Anda di halaman 1dari 54

KIPI

(KEJADIAN IKUTAN PASCA


IMUNISASI)

JAMHARIYAH,SST.,M.Kes.
PENGERTIAN
• KIPI adalah kejadian medik yang berhubungan
dengan imunisasi baik berupa reaksi vaksin,
reaksi suntikan, efek farmakologis, kesalahan
prosedur, koinsiden atau hubungan kausal
yang tidak dapat ditentukan. (Akib, 2011;
Kemenkes RI, 2013)
PENYEBAB
• Selama ini, persepsi masyarakat dan juga kalangan petugas
menganggap semua kelainan dan kejadian yg dihubungkan
dengan imunisasi sebagai reaksi alergi terhadap vaksin.
• Telaah laporan KIPI oleh Vaccine Safety Comittee, Institute of
Medicine (IOM) United State of America (USA)menyatakan 
sebagian besar KIPI terjadi secara kebetulan saja (koinsidensi).
• Kejadian yang memang akibat imunisasi tersering  akibat
kesalahan prosedur dan teknik pelaksanaan (programmatic
errors). (Akib, 2011)
• Komite Nasional Pengkajian dan Penanggulangan
(KomNas-PP) KIPI mengelompokkan etiologi KIPI
dalam 2 (dua) klasifikasi 
• Klasifikasi lapanganuntuk petugas di lapangan
• Klasifikasi kausalitas untuk telaah Komnas KIPI.
(Kemenkes RI, 2013)
1. KLASIFIKASI ETIOLOGI LAPANGAN
a. Vaccine product-related reaction (reaksi yang berkaitan dengan
produk vaksin)
b. Vaccine quality defect-related reaction (reaksi yang berkaitan dengan
defect kualitas vaksin)
c. Immunization error-related reaction (reaksi yang berkaitan dengan
adanya penyimpangan dlm pemberian imunisasi)
d. Immunization anxiety-related reaction (reaksi yang berkaitan dengan
kecemasan yang berlebihan yang berhubungan dengan
imunisasi/reaksi suntikan)
e. Coincidental event (kejadian yang secara kebetulan bersamaan)
2. KLASIFIKASI KAUSALITAS

Klasifikasi kausalitas mengelompokkan KIPI mjd 4


kelompok :
a. Klasifikasi konsisten
Kalsifikasi bersifat temporal o/k bukti tidak
cukup utk menentukan hub.kausalitas
b. Klasifikasi inderteminate
Klasifikasi berbasis bukti yg ada dan dpt
diarahkan pd beberapa kategori definitif
c. Klasifikasi Inkonsisten
Suatu kondisi utama atau kondisi yg disebabkan
paparan terhadap sesuatu selain vaksin
d. Klasifikasi Unclassifiable
Kejadian klinis dg informasi yg tidak cukup utk
memungkinkan dilakukan penilaian dan identifikasi
penyebab
KELOMPOK RISTI
• Hal yang harus diperhatikanU/mengurangi risiko timbulnya KIPI
apakah resipien termasuk dlm kel. risiko.
• Kelompok risiko:
1. Anak yg mendapat reaksi simpang pada imunisasi terdahulu
2. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
• Jadwal imunisasi pada BKB harus memperhatikan:
1. Titer imunitas pasif melalui transmisi maternal lebih rendah dari pada BCB,
2. Apabila BB bayi sangat kecil (<1.000 gram) imunisasi ditunda dan diberikan
setelah bayi mencapai berat 2.000 gram atau berumur 2 bulan; kecuali untuk
imunisasi hepatitis B pada bayi dengan ibu yang HBs Ag positif.
     
Vaksin Rekomendasi Keterangan
 IPV  Ya  Pasien dan keluarga serumah
 DPT  Ya  Pasien dan keluarga serumah

 Hib  Ya  Pasien dan keluarga serumah

 Hepatitis B*  Ya  Sesuai dengan jadwal anak sehat

 Hepatitis A  Ya  Sesuai dengan jadwal anak sehat

 MMR**  Ya  Diberikan umur 12 bulan

 Influenza  Ya  Tiap tahun diulang

 Pneumokok  Ya  Secepat mungkin

 BCG***  Ya  Dianjurkan untuk Indonesia


Keterangan :
*) Dianjurkan dosis Hep.B dilipatgandakan dua kali
**) Diberikan pd Penderita HIV yg Asimptomatik atau HIV
dengan gejala ringan
***) Tidak diberikan bial HIV yg berat
PEMANTAUAN

