semakin baik pula
Margahayu (2017) I = Kuesioner
SMAN 1 sikap siswa dalam
A = Rank Spearman
Maegahayu Pendidikan Kesehatan
reproduksi remaja.
pengetahuan responden tentang risiko responden yang
pernikahan dini pad remaja di lingkungan RW berpengetahuan baik
untuk sebanyak 2 responden
06 Pudak Payung mengenai pengetahuan
mengetahui ( 8%), cukup
risiko pernikahan dini pada remaja
gambaran D = Cross Sectional sebanyak 23 responden
menunjukkan bahwa dominan berpengetahuan (78%), dan kurang
pengetahuan S = 30 responden
Pengetahuan cukup yaitu sebanyak 23 orang (78%), remaja sebanyak 5 responden
risiko V = pengetahuan (14%). tingkat
Risiko Pernikahan dengan tingkat pengetahuan kurang sebanyak
pernikahan remaja yang pengetahuan remaja usia
3. Dini Pada 5 orang (14%) dan remaja dengan 13-19 tahun di Kelurahan
dini pada berusia 13 – 19 tahun
Remaja Umur 13- pengetahuan baik yaitu sebanyak 2 orang Pudak Payung mayoritas
remaja usia I = Kuesioner tergolong berpengetahuan
19 Tahun (2018) (8%). Faktor-faktor pendorong terjadinya
13-19 tahun A = Analisis cukup dengan presentase
pernikahan pada usia muda di lokasi
di Kelurahan Univariat 78%,
penelitian ini yaitu antara lain ada faktor dipengaruhi oleh
Pudak
ekonomi, factor keluarga, faktor pendidikan, rendahnya pendidikan
Payung remaja dan pemahaman
faktor kemauan sendiri, dan faktor adat
dari remaja yang minim.
setempat.
Hasil analisis menunjukkan bahwa social
budaya (kebiasaan menikah menikah usia Pengetahuan sesudah
Pengaruh Untuk muda) pada remaja dilingkungan tempat posttest diberikan
D = pra eksperimen Pendidikan Kesehatan
pendidikan mengetahui tinggal yang berpengetahuan baik dan reproduksi yang memiliki
S = 52 remaja kelas
kesehatan pengaruh menyatakan menikah muda merupakan hal pengetahuan kurang
VII sebnyak 28 responden
reproduksi Pendidikan yang biasa terjadi sebnyak 3,8%. Sementara
V = pengetahuan (42,2%) dan yang
terhadap tingkat Kesehatan itu remaja yang berpengetahuan kurang dan
4. . remaja tentang memiliki pengetahuan baik
pengetahuan reproduksi menyatakan menikah usia muda bukan sebanyak (53,8%). Ada
pendewasaan usia
tentang terhadap merupaan hal yang biasa terjadi sebnyak perbedaan pengetahuan
perkawinan tentang pendewasaan
pendewasaan usia pendewasaan 61,5%. Hasil uji hubungan menunjukkan
I = Kuesioner perkawinan sebelum dan
perkawinan usia bahwa nilai p=1,000 sehingga dapat sesudah diberikan
A = Uji Wilcoxon
(2018) perkawinan disimpulkan bahw atidka ada hubungan anata Pendidikan kesehatan
kebiasaan usia muda dengan pengetahuan reproduksi (p=0,001)
remaja tentang pendewasaan usia perkawinan
1. Identifikasi pengetahuan remaja tentang
pernikahan dini sebelum dilakukan
D= quasy penyuluhan diketahui sebnyak 18 orang
Eksperimental (23,1%) berpengetahuan kurang, sebanyak
S=Siswa siswi kelas 56 orang (71,8%) berpengetahun cukup dan Penyuluhan Kesehatan
Pengaruh Untuk VIII terdiri dari 9 sebnyak 4 orang (5,1%) berpengetahuan baik reproduksi mempengaruhi
Penyuluhan menganalisis kelas yang sebelum diberikan penyuluhan. Remaja yang pengetahuan remaja tentang
Terhadap pengaruh berjumlah 309 berpengetahuan cukup lebih dari 50 % pernikahan dini di kelas
Pengetahuan penyuluhan siswa. Jumlah sampel hal ini cukup baik karena seblum VIII SMP Negri 4
Remaja Tentang terhadap sampel responden diberikan penyuluhan tentang pernikahan Banjarmasi. Remaja yang
5.
Pernikahan Dini pengetahuan 78 orang dini, banyak remaja yang sudah memiliki diberikan penyuluhan
Kelas VIII Di remaja V = pengetahuan modal pengetahuan awal tentang pernikahan Kesehatan reproduksi
Smp Negri 4 tentag remaja tentang usia dini . memiliki pengetahuan 6
Banjarmasin pernikahan pernikahan dini 2. Identifikasi pengetahuan remaja tentang kali lebih baik tentang
(2019) usia dini I = Kuesioner pernikahan dini sesudah dilakukan pernikahan dini.
A = uji marginal penyuluhan yaitu 15 orang (19,2%) yang
homogeneity (a=0,1) berpengetahuan kurang, sebanyak 44 orang
(56,4%) berpengetahuan cukup dan
sebanyak 19 orang (24,4%) berpengetahuan
baik setelah diberikan penyuluhan
Pengetahuan kesehatan reproduksi pada siswi Pendidikan kesehatan
Kelas 1 yang mendapat pendidikan reproduksi oleh pendidik
kesehatan reproduksi oleh pendidik sebaya sebaya meningkatkan
D= Quasi meningkat dari kebanyakan 60% kurang pengetahuan dan sikap siswa
bertujuan Experimental menjadi 80% baik. Sedangkan pada kelas 1 SMAN 1 Sukamara
Pengaruh menentukan S= sebanyak 50 kelompok kontrol tidak ada perubahan yaitu dalam pencegahan seks pra
Pendidikan pengaruh siswa dengan 56% memiliki pengetahuan kurang, diikuti nikah.
pendidikan masing-masing 25 40% pengetahuan cukup.Uji t berpasangan
Kesehatan
kesehatan orang siswa pada menunjukkan rerata pengetahuan siswa Kelas
Reproduksi Oleh
reproduksi kelompok intervensi 1 antara kelompok yang mendapat pendidikan
Sebaya Terhadap
pada dan kelompok
Pengetahuan Dan kesehatan reproduksi oleh pendidik sebaya
pengetahuan kontrol
Sikap Dalam signifikan berbeda yaitu dari 61,0 menjadi
dan sikap V = Pendidikan
6. Pencegahan Seks 78,2 sesudah intervensi. Sedangkan rerata
remaja dalam kesehatan
Pranikah Di Sman pengetahuan siswa Kelas 1 pada kelompok
pencegahan reproduksi
1 Sukamara, hubungan seks sedangkan variabel kontrol tidak berbeda yaitu 61,3 pada awal dan
Kabupaten pra nikah di independen adalah 63,3 pada akhir.
Sukamara, SMAN 1 pengetahuan dan Rerata pengetahuan antara kelompok yang
