Anda di halaman 1dari 5

ANGGI NABILA HARNI

1900542021

KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Perencanaan dan pembangunan merupakan suatu kesatuan yang memiliki kaitan erat antara
satu dengan yang lainnya. Perencanaan pembangunan merupakan tahapan awal dari suatu proses
pembangunan, perencanaan pembangunan dijadikan sebagai bahan, pedoman, atau acuan dasar
bagi pelaksanaan kegiatan perencanaan atau action plan. Kegiatan perencanaan pembangunan pada
dasarnya bersifat penelitian atau riset karena didalam proses pelaksanaannya lebih banyak
menggunakan metode-metode riset yakni mulai dari teknik pengumpulan data, analisis data, hingga
studi pada lapangan untuk memperoleh data-data yang akurat, baik data-data yang bersifat
konseptual maupun data-data bersifat eksperimental yang nantinya akan digunakan sebagai bahan
dalam kegiatan perencanaan pembangunan itu sendiri. Siagian dan Bratakusumah (2003) disebutkan
bahwa perencanaan pembangunan sebagai suatu proses perumusan alternatif-alternatif atau
keputusan-keputusan yang didasarkan pada data-data dan fakta-fakta yang akan digunakan sebagai
bahan untuk melaksanakan suatu rangkaian kegiatan atau aktivitas kemasyarakatan, baik yang
bersifat fisik (material) maupun non fisik (mental dan spiritual), dalam rangka mencapai tujuan yang
lebih baik.

Jika membicarakan perencanaan pembangunan makadidalamnya terdapat keterlibatan


antar stakeholder secara interdisipliner untuk melakukan pengkajian dan analisis dalam
merumuskan suatu perencanaan pembangunan, menurut Riyadi dan Bratakusumah (2004), aspek
yang perlu diperhatikan dalam perencanaan pembangunan adalah:

a. Aspek Lingkungan

Aspek lingkungan berdasarkan ruang lingkupnya dibagi menjadi dua, pertama, lingkungan
internal, yang dimaksud adalah “populasi” yang mempunyai pengaruh kuat terhadap keberhasilan
suatu program pembangunan. Aspek-aspek lingkungan ini meliputi bidang sosial, ekonomi, budaya,
dan politik.

b. Aspek Potensi dan Masalah

Potensi dan masalah merupakan hal yang sangat penting diketahui oleh setiap perencana
untuk menyusun perencanaan pembangunan. Potensi dan masalah adalah fakta yang ada di
lapangan dan sangat berpengaruh didalam proses pembangunan. Hal ini merupakan pijakan awal
dalam proses penyusunan perencanaan yang dapat menjadi dasar analisis selanjutnya.

c. Aspek Institusi Perencana

Institusi perencana merupakan organisasi pemerintah yang bertanggung jawab dalam


melakukan perencanaan pembangunan daerah. Institusi perencana berperan sebagai pelaksana
fungsi manajemen dalam bidang perencanaan dan bertanggung jawab secara penuh. Institusi
perencanaan tidak hanya menampung berbagai usulan/rencana tapi mampu bertindak sebagai
“motor” penggerak yang dapat mengakomodir, menganalisis, menjabarkan berbagai permasalahan
dan kepentingan yang berbeda dalam bentuk kesepakatan sebagai rumusan perencanaan
pembangunan daerah.
d. Aspek Ruang dan Waktu

Pembatasan ruang dan waktu dalam hal ini bukan sebagai batasan yang bersifat mutlak,
melainkan merupakan suatu kenyataan yang dipahami oleh setiap perencana bahwa hasil-hasil
rumusan kegiatan untuk waktu tertentu dan wilayah tertentu. Melihat pembagian jangka waktu
yang di Indonesia dibagi dalam tiga bagian, yakni jangka pendek, jangka menengah, dan jangka
panjang.

e. Aspek Legalisasi Kebijakan

Aspek legalisasi kebijakan merupakan suatu keputusan dari suatu kebijakan yang harus
dilaksanakan atas hasil perencanaan yang telah disepakati. Dengan adanya legalisasi kebijakan
terhadap suatu hasil perencanaan pembangunan daerah, maka implementasinya harus sesuai
dengan batasan yang telah ditetapkan dalam perencanaan tersendiri.