• Pemantauan KIPI merupakan suatu kegiatan yang


terdiri dari penemuan, pelacakan, analisis kejadian,
tindak lanjut, pelaporan dan evaluasi.
Pemantauan KIPI yang efektif melibatkan:
1. Masyarakat /petugas kes.dilapanganmelaporkan bila
ditemukan KIPI  petugas kes.puskesmas
2. Supervisor tk.Puskesmas (petugas kes/Ka.Puskesmas)
dan Kab./Kotamelengkapi laporan kronologis
3. Tim KIPI Tk.Kab./Kota menilai lap.KIPI dan investigasi
 laporan ke Komda PP KIPI
4. Komda PP KIPI
5. Komnas PP KIPI
6. BPOM yg bertanggungjawab thd keamanan Vaksin
• Tujuan utama pemantauan KIPI
Untuk mendeteksi dini, merespons KIPI dengan cepat
dan tepat, mengurangi dampak negatif imunisasi
terhadap kesehatan individu dan terhadap imunisasi.
• Pemantauan KIPI pada dasarnya terdiri dari :
• Penemuan
• Pelacakan
• Analisis kejadian
• Tindak lanjut
• Pelaporan dan evaluasi
Kurun Waktu Pelaporan
Jejang Administrasi Kurun Waktu diterimanya Laporan

Dinas kes.Kab./Kota 24 jam dari saat penemuan kasus

Dinas kes.Provinsi/Komda PP-KIPI 24-72 jam dari saat penemuan


(melalui website keamanan vaksin) kasus

Sb Direktorat Imunisasi?komnas 24 jam-7 hari dari saat penemuan


PP-KIPI kasus
(melalui website kemanan vaksin)
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada Pelaporan
KIPI
1. Identitas : nama anak. Tgl.dan thn lahir(umur), Jenis
Kelamin, nama or-tu dan alamat
2. Waktu dan tempat pemberian imunisasi (tgl,jam,lokasi)
3. Jenis vaksin yg diberikan, cara pemberian, dosis, nomor
batch,pemberi, bila suntik tulis lokasi suntikan
4. Saat timbulnya gx KIPI shg diketahui brp lama interval
waktu antara pemberian dg terjadinya KIPI
5. Adakah gx KIPI pada imunisasi terdahulu?
6. Bila gx klinis/dx yg terdeteksi tdk tdp dlm kolom isian buat
laporan tertulis
Hal-hal..

7. Pengobatan yg diberikan dan perjalanan pnyk


( sembuh,dirawat atau meninggal)
8. Sertakan hasil lab.yg pernah dilakukan
9. Apakah ada gx sisa setelah dirawat dan sembuh
10. Tulis bila tdp penyakit lain yg menyertainya
11. Bagaimana cara menyelesaikan masalah KIPI (kronologis)
12. Adakah tuntutan dari klg?
13. Nama dokter yg bertnggjawab
14. Nama Pelapor KIPI
PELACAKAN KIPI
LANGKAH-LANGKAH DALAM PELACAKAN KIPI

LANGKAH TINDAKAN
1. PASTIKAN • Dptkan catatan medik ps.(atau catatan
INFORMASI klinis lain)
PADA LAPORAN • Periksa informasi ttg ps.dari catatan
medik dan dokumen lain
• Isi setiap kelengkapan yg kurang dari
formulir lap.KIPI
• Tentukan informasi dari kasus lain yg
dibutuhkan utk melengkapi pelacakan
Langkah-

2. LACAK Tentang pasien:


DAN • Riwayat imunisasi
KUMPULKAN • Riwayat medis sebelumnya, termasuk riwayat sblmnya dengan reaksi yg sama
DATA atau reaksi alergi yg lain
• Riwayat klg dg kejadian yg sama
Tentang Kejadian:
• riwayat, deskripsi klinis, setiap hsl lab.yg relevan dg KIPI dan dx dari kejadian
• Tindakan apakah dirawat dan hasilnya
Tentang Tersangka Vaksin-Vaksin:
• Pd keadaan2 bgmn vaksin dikirim, kondisi penyimpanan, keadaan VVM, dan
catatan suhu pd lemaris es
• Penyimpanan vaksin sblm tiba di faskes, dimn vaksin ini tiba dari pengelolaan
cold chain yg lebih tinggi, kartu vaksin
Tentang Orang-orang lain:
• Apakah ada org lain yg mendpt imunisasi dari vaksin yg sama dan
menimbulkan penykt
• Apakah ada org lain yg mempunyai penykt yg sama(mungkin butuh definis
khusus), jika Ya, tentukan paparan pd kasus2 thd tersangka vaksin yg dicurigai
• Investigasi pelayanan imunisasi
Langkah..