Kalimantan Sukamara, sika mendapatkan pendidikan kesehatan reproduksi
Tengah (2016) Provinsi I = kuisioner oleh pendidik sebaya signifikan berbeda yaitu
Kalimantan A = uji t sampel 61,0 sebelum dan 78,2 sesudah intervensi.
Tengah berpasangan dan Sedangkan pada kelompok kontrol 61,3
bebas sebelum dan 63,3 sesudahnya. Rerata sikap
pada kelompok yang mendapatkan pendidikan
kesehatan reproduksi oleh pendidik sebaya
signifikan berbeda yaitu 67,6 sebelum dan 75
sesudah intervensi. Sedangkan rerata sikap
pada kelompok kontrol yaitu 66 sebelum dan
69,2 sesudah
Perbedaan tingkat pengetahuan remaja
tentang bahaya pernikahan dini
dipengaruhi oleh kurangnya paparan
informasi tentang kesehatan
Pengaruh reproduksi. banyak remaja yang tidak Ada perbedaan tingkat
mengetahui mendapatkan informasi kesehatan
Pendidikan pengetahuan remaja tentang
pengaruh D = Quasi Eksperimen reproduksi orang tua, pendidikan di
Kesehatan bahaya pernikahan dini
pendidikan S = 113 remaja, laki sekolah, maupun dari internet dan
Terhadap sebelum dan sesudah
kesehatan laki 38 dan perempuan teman sebaya.Hasil penelitian ini
Tingkat diberikan pendidikan
terhadap 75 menunjukan ada perbedaan tingkat
Pengetahuan kesehatan sebesar 10,62
peningkatan V = Tingkat pengetahuan remaja tentang pernikah
7. . Remaja dengan p value 0,00 < 0,05,
pengetahuan Pengetahuan Remaja dini sebelum dan sesudah diberikan
Tentang yang menyatakan ada
remaja Tentang Bahaya pendidikan kesehatan, dan mengalami
Bahaya pengaruh pendidikan
tentang Pernikahan Dini Di peningkatan pengetahuan setelah
Pernikahan kesehatan terhadap tingkat
bahaya I = Kuesioner diberikan pendidikan kesehatan sebesar
Dini Di pengetahuan remaja tentang
pernikahan A = SPSS 10,62 dengan p value 0,000, yang
Lombok Barat bahaya pernikahan dini
dini berarti ada pengaruh pendidikan
(2016)
kesehatan terhadap tingkat
pengetahuan remaja tentang bahaya
pernikahan dini.
Studi ini menemukan bahwa hanya
untuk 24,3% siswa yang memanfaatkan Perlu digalakkan sosialisasi
mengidentifik layanan kesehatan reproduksi remaja. antara siswa dan orang tua
Determinants Hasil analisis membuktikan bahwa
asi tingkat D = Cross Sectional siswa secara rutin, sosialisasi
of adolescent pengetahuan tentang kesehatan
pemanfaatan S = 383 siswa sekolah melalui media online /
reproductive reproduksi dan pelayanan yang tersedia
pelayanan menengah atas yang jejaring sosial,
health service (OR = 1,74; CI 95% = 1, 040 - 2.911)
kesehatan dipilih secara acak penyelenggaraan pelatihan
utilization by terkait dengan pemanfaatan layanan
reproduksi dari total enam peer educator, dan
8. senior high tersebut. Ditemukan bahwa siswa
remaja dan sekolah pembentukan organisasi
school students dengan tingkat pengetahuan tinggi
menganalisis V = pengetahuan sekolah di bidang kesehatan
in Makassar, hampir dua kali lebih mungkin untuk
faktor-faktor reproduksi remaja reproduksi untuk
Indonesia, memanfaatkan layanan kesehatan
yang I = Kuesioner meningkatkan kesadaran dan
Fajrin Violita, reproduksi remaja dibandingkan
mempengaruh A = SPSS pemanfaatan layanan
2019 dengan mereka yang memiliki tingkat
i pemanfaatan kesehatan reproduksi
tersebut pengetahuan rendah setelah hasilnya remaja.
dikontrol untuk variabel keluarga dan
dukungan sebaya.
pendidikan kesehatan reproduksi yang
diterima para siswa-siswi kelas XII
Untuk SMA Negeri 2 Kota Kupang yang
Hubungan mengetahui terutama didapat dari orang tua
Pendidikan adanya ataupun sekolah, dimana dengan hasil ada hubungan yang
Kesehatan hubungan penelitian pada pendidikan kesehatan signifikan antara pendidikan
Reproduksi pendidikan D = Cross Sectional reproduksi sebagian besar adalah kesehatan reproduksi dan
Remaja Dan kesehatan S = siswa-siswi Kelas dalam kategori relatif aktif (53,9%) pola asuh terhadap perilaku
Pola Asuh reproduksi XII SMA Negeri 2 dan perilaku seks bebas sebagian besar seks bebas pada siswasiswi
Orangtua remaja dan Kota Kupang sebanyak dalam kategori resiko ringan yaitu kelas XII SMA Negeri 2
9. Terhadap pola asuh 76 responden (65,8%), adalah merupakan suatu tolak Kota Kupang dengan hasil
Perilaku Seks orang tua V = perilaku seks ukur adanya proses pengadopsian uji square untuk hubungan
Bebas Pada terhadap bebas remaja perilaku yang dipengaruhi oleh pendidikan kesehatan dan
Siswa Siswi perilaku seks I = Kuesioner stimulus positif dari orang tua dan perilaku seks bebas p=0,015
Kelas Xii Ipa bebas di siswa A = Chi Square sekolah yaitu pendidikan kesehatan dan p=0,023 untuk
Sma Negeri 2 siswi kelas 3 reproduksi. Dengan demikian dapat hubungan pola asuh dan
Kota Kupang IPA SMA disimpulkan bahwa ada hubungan yang perilaku seks bebas.
(2015) Negeri 2 Kota signifikan antara pendidikan
Kupang pengetahuan reproduksi dengan
perilaku seks bebas pada siswa-siswi
kelas XII SMA Negeri 2 Kota Kupang.
D= Quasi
Pembekalan Experimental Terdapat peningkatan pada
materi pengetahuan responden di Desa Kalisari setelah skor pengetahuan saat
S= Sampel sejumlah
kesehatan 101 orang dipilih diberikan pembekalan materi kesehatan reproduksi sebelum dan sesudah
Pengaruh tentang bahaya pernikahan dini, dimana rerata dan diberikan pembekalan
Pembekalan reproduksi secara proportionate
stratified random simpang baku pengetahuan sebelum intervensi materi kesehatan
Materi Kesehatan tentang bahaya adalah 66.14 (15.38), sedangkan setelah intervensi reproduksi tentang bahaya
pernikahan sampling
10. Reproduksi menjadi 76.36 (16.10). Selain itu, pada Tabel 1 juga pernikahan dini, dimana