Ciri-ciri dari suatu perencanaan pembangunan sebagaimana dikemukakan oleh


Tjokroamidjojo (1995) yaitu:

a. Suatu rencana untuk mencapai perkembangan sosial ekonomi yang tetap (steady
economic growth). Ini dicerminkan dari usaha peningkatan produksi nasional berupa tingkat laju
pertumbuhan ekonomi yang positif.

b. Usaha untuk meningkatkan pendapatan perkapita. Ini adalah kelanjutan dari ciri yang
pertama yaitu tingkat pertumbuhan ekonomi yang positif, setelah dikurangi dengan laju
pertumbuhan penduduk maka akan meningkatkan pendapatan perkapita. Adanya peningkatan
pendapatan perkapita, pendapatan masyarakat akan semakin membaik.

c. Usaha untuk mengadakan perubahan struktur ekonomi. Ini disebabkan karena pada
umumnya di negara-negara dunia ketiga (under developing country) struktur ekonominya
cenderung ke arah sektor agraris. Hal ini tidak menutup kemungkinan akan menyebabkan
ketimpangan yang cukup besar antar sektor. Oleh karena itu, perlu diusahakan agar terciptanya
suatu keseimbangan antara perkembangan sektor agraris dengan sektor lainnya, sehingga akan
membawa implikasi terhadap keseimbangan struktur ekonomi.

d. Perluasan kesempatan kerja. Hal ini sering menjadi tantangan yang sangat berat yang
dialami oleh negara-negara berkembang. Perluasan kesempatan kerja bukan berarti hanya usaha
untuk menanggulangi pengangguran dan pengangguran tak kentara, tetapi juga menampung
masuknya golongan usia kerja baru dalam dunia kerja dan kehidupan ekonomi.

e. Usaha pemerataan pembangunan. Usaha pemerataan pembangunan (sering disebut


dengan distributive justice), adalah pemerataan yang ditujukan untuk pemerataan pendapatan antar
golongan-golongan dalam masyarakat dan juga pemerataan pendapatan antar daerah.

f. Adanya usaha pembinaan lembaga-lembaga ekonomi masyarakat yang lebih menunjang


kegiatan-kegiatan pembangunan. Hal menyangkut usaha pembinaan lembaga-lembaga ekonomi
masyarakat yang lebih menunjang kegiatan-kegiatan pembangunan. Berbagai lembaga ekonomi
perlu dikembangkan, misalnya koperasi, lembaga keuangan dan lain-lain.

g. Kemampuan membangun lebih didasarkan pada kemampuan nasional. Usaha sedemikian


rupa supaya kemampuan membangun secara bertahap lebih didasarkan pada kemampuan nasional.
Peningkatan kemampuan tidak hanya dilihat dari segi modal saja, tetapi juga dari segi pengalihan
keterampilan dan transfer teknologi.
h. Terdapatnya usaha secara terus menerus dalam menjaga stabilitas ekonomi. Usaha yang
dilakukan dalam hal ini adalah perencanaan anti siklus.

i. Ada pula negara-negara yang mencantumkan sebagai tujuan pembangunan hal-hal yang
fundamental atau ideal atau yang bersifat jangka panjang. Misalnya pembangunan bangsa (nation
building) dan peningkatan kualitas hidup manusia.

Selanjutnya Riyadi dan Bratakusumah (2003) menyebutkan ciri-ciri dari perencanaan


pembangunan lainnya adalah:

a. Menghasilkan program-program yang bersifat umum

b. Analisis perencanaan bersifat makro/luas

c. Lebih efektif dan efisien digunakan untuk perencanaan jangka menengah dan panjang

d. Memerlukan pengetahuan secara interdisipliner, general dan universal, namun tetap


memiliki spesifikasi masing-masing yang jelas

e. Fleksibel dan mudah untuk dijadikan sebagai acuan perencanaan pembangunan jangka
pendek (satu tahunan).