3. MENILAI • Penyimpanan vaksin (termasuk vial/ampul yg telah dibuka),


PELAYANAN distribusi dan pembuangan limbah
DG • Penyimpanan pelarut, distribusi
MENANYAKAN • Pelarutan vaksin(proses dan waktu/jam dilaksanakan)
TTG: • Penggunaan dan sterilisasi dari syringe dan jarum
• Penjelasan ttg pelatihan praktik imunisasi, supervisi dan
pelaksanaan imunisasi

4. MENGAMATI • Apakah melayani imm.dlm jumlah yg lbh banyak d/p biasa?


PELAYANAN Lemari Pendingin: Apa saja yg disimpan(catat jika ada kotak
penyimpanan yg serupa dekat dg vaksin yg dpt menimbulkan
kebingungan; Vaksin/Pelarut : Apa saja yg disimpan dg obat
lain, apakah ada Vial yg kehilangan labelnya.
• Prosedur Imunisasi (pelarutan, menyusun vaksin, teknik
penyuntikan, keamanan jarum suntik dan syringe, pembuangan
vial-vial yg sdh terbuka)
• Apakah ada vial-vial yg sdh terbuka tampak terkontaminasi?
Langkah..

5. RUMUSKAN SUATU • Kemungkinan besar/kemungkinan


HIPOTESA KERJA penyebab dari kejadian tersebut

6. MENGUJI • Apakah distribusi kasus cocok dengan


HIPOTESA hipotesa kerja?
• Kadang-kadang diperlukan uji
labaoratorium
7. MENYIMPULKAN • Buat kesimpulan penyebab KIPI
PELACAKAN • Lengkapi formulir investigasi KIPI
• Lakukan tindakan koreksi dan
rekomendasikan tindakan lebih lanjut
Tabel 5.4 Kasus K IPI dan kem ungkinan p enyebab

K asu s K em un gk in an B esar Penyebab


K IPI
Menerima im un isasi dari tenaga/fasilitas Kesalahan program
kese hatan yang sama dan tidak ada kasus lain
di m a sya rak at.
Menerima im un isasi dari v ak sin dengan batch Vaksin
yang sama dan tidak ada kasus yang serupa di
m a s yarak at.
K ejadian d ik etah u i disebabkan oleh reaksi Kesalahan program atau m a sa la h
vaksin, tetapi terjadi peningkatan rasio . pada vaksin
K ejadian m elipu ti orang lain dari daerah yang K ejadian yang kebetulan (koinsiden)
sam a dalam kelom pok umur yang sama dengan
o ra ng -o ra ng yang tidak mendapat imunisasi.

S u m be r: K e m e nke s, 2011
Kasus KIPI dan Kemungkinan Penyebab
Kasus KIPI Kemungkinan Penyebab
Menerima imunisasi dari tenaga/fasilitas kesehatan Kesalahan Program
yang sama dan tidak ada kasus lain

Menerima imunisasi dari vaksin dengan batch yang Vaksin


sama dan tidak ada kasus yang serupa di masyarakat.