Tentang Bahaya dini efektif V = Bahaya
menunjukkan bahwa nilai p < 0.05 dan IK tidak intervensi tersebut
Pernikahn Dini untuk Pernikahn Dini
melewati 0, sehingga secara statistik terdapat memiliki efek yang besar
Untuk Remaja meningkatkan Untuk Remaja
perbedaan pengetahuan yang signifikan sebelum dan terhadap peningkatan
Putri (2015) pengetahuan Putri
setelah intervensi. pengetahuan remaja putri.
remaja putri.
I = kuisioner
A = paired T-test
11. Effectiveness untuk menilai D = Cross- Pusat informasi pemuda (YIC) sebagai strategi Strategi intervensi
of a dampak dari sectional (pasca- intervensi menunjukkan efek yang signifikan seperti YIC dan
community komunitas tes) terhadap penurunan paparan media massa,
based multi-cabang S= kelompok jumlah pernikahan dini (Rasio Ganjil Yang menunjukkan efek
intervention berdasarkan sampel anak Disesuaikan [Adj] 2,25, CI 1,28–3,94), dalam mengurangi
to delay early intervensi pernikahan,
pada muda berusia 10– kehamilan awal (Adj 3,00, CI 1,06–8,43) kehamilan dini dan
marriage, 24 tahun. dan peningkatan jumlah retensi sekolah (Adj 2,96,
early
pernikahan retensi sekolah yang
dini, Sebanyak 1770 CI 2.02–4.34). Akses ke media massa juga lebih baik.
pregnancy responden dikaitkan
kehamilan Pendidikan sejawat
and improve dini dan berpartisipasi dengan pengurangan kemungkinan pernikahan yang dilakukan
school sekolah dalam survei, di dini (Adj 1,79, CI 1,15–2,78), dan peningkatan melalui YIC terbukti
retention retensi di mana 826 di jumlah retensi sekolah model yang efektif.
among kalangan anak Oleh karena itu,
antaranya adalah (Adj 1.49, CI 1.12–1.97). Kami juga menemukan
adolescents muda di dua intervensi berbasis
laki-laki, dan 944 bahwa ada peningkatan usia rata-rata
in India. negara bagian komunitas multi-
adalah pernikahan (1,2 tahun), konsepsi
Devika India komponen ini dapat
perempuan. (.85 tahun) dan pada tahun-tahun rata-rata sekolah
Mehra. 2018 menjadi model
V= Pengaruh (1,54 tahun) di kalangan remaja yang disurvei potensial untuk
Komunitas dibandingkan dengan saudara-saudara mereka mengurangi
terhadap yang lebih tua jumlah pernikahan
pengetahuan dini dan konsekuensi
pernikahan dini terkaitnya di distrik
A = Statistik lain di India dengan
deskriptif, sosial ekonomi dan
tabulasi silang, pengaturan budaya
alun-alun chi, dan
regresi logistik
metode digunakan
untuk menganalisis
data
I = SPSS
Studi ini
Program ini mengurangi perkawinan anak (<18) menunjukkan
untuk secara signifikan di semua lengan relatif dimungkinkan untuk
mengevaluasi D = Randomized mengurangi
terhadap kontrol—
Skills- dampak dari Cluster prevalensi
tiga program (rasio bahaya yang disesuaikan [AHR]: .75; perkawinan anak
Building S= 18,246 remaja.
pengembanga interval kepercayaan 95% [CI]: .60.92) untuk dalam waktu yang
Programs to V= Waktu
n lengan pendidikan, (AHR: relatif singkat dengan
Reduce pernikahan
keterampilan .72; 95% CI: .59.88) untuk lengan gender, dan bekerja dengan
Child dilhitung dari
berbasis (AHR: .70; 95% CI: .56.87) untuk lengan mata masyarakat untuk
Marriage in umur remaja dan
12. komunitas pencaharian. menerapkan program
Bangladesh:
untuk status pernikahan
A
Peserta program lebih muda dan lebih cenderung holistik untuk
menunda A= membangun
Randomized berada di sekolah dan menghadapi risiko
perkawinan Sosiodemografi, keterampilan
Controlled pernikahan yang lebih rendah relatif terhadap
anak di antara Hazard Ratio, Uji
Trial. Sajeda nonparticipants. Dalam lengan gender dan mata di antara gadis-gadis.
gadis-gadis normalitas, uji t, Program ini memiliki
Amin. 2018 pencaharian, nonparticipants memiliki risiko
remaja di dan uji f dampak yang sama
pedesaan pernikahan anak yang lebih rendah relatif besar dan tidak
I = SPSS
Banglades terhadap kelompok kontrol yang signifikan pada tergantung pada jenis
10% keterampilan yang
ditawarkan.
13. Efficacy of a Untuk D= Randomized Selama tindak lanjut 6 bulan, peserta AMIGAS . Hasil kami
Health Meningkatkan Control Trial melaporkan lebih banyak mendukung
Educator– pemahaman S = 252 wanita penggunaan kondom yang konsisten selama 90 kemanjuran
Delivered terkait HIV Latina berusia 18 terakhir (rasio peluang yang disesuaikan intervensi HIV yang
HIV pendidik hingga 35 tahun [AOR]= 4,81; diadaptasi secara
Prevention kesehatan budaya di antara
pengetahuan V= P<.001) dan 30 (AOR=3.14; P<.001) hari dan beragam etnis,
Intervention sosdiodemografi, pada pertemuan seksual terakhir (AOR= 2.76; terutama
dan
P<.001), dan penggunaan kondom persentase rata-
rata yang lebih tinggi selama 90 masa lalu
(relatif
perilaku dan perubahan=55,7%; P<.001) dan 30 (perubahan
psikologi relatif= 43,8%; P<.001) hari dari
for Latina keterampilan sesksual, dan perbandingan peserta. Peserta AMIGAS
Women: A untuk Riwayat melaporkan lebih sedikit tampilan tradisional
Randomized
pengiriman Kesehatan. peran gender (P=.008), kemanjuran diri yang lebih
AMIGAS wanita Latina
Controlled
dengan A = Intervention besar untuk menegosiasikan seks yang lebih kelahiran asing
Trial. Gina kesetiaan pada arm, baseline aman (P<.001),
M. Wingood. kurikulum assesement, uji perasaan kekuasaan yang lebih besar dalam
2011 intervensi normalitas hubungan (P=.02), kemanjuran diri yang lebih
I = SPSS besar untuk menggunakan
kondom (P<.001), dan pengetahuan HIV yang
lebih besar (P=.009) dan dirasZakan lebih
sedikit
hambatan untuk menggunakan kondom (P<.001)

