Anda di halaman 1dari 61

Drg Yus Ruseno,MSc.

PH
Seksi Surveilans dan Imunisasi
DINAS KESEHATAN
PROVINSI JAWA BARAT
2018
KEJADIAN IKUTAN
PASCA IMUNISASI (KIPI)

Definisi
 Semua kejadian medis yang terjadi
setelah imunisasi
 Dapat berupa reaksi vaksin, reaksi
suntikan, kesalahan prosedur
ataupun koinsidens sampai
ditentukan adanya hubungan kausal
 Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi yang selanjutnya
disingkat KIPI adalah kejadian medik yang diduga
berhubungan dengan imunisasi.

 BAB V PEMANTAUAN DAN PENANGGULANGAN


KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI
 Pasal 40 (1) Dalam rangka pemantauan dan
penanggulangan KIPI, Menteri membentuk Komnas
PP KIPI dan Gubernur membentuk Komda PP KIPI.
(2) Keanggotaan Komnas PP KIPI dan Komda PP KIPI
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri
atas unsur perwakilan dokter spesialis anak, dokter spesialis
penyakit dalam, dokter spesialis kandungan dan kebidanan,
dokter spesialis syaraf, dokter spesialis forensik, farmakolog,
vaksinolog dan imunolog, dan/atau unsur lintas sektor
terkait.

(3) Dalam hal dibutuhkan untuk mendukung tugas Komda


PP KIPI dan Komnas PP KIPI, bupati/walikota dapat
membentuk Pokja PP KIPI yang paling sedikit terdiri atas
unsur perwakilan dokter spesialis anak dan dokter spesialis
penyakit dalam.
 Komite Nasional Pengkajian dan Penanggulangan
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi yang selanjutnya
disebut Komnas PP KIPI adalah komite independen
yang melakukan pengkajian untuk penanggulangan
kasus KIPI di tingkat nasional.
 Komite Daerah Pengkajian dan Penanggulangan
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi yang selanjutnya
disebut Komda PP KIPI adalah komite independen
yang melakukan pengkajian untuk penanggulangan
kasus KIPI di tingkat daerah provinsi.
(4) Pembiayaan operasional Komnas PP KIPI
dibebankan pada anggaran pendapatan belanja
negara dan Komda PP KIPI atau Pokja PP KIPI
dibebankan pada anggaran pendapatan belanja
daerah.
(5) Pemantauan dan penanggulangan KIPI harus
dilaksanakan melalui kegiatan: a. surveilans KIPI
dan laman (website) keamanan Vaksin; b.
pengobatan dan perawatan pasien KIPI; dan c.
penelitian dan pengembangan KIPI.
(2) Fasilitas pelayanan kesehatan yang melaksanakan
pelayanan Imunisasi atau dinas kesehatan setempat
yang menerima laporan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus melakukan investigasi.

 (3) Hasil investigasi sebagaimana dimaksud pada ayat


(2) harus segera dilaporkan secara berjenjang kepada
kepala dinas kesehatan kabupaten/kota dan kepala
dinas kesehatan provinsi.
 (4) Kepala dinas kesehatan provinsi menyampaikan
laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kepada
Komnas PP KIPI, Komda PP KIPI, dan Pokja PP KIPI.
 (5) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat
disampaikan melalui laman (website) keamanan Vaksin.
 (6) Terhadap laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dilakukan kajian etiologi lapangan oleh Komda PP KIPI
dan kajian kausalitas oleh Komnas PP KIPI.
 (7) Hasil kajian KIPI sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
disampaikan kepada Menteri melalui Direktur Jenderal
dan diumpan balik kepada provinsi.
 (1) Pasien yang mengalami gangguan
kesehatan diduga akibat KIPI diberikan
pengobatan dan perawatan selama
proses investigasi dan pengkajian
kausalitas KIPI berlangsung.
 (3) Pembiayaan untuk investigasi dan kajian kasus
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibebankan
kepada Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah
provinsi, Pemerintah Daerah kabupaten/kota, serta
sumber pembiayaan lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
 (4) Pembiayaan untuk pengobatan, perawatan, dan
rujukan bagi seseorang yang mengalami gangguan
kesehatan diduga KIPI atau akibat KIPI dibebankan
pada anggaran pendapatan belanja daerah atau
sumber pembiayaan lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan.
KASUS YANG HARUS DILAPORKAN

