OLEH
MARZUKI, SKM, S.KEP,NS, M. KES
DISAMPAIKAN PADA PELATIHAN PENGELOLA IMUNISASI DI PUSKESMAS
TINGKAT KABUPATEN TANATORAJA
HOTEL SAHID TATOR, PADA TGL 06 – 09 JUNI 2023
TUJUAN PEMBELAJARAN
Periksa label vaksin dan pelarut. Jika label tidak ada, jangan gunakan
vaksin atau pelarut tersebut.
Periksa alat pemantau vaksin (Vaccine Vial Monitor/ VVM). Jika kondisi
VVM sudah berada pada kondisi C atau D, vaksin jangan digunakan
Memeriksa apakah vaksin aman diberikan (2)
3) Periksa tanggal kadaluarsa, jangan gunakan vaksin yang sudah
kadaluarsa atau melewati masa pakai
Dapat dipakai
Dapat dipakai Dapat dipakai
sampai
sampai dengan: sampai dengan:
dengan:
31/10/2019 30/09/2019
30/09/2019
4) Periksa suhu lemari es.
(lihat pada alat pemantau suhu vaksin)
5) Jika terjadi penyimpangan suhu (< 2°C) dan/atau indikator pada
Freeze Tag menunjukkan tanda “X”, maka dicurigai terjadi
pembekuan vaksin Freeze Sensitive.
Untuk pembuktiannya, dilakukan uji kocok (shake test)
11
Evidence of exposure to freezing
temperatures
10
0 20
-10 30
-20 40
CONTINUOUS MONITORING
Shake test
Langkah-Langkah uji kocok (1)
Pilih satu dari tiap tipe dan batch vaksin yang dicurigai pernah
beku, utamakan yang dekat dengan evaporator atau bagian
vaccine refrigerator yang paling dingin. Beri label “Tersangka
Beku”. Bandingkan dengan vaksin dari tipe dan batch yang
sama yang sengaja dibekukan hingga beku padat seluruhnya
dan beri label “Dibekukan”.
Biarkan contoh vaksin “Dibekukan” dan vaksin “Tersangka Beku”
sampai mencair seluruhnya.
Kocok contoh vaksin “Dibekukan” dan vaksin “Tersangka beku”
secara bersamaan.
Kemudian taruh berdekatan, dan diamkan.
Langkah-Langkah uji kocok (2)
20
*Untuk daerah endemis yang sudah melakukan introduksi imunisasi
JE
**Untuk daerah yang sudah melakukan introduksi imunisasi HPV
Kontra Indikasi
Semua bayi sebaiknya diimunisasi kecuali dalam tiga situasi yang
jarang terjadi berikut ini:
•Anafilaksis atau reaksi hipersensitivitas yang hebat, merupakan
kontra indikasi mutlak terhadap dosis vaksin berikutnya.
•Reaksi berlebihan, seperti suhu tinggi diatas 38,5ºC dengan
kejang, penurunan kesadaran, shock atau reaksi anafilaktik lainnya
setelah imunisasi DPT/HB/Hib1 merupakan kontra indikasi untuk
pemberian DPT/HB/Hib2 atau DPT/HB/Hib3.
•Dalam keadaan kejang demam dan panas diatas 38,5ºC
merupakan kontra indikasi sementara pemberian sampai anak
sudah sembuh.
2. Melakukan skrining sasaran
a. Bayi, Baduta, anak sekolah
26
PANDUAN PERTANYAAN
PENAPISAN
28
1.4. Pemeliharaan vaksin dan rantai vaksin selama pelaksanaan imunisasi
29
Penyimpanan vaksin selama pelayanan imunisasi di lapangan
b. Penyuluhan Sebelum dan Sesudah Pelayanan
Imunisasi, berisi tentang:
Jenis vaksin yang diberikan dan manfaat imunisasi
KIPI yang mungkin timbul setelah imunisasi dan
cara mengatasinya dan tidak perlu khawatir
Jadwal imunisasi berikutnya dan pentingnya buku
KIA disimpan secara aman dan dibawa saat
kunjungan berikutnya
Jumlah kunjungan imunisasi lengkap dan tujuan
memberikan imunisasi lengkap
31
INGAT !!!! 4 pesan penting yg perlu
disampaikan kepada orang tua
Jenis vaksin yang diberikan dan
manfaat imunisasi
KIPI yang mungkin timbul setelah
imunisasi dan cara mengatasinya
dan tidak perlu khawatir
Jadwal imunisasi berikutnya dan
pentingnya buku KIA disimpan
secara aman dan dibawa saat
kunjungan berikutnya
Jumlah kunjungan imunisasi
lengkap dan tujuan memberikan
imunisasi lengkap
C. Memberikan Penyuntikan yang aman
1. Melarutkan vaksin dengan pelarut
Beberapa ketentuan dalam melarutkan vaksin:
• Cuci tangan
• Amati VVM dan masa kadaluarsa vaksin
• Gunakan semprit pencampur sekali buang setiap kali melarutkan vaksin
• Pastikan suhu vaksin dan pelarut sama (2-8 0 C) saat pelarutan
• Amati botol pelarut, dan pastikan tidak retak
• Baca label pada botol pelarut, pastikan berasal dari pabrik yang sama dengan vaksin
dan tidak kadaluarsa
• Jika terjadi luka saat membuka botol pelarut, buang botol karena ada kemungkinan
isi botol telah terkontaminasi. Balut luka sebelum membuka botol pelarut yang baru.