4.3 Hasil Telaah Jurnal

Artikel yang memenuhi kriteria inklusi pada tabel 4.1 yang menggambarkan dampak dan interkoneksi
penyuluhan mengenai seks bebas pada masa remaja terhadap pengetahuan menikah usia dini pada remaja.

4.1.1 Pernikahan dini usia remaja

Persamaan antara penelitian dari Elimanafe, 2018 dengan Rosamali, 2020 yakni mengenai hubungan pendidikan
kesehatan reproduksi remaja terhadap perilaku seks bebas di siswa siswi SMA. Seiring dengan pertumbuhan primer dan
sekunder pada remaja ke arah kematangan yang sempurna, muncul juga hasrat dan dorongan untuk menyalurkan keinganan
seksualnya. Apabila remaja tidak mendapatkan pemahaman yang benar. Hasil menunjukkan adanya persamaan tingkat
pengetahuan remaja tentang bahaya pernikahan dini sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan sebesar 10,62 dengan
p value 0,00 < 0,05, yang menyatakan ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan remaja tentang bahaya
pernikahan dini.
Sedangkan perbedaan dalam penelitian mereka ialah objek populasi sampel, dan adanya variable peran pola asuh orang
tua terhadap perilaku seks bebas di siswa siswi SMA oleh Elimanafe, 2018. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa
kanak-kanak ke masa dewasa dengan perubahan karakteristik jenis kelamin sekunder menuju kematangan seksual dan
reproduksi. Peran pola asuh dari orang tua yang baik maka remaja akan terjerumus pada perilaku seks bebas. Hasil uji square
untuk hubungan pendidikan kesehatan dan perilaku seks bebas p=0,015 dan p=0,023 untuk hubungan pola asuh dan perilaku
seks bebas.
Dalam penelitian Elimanafe, 2018 batasan dalam penelitian tersebut ialah hanya terikat satu gender sedangkan peran laki
laki juga tergolong besar dalam pengaruhnya terhadap pengetahuan tentang pernikahan dini. Sedangkan untuk penelitian
Rosamali, 2020 memiliki kelemahan dalam hal metodologi dimana hanya melakukan sampling sebelum dan sesudah penyuluhan
namun media penyuluhan tidak dijelaskan secara rinci.
Kesimpulannya kedua peneliti memiliki persamaan dan perbedaan yang akan saling melengkapi satu sama lain, Gap dari
kedua penelitian tersebut sesuai dengan pembahasan mengenai pernikahan dini usia remaja yakni menentukan dan membahas
metode dan media penyuluhan yang strategis.