 Semua KIPI
 Non Serius: form bulanan
 Semua kematian
 Semua yang dirawat
 Semua kejadian yang berat & tidak
biasa
 form lengkap (analisis causalitas)
KIPI YANG HARUS DIINVESTIGASI

 KIPI yang terjadi pada sekelompok anak


yang diimunisasi di suatu tempat
(cluster)

 KIPI serius yang menyebabkan:


 perawatan RS
 kecacatan yang menetap
 kematian

 Menimbulkan kekhawatiran orang tua dan


masyarakat
KIPI SERIUS

Setiap kejadian medis yang tidak


diinginkan
 terjadi setelah pemberian
imunisasi,
 menyebabkan rawat inap,
kecacatan yang menetap,
mengancam kehidupan atau
kematian.
Permenkes No. 12 Tahun 2017
Tentang Penyelenggaraan Imunisasi
 1. Identitas: nama anak, tanggal dan tahun lahir (umur),
jenis kelamin, nama orang tua dan alamat.
 2. Waktu dan tempat pemberian Imunisasi (tanggal, jam,
lokasi).
 3. Jenis vaksin yang diberikan, cara pemberian, dosis,
nomor batch, siapa yang memberikan, bila disuntik
tuliskan lokasi suntikan.
 4. Saat timbulnya gejala KIPI sehingga diketahui berapa
lama interval waktu antara pemberian Imunisasi dengan
terjadinya KIPI.
 5. Adakah gejala KIPI pada Imunisasi terdahulu?
 6. Bila gejala klinis atau diagnosis yang terdeteksi tidak
terdapat dalam kolom isian, maka dibuat dalam laporan
tertulis.
 7. Pengobatan yang diberikan dan perjalanan penyakit
(sembuh, dirawat atau meninggal).
 8. Sertakan hasil laboratorium yang pernah dilakukan.
 9. Apakah terdapat gejala sisa, setelah dirawat dan sembuh.
 10. Tulis juga apabila terdapat penyakit lain yang
menyertainya.
 11. Bagaimana cara menyelesaikan masalah KIPI
(kronologis).
 12. Adakah tuntutan dari keluarga.
 13. Nama dokter yang bertanggung jawab.
 14. Nama pelapor KIPI.
 Dapatkan catatan medik pasien (atau catatan
klinis lain)
 Periksa informasi pasien tentang pasien dari
catatan medik dan dokumen lain.
 Isi setiap kelengkapan yang kurang dari formulir
laporan KIPI
 Tentukan informasi dari kasus lain yang
dibutuhkan untuk melengkapi pelacakan
Tentang Pasien
Tentang Kejadian
Tentang tersangka vaksin
Tentang orang lain
 Riwayat imunisasi
 Riwayat medis sebelumnya,
termasuk riwayat sebelumnya
dengan reaksi yang sama atau
reaksi alergi yang lain
 Riwayat keluarga dengan kejadian
yang sama
 Riwayat deskripsi klinis, setiap
hasil laboratorium yang relevan
dengan KIPI dan diagnosa dari
kejadian
 Tindakan apa yang dilakukan saat
ini (dirawat dan hasilnya
bagaimana)
 Pada keadaan-keadaan bagaimana
vaksin dikirim, kondisi penyimpanan,
keadaan VVM, dan catatan suhu pada
lemari es
 Penyimpanan vaksin sebelum tiba di
fasilitas kesehatan, dimana vaksin ini
tiba dari pengelolaan cold chain yang
lebih tinggi, kartu suhu
 Apakah ada orang lain yang mendapat
imunisasi dari vaksin yang sama dan
menimbulkan penyakit
 Apakah ada orang lain yang mempunyai
penyakit yang sama (mungkin butuh
definitis kasus) jika ya, tentukan paparan
pada kasus-kasus terhadap tersangka vaksin
yang dicurigai
 Investigas pelayanan imunisasi
 Penyimpanan vaksin (termasuk vial/ampul vaksin
yang telah dibuka), distribusi dan pembuangan
limbah
 Penyimpanan pelarut, distribusi
 Pelarutan vaksin (proses dan waktu / jam
dilakukan)
 Penggunaan dan sterilisasi dari syringe dan jarum
 Penjelasan tentang pelatihan praktik imunisasi,
supervisi dan pelaksanaan imunisasi
 Apakah melayani dalam jumlah yang lebih banyak
daripada biasa ?
 Lemari pendingan ; apa saja yang disimpan (catat
jika ada kotak penyimpanan yang serupa dengan
vial vaksin yang dapat menimbulkan kebingungan
; vaksin/pelarut apa saja yang disimpan dengan
obat lain, apakah ada vial yang kehilangan
labelnya.
 Prosedur imunisasi (pelarutan, menyusun vaksin,
teknik pembuangan vial-vial yang sudah terbuka)
 Apakah ada vila-vial yang sudah terbuka tampak
terkontaminasi
Kemungkinan besar /
kemungkinan penyebab dari
kejadian tersebut
Apakah distribusi kasus cocok
dengan hipotesa kerja
Kadang-kadang diperlukan uji
laboratorium
 Buat kesimpulan penyebab KIPI
 Lengkapi formulir investigasi KIPI
 Lakukan tindakan koreksi dan
rekomendasi tindakan lebih lanjut
Dilakukan oleh KOMDA /
KOMNAS PP KIPI
Jika data lengkap
PENCEGAHAN TERJADINYA KIPI