• Sedot cairan pelarut dengan menggunakan ADS 5 ml
• Selalu menggunakan ADS 5 ml untuk pelarutan vaksin
• Melarutkan vaksin
- Sedot cairan pelarut, lalu suntikkan pelan2 ke dalam vial vaksin. Ulangi beberapa
kali
- Buang ADS ke dalam Safety Box
• Tulis jam pelarutan pada vial vaksin
• Selama pelayanan, vaksin yang sudah dilarutkan
ditempatkan di atas bantalan busa vaksin carrier
33
Penanganan vaksin yang sudah dilarutkan
Ingat.....!!!
• Pelarut tidak boleh saling tertukar
• Gunakan pelarut dari pabrik yang sama dengan vaksin
• Pelarut harus didinginkan minimal 12 jam dalam
Refrigerator sebelum dicampur dengan vaksin
• Jangan melarutkan vaksin jika sasaran belum datang
• Vaksin yang sudah dilarutkan, setelah 3 jam (vaksin
BCG) atau setelah 6 jam (vaksin Campak/MR) tidak
boleh digunakan lagi
34
Prosedur penyuntikan :
• Mengunakan ADS baru dan steril.
• Memeriksa bungkus ADS, untuk memastikan tidak rusak &
belum kedaluarsa.
• Tidak menyentuh jarum.
• Membersihkan kulit dengan kapas air hangat, tunggu kering.
• Tidak memijat-mijat daerah bekas suntikan.
• Jika perdarahan, menekan daerah suntikan dengan kapas
kering baru hingga darah berhenti.
• Membuang ADS bekas pakai langsung ke dalam safety box
tanpa melakukan penutupan kembali jarum suntik (recapping)
35
2. Menggunakan alat suntik ADS
Semprit sekali pakai / Auto Disable Syringe (ADS)
Semprit yang setelah dipakai mengunci sendiri dan hanya
dapat dipakai sekali
Misalnya: • Alat ini hanya bisa digunakan
Uniject sekali
Skifa • Mengeliminasi penyebaran
Soloshot penyakit dari pasien ke
Destroject pasien
Univec • Menghemat waktu untuk
Terumo mensterilisasi
K1
Medeco inject No Ukuran ADS Penggunaan
1 0,05 ml Pemberian imunisasi BCG
Pemberian imunisasi DPT-HB-Hib, Campak,
2 0,5 ml
DT, Td, dan IPV
3 5 ml Untuk melarutkan vaksin BCG dan Campak
Langkah-langkah penggunaan ADS Oneject :
Contoh: Hepatitis B
Keuntungan:
Mencegah vaksin dari kontaminasi
Memastikan dosis yang tepat
Vaksin & Semprit dalam set yang sama
Mengurangi vaksin terbuang
38
Langkah-langkah penggunaan PID
40
3. Dosis, Cara dan Tempat Pemberian Imunisasi
Permenkes No. 12 Tahun 2017)
4. Memposisikan anak untuk penyuntikan
Intramuskular
Subkutan Mis: Hepatitis B,
Mis: campak, MR,
DTP-HB-Hib, IPV
varicella
Oral Intrakutan
Mis: Polio BCG
Intradermal/Intrakutan
50
3. Pelaksanaan Pelayanan Imunisasi
Akhir Pelayanan Imunisasi
Pelayanan Statis
• ADS bekas, dibuang kedalam Safety Box, tanpa menutup kembali
• Safety Box hanya diisi 3/4 bagian (tidak terlalu penuh)
• Safety Box harus ditutup dan disimpan di tempat yang aman,
sampai dimusnahkan
• Mengembalikan sisa vaksin ke dalam Refrigerator (kecuali vaksin
yang dilarutkan)
• Vial/ ampul bekas serta sampah lainnya, masukkan ke kardus lain
• Mencatat hasil imunisasi