Kejadian diketahui disebabkan oleh reaksi vaksin, Kesalahan Program atau


tetapi terjadi peningkatan rasio. Masalah pada Vaksin

Kejadian meliputi orang lain dari daerah yang sama Kejadian yang kebetulan
dalam kelompok umur yang sama dengan orang-orang (Koinsiden)
yang tidak mendapat imunisasi.
Kasus-Kasus KIPI yang harus dilaporkan
Kurun Waktu Gejala Klinis
Terjadinya KIPI
Dalam 24 jam Reaksi anafilaktoid (reaksi akut hipersensitif), syok anafilaktik,
menangis keras terus lebih dari 3 jam (persistent inconsolable
screaming), episode hipotonik- hiporesponsif, Toxic shock syndrome
(TSS).
Dalam 5 hari Reaksi lokal yang berat, Sepsis, abses ditempat suntikan (bateria
steril)
Dalam 15 hari Kejang, termasuk kejang demam (6–12 hari untuk campak/ MMR; 0–
2 hari untuk DPT), ensefalopati (6–12 hari untuk campak/MMR; 0–2
hari untuk DPT).
Dalam 3 Bulan Acute flaccid paralysis/lumpuh layu (4–30 hari untuk penerima OPV;
4–75 hari) untuk kontak, neuritis brakialis (2–28 hari sesudah
imunisasi tetanus), trombositopenia (15–35 hari sesudah imunisasi
campak/MMR).
Kasus

Antara 1 hingga 12 bulan Limfadenitis, Infeksi BCG menyeluruh


sesudah imunisasi BCG (Disseminated BCG
infection), Osteitis/osteomeolitis.

Tidak ada batas waktu Setiap kematian, rawat inap, atau kejadian
lain yang berat dan kejadian yang tidak
biasa, yang dianggap oleh tenaga
kesehatan atau masyarakat ada
hubungannya dengan imunisasi.
TINDAK LANJUT KASUS
Pengobatan
KIPI GEJALA TINDAKAN KET.

VAKSIN

1. Reaksi lokal Nyeri, eritema, Kompres hangat, jika Pengobatan dapat


ringan bengkak di nyeri mengganggu beri dilakukan oleh guru
daerah bekas parasetamol UKS atau orangtua.
suntikan < 1 cm 10 mg/kg BB/kali Berikan pengertian
Timbul <48 jam pemberian. kepada ibu/
setelah < 6 bulan: 60 mg/kali keluarga bahwa hal
imunisasi. pemberian, 6–12 bl:90 ini dapat sembuh
mg/kali pemberian, 1–3 sendiri walaupun
tahun: 120 mg/ kali tanpa obat.
pemberian.
Reaksi lokal Eritema/indurasi >8 cm, Kompres hangat, Jika ada perubahan,
berat nyeri, bengkak dan parasetamo hubungi puskesmas.
(jarang terjadi). manifestasi sistemis.

Reaksi Arthus Nyeri, bengkak, indurasi Kompres hangat


dan edema. Terjadi parasetamol
reimunisasi pada pasien
dengan kadar antibodi
yang masih
tinggi.
Timbul beberapa jam
dengan puncaknya 12–
36 jam setelah imunisasi.

     
Reaksi Umum Demam, lesu, nyeri otot, Berikan minum
nyeri kepala, dan hangat dan
menggigil. selimut
Parasetamol.
     
Kolaps/ keadaan Episode hipotonik-hiporesponsif. Rangsangan dengan
seperti syok. wewangian atau bau-
Anak tetap sadar, tetapi tidak
bauan yang
bereaksi terhadap rangsangan merangsang.
Pada pemeriksaan frekuensi, Apabila belum dapat
amplitudo nadi serta tekanan diatasi dalam waktu 30
darah tetap dalam batas normal. menit, segera rujuk ke
      puskesmas terdekat.  
Reaksi Khusus: Lumpuh layu, asendens (menjalar Rujuk ke rumah sakit Perlu untuk
ke atas), biasanya tungkai, ataksia, untuk perawatan dan survei AFP.
Sindrom Guillain-
penurunan refleksi tendon, pemeriksaan lebih lanjut.
Barre
(jarang terjadi). gangguan menelan dan pernafasan,
parestasi, meningismus, tidak
demam, peningkatan protein dlm
cairan serebrospinal tanpa
pleositosis.
Terjadi antara 5 hari s.d. 6
minggu setelah imunisasi,
perjalanan
penyakit dari 1 s.d. 3–4 hari,
prognosis umumnya baik.
     
Nyeri brakialis Nyeri dalam terus menerus Parasetamol.
(neuropati pada daerah bahu dan lengan Apabila gejala
pleksus atas. Terjadi menetap rujuk ke
brakialis). 7 jam s.d. 3 minggu setelah rumah sakit untuk
imunisasi. fisioterapi.
     