• Mencegah KIPI akibat reaksi vaksin


• Indikasi kontra diperhatikan
• Vaksin hidup tidak diberikan pada anak dg defisiensi
imun/ IMUNOLOGI VAKSIN
• Orang tua diajar menangani reaksi vaksin yang ringan
& dianjurkan segera kembali apabila ada reaksi yg
mencemaskan
• Parasetamol dapat diberikan 4 x sehari untuk
mengurangi gejala demam & rasa sakit
• Mengenal dan dapat mengatasi reaksi anafilaksis
• Sesuaikan dengan reaksi ringan/berat yg terjadi atau
harus dirujuk ke RS dengan fasilitas lengkap
PENCEGAHAN TERJADINYA KIPI (2)
 Mencegah KIPI akibat KESALAHAN
PROSEDUR
 Gunakan alat suntik steril untuk setiap
suntikan
 Gunakan pelarut vaksin yg sudah disediakan
oleh produsen vaksin
 Vaksin yg sudah dilarutkan harus segera
dibuang setelah acara imunisasi selesai, BCG
setelah 3 jam, campak setelah 8 jam, jangan
ditunda
 Dalam lemari pendingin tidak boleh ada obat
lain selain vaksin
 Pelatihan dan supervisi yg baik
PENCEGAHAN TERJADINYA KIPI (3)

Mencegah KIPI akibat reaksi


suntikan
 Teknik penyuntikan
 Suasana tempat penyuntikan
 Atasi rasa takut yg muncul
pada anak yg lebih besar
KOINSIDEN

CIPTAKAN KOMUNIKASI YG
BAIK, untuk mempengaruhi
masyarakat bahwa yg terjadi
adalah faktor kebetulan

Muncul masalah apabila sudah


beredar kepercayaan bahwa
kejadian itu akibat imunisasi
PENCEGAHAN
 Semua bayi baru lahir harus injeksi vit K
 Konsul dokter:
 pertumbuhan tidak baik, gizi buruk
 wajah anak aneh , kelainan bawaan (mis:
Down Syndrome)
 BBL < 2000 gram
 Identitas anak (jangan tertukar)
 Usia: jadwal
 Safe injection
 Expired Date vaksin
APAKAH ADA KONTRA INDIKASI VAKSINASI:

Permanen :
Reaksi berat setelah vaksinasi sebelumnya DPT:
essefalopati, syok, menangis terus menerus 3 jam, suhu
> 40,5 C dalam 48 jam, kejang dalam 3 hari, SGB
dalam 6 minggu

Sementara:
 Vaksin hidup: kehamilan, Imunodefisiensi, setelah
transfusi/ terapi imunoglobulin
 Menderita penyakit berat/ sedang dengan atau tanpa
demam: tampak lemah, tidak mau minum
•JANGAN TAKUT MEMBERIKAN
IMUNISASI
•LAKUKAN IMUNISASI SESUAI
PROTAP
TERIMA KASIH
BILA MASIH ADA WAKTU
LANJUTKAN
REAKSI SIMPANG IMUNISASI/ KIPI
(ADVERSE EVENTS FOLLOWING
IMMUNIZATION
Potensi vaksin
• Efek farmakologi
• Efek samping
• Interaksi obat
• Intoleransi
• Reaksi idiosinkrasi