• Memberikan data hasil Imunisasi kepada
Korim atau petugas pengelola imunisasi
51
3. Pelaksanaan Pelayanan Imunisasi
Akhir Pelayanan Imunisasi
Pelayanan Luar Gedung
• Merapikan logistik imunisasi
• Tempat Pelayanan tetap dalam keadaan bersih dan rapi
• Semua vaksin yang sudah dibuka, harus dibuang
• Vaksin yang belum dibuka, dikembalikan ke dalam lemari es di
puskesmas
• Mencatat hasil imunisasi
• Memberikan data hasil Imunisasi kepada Korim atau petugas
pengelola imunisasi
52
4. Pengeloaan limbah dengan aman
a. Pembuangan sampah semua benda
medis tajam secara aman
Kotak tahan air dan tusukan
Pembuatan dan penggunaan Jika safety box tidak
digunakan, tutup pembuka
safety box kotak di bagian atas
Botol atau ampul yang telah kosong dikumpulkan ke dalam tempat sampah
(kantong plastik) berwarna kuning selanjutnya diinsenerasi (dibakar dalam
incinerator) atau menggunakan metode non insinerasi (al. autoclaving, microwave)
dan dihancurkan
Apabila sumber daya dan sarana tersedia maka pengolahan limbah ini dapat
diserahkan pada pihak ketiga dengan perjanjian kerjasama (MoU) sesuai dengan
kebijakan dan ketentuan yang berlaku di wilayah kabupaten/kota masing-masing.
I. Inaktivasi vaksin
A. Inaktivasi vaksin dgn Chlorine
1. Membuat Larutan Chlorine 2. Cara menginaktivasi vaksin
Vaksin
(maximal 20 vial)
dituang
Biarkan
selama 20
Chlorine Air
mnt
4 Lt larutan Chlorine
400 + 3600 = 0,5%
cc cc di dalam ember
3. Membuang Larutan Chlorine yg
berisi
cairan vaksin yg telah diinativasi
ke IPAL/saluran air limbah
Ember berisi
larutan Chlorine
0,5%
I. Inaktivasi
B. Inaktivasi vaksin OPV dgn cara direbus
1. Merebus
Tuangkan isi cairan vaksin
(max 20 vial) ke dalam air
2. Buang air rebusan vaksin OPV
mendidih
ke IPAL /saluran air limbah
Biarkan selama 30 mnt
II. Memusnahkan vial kosong vaksin
A. Enkapsulasi
masukan vaksin ke dlm
pipa PVC 30 cm (max
sampai 2/3 isi pipa), lalu
kedua ujungnya diisi
pasir/semen lalu ditutup
Gali tanah
Pipa VPC 30 Lalu kubur jauh dari sumber air bersih
cm
II. Memusnahkan vial kosong vaksin
B. Inertisasi
Vial vaksin
C. Mengubur
Vial vaksin
Kubur vial Vaksin ke dalam bak
beton dengan kedalaman 1,5 m
Cara pengamanan jarum suntik
bekas pakai
Tidak Benar
Segera masukkan jarum suntik
bekas pakai kedalam safety box
(tanpa direcapping).
Safety box hanya untuk alat
suntik bekas pakai dan tutup
jarum.
Kumpulkan seluruh bekas
ampul pelarut, vial vaksin,
tutup vaksin, limbah lainnya
(kapas) didalam kantong atau
wadah yang aman.
Jangan Membuka Karet Penutup
70
TUGAS
• KELOMPOK 1 : PELAYANAN, CARA MENYUNTIK DAN
SCREENING PADA IMUNISASI BAYI (SUNTIKAN
GANDA)
• KELOMPOK 2 : PELAYANAN, CARA MENYUNTIK DAN
SCREENING PADA IMUNISASI ANAK BADUTA
(SUNTIKAN GANDA)
• KELOMPOK 3 : PELAYANAN DALAM GEDUNG, CARA
MENYUNTIK DAN SCREENING PADA IMUNISASI IBU
HAMIL/WUS