Syok anafilaktis Terjadi mendadak, gejala klasik: Suntikan adrenalin
kemerahan merata, edema, 1:1.000 dosis 0,1–0,3
urtikaria, sembab pada kelopak ml,sk/im,
mata, sesak, nafas berbunyi, jika pasien membaik dan
jantung berdebar kencang, stabil dilanjutkan dengan
tekanan darah menurun, anak suntikan deksametason
pingsan/tidak sadar, dapat pula (1 ampul) secara
terjadi langsung berupa tekanan intravena/ intramuskuler.
darah menurun dan pingsan Segera pasang infus
tanpa didahului oleh gejala lain. NaCl 0,9%, rujuk ke
rumah sakit terdekat.
2. TATA LAKSANA
PROGRAM
       
Abses dingin Bengkak dan keras, Kompres Jika tidak ada
nyeri daerah bekas perubahan,
hangat
suntikan, terjadi hubungi
karena vaksin paraseta puskesmas
disuntikkan masih mol. terdekat
dingin.
       
Pembengkakkan Bengkak di sekitar Kompres hangat. Jika tidak ada
suntikan, terjadi perubahan,
karena penyuntikan hubungi
kurang dalam. puskesmas
terdekat.
     
Sepsis Bengkak di sekitar bekas Kompres hangat,
suntikan, demam, terjadi parasetamol, rujuk ke
karena jarum suntik tidak steril. rumah sakit terdekat.
Gejala timbul 1 minggu atau
lebih setelah penyuntikan.

     
Tetanus Kejang, dapat disertai dengan Rujuk ke rumah sakit
demam, anak tetap sadar. terdekat

     
Kelumpuhan/ Lengan sebelah (daerah yang Rujuk untuk difisoterapi
disuntik) tidak bisa digerakkan,
Kelemahan
terjadi karena daerah
otot penyuntikan salah.
3. FAKTOR
PENERIMA/
PENJAMU
       
Alergi Pembengkakan bibir Suntikkan Tanyakan kepada
dan tenggorokan, dexametason 1 orangtua, adakah
sesak nafas, ampul im/iv, jika penyakit alergi.
eritema, papula, berlanjut pasang
terasa gatal, tekanan infus NaCl 0,9%.
darah menurun.
       
Faktor Ketakutan, berteriak, Tenangkan penderita. Sebelum penyuntikan,
psikologis pingsan. Beri minum air guru sekolah dapat
hangat, beri memberikan pengertian
wewangian/ alkohol, dan menenangkan murid.
setelah sadar beri Apabila berlanjut, hubungi
minum air teh manis Puskesmas.
hangat.
       
4. KOINSIDEN Gejala penyakit terjadi Tangani penderita
(FAKTOR secara kebetulan sesuai gejala.
KEBETULAN) bersamaan dengan Cari informasi di
waktu imunisasi. sekitar anak, apakah
Gejala dapat berupa ada kasus lain yang
salah satu gejala mirip, tetapi anak
KIPI tersebut di atas atau tidak di- imunisasi.
bentuk lain. Kirim ke rumah sakit
untuk pemeriksaan
lebih lanjut.
Komunikasi

• Kepercayaan  kunci utama komunikasi pada setiap tingkat.


• Jika terlalu cepat menyimpulkan penyebab kejadian KIPI merusak
kepercayaan masyarakat.
• Kita harus mengakui ketidakpastian, melakukan investigasi
menyeluruh, dan tetap memberi informasi kepada masyarakat.
• Hindari membuat pernyataan yg terlalu dini tentang penyebab dari
kejadian sebelum pelacakan lengkap.
• Dalam berkomukasi dengan masyarakat, akan bermanfaat apabila
membangun jaringan dng TOMA, dan tenkes di daerah agar informasi
tersebut bisa dengan cepat disebarkan. (Kemenkes, RI, 2013)
Perbaikan Mutu Layanan