4.1.2 Pendidikan Kesehatan reproduksi


Penelitian oleh Madinah, 2017. Berfokus mengenai pengetahuan remaja tentang pendewasaan usia perkawinan sebelum dan sesudah
pemberian pendidikan kesehatan reproduksi, dan perbedaan pengetahuan remaja tentang pendewasaan usia perkawinan sebelum dan sesudah
pemberian pendidikan kesehatan reproduksi yang memilik persamaan dengan penelitian oleh Oktarina, 2016 yang juga memiliki tujuan untuk
menentukan pengaruh pendidikan kesehatan reproduksi pada pengetahuan dan sikap remaja dalam pencegahan hubungan seks pra nikah . Jenis
penelitian juga terdapat kesamaan yakni menggunakan pra eksperimen atau pengumpulan data dilakukan melalui One group Pretest-Posttest
Design, dan metode kuasi eksperimen dengan desain pre–post test kontrol grup.
Sedangkan perbedaan terletak pada objek populasi dan sampel, media pendukung berupa leaflet dan ppt, serta adanya
pernyataan pada penelitian oleh Oktarina, 2016 bahwa S ikap remaja yang setuju dan menganggap perilaku seks pranikah merupakan
perilaku bagian dari cinta serta sikap yang tidak memikirkan dampak buruk dari perilaku seks pranikah, sehingga ditakutkan sikap yang negatif
dapat berisiko berperilaku seks pranikah sebagaimana sikap berhubungan dengan kejadian perilaku seks berisiko pada remaja. Rerata sikap pada
kelompok yang mendapatkan pendidikan kesehatan reproduksi oleh pendidik sebaya signifikan berbeda yaitu 67,6 sebelum dan 75 sesudah
intervensi. Sedangkan rerata sikap pada kelompok kontrol yaitu 66 sebelum dan 69,2 sesudah.
Hasil penelitian dari Madinah, 2017 dapat ditambahkan dengan sasaran remaja SMP/MTs baik putra maupun putri dan memperdalam
masalah yang berkaitan dengan Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP). Sedngkan untuk Oktarina, 2016 dapat melakukan pengkajian secara
kualitatif mengenai gambaran kebudayaan (kebiasan menikah) yang dapat mempengaruhi keputusan remaja.
Kesimpulan yang didapat ialah diadapatkan nya informasi mengenai kesehatan reproduksi. Lebih aktif dalam mengikuti kegiatan
penyuluhan yang akan diadakan dari pihak sekolah ataupun instansi yang bekerjasama dengan sekolah.

4.1.2 Penyuluhan pada sikap remaja

Penelitian oleh Amelia, 2017. Mengenai social budaya (kebiasaan menikah menikah usia muda) pada remaja
dilingkungan tempat tinggal yang berpengetahuan baik dan menyatakan menikah muda merupakan hal yang biasa terjadi. Tujuan
penelitian tersebut sejalan dengan penelitian oleh Khatarina, 2018 yakni u ntuk menganalisis pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan
remaja tentang pernikahan usia dini. Metode penelitian yang digunakan juga sama yakni Pre Eksperimental dengan rancangan penelitian
One Group Pretest-Postest.
Perbedaan terdapat pada adanya variable Kesehatan reproduksi menggunakan media audio visual oleh Khatarina, 2018.
Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi sangat diperlukan oleh remaja agar meningkatkan pengetahuan tentang masalah kesehatan reproduksi.
Salah satu cara untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan reproduksi adalah dengan cara penyuluhan. Penyuluhan dengan audio visual adalah
salah satu media yang menyajikan informasi atau pesan melalui lihat dan dengar sehingga semakin banyak panca indera yang digunakan maka
semakin jelas pengetahuan yang diperoleh. Sebnyak 3,8%. Sementara itu remaja yang berpengetahuan kurang dan menyatakan menikah
usia muda bukan merupaan hal yang biasa terjadi sebnyak 61,5%.
Kelemahan kedua penelitian tersebut ialah kurangnya upaya pemberian informasi perlu ditingkatkan kembali dalam upaya
peningkatan pengetahuan dan sikap responden mengenai pernikahan dini secara komprehensif yang salah satunya melalui pembentukan pusat
informasi dan konseling bagi remaja di sekolah yang para konselornya adalah dari para remaja yang di ikutkan pelatihan dan telah mendapat
pengetahuan tentang pernikahan dini.
Kesimpulan dari penelitian tersebut ialah didapatkan hasil uji hubungan menunjukkan bahwa nilai p=1,000 sehingga
dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan usia muda dengan pengetahuan remaja tentang pendewasaan usia
perkawinan. Hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan pengetahuan remaja sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan yang meningkat.
Pengetahuan sebelum dilakukan penyuluhan

4.1.3 Pola asuh Orang tua

Pendidikan kesehatan reproduksi yang diterima para siswa-siswi kelas XII SMA Negeri 2 Kota Kupang yang terutama didapat dari
orang tua ataupun sekolah. Penelitian ini sejalan dengan Elba, 2019 yakni membahas pengaruh pola asuh orang tua terhadap pengetahuan
pernikahan dini. Faktor eksternal yang memengaruhi pernikahan dini antara lain yaitu sosial budaya, lingkungan, atau informasi dari sumber
media yang tidak tepat, yang selanjutnya akan memengaruhi perubahan gaya hidup dan pola asuh orang tua, sehingga berpengaruh besar terhadap
pengetahuan, sikap, dan perilaku remaja terkait kesehatan reproduksi. Persamaan lain ialah metode yang digunakan ialah cross sectional dengan
pendekatan korelasi antar variabel
Perbedaan teradapat pada sampel populasi dan objek penelitian, serta adanya variable pada penelitian Violita, 2019
mengenai determinasi fasilitas pelayanan Kesehatan untuk remaja.. Hasil perilaku seks bebas sebagian besar dalam kategori resiko ringan
yaitu (65,8%), adalah merupakan suatu tolak ukur adanya proses pengadopsian perilaku yang dipengaruhi oleh stimulus positif dari orang tua dan
sekolah yaitu pendidikan kesehatan reproduksi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pendidikan
pengetahuan reproduksi dengan perilaku seks bebas pada siswa-siswi SMA maupun SMK
Kesimpulan yang didapatkan dari kedua penelitian juga sejalan yaitu Terdapat peningkatan pada skor pengetahuan saat
sebelum dan sesudah diberikan pembekalan materi kesehatan reproduksi tentang bahaya pernikahan dini, dimana intervensi tersebut
memiliki efek yang besar terhadap peningkatan pengetahuan remaja.
Kelemahan dari kedua penelitian tersebut ialah belum adanya peran aktif dari Guru BK masing masing sekolah dalam
mempengaruhi pengetahuan remaja mengenai pernikahan dini. Pihak sekolah juga diharapkan memotivasi kegiatan pusat informasi
dan konseling remaja (PIK-R), khususnya anggotanya baik yang menjadi pendidik sebaya maupun yang menjadi konselor sebaya
agar lebih aktif dalam tugas dan fungsinya.
4.1.4 Perilaku seks bebas