Melihat berbagai ciri-ciri perencanaan pembangunan tersebut, maka dapat ditarik


kesimpulan jika perencanaan pembangunan dilakukan guna mencapai suatu perubahan pada aspek
perekonomian melalui berbagai aspek lainnya seperti peningkatan perekonoian nasional,
pendapatan perkapita, perubahan struktur ekonomi, perluasan kesempatan kerja, pemerataan
pembangunan. Proses perencanaan menurut Conyers (1991) memiliki tiga komponen yang dapat
diidentifikasi, antara lain: analisa dan pengumpulan data, perumusan kebijakan, serta persiapan
pelaksanaan program dan proyek tertentu. Masing-masing komponen tersebut diuraikan sebagai
berikut:

a. Analisa dan Pengumpulan Data

Analisa dan pengumpulan data merupakan hal yang penting dalam proses perencanaan. Hal
ini berlaku untuk hampir semua bentuk perencanaan yang diperlukan dua macam data utama yaitu:
1) data mengenai kelengkapan pelayanan dan 2) data mengenai kebutuhan bagi pelayanan di masa
akan datang.

b. Perumusan Kebijakan

Proses perencanaan dan pembuatan kebijakan saling berkaitan. Mereka yang terlibat dalam
proses perencanaan harus mengetahui isu kebijakan yang ada relevansinya, mempunyai informasi
mengenai dasar pembuatan kebijakan, dan memberikan tanggapan dalam kebijakan serta mencari
cara untuk implementasikan keputusan kebijakan.

c. Penyiapan Program

Proses perencanaan ini adalah menyiapkan usulan-usulan rinci bagi masa yang akan datang.
Usulan ini mencakup perkiraan kegiatan serta jumlah anggaran yang diperlukan untuk
mengimplementasikan.

Tjokroamidjojo (1989) mengemukakan tahapaan dalam suatu proses perencanaan


pembangunan sebagai berikut:
a. Penyusunan Rencana, harus terdapat unsur:

1) Tinjauan keadaan. Tinjauan keadaan sebelum memulai sesuatu rencana atau tinjauan
tentang pelaksanaan rencana sebelumnya. Kegiatan ini diusahakan dapat dilakukan dan
diidentifikasi masalah-masalah pokok yang dihadapi dan prospek yang masih bisa dikembangkan.

2) Perkiraan keadaan (forecasting). Pada unsur ini diperlukan adanya data-data statistik,
berbagai hasil penelitian dan teknik-teknik proyeksi. Mekanisme informasi untuk mengetahui
kecenderungan-kecenderungan perspektif masa depan.

3) Penetapan tujuan rencana (plan objectivies) dan cara-cara pencapaian tujuan rencana
tersebut. Sering kali nilai-nilai politik, sosial masyarakat, memainkan peranan yang cukup penting.
Secara teknis didasari kepada tinjauan keadaan dan perkiraan tentang masa depan yang akan dilalui
rencana. Dilihat dalam suatu kerangka yang lebih luas berdasarkan asas konsistensi dan prioritas.

4) Identifikasi kebijakan/kegiatan usaha yang perlu dilakukan dalam rencana. Suatu


kebijakan mungkin perlu didukung dengan program-program pembangunan. Secara operasional,
rencana kegiatan ini perlu dilakukan berdasarkan pemilihan alternatif dan skala prioritas.

5) Persetujuan rencana. Proses pengambilan keputusan disini mungkin bertingkat-tingkat,


dari keputusan bidang teknis kemudian memasuki wilayah proses politik.

b. Penyusunan Program Rencana

Penyusunan program rencana lebih terperinci mengenai tujuan dari sasaran dalam jangka
waktu tertentu, yaitu perincian jadwal kegiatan, jumlah dan jadwal pembiayaan dan menetapkan
lembaga/instansi yang akan melakukan program-program pembangunan (proyek). Keberadaan
rencana mempunyai kedudukan yang legal dalam pelaksanaannya.

c. Pelaksanaan Rencana

Sering kali perlu dibedakan antara tahap konstruktif dan tahap operasi. Hal ini perlu
dipertimbangkan karena sifat kegiatan usahanya berbeda. Tahap pelaksanaan operasi perlu
mempertimbangkan kegiatan pemeliharaan, kebijaksanaan perlu diikuti implikasi pelaksanaannya
dan secara terus menerus memerlukan penyesuaian-penyesuaian.

d. Pengawasan atas Pelaksanaan Rencana

1) Mengusahakan agar pelaksanaannya sesuai dengan rancangan.