Kepekaan thd unsur vaksin


• Berlatar belakang genetik
• Reaksi alergi thd protein telur,
antibiotik, bahan preservatif, unsur
lain yg terkandung dalam vaksin
REAKSI SIMPANG IMUNISASI/ KIPI
(ADVERSE EVENTS FOLLOWING
IMMUNIZATION

Bukan efek langsung vaksin


 Kesalahan teknik pembuatan,
pengadaan, distribusi & penyimpanan
vaksin

 Kesalahan prosedur & teknik


pelaksanaan vaksinasi

 Semata-mata kebetulan
KLASIFIKASI KIPI
Klasifikasi Lapangan
(Field Classification, WHO 1999)

Klasifikasi Kausalitas
(Causality Classification, WHO 2008)
KLASIFIKASI LAPANGAN, WHO 1999
1. Reaksi vaksin
2. Kesalahan prosedur / teknik
pelaksanaan imunisasi
3. Reaksi suntikan
4. Kebetulan
5. Tidak diketahui

Klasifikasi lapangan dipakai pd


pencatatan & pelaporan KIPI
REAKSI RINGAN

VAKSIN REAKSI LOKAL DEMAM >38 REAKSI


SISTEMIS
BCG 90-95% - -

HiB 5-15% 2-10% -

HEPATITIS B 5% 1-6% -

CAMPAK / MMR <10% 5-15% 5% RUAM

POLIO ORAL - <1% <1%

TETANUS/DT/Td 10% 10% 25%

PERTUSIS /DPT 10-50% 10-50% 25-55%


REAKSI VAKSIN YG JARANG, INTERVAL ONSET & PERKIRAAN RATE KIPI

Vaksin Reaksi vaksin Interval onset Rate KIPI / 1juta


BCG Limfadenitis supuratif 2 – 6 bulan 100 – 1000
Osteitis BCG 1 – 12 bulan 1 – 700
Infeksi BCG disiminata 1 – 12 bulan 2
HEPATITIS B ANAFILAKSIS 0-1 JAM 1-2
CAMPAK /MMR Kejang demam 5 – 12 hari 333
Trombositopenia 15 – 35 hari 33
Reaksi anafilaktoid ~10
Syok Anafilaksis 0 – 1 jam 1 – 50
Ensefalopati - <1
OPV Lumpuh layu berkaitan 3-40 HARI 1,4 – 3,4
dg vaksin

TETANUS Neuritis Brakhial 2 – 28 hari 5 – 10


Syok Anafilaksis 0 – 1 jam 0.4 – 10
Abses steril 1 – 6 minggu 6 - 10
PERTUSIS Menangis terus menerus 0 – 24 jam 1.000- 60.000
> 3jam
Kejang demam 0 – 3 hari 570
Keadaan hipotonik-
0 – 24 jam 570
hiporesponsif
Syok Anafilaksis 0 – 1 jam 20
Ensefalopati 0 – 3 hari 0-1
2. KESALAHAN PROSEDUR (1)
KESALAHAN PROSEDUR PERKIRAAN KIPI

Tidak steril Infeksi


Pemakaian ulang alat suntik / Abses lokal di daerah
jarum suntikan
Sterilisasi tidak sempurna Sepsis, sindrom syok toksik,
Vaksin / pelarut Infeksi penyakit yg
terkontaminasi ditularkan lewat darah:
Pemakaian sisa vaksin utk
beberapa sesi vaksinasi hepatitis, HIV
Salah pakai pelarut vaksin Abses lokal karena kurang
Pemakaian pelarut vaksin yg kocok
salah Efek negatif obat mis.
Memakai obat sebagai vaksin insulin
atau pelarut vaksin Kematian
Vaksin tidak efektif
3. KIPI REAKSI SUNTIKAN