Perbedaan tingkat pengetahuan remaja tentang bahaya pernikahan dini dipengaruhi oleh kurangnya paparan informasi
tentang kesehatan reproduksi. banyak remaja yang tidak mendapatkan informasi kesehatan reproduksi orang tua, pendidikan di
sekolah, maupun dari internet dan teman sebaya (Maolinda, 2017). Hal ini sejalan dengan pernyataan oleh Oktavia, 2018 yang
menyatakan jika Perilaku seksual merupakan faktor yang sangat mempengaruhi terjadinya kehamilan usia remaja. Penyebab
pernikahan usia dini antara lain pemaksaan dari pihak orang tua, pergaulan bebas, rasa keingintahuan tentang dunia seks, faktor
lingkungan, rendahnya pendidikan, faktor ekonomi. Keduanya memiliki tujuan yang sama yakni untuk mengetahui pengetahuan
risiko pernikahan dini pada remaja sehingga dapat menghindari perilaku seks bebas.

Perbedaan penelitian terdapat pada metode sampling dan jenis penelitian kuantitatif menggunakan metode korelasi,
sedangkan Oktavia, 2019 menggunakan metode korelasi cross sectional. Hasil penelitian ini menunjukan ada perbedaan tingkat
pengetahuan remaja tentang pernikahan dini sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan, dan mengalami peningkatan
pengetahuan setelah diberikan pendidikan kesehatan sebesar 10,62 dengan p value 0,000, yang berarti ada pengaruh pendidikan
kesehatan terhadap tingkat pengetahuan remaja tentang bahaya pernikahan dini.
Gap riset yang didapatkan dari kedua peneliti ialah belum dihbahas lebih lanjut mengenai intervensi yang harus dilakukan untuk
meningkatkan pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja, khususnya usia 13-19 tahun dengan pendekatan kuantitatif untuk memperoleh
pemahaman yang lebih luas, dalam dan bervariasi.
Kesimpulan yang didapatkan ialah penyebab rendahnya pengetahuan responden terhadap permasalahan pernikahan dini yaitu karena
kurangnya pengamatan remaja mengenai dampak yang akan ditimbulkan dari pernikahan di usia muda, kurangnya informasi yang didapat, serta
kurangnya tingkat pemahaman responden terhadap penjelasan yang diberikan melalui penyuluhan dari tenaga kesehatan dan pendidikan di SMP
dan SMA.
4.1.5 Pencegahan HIV
Persamaan penelitian oleh Mehra, 2018 dengan Violita, 2019 yakni dilihat dari latar belakang yang mengungkit HIV sebagai
penyakit yang ditimbulkan oleh adanya sebaran virus akibat pergaulan bebas. Oleh karena itu di kedua penelitian tersebut memiliki
tujuan yang sama yakni peran aktif fasilitas Kesehatan sekolah terhadap pencegan HIV akibat dari pergaulan bebas. Persamaan lain
ialah menggunakan metode yang sama yakni, cross sectional dengan perbandingan korelasi antar variable.
Perbedaan terdapat pada objek penelitian, sampel dan populasi serta adanya variable peranan pola asuh orang tua pada penelitian
Violita, 2019. Adapun hasil penelitian dimungkinkan untuk mengurangi prevalensi perkawinan anak dalam waktu yang relatif
singkat sehingga terhindar dari resiko penyakit HIV dengan bekerja dengan masyarakat untuk menerapkan program holistik untuk
membangun keterampilan.
Kelemahan dan celah riset yang didapatkan berupa belum detil pembahasan mengani rendahnya pengetahuan responden
terhadap pencegahan HIV. Hal hal yang berhubungan dengan HIV/Aids menjadi pokok utama yang harus ditingkatkan dalam
pemberian Pendidikan Kesehatan, sehingga diharapkan menjadi agenda bulanan yang rutin dilaksanakan sekolah sekolah.
Kesimpulan yang didapatkan ialah terdapat beberapa factor yang mempengaruhi terbentuknya sikap seseorang baik internal
maupun eksternal. Koefisien korelasi yang positif menunjukkan bahwa semakin baik pengetahuan maka semakin baik pula sikap
siswa dala Pendidikan Kesehatan reproduksi.

Hasil survei yang dilakukan oleh Lembaga Perlindungan Anak (LPA) di 12 provinsi di Indonesia tahun 2007,

khususnya kota-kota besar menunjukkan 93,7% anak SMP dan SMA telah menempelkan alat kelamin ke lawan jenis

(petting), ciuman dan oral seks, kemudian 62,7% anak SMP sudah tidak perawan lagi, selanjutnya 21,2% remaja SMA

telah melakukan aborsi dan sekitar 97% pelajar SMP maupun SMA sering menonton film porno (BKKBN, 2011 dan

Haryanto, 2013).

Hasil survei tahun 2012 menunjukkan telah terjadi peningkatan angka remaja yang melakukan hubungan seksual

pranikah dibandingkan dengan hasil survei tahun 2007. Sekitar 9,3% atau sekitar 3,7 juta remaja menyatakan pernah

melakukan hubungan seksual pranikah, sedangkan hasil SKRRI 2007 hanya sekitar 7% atau sekitar 3 juta remaja

sehingga selama periode tahun 2007 sampai 2012 terjadi peningkatan kasus remaja yang pernah melakukan hubungan

seksual pranikah sebanyak 2,3%. (Lestary H, 2011)

Mayoritas remaja pernah melakukan hubungan seks dan mereka juga menjelaskan terkait tidak terpenuhinya

informasi tentang kesehatan reproduksi, kurangnya pengetahuan dan pendidikan kesehatan terkait kesehatan reproduksi
sehingga remaja melakukan perilaku seksual pranikah yang dampaknya terjadi pernikah dini (Wingood et al., 2011).