2) Jika ada penyimpangan, perlu diketahui seberapa jauh dan apa penyebabnya.

3) Dilakukan tindakan korektif terhadap penyimpangan-penyimpangan.

e. Evaluasi

Evaluasi dilaksanakan secara terus menerusyang fungsinya untuk membantu proses


perencanaan pembangunan agar kelemahan-kelemahan, kekurangan-kekurangannya dapat
diidentifikasi yang akhirnya untuk perbaikan rencana atau program.

Riyadi dan Bratakusumah (2004) menjelaskan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi


perencanaan pembangunan antara lain meliputi:

a. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan baik eksternal maupun internal, yang dapat mencakup bidang sosial,
budaya, ekonomi, dan politik. Faktor eksternal biasanya datang dari pengaruh global yang
berkembang dalam lingkup nasional maupun internasional. Sedangkan faktor internal, merupakan
pengaruh yang datang dari wilayah perencanaan itu sendiri.

b. Faktor Sumber Daya Manusia Perencana

Seperti halnya setiap kegiatan, baik yang dilaksanakan oleh individu maupun
organisasi/kelompok. Sumber daya manusia selalu menjadi faktor utama sebagai “motor”
penggerak. Kualitas perencanaan yang baik lebih mungkin tercipta oleh sumber daya manusia yang
tepat dan berkualitas. Sementara itu perencanaan yang baik juga memungkinkan untuk dapat
diimplementasikan dalam program pembangunan. Kualitas perencanaan yang baik tergantung pada
kemampuan, keahlian, dan keluwesan dari para perencananya disamping teknik dan metode yang
digunakan.

c. Faktor Sistem yang Digunakan

Sistem perencanaan yang dimaksud disini adalaha aturan-aturan atau kebijakan-kebijakan


yang digunakan oleh suatu daerah/wilayah tertentu sebagai dasar pelaksanaan perencanaan
pembangunan. Hal tersebut biasanya menyangkut pada prosedur, mekanisme, pelaksanaan,
pengambilan keputusan, pengesahan dan sebagainya.

d. Faktor Perkembangan Ilmu dan Teknologi

Ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi faktor penting dan berperan sangat besar bagi
upaya mencapai suatu perencanaan. Perkembangan yang pesat berakibat antara lain pada lahirnya
berbagai ilmu dan beraneka ragam temuan yang terjadi dalam bidang teknologi, terutama teknologi
informasi dan komunikasi.

e. Faktor Pendanaan

Faktor pendanaan pada dasarnya merupakan faktor yang sudah given. Artinya, hal itu
memang harus ada untuk melakukan suatu kegiatan atau aktivitas. Pelaksanaan perencanaan harus
benar-benar serius, dalam arti pihak-pihak yang berkaitan termasuk para perencananya harus fokus
terhadap tugasnya. Selain itu dalam perencanaan pembangunan daerah harus sudah dapat
diperhitungkan atau dipertimbangkan masalah-masalah pendanaan. Mulai dari berapa jumlah yang
dibutuhkan (anggaran), dari mana sumber pendanaannya dan bagaimana sistem pengelolaannya.

Berdasarkan penjelasan yang ada maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa tahapan
perencanaan pembangunan merupakan suatu siklus yang memiliki keterkaitan antara satu dengan
yang lainnya. Sementara itu proses perencanaan pembangunan mempertimbangkan adanya
berbagai aspek yang ada didalamnya dimana dengan adanya aspek tersebut dapat mempengaruhi
pelaksanaan suatu rencana. Terdapat berbagai faktor penghambat dan pendukung berjalannya
tahapan suatu perencanaan pembangunan yakni faktor lingkungan, faktor sumber daya manusia
perencana, faktor sistem yang digunakan, faktor perkembangan ilmu dan teknologi, dan faktor
pendanaan.

Anda mungkin juga menyukai