Reaksi Vaksin Tarik batch, perubahan prosedur kontrol

Kesalahan Program Perbaiki prosedur, pengawasan dan


pelatihan

Koinsiden Komunikasi

Tidak diketahui Investigasi lanjutan


EVALUASI
1. evaluasi rutin
• Evaluasi rutin dilakukan oleh Komda
PP-KIPI/Dinkes provinsi minimal 6 bulan sekali.
Evaluasi rutin untuk menilai efektivitas
pemantauan KIPI.
2. evaluasi tahunan
• Evaluasi tahunan dilakukan oleh Komda PP-
KIPI/Dinas Kesehatan Provinsi untuk tingkat
provinsi dan Komnas PP-KIPI/sub-direktorat
Imunisasi untuk tingkat nasional.
Perkembangan KIPI dapat dinilai dari data
laporan tahunan di tingkat propinsi dan
nasional.
PENANGGULANGAN
1. Pencegahan Primer
Persiapan sebelum dan saat pelaksanaan Imunisasi
Ruangan khusus untuk penanggulangan KIPI, misalnya ruang
Tempat UKS atau ruangan lainnya.

Tensimeter, infus set, alat suntik steril.


Alat dan Obat Adrenalin 1:10.000, deksametason suntik, cairan infus NaCl
0,9%.

Fasilitas kesehatan milik pemerintah dan swasta yang sudah


Fasilitas Rujukan dikoordinasi dalam jejaring fasilitas kesehatan.

Penerima Vaksin Perhatikan kontra-indikasi dan hal-hal khusus terhadap


(resipien) imunisasi tertentu.

Mengenal gejala klinik Gejala lokal dan sistemis serta reaksi lainnya. Makin cepat
KIPI terjadinya KIPI, makin berat gejalanya
Prosedur Mencuci tangan sebelum dan sesudah penyuntikan, membersihkan
pelayanan kulit di daerah suntikan dengan air matang, jika kotor harus
imunisasi menggunakan alkohol 70%, bacalah label pada botol vaksin, kocoklah
vaksin jika terdapat perubahan warna atau gumpalan, gantilah dengan
vaksin lain, tempat suntikan yang dianjurkan pada bayi: bagian paha
sebelah luar (di antara garis tengah bagian depan paha dan tepi
paha), pada anak: di lengan kanan atas di daerah pertengahan
muskulus deltoideus, observasi pasca-imunisasi minimal 30 menit.

Pelaksana Tenaga kesehatan yang terlatih dan ditunjuk oleh kepala puskesmas
serta dibekali surat tugas.
2. Penanggulangan medis KIPI
• Penanggulangan kasus ringan dapat
diselesaikan oleh puskesmas dan memberikan
pengobatan segera, Komda PP-KIPI hanya perlu
diberikan laporan.
• Jika kasus tergolong berat harus segera
dirujuk. Kasus berat yang masih dirawat,
sembuh dengan gejala sisa, atau meninggal,
perlu dilakukan evaluasi ketat dan apabila
diperlukan Komda PP-KIPI segera dilibatkan.
PENCATATAN DAN PELAPORAN
PENCATATAN

Bentuk pencatatan di unit pelayanan:


1. Posyandu/Pustu/Puskesmas:
– Buku kohort bayi/ibu, Buku KIA, Buku register WUS, KMS,
format pelaporan vaksin, ADS, dan lain-lain.
2. Unit Pelayanan Swasta/RS:
– Kartu/ buku imunisasi, buku register WUS/kohort ibu,
format pelaporan vaksin, dan lain-lain.
3. Sekolah:
– Register anak sekolah, kartu tetanus seumur hidup.
1. Buku Pencatatan Hasil Imunisasi
a. Pencatatan hasil imunisasi bayi (kohort bayi)
• Pencatatan hasil imunisasi bayi menggunakan
kohort bayi.
• Format ini dibuat rangkap dua dengan
menggunakan kertas karbon dan berfungsi
sebagai format laporan bersama format
pemakaian logistik dan laporan KIPI
b. Pencatatan hasil imunisasi TT (kohort ibu)
Pencatatan hasil imunisasi TT untuk WUS termasuk ibu
hamil dan calon pengantin menggunakan catatan
imunisasi WUS atau kohort ibu. Perlu Anda ingat,
bahwa sebelum pemberian imunisasi TT harus
dilakukan skrining terlebih dahulu tentang status
imunisasi TT.
c. format Pencatatan hasil imunisasi anak
Sekolah
Untuk pencatatan imunisasi anak sekolah,
imunisasi DT, campak atau Td yang diberikan,
dicatat pada format pencatatan BIAS dan 1
lembar salinan diberikan kepada kepala sekolah.
Anda perlu mengingat bahwa pemberian
imunisasi DT atau Td pada anak sekolah
disesuaikan dengan status imunisasi sebelumnya.
2. Kartu Imunisasi
a. Buku KIA (buku Pegangan ibu bayi/balita)
Setelah Anda memberikan pelayanan imunisasi, secepatnya
catatlah hasil pelayanan Anda di buku KIA.
b. KMS
Bagi pasien yang belum mendapatkan buku KIA,
pencatatan hasil imunisasi hendaknya segera dilakukan di
KMS.
c. Kartu TT
Bagi WUS yang mendapatkan imunisasi TT, mendapatkan
kartu TT.
3. Buku Stok Vaksin dan logistik
• Keluar masuknya vaksin terinci menurut jenis,
jumlah, nomor batch dan tanggal kadaluarsa
serta status VVM saat diterima atau dikeluarkan,
harus dicatat dalam buku stok vaksin dan pelarut.
• Sisa atau stok vaksin dan pelarut harus selalu
dihitung pada setiap kali penerimaan atau
pengeluaran vaksin dan pelarut.
• Masing-masing jenis vaksin mempunyai kartu
stok tersendiri.
• Kondisi VVM sewaktu menerima dan mengeluarkan vaksin
juga perlu dicatat di SBBK (Surat Bukti Barang Keluar).
• Keluar masuknya logistik imunisasi (ADS, safety box,
peralatan ranti dingin) termasuk vaksin dan pelarut harus
dicatat di buku umum.
• Nomor seri sarana cold chain (lemari es, freezer, vaccine
carrier, container) harus dicatat dlm kolom keterangan.
• Untuk peralatan seperti jarum, syringe dan peralatan rantai
dingin cukup dicatat jumlah dan jenisnya.
4. Format PWS

• Dari hasil pencatatan, data direkapitulasi ke dalam buku rekapitulasi


Puskesmas dan dikelompokkan ke dalam format pengolahan data PWS
tiap desa/kelurahan, Format tersebut sudah tersedia dalam software
PWS.

5. Buku Pencatatan Suhu

• Pencatatan suhu lemari es dilakukan dua kali setiap hari pada pagi dan
sore hari dalam grafik suhu yang tersedia untuk masing-masing unit.
Dengan menambah catatan saat terjadinya peristiwa penting pada grafik
tersebut, seperti sweeping, KLB, KIPI, penggantian suku cadang, grafik
suhu ini akan menjadi sumber informasi penting
PELAPORAN
1. Hal-hal yang dilaporkan adalah sebagai berikut.
a. Cakupan Imunisasi rutin
Dalam melaporkan cakupan imunisasi, harus dipisahkan pemberian
imunisasi terhadap kelompok diluar umur sasaran. Pemisahan ini
sebenarnya sudah dilakukan mulai saat pencatatan, agar tidak
mengacaukan perhitungan persen cakupan
b. Stok dan pemakaian vaksin
Penerimaan, pemakaian dan stok vaksin setiap bulan harus
dilaporkan bersama-sama dengan laporan cakupan imunisasi.
c. Sarana peralatan cold chain di puskesmas dan unit
pelayanan lainnya diidentifikasi baik jumlah maupun kondisinya
dilaporkan ke kabupaten / kota minimal sekali setahun.
d. UCI desa dilaporkan dalam periode satu tahun
mulai bulan Januari sampai dengan Desember.
e. Cakupan imunisiasi dan pemakaian vaksin serta
logistik kegiatan BIAS.
f. Laporan kasus KIPI atau diduga KIPI dengan
mempergunakan format KIPI.
2. Syarat- Syarat Pelaporan
Syarat-syarat pelaporan yang baik adalah sebagai berikut.
Semua bagian dalam laporan telah lengkap tidak ada yang
a. Lengkap: dibiarkan kosong dan semua tempat pelayanan telah mengirim
laporan

T
b. Tepat waktu: Laporan tepat waktu sesuai waktu yang telah ditetapkan. Jangan
terlambat
Sebelum mengirim pelaporan, lakukan pemeriksaan ulang
c. Akurat: terhadap semua data yang dilaporkan. Pastikan bahwa data yang
dilaporkan sesuai dengan data sasaran dan jumlah hasil imunisasi
berdasarkan pencatatan di tempat pelayanan.

Anda mungkin juga menyukai