Pentingnya pemberian pendidikan kesehatan reproduksi dan kesehatan seksual remaja baik secara formal maupun

non formal seperti yang dikemukakan oleh (Amin et al., 2018) penting diadakannya suatu program pendidikan yang

tepat dan komprehensif mengenai kesehatan seksual dan reproduksi yang dapat diperkenalkan melalui sekolah-sekolah,

serta pemberian pendidikan kesehatan merupakan salah satu upaya yang tepat dalam mengatasi bahaya pernikahan dini

dan masalah-masalah kesehatan reproduksi remaja.

Perbedaan tingkat pengetahuan remaja tentang bahaya pernikahan dini dipengaruhi oleh kurangnya paparan

informasi tentang kesehatan reproduksi. banyak remaja yang tidak mendapatkan informasi kesehatan reproduksi orang

tua, pendidikan di sekolah, maupun dari internet dan teman sebaya (Hendrawan, 2019).

Hasil penelitian ini menunjukan ada perbedaan tingkat pengetahuan remaja tentang pernikah dini sebelum dan

sesudah diberikan pendidikan kesehatan, dan mengalami peningkatan pengetahuan setelah diberikan pendidikan

kesehatan sebesar 10,62 dengan p value 0,000, yang berarti ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat

pengetahuan remaja tentang bahaya pernikahan dini.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilkukan oleh Madinah, Rahfiludin, & Nugraheni (2017) yang
menyatakan ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan remaja tentang peningkatan usia

perkawinan. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dan bahaya pernikahan dini

adalah pengetahuan orang tua, faktor teman sebaya, dan efikasi diri, dan remaja yang memiliki pengaruh teman sebaya

rendah dan memiliki efikasi diri tinggi lebih baik dibandingkan dengan remaja yang memiliki pengaruh teman sebaya

tinggi dan efikasi rendah (Astuti, 2017).

Menurut Arisjulyanto et al., (2019) remaja yang memiliki pengetahuan tentang perilaku seksual pranikah dan

memiliki efikasi tinggi lebih cenderung percaya diri dan tidak gampang terpengaruhi, sehingga lebih kecil kemungkinan

untuk melakukan perilaku seksual pranikah yang dampaknya akan menyebabkan kehamilan diluar nikah dan pernikah

dini. Dalam mengatasi masalah ini pentingnya pemerataan pelayanan dan pemanfaatan teknologi sebagai sarana edukasi

tambahan dan pusat literacy bagi remaja terkait kesehatan.

Hasil :Ada hubungan pengetahuan dan sikap terhadap perilaku seks bebas. Hasil penelitian ini diharapkan dapat

dijadikan masukan untuk pencegahan peningkatan seks bebas pranikah dan bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat

meneliti variabel lain yang mungkin berpengaruh terhadap perilaku seks bebas remaja

Banyak faktor yang memepengaruhi tingkat pengetahuan seseorang dalam penerimaan informasi. Pada penelitian ini
responden berada pada usia 13-25 tahun. Menurut departemen kesehatan RI usia ini termasuk dalam kategori remaja.

Pada masa ini, remaja mulai mempunyai kapasitas untuk memperoleh serta memanfaatkan atau menggunakan

pengetahuannya secara efisien untuk mencapai puncaknya. Pada masa ini pertumbuhan otak mencapai keadaan menuju

kesempurnaan, sistem saraf yang memiliki fungsi memproses informasi berkembang cepat (Mehra et al., 2018).

Piaget mengatakan bahwa remaja termotivasi untuk memahami dunia karena perilaku adaptasi secara biologis

mereka. Remaja tidak akan langsung menerima informasi begitu saja, remaja secara aktif akan membangun dunia

kognitifnya. Remaja mulai mampu membedakan antara hal - hal atau ide - ide yang lebih penting dibanding dengan ide

lainnya, remaja juga akan mengembangkan ide - ide yang ada (Sary, 2017).

Remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi remaja mampu mengolah cara berpikir

mereka sehingga memunculkan suatu ide yang baru. Kekuatan cara berpikir remaja yang sedang berkembang akan

membuka cakrawala kognitif mereka untuk memecahkan masalahmasalah secara sistematis (Fadhilah, 2021).

Berdasarkan teori yang ada tepat sekali jika materi seks bebas ini diberikan pada mereka dengan pemberian contoh bukti

nyata serta dampak atau akibat yang akan terjadi.

Mayoritas responden yang mengikuti penelitian berada pada kategori pendidikan tingkat menengah yaitu SMP dan
SMA. Tingkat pendidikan mempengaruhi pengetahuan seseorang, Notoatmodjo menyatakan semakin tinggi tingkat

pengetahuan seseorang maka akan semakin mudah orang tersebut menerima informasi. Tingkat pendidikan responden

sudah masuk dalam kriteria yang seharusnya mudah dalam penerimaan informasi (Dharmawan, 2017).

Hasil : Dari hasil penelitian didapatkan ada hubungan pengetahuan terhadap perilaku seks bebas di SMA dan SMP

pada tahun 2016, yaitu p value 0,016 artinya nilai <0,05. Sikap seseorang bisa saja mempengaruhi seks bebasnya,

apalagi jika seseorang itu tidak memiliki pemahaman agama yang kuat, karena agama sendiri dapat membentuk

seperangkat moral dan keyakinan tertentu pada diri seseorang.

Masa remaja merupakan masa yang penuh dengan perubahan, remaja memasuki masa peralihan tanpa memiliki

persiapan pengetahuan yang memadai atau cukup tentang seksual pranikah. Sigmund Freud mengatakan masa remaja

merupakan masa yang penuh masalah dan tekanan (Desiana, 2020). Dimasa ini dorongan seksual mulai menonjol

terhadap lawan jenisnya. Masa remaja lebih dikenal dengan masa transisi yang dimulai remaja mengalami pubertas .

Masa pubertas akan mengubah perilaku remaja. Perilaku remaja akan mulai terarah untuk menarik lawan jenisnya dalam

rangka mencari pengetahuan tentang seks.