Reaksi suntikan langsung


Rasa sakit, bengkak & kemerahan

Reaksi suntikan tidak langsung


Rasa takut / cemas
 Nafas tertahan
 Pernafasan sangat cepat
 Pusing, mual / muntah
 Kejang
 Pingsan / Sinkope
 Hysteria
4. KIPI KEBETULAN (KOINSIDEN)

 Kejadian yang timbul, terjadi secara


kebetulan setelah imunisasi
 Ditemukan kejadian yang sama di saat
bersamaan pada kelompok populasi
setempat tetapi tidak diimunisasi

Vaksin disalahkan sebagai penyebabnya


5. KIPI PENYEBAB TIDAK DIKETAHUI
Kejadian yang dilaporkan belum dapat
dikelompokkan ke dalam salah satu
penyebab

Dibutuhkan kelengkapan informasi lebih


lanjut
Klasifikasi kausalitas penting untuk analisis
HUBUNGAN SEBAB AKIBAT kasus KIPI

Dalam upaya menyempurnakan,


menyeragamkan, dan memudahkan
surveilans, investigasi KIPI, WHO sejak
tahun 2008 dalam buletinnya menetapkan
kategori baru dalam penetapan kausal
menjadi enam klasifikasi

Sebelum memiliki klasifikasi nasional maka


klasifikasi kausalitas ini dapat dipakai sebagai
acuan untuk klasifikasi kausalitas KIPI di
Indonesia
KLASIFIKASI KAUSALITAS KIPI

1.VERY LIKE/ CERTAIN (Bukti memastikan


hubungan kausal)
2.PROBABLE ( Bukti memperkuat
penerimaan hubungan kausal)
3.POSSIBLE ( Bukti memperkuat penolakan
hubungan kausal atau tidak
memperkuat)
4.UNLIKELY (Bukti tidak cukup untuk
menerima / menolak hubungan kausal)
5.UNRELATED (Tidak terdapat bukti
hubungan kausal)
6.UNCLASSIFIED
CATEGORIES OF CAUSALITY USING WHO
CAUSALITY ASSESSMENT CRITERIA

Very likely Vaccine reaction


Injection Reaction
Probable Programmatic error
Possible

Unlikely Unrelated Coincidental events

Unclassifiable Insufficient evidence to


classify
PELAPORAN KIPI

SEMUA SARANA FASILITAS


KESEHATAN :
 Harus melapor KIPI ke Dinas
Kesehatan dan atau Komda PP-
KIPI setempat
 Juga harus melengkapi formulir
pelaporan
 Bila perlu bisa meminta bantuan ke
Dinas Kesehatan/Komda PP-KIPI
setempat
 KIPI SERIUS DALAM 24 JAM
TATALAKSANA KIPI

PROSEDUR PENATALAKSANAAN KIPI :


1.PENEMUAN KASUS
2.PELACAKAN KASUS
3.ANALISA KEJADIAN
4.TINDAK LANJUT KASUS
5.EVALUASI
ADANYA KIPI RINGAN – BERAT SAMPAI
MENINGGAL
KADER / PEMBINA DESA

KEPALA PUSKESMAS

DINAS PELACAKAN LINTAS SEKTORAL


KESEHATAN KASUS & TOMA

ANALISA KASUS

TINDAK LANJUT

EVALUASI
 TINDAK LANJUT

 Penanganan kasus (sederhana sulit):


diagnosis, pengobatan, kapan merujuk
kasus berat
 Komunikasi dg orang tua & anggota
masyarakat untuk meredakan kecemasan
 Pelaporan : KIPI berat harus segera
dilaporkan & pd saat yg sama dilakukan
investigasi
 Melakukan perbaikan apabila sudah
dideteksi apa yg harus dilakukan
 Koreksi thd masalah logistik, pelatihan,
supervisi
REAKSI VAKSIN

Bila kejadian rekasi vaksin/ lot tertentu


lebih tinggi dari yang diprediksi
laporan produsen dan konsultasi dg WHO :
- melenyapkan lot vaksin tadi
- merubah spesifikasi pembuatan atau
kontrol kualitas vaksin
- menyediakan vaksin dari produsen lain
KESALAHAN PROSEDUR

 melatih tenaga kesehatan


 memperbaiki logistik penyediaan
vaksin
 mengintesifkan supervisi

Anda mungkin juga menyukai