Remaja mulai mengadakan eksperimen dalam kehidupan seksualnya dengan berpacaran. Perubahan fisik terjadi pada
masa remaja putri antara lain pembesaran buah dada, pinggul. Sedangkan pembesaran suara, tumbuh rambut di dada,

kaki, kumis terjadi pada remaja putra. Pada masa remaja anak belum dapat bertanggung jawab sepenuhnya. Kegiatan

yang mereka lakukan merupakan kesenangan sesaat yang akan menimbulkan berbagai permasalahan pada dirinya

(Rasmussen et al., 2019).

Berbagai masalah terkait reproduksi dapat terjadi seperti kehamilan diluar nikah, pemerkosaan, pelacuran dikalangan

remaja, aborsi, penyakit menular seksual, pelecehan seksual dan penyimpangan-penyimpangan seksual lainnya. Kondisi

abnormal tersebut terjadi akibat pergaulan seks bebas yang mereka lakukan. Seksual merupakan kebutuhan mendasar

dan bersifat biologis manusia normal. Seks dibutuhkan manusia agar dapat terus menjaga dan mempertahankan

kelestarian keturunannya. Namun, kondisi ini dikatakan menyimpang jika dilakukan tidak sesuai dengan aturan dan

normayang ada (Nurhasanah & Nurdahlia, 2020).

Beberapa data menunjukkan adanya individu yang sudah melakukan hubungan sakral tersebut sebelum menikah,

khususnya terjadi pada usia sekolah. Hal ini berarti, ada responden yang melakukan hubungan seks ketika mereka masih

berstatus sebagai pelajar. Beberapa ahli mengatakan bahwa ketidakadaan pendidikan seks yang diperoleh para pelajar

akan menimbulkan ketidaktahuan mereka mengenai seks dan seksualitas. Kondisi inilah yang menyebabkan terjadinya
perilaku seksual sebelum menikah dikalangan pelajar (Astuti, 2017).

Hasil : Hasil analisis hubungan pengetahuan terhadap perilaku seks bebas diperoleh bahwa 21 orang (80,8%)

responden yang memiliki pengetahuan kurang baik berperilaku seks bebas kurang baik, sedangkan, responden yang

memiliki pengetahuan baik 40 orang (54,1%) berperilaku seks bebas kurang baik. Hasil uji statistik diperoleh nilai p

value = 0,016 atau p value.


Daftar Pustaka

Amin, S., Saha, J. S., & Ahmed, J. A. (2018). Skills-Building Programs to Reduce Child Marriage in Bangladesh: A Randomized Controlled
Trial. Journal of Adolescent Health, 63(3), 293–300. https://doi.org/10.1016/j.jadohealth.2018.05.013
Astuti, H. (2017). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Terhadap Perilaku Seks Bebas. Jurnal Kebidanan Midwiferia, 3(2), 1.
https://doi.org/10.21070/mid.v3i2.1401
BKKBN. (2011). Seks pranikah di kota besar. Jakarta: BKKBN diakses melalui http://kepri.bkkbn.
Desiana, T. A. (2020). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Kesehatan Reproduksi Pada Remaja Di SMAN 110 Jakarta. Jurnal
Kesehatan, 13(1), 53–61. https://doi.org/10.32763/juke.v13i1.186
Dharmawan, Y. (2017). Pengaruh Edukasi Kesehatan Reproduksi Terhadap Pengetahuan Siswa Tentang Triad Krr (Seksualitas, Hiv/Aids, Dan
Napza) Di Smk Swadaya Kota Semarang Tri Wulan Ii Tahun 2017. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 5(4), 237–246.
Fadhilah, A. S. (2021). Perilaku Seksual Pranikah Pada Siswa SMA. January.
Haryanto R, Suarayasa K. (2013). Perilaku seksual pranikah pada siswa SMA Negeri 1 Palu. J Academica. 5(2):1118-1125.
Hendrawan, A. (2019). Pendidikan Kesehatan Reproduksi Terhadap Pengetahuan Seks Bebas Remaja. Jurnal Delima Harapan, 6(2), 69–81.
Lestary H, Sugiharti S. (2011). Perilaku berisiko remaja di Indonesia menurut survei kesehatan reproduksi remaja Indonesia (SKRRI) tahun
2007. J Kesehatan Reproduksi. 1(3):136-144.
Mehra, D., Sarkar, A., Sreenath, P., Behera, J., & Mehra, S. (2018). Effectiveness of a community based intervention to delay early marriage,
early pregnancy and improve school retention among adolescents in India. BMC Public Health, 18(1), 1–13. https://doi.org/10.1186/s12889-
018-5586-3
Nurhasanah, A., & Nurdahlia, N. (2020). Edukasi Kesehatan Meningkatkan Pengetahuan Dan Keterampilan Keluarga Dalam Pencegahan Jatuh
Pada Lansia. Jkep, 5(1), 84–100. https://doi.org/10.32668/jkep.v5i1.359
Rasmussen, B., Maharaj, N., Sheehan, P., & Friedman, H. S. (2019). Evaluating the Employment Benefits of Education and Targeted
Interventions to Reduce Child Marriage. Journal of Adolescent Health, 65(1), S16–S24. https://doi.org/10.1016/j.jadohealth.2019.03.022
Rosamali, A., & Arisjulyanto, D. (2020). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Bahaya Pernikahan
Dini Di Lombok Barat. JISIP (Jurnal Ilmu Sosial Dan Pendidikan), 4(3), 21–25. https://doi.org/10.36312/jisip.v4i3.1143
Wingood, G. M., Di Clemente, R. J., Villamizar, K., Er, D. L., De Varona, M., Taveras, J., Painter, T. M., Lang, D. L., Hardin, J. W., Ullah, E.,
Stallworth, J., Purcell, D. W., & Jean, R. (2011). Efficacy of a health educator-delivered HIV prevention intervention for Latina women: A
randomized controlled trial. American Journal of Public Health, 101(12), 2245–2252. https://doi.org/10.2105/AJPH.2011.300340

Anda mungkin juga